Vanilin merupakan suatu bahan perisa yang paling sering digunakan dalam makanan,
vanilin atau 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida adalah suatu senyawa organik dengan rumus
molekul C8H8O3 dengan gugus fungsional aldehid, eter dan fenol. Secara fisik, vanilin
merupakan kristal putih atau kekuningan yang mempunyai bau, aroma, dan rasa yang khas.
Vanilin dapat diproduksi secara alami dengan cara mengekstrak vanilin dari kacang
vanili. Unsur utama dari kacang vanili adalah vanilin, asam vanilat, p-hidroksibenzaldehid, dan
p-asam hidroksibenzoat yang memberikan flavor alami lembut yang tidak dimiliki oleh vanilin
sintetik, namun kadar vanilin dalam kacang vanili sangat kecil yaitu berkisar antara 1,5-3%
saja sehingga tidak mampu untuk memenuhi permintaan pasar yang sangat tinggi. Oleh karena
itu berkembanglah vanilin sintetik yang dapat dibuat dengan menggunakan beberapa subsrat
tertentu seperti eugenol (berasal dari minyak cengkeh), lignin (berasal dari limbah kayu), dan
guaikol.
Gambar 3 Struktur Eugenol Gambar 2 Struktur Guaikol Gambar 4 Struktur Monomer Lignin
Selama ini Indonesia dikenal sebagai penghasil minyak cengkeh terbesar didunia yang
menguasai 63% pasar dunia dengan tingkat produksi rata-rata 1500 ton/tahun, oleh karena itu
di Indonesia sendiri, penggunaan minyak cengkeh (senyawa eugenol-nya) sebagai subsrat
untuk produksi vanilin sintetik sangat menguntungkan. Selain ketersediaan bahan baku yang
melimpah, produksi vanilin dari eugenol mempunyai jalur reaksi yang sederhana. Sintesis
Eugenol akan mengalami reaksi isomerisasi menjadi isoeugenol dengan bantuan katalis
RhCl3.3H2O dalam etanol. Seteleah didinginkan, isoeugenol akan dicampur dengan
nitrobenzen sebagai oksidator dengan katalis 18-crown eter-6 dan H2O2 dengan katalis
methyltrioxorhenium (MTO). Reaksi oksidasi menggunakan oksidator nitrobenzen pada suhu
130 C selama 3 jam dapat menghasilkan vanilin sebanyak 53,8% pada pemanasan dengan cara
konvensional, sementara pemanasan dengan menggunakan gelombang mikro, diperoleh
vanilin sebanyak 86,10%. Rendemen vanilin yang dihasilkan pada oksidasi dengan KMnO4
dan katalis 18-crown eter-6 lebih rendah daripada nitrobenzen, yaitu sebesar 22,9%.
Selain eugenol, lignin juga dapat dimanfaatkan sebagai subsrat untuk memproduksi
vanilin. Lignin biasanya diperoleh dari limbah industri yang memanfaatkan kayu sebagai bahan
baku seperti industri kertas. Suntesis vanilin dari lignin dapat dilakukan melalui proses oksidasi
lignin (asam lignosulfonat) dari limbah cair pabrik kertas pada kondisi basa. Vanilin yang
diperoleh dari bahan ini berkisar 5-10%. Selain dengan cara kimia, sintesis vanilin dari lignin
dapat dilakukan melalui proses biologis menggunakan beberapa jenis bakteri seperti Bacillus
sp. dan Pseudomonas sp. Berikut ini merupakan skema produksi vanilin dari lignin
Bulan, Rumondang. 2004. Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Isoeugenol. Medan :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Fache, Maxence, Bernard Boutevin dan Sylvain Caillol. 2015. Vanilin Production from Lignin
and Its Use as a Renewable Chemical. Jurnal ACS Sustainable Chemisrty &
Engineering 2016, 4, 35-46.
Mulyono, Egi. 2012. Perancangan Proses Produksi Isoeugenol dan Vanilin dari Eugenol
Minyak Daun Cengkeh. Bogor : Institut Pertanian Bogor.