Anda di halaman 1dari 27

USULAN PENELITIAN

RESTORASI INFLOW AREA DANAU SITUGEDE DENGAN


PENDEKATAN EKOHIDRAULIKA

PUTU ANANTA KUSUMA WIJAYA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
ii

RESTORASI INFLOW AREA DANAU SITUGEDE DENGAN


PENDEKATAN EKOHIDRAULIKA

PUTU ANANTA KUSUMA WIJAYA

Usulan Penelitian
sebagai salah satu syarat melakukan penelitian
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
iii

Judul : Restorasi Inflow Area Danau Situgede dengan Pendekatan


Ekohidraulika
Nama : Putu Ananta Kusuma Wijaya
NIM : F44150039

Bogor, Maret 2019

Disetujui oleh
Pembimbing

Dr. Ir. Prastowo, M.Eng


NIP. 19580217 198703 1 004

Diketahui oleh
Ketua Departemen/Program Studi

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA


NIP. 19580527 198103 2 001
iv
v

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya Usulan Penelitian yang berjudul “Restorasi Inflow Area
Danau Situgede dengan Pendekatan Ekohidraulika” ini dapat diselesaikan.
Penyusunan proposal ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan
penelitian pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Proposal ini digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan.
Terima kasih diucapkan kepada Dr. Ir. Prastowo, M. Eng selaku pembimbing
akademik atas dukungan dan masukan yang diberikan. Diharapkan segenap pihak
yang terkait dapat memberikan saran, tanggapan, dan solusi agar pelaksanaan
penelitian ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan.

Bogor, Maret 2019

Putu Ananta Kusuma Wijaya


vi

DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................ 2
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2
Neraca Air ........................................................................................................... 2
Curah Hujan Harian Maksimum ......................................................................... 4
Debit Banjir ......................................................................................................... 7
Peta Topografi Reservoir .................................................................................... 8
Restorasi .............................................................................................................. 9
Ekohidraulika ...................................................................................................... 9
METODOLOGI .................................................................................................... 10
Waktu dan Tempat ............................................................................................ 10
Alat dan Bahan .................................................................................................. 10
Prosedur ............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta lokasi penelitian............................................................................ 10


Gambar 2 Bagan alir penelitian............................................................................. 12

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Persyaratan Nilai Cs dan Ck ...................................................................... 6

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 14


Lampiran 2 Tabel Nilai Variabel Reduksi Gauss ................................................. 15
Lampiran 3 Tabel Nilai KT untuk Distribusi Log Pearson III............................... 16
Lampiran 4 Tabel Reduce Mean (Yn) .................................................................. 17
Lampiran 5 Tabel Reduced Standard Deviation (Sn) ........................................... 18
Lampiran 6 Tabel Koefisien Limpasan ................................................................. 19
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup


manusia. Sejalan dengan pesatnya pembangunan di berbagai sektor, maka tuntutan
pemenuhuan air semakin meningkat. Salah satu sumber air yang bisa dimanfaatkan
adalah sumber air permukaan. Sumber air permukaan adalah semua air yang
terdapat di permukaan tanah (Hatmoko 2012). Sumber air permukaan dapat berupa
sungai, danau, waduk, atau rawa. Danau ataupun situ merupakan cekungan besar di
permukaan bumi yang dikelilingi oleh daratan dan digenangi oleh air tawar atau air
asin. Definisi lain menyebutkan danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang
terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena
mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata air. Biasanya danau
dapat dipakai sebagai sarana rekreasi, dan olahraga (Hariyanto dan Iskandar 2011).
Pemanfaatan air danau bergantung pada ketersediaan air danau. Ketersediaan air
danau dapat diketahui dengan menghitung neraca air. Neraca air ini memuat situasi
ketersediaan dan kebutuhan air untuk berbagai penggunaan air (Barmawi 2007).
Danau Situgede adalah sebuah danau yang terletak di Kelurahan Situgede,
Bogor Barat, Kota Bogor. Di tepi danau terdapat Hutan Dramaga yang merupakan
hutan milik Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Danau Situgede
berada kurang lebih 10 km dari pusat Kota Bogor. Danau ini memiliki potensi
wisata seperti hutan alami, panorama Gunung Salak, dan menyediakan kenyamanan
udara yang bersih dan segar. Danau Situgede juga merupakan salah satu
sumberdaya air bagi Kota Bogor, sama halnya seperti danau/situ lainnya seperti
Situ Leutik, Situ Panjang, dan Situ Burung.
Ketersediaan air pada sebuah danau umumnya bersumber dari air hujan yang
langsung masuk ke dalam danau, aliran permukaan dari air hujan yang masuk
melalui saluran intake danau dan inflow aliran bawah permukaan yang berasal dari
pergerakan airtanah. Untuk menjaga ketersediaan air pada danau, sumber air bagi
danau harus di konservasi. Saat ini saluran yang mengalirkan aliran permukaan
menuju Danau Situgede memerlukan rehabilitasi dari segi kondisi fisiknya yang
banyak mengandung sedimen dan akumulasi sampah. Selain itu, aliran bawah
permukaan yang menjadi sumber air bagi Danau Situgede juga tertutup oleh
bangunan dan jalan. Terganggunya inflow area oleh bangunan dikhawatirkan akan
menghambat air yang hendak menuju danau dan akan merubah neraca air Danau
Situgede menuju cenderung defisit daripada surplus.
Restorasi inflow area danau adalah upaya mengembalikan fungsi-fungsi
inflow area danau baik secara fisik, ekologi, sosial maupun ekonomi sehingga
menjadi inflow area danau yang alami dan menyerupai kondisi awalnya dengan
melakukan upaya pendekatan revitalisasi bantaran danau melalui perbaikan struktur
penanaman vegetasi di sekeliling bantaran danau. Langkah tersebut sebagai upaya
dalam mengembalikan fungsi awal inflow area danau, untuk memperbaiki dan
menyehatkan seluruh komponen ekologi (flora-fauna) dan hidrologi, sehingga
dapat berkembang menjadi ekosistem wilayah danau yang hidup dan lestari. Sejalan
dengan program Kementrian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Pemerintah
Daerah dalam rangka melakukan strategi rencana aksi pelestarian Danau Situgede.
2

Upaya pelestarian danau juga perlu didukung oleh peran serta masyarakat lokal
untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat terhadap pentingnya
mengelola keberadaan danau. Keterlibatan masyarakat dalam pelestarian danau
sangat diperlukan agar masyarakat dapat merasakan pentingnya danau bagi
lingkungan dan kehidupan sehari-hari.

Perumusan Masalah

Masalah yang dirumuskan adalah adanya perubahan fungsi ekologi terutama


di inflow area yang menyebabkan perubahan neraca air Danau Situgede.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :


1) Mengidentifikasi perubahan kondisi Inflow Area
2) Mendesain restorasi danau dengan menggunakan pendekatan ekohidrolik

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini andalah sebagai berikut :


1) Memberikan informasi mengenai nilai ekologi dalam rangka menjaga
kelestarian dan fungsi utama Danau Situgede
2) Memberikan masukkan rancangan restorasi Danau Situgede serta
memberikan masukan kepada pemerintah dan stakeholders lainnya dalam
merevitalisasi Danau Situgede sebagai reservoir

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah restorasi danau dengan pendekatan


ekohidraulika. Penelitian ini dilaksanakan di Danau Situ Gede Kota Bogor, Jawa
Barat. Beberapa data yang digunakan berupa data curah hujan, peta tata guna lahan,
peta topografi, peta tanah dan data-data hasil pengukuran danau dan pengukuran
profil bantaran.

TINJAUAN PUSTAKA

Neraca Air

Perhitungan neraca air didasarkan pada hubungan antara pasokan air (input)
dan luaran (output) dari suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Karena itulah
neraca air dapat dipakai untuk mengidentifikasi sumber-sumber air dan penggunaan
3

air di wilayah dalam periode waktu tertentu (Moghadas 2009). Untuk menghitung
neraca air menggunakan Metode Thonthwaite diperlukan data input berupa curah
hujan andalan, sedangkan data output berupa evapotranspirasi, limpasan, dan air
yang masuk ke dalam tanah (Ufoegbune et al 2011). Sedangkan hasil pengamatan
lapangan bisa memberi pertimbangan dalam menghitung neraca air (Schwerdtfeger
2014). Ketersediaan air didasarkan pada nilai curah hujan efektif bulanannya.
Curah hujan efektif didapatkan berdasarkan nilai curah hujan bulanan dengan
keandalan 80% (Dwiratna et al 2013). Hujan andalan 80% didapatkan melalui
persamaan (1).

𝑅80 = (𝑛⁄5) + 1...................................................................................................(1)

Keterangan :
R80 = Hujan andalan 80% (mm)
n = Jumlah data

Curah hujan andalan dicari dengan persamaan FAO (2) dan (3) berikut

𝑅𝑒 = (0.8 × 𝑅80% − 24) untuk R80% ≥ 70 mm .....................................................(2)


𝑅𝑒 = (0.8 × 𝑅80% − 10) untuk R80% < 70 mm .....................................................(3)

Keterangan :
Re = Curah hujan efektif (mm)

Nilai evapotranspirasi dihitung berdasarkan atas temperatur, dan indeks panas


tahunan. Untuk mendapatkan indeks panas bulanan dapat dihitung dengan
pendekatan empiris, yaitu (Thornthwaite dan Mather 1957)

𝑃𝐸 = 𝑓 × 𝑃𝐸𝑐.......................................................................................................(4)
𝑃𝐸𝑐 = 16 × (10𝑇⁄𝐼 ) × 𝑎.....................................................................................(5)
𝐼 = 12 𝑖..................................................................................................................(6)
𝑖 = (𝑇⁄5) × 1,154................................................................................................(7)
𝑎 = 675 × 10 − 9 × 𝐼3 − 77 × 10 − 6 × 𝐼2 + 0,1792 × 𝐼 + 0,4939...............(8)

Keterangan :
PE = Evapotranspirasi potensial (mm)
PEc = Evapotranspirasi potensial mutlak
f = Faktor letak lintang
i = Indeks panas bulanan
I = Total indeks panas selama setahun
a = Nilai tetapan berdasarkan nilai I
T = Temperatur bulanan rata-rata (°C)

Sehingga neraca air dapat diketahui dengan menggunakan persamaan (9)


berikut

∆𝑆(±) = 𝑅𝑒 − 𝑃𝐸.................................................................................................(9)
4

Curah Hujan Harian Maksimum

Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan.


Menurut Tjasyono (2008) presipitasi adalah endapan air dari atmosfer pada
permukaan bumi dalam bentuk cair (tetes hujan) dan padat (es). Hujan merupakan
faktor penting dalam analisis hidrologi. Curah hujan dapat diartikan sebagai
ketinggian air yang terkumpul dalam tempat yang datar, dengan asumsi tidak
meresap, tidak mengalir, dan tidak menguap ke atmosfer (Tjasyono 2004). Kejadian
hujan dipisahkan menjadi dua grup, yaitu hujan aktual dan hujan rencana. Hujan
aktual adalah rangkaian data pengukuran di stasiun hujan yang secara umum sama
dengan karakteristik hujan yang terjadi pada masa lalu. Hujan rencana ditentukan
berdasarkan curah hujan terbesar sehari selama beberapa tahun (R24 maximum
daily rainfall) baik yang dicatat perjam atau perhari (Prambudi 2012). Hujan
rencana inilah yang diperlukan dalam menentukan besarnya hujan efektif yang
terjadi sehingga terjadinya limpasan.
Tujuan analisis frekuensi data hidrologi berkaitan dengan besaran peristiwa-
peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan
distribusi kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak
bergantung (independent), terdistribusi secara acak, dan bersifat stokastik. Analisis
frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk
memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang dengan anggapan
bahwa sifat statistik kejadian hujan di masa yang akan datang akan masih sama
dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu (Sriyono 2012).
Metode analisis distribusi frekuensi yang sering digunakan dalam bidang
hidrologi adalah Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Pearson
Tipe III, dan Distribusi Gumbel. Keempat metode analisis distribusi frekuensi ini
digunakan untuk memperkirakan hujan/debit maksimum. Distribusi normal atau
kurva normal biasa disebut juga distribusi Gauss. Menurut Suripin (2004),
perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan dihitung
dengan menggunakan persamaan (10).

𝑋𝑇 = 𝑋 + 𝐾𝑇 𝑆.....................................................................................................(10)

Keterangan :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
X = Nilai rata-rata hitung variat
S = Deviasi standar nilai variat
KT = Faktor frekuensi

Faktor frekuensi merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe
model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang. Nilai
faktor frekuensi dapat dilihat pada tabel Reduksi Gauss di Lampiran 2.
Metode Distribusi Log Normal mengubah data X kedalam bentuk logaritmik.
Menurut Upomo dan Kusumawardani (2016), jika Y = log X, maka perhitungan
dengan distribusi normal secara praktis dapat didekati dengan persamaan (11).
5

𝑌𝑇 = 𝑌 + 𝐾𝑇 𝑆......................................................................................................(11)

Keterangan :
YT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
Y = Nilai rata-rata hitung variat
S = Deviasi standar nilai variat
KT = Faktor frekuensi

Pada Metode Log Pearson Tipe III telah dikembangkan serangkaian fungsi
probabilitas yang dapat dipakai untuk hampir semua distribusi probabilitas emiris.
Tiga parameter penting dalam metode Log Pearson Tipe III, yaitu harga rata-rata
(R), simpangan baku (S), dan koefisien kemencengan (G). Jika G=0 maka distribusi
kembali ke distribusi log normal. Menurut Upomo dan Kusumawardani (2016), jika
Y = log X, maka perhitungan dengan distribusi normal secara praktis dapat didekati
dengan persamaan (12).

𝑌𝑇 = 𝑌 + 𝐾𝑇 𝑆......................................................................................................(12)

Keterangan :
YT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
Y = Nilai rata-rata hitung variat
S = Deviasi standar nilai variat
KT = Faktor frekuensi

Nilai faktor frekuensi tergantung dari koefisien kemencengan (skewness) dan


probabilitasnya. Tabel nilai KT untuk distribusi log pearson III terlampir pada
Lampiran 3. Untuk mencari harga rata-rata, harga simpangan baku, dan koefisien
kemencengan bisa digunakan persamaan (13), (14), dan (15).

∑𝑛
𝑖=1 log 𝑋𝑖
𝑌= .......................................................................................................(13)
𝑛
∑𝑛
𝑖=1 log 𝑋𝑖 −𝑌
𝑆=√ .................................................................................................(14)
𝑛−1
𝑛 ∑𝑛
𝑖=1(log 𝑋𝑖 −𝑌)
3
𝐺= .............................................................................................(15)
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑠3

Distribusi Gumbel menggunakan harga ekstrim untuk menunjukkan bahwa


dalam deret harga-harga ekstrem X1, X2, X3, ..., Xn mempunyai fungsi distribusi
eksponensial ganda (Suripin 2004). Nilai curah hujan rencana periode ulang T-
tahunan dengan menggunakan distribusi Gumbel dihitung dengan menggunakan
persamaan (16).

𝑋 = 𝑋 + 𝑠𝐾.........................................................................................................(16)

Dengan X adalah harga rata-rata sample, s adalah standar deviasi sampel, dan
K adalah faktor probabilitas, nilai K dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (17).
6

𝑌𝑇𝑟 −𝑌𝑛
𝐾= ...........................................................................................................(17)
𝑆𝑛
Dengan Yn adalah reduced mean yang tergantung pada jumlah sampel atau
data n seperti pada Lampiran 4, Sn adalah reduced standard deviation yang juga
tergantung pada jumlah sampel seperti pada Lampiran 5, dan YTr adalah reduced
variate, nilai YTr dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (18).

𝑇𝑟−1
𝑌𝑇𝑟 = −𝑙𝑛 (−𝑙𝑛 ).........................................................................................(18)
𝑇𝑟

Keterangan :
Tr = PUH untuk curah hujan tahunan rata-rata (2,33 tahun)

Selanjutnya dilakukan perbandingan koefisien kepencengan (Cs) dan


koefisien kurtosis (Ck) untuk menentukan jenis probabilitas yang sesuai. Koefisien
kependengan (Cs) adalah derajat ketidaksimetrisan atau dapat juga didefinisikan
sebagai penyimpangan kesimetrisan dari suatu distribusi. Sedangkan koefisien
kurtosis (Ck) adalah derajat ketinggian puncak atau keruncingan suatu distribusi
(Utomo dan Kusumawardani 2016). Menurut Agus dan Hanwar (2011), penentuan
jenis distribusi yang sesuai dengan data dilakukan dengan mencocokkan parameter
statistik dengan syarat masing-masing jenis distribusi. Hal ini dilakukan untuk
meninjau syarat batas parameter statistik tiap distribusi. Nilai Cs dan Ck dapat
dihitung menggunakan persamaan (19) dan (20).
1
∑(𝑋𝑖−𝑋)3 𝑛2
𝑛
𝐶𝑠 = 1 2 × (𝑛−1)(𝑛−2)..............................................................................(19)
( (𝑋𝑖−𝑋)3 )
𝑛
1
∑(𝑋𝑖−𝑋)4 𝑛2
𝑛
𝐶𝑘 = 1 2 × (𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3)......................................................................(20)
( (𝑋𝑖−𝑋)2 )
𝑛

Setelah nilai Cs dan Ck diketahui, nilai tersebut dibandingkan dengan


persyaratan nilai Cs dan Ck pada masing-masing jenis distribusi. Persyaratan jenis
distribusi yang sesuai berdasarkan data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Persyaratan Nilai Cs dan Ck


Syarat
Jenis Distribusi
Cs Ck
Gumbel Cs = 1.14 Ck = 5.4
Normal Cs ≈ 0 Ck ≈ 3
Log Normal Cs = 0.43 Ck = 3.33
Log Pearson III Selain dari nilai di atas
Sumber : Suripin (2004)

Menurut Utomo dan Kusumawardani (2016), untuk mendapatkan hasil model


terbaik perlu dilakukan pengujian terhadap masing-masing model tersebut.
Pengujian distribusi probabilitas dapat menggunakan metode Goodness of Fit Test,
yaitu uji chi-kuadrat dan uji Smirnov-Kolmogorov. Pada penelitian ini digunakan
7

uji chi-kuadrat. Uji chi-kuadrat merupakan pengujian terhadap perbedaan antara


data sampel dapat dihitung dengan persamaan (21).
(𝑂𝑖−𝐸𝑖)2
𝑋 2 = ∑𝑁
𝑖=1 ...............................................................................................(21)
𝐸𝑖

Dengan X2 adalah nilai chi-kuadrat terhitung, Ei adalah frekuensi yang


diharapkan sesuai pembagian kelasnya, Oi adalah frekuensi yang terbaca pada kelas
yang sama, dan N adalah jumlah sub kelompok dalam satu grup (jumlah kelas).
Nilai Ei dapat dicari dengan persamaan (22).
𝑛
𝐸𝑖 = 𝑁..................................................................................................................(22)

Keterangan :
n = Jumlah data
N = Jumlah kelas

Debit Banjir

Perhitungan debit rencana untuk wilayah yang kurang dari 50 km2 menurut
Suripin (2004) paling tepat menggunakan rumus rasional. Metode ini mempunyai
asumsi-asumsi hujan merata di seluruh daerah tangkapan, lama hujan sama dengan
waktu konsentrasi, dan timbunan permukaan diabaikan atau hujan yang jatuh di
lahan menjadi aliran. Perhitungan debit rencana dapat dirumuskan dengan
persamaan (23).

𝑄 = 0,278 𝐶 𝐼 𝐴..................................................................................................(23)

Dengan Q adalah debit rencana (m3/det), C adalah koefisien limpasan, I


adalah intensitas hujan dengan durasi yang sama dengan waktu konsentrasi
(mm/jam), dan A luas DAS (km2). Koefisien limpasan permukaan adalah angka
yang menunjukkan nilai perbandingan antara air hujan yang jatuh pada suatu lahan
terhadap air yang menjadi limpasan permukaan. Faktor ini merupakan variabel
yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir (Suripin 2004). Klasifikasi
koefisien limpasan untuk perkotaan dan skala detail tidak sama dengan klasifikasi
pada skala global. Klasifikasi C yang digunakan berdasarkan Haubner et al (2001)
seperti pada Lampiran 6.
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat
umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung
semakintinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya.
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian,
maka intensitas hujan dapat dihitung menggunakan persamaan (24).
2⁄
𝑅24 24 3
𝐼= ×[𝑡] ..................................................................................................(24)
24
8

Dengan I adalah intensitas hujan (mm/jam), R24 adalah curah hujan


maksimum dalam sehari (mm), dan t adalah lamanya hujan, nilai t bisa dicari
dengan menggunakan persamaan (25).

𝑇𝑐 = 0,0195 × 𝐿0,77 × 𝑆 0,385 .............................................................................(25)

Keterangan :
Tc = Waktu konsentrasi (menit)
L = Panjang maksimum aliran (meter)
S = Kemiringan rata-rata saluran

Peta Topografi Reservoir

Relief permukaan danau yang begitu kompleks bisa direkam secara sempurna
oleh sensor penginderaan dekat. Salah satunya data topografi yang direkam melalui
echosounder (Poerbandono dan Djunarsah 2005). Pengukuran kedalaman laut pada
penelitian ini menggunakan Multibeam Echosounder (MBES).
MBES merupakan instrumen hidroakustik yang menggunakaan prinsip yang
sama dengan single beam namun perbedaannya terletak pada jumlah beam yang
dipancarkan lebih dari satu pancaran. Pola pancaran dari beamnya melebar dan
melintang terhadap badan kapal. Setiap beam mendapatkan satu titik kedalaman
sehingga kumpulan dari beberapa titik kedalaman akan membentuk suatu profil
dasar laut. Pada saat pemeruman, MBES menyapu dasar laut sehingga
menggambarkan suatu luasan area permukaan dasar laut (Moustier 2005).
Metode pengukuran kedalaman laut menggunakan MBES dengan
memanfaatkan suatu susunan tranduser (tranducer array) yang terdiri dari
serangkaian elemen yang memancarkan pulsa suara dalam sudut yang berbeda
(Hammerstad 2000). Pada prinsipnya MBES menggunakan pengukuran selisih fase
pulsa yang merupakan fungsi dari selisih pulsa waktu pemancaran dan penerimaan
pulsa akustik serta sudut datang dari sinyal tiap-tiap tranduser (Sasmita 2008).
Septiani (2014) menjelaskan proses pengolahan koreksi data kedalaman hasil
pemeruman MBES pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak Surfer 10 dan
Global Mapper 13. Data kedalaman hasil pemeruman MBES dengan format .txt
dibuka pada Surfer 10 untuk menghasilkan data kedalaman dalam format .dat. Data
dalam format .dat dibuka pada Global Mapper 13 untuk menampilkan lajur
pemeruman yang kemudian dilakukan proses pembuatan grid elevasi. Langkah
selanjutnya, dilakukan koreksi dengan menggunakan 3D path profile/line of sight
tool yang menghasilkan data dalam format .xyz. Data yang dihasilkan dibuka pada
microsoft excel untuk melihat perbedaan kedalaman pada posisi lajur pemeruman
yang mengalami overlap. Overlap yang dimaksudkan dalam penelitian ini
merupakan adanya tumpang tindih kedalaman pada saat kapal melintas pada posisi
(bujur dan lintang) yang sama (IHO 2008).
Dalam mendapatkan data kedalaman yang terjamin kualitasnya, pengukuran
batimetri menggunakan echosounder mengikuti standarisasi atau acuan teknis yang
berlaku. Dalam hal ini, standarisasi yang digunakan mengacu pada IHO Standards
Of Hydrographic Surveys SP-44 tahun 2008 dan SNI (Standar Nasional Indonesia)
7646-2010.
9

Restorasi

Restorasi dapat didefinisikan sebagai proses yang intens dalam membantu


pemulihan dan pengelolaan integritas ekologi suatu ekosistem yang rusak. Dalam
upaya restorasi, terdapat empat kegiatan kunci, yaitu restorasi, rehabilitasi,
remediasi, dan reklamasi (Bradshaw, 1997). Restorasi ekosistem atau pemulihan
ekologi (ecological restoration) adalah proses untuk membantu pemulihan suatu
ekosistem yang telah terdegradasi, rusak atau hancur dengan tujuannya untuk
mengembalikan struktur, fungsi, keanekaragaman serta dinamika dari ekosistem
tersebut (SER Internasional 2004). Pendekatan restorasi harus mampu mengenali
dan memanfaatkan potensi lingkungan seperti, sejarah, makna, keunikan lokasi dan
citra tempat (Danisworo 2002). Pada prinsipnya ada dua jenis teknologi restorasi
yang tersedia dan dapat diaplikasikan dalam upaya restorasi danau, yaitu teknologi
lingkungan (environmental technology) dan ekoteknologi (ecotechnology).
Teknologi lingkungan terutama digunakan untuk memecahkan masalah
pencemaran yang bersumber dari satu titik (point-source), sedangkan ekoteknologi
dapat dipertimbangkan baik untuk tindakan pengendalian eksternal maupun
internal (Jorgensen 1980).

Ekohidraulika

Pengelolaan badan air (sungai, danau, etc) secara berkelanjutan yang berbasis
konsep ekohidrolika dapat dilaksanakan dengan memperhitungkan kondisi
eksisting yaitu hidraulika dan ekologi. Kondisi hidraulika terkait dengan profil
danau, muka air banjir dan luas genangan. Sedangkan kondisi ekologi terkait
dengan vegetasi pada tebing dan bantaran. Pengelolaan badan air harus dilakukan
secara integral dan tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat secara parsial fungsi
hidraulisnya saja, sedangkan fungsi ekologisnya sama sekali diabaikan. Komponen
ekologis dan hidraulis suatu badan air mempunyai keterkaitan yang saling berpengaruh.
Prinsip dalam pengelolaan badan air adalah bagaimana mempertahankan kondisi
sungai tersebut semaksimal mungkin sehingga masih seperti pada kondisi semula atau
kondisi alamiahnya (back to nature concept). oleh karena itu dalam konsep eko-
hidraulik tidak ada satu faktorpun dalam wilayah sungai yang dianggap tidak penting
(Maryono 2003). Sejarah eko-hidraulika tidak lepas dari sejarah eksploitasi sungai
secara besar-besaran, seperti halnya yang terjadi di Eropa (Sungai
Danube,Rhine,Weser, Necker) pada abad 17,18,19 sampai pertengahan abad 20
(Maryono 2008). Pola Konsep ekohidrolika merupakan konsep pembangunan
badan air integratif yang berwawasan lingkungan. Dalam konsep ini, sungai
didefinisikan sebagai suatu system keairan terbuka yang padanya terjadi interaksi
antara faktor biotis dan abiotis yaitu flora dan fauna disatu sisi dan hidraulika air
dan sedimen disisi yang lain, serta seluruh aktivitas manusia yang berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan sungai (Ulmi et al 2010).
10

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakuan di Danau Situgede, Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian


dilaksanakan pada bulan Maret 2019 hingga bulan Mei 2019. Analisis sampel
dilakukan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan antara lain pita ukur, kompas, auto level,theodolite,
target rod, patok, GPS (Global positioning System), echosounder, alat tulis, dan
seperangkat komputer berbasis Windows yang sudah terinstalasi Microsoft Office,
AutoCAD, MapWindows-GIS, ArcGIS 10.4, Google Earth, Global Mapper 13,
Matlab R2013a, dan Surfer 10. Selain itu penelitian ini juga membutuhkan data
curah hujan bulanan, data curah hujan harian, peta topografi, peta tanah dan peta
tata guna lahan saat ini dan sebelum tahun 2000.
11

Prosedur

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini didapat dari pengukuran di


lapangan (primer) dan dari pengumpulan data (sekunder). Data primer berupa
pengukuran kedalaman danau, sedangkan data sekunder berupa pengumpulan data
curah hujan dan iklim, pengumpulan peta topografi, pengumpulan peta tata guna
lahan saat ini dan tahun 1990. Alur penelitian seperti pada Gambar 2.
Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data curah hujan dan iklim, peta
topografi, dan peta tata guna lahan saat ini dan tahun 1990. Setelah semua data
sekunder terkumpul dilakukan komparasi antara kondisi di lapangan dengan kriteria
rancangan dari referensi yang digunakan. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data
curah hujan dan iklim bulanan untuk dilakukan analisis curah hujan andalan dengan
menggunakan persamaan (1), (2), dan (3). Dari data iklim dapat dicari nilai
evapotranspirasi dengan menggunakan persamaan (4), (5), (6), (7), dan (8). Setelah
nilai curah hujan andalah dan evapotranspirasi didapat, maka dapat dietahui apakah
neraca air di Danau Situgede mengalami defisit atau surplus dengan menggunakan
persamaan (9).
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data curah hujan harian maksimum
dengan periode 10 tahun, kemudian data tersebut dianalisis secara statistika dengan
menggunakan berbagai metode distribusi, yaitu metode distribusi normal
menggunakan persamaan (10), metode distribusi log normal dengan menggunakan
persamaan (11), metode distribusi log pearson III dengan menggunakan persamaan
(12), (13), (14), dan (15), lalu metode gumbel dengan menggunakan persamaan
(16), (17), dan (18). Perhitungan dilakukan pada periode ulang 2, 5, 10, 25, dan 50
tahun.
Setelah didapat nilai curah hujan dari perhitungan berbagai metode distribusi,
kemudian nilai curah hujan dipilih berdasarkan nilai koefisien kemencengan yang
didapatkan dari persamaan (19) dan koefisien kurtosis yang didapatkan dari
persamaan (20). Selanjutnya dilakukan uji normalitas frekuensi sebaran data
dengan menggunakan uji chi kuadrat dan uji Smirnov-Kolmogorov. Hasil dari uji
chi kuadrat bisa didapatkan dari persamaan (21) dan (22). Data hasil perhitungan
dapat digunakan jika data tersebar secara normal.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan peta topografi yang kemudian dianalisis
kelas lereng lahan hidrolikanya agar didapat waktu konsentrasinya dengan
menggunakan persamaan (25). Setelah didapat waktu konsentrasi dan nilai curah
hujan harian maksimum kemudian didapatkan intensitas hujan dengan
menggunakan persamaan (24). Kemudian dikumpulkan peta tata guna lahan saat
ini dan kondisi ideal yang selanjutnya akan dianalisis luas dan sebaran tata guna
lahannya. Kondisi ideal yang dimaksud adalah peta tata guna lahan sekitar tahun
1990. Hasil dari analisis luas dan sebaran tata guna lahan saat ini adalah luas danau
saat ini, sedangkan hasil dari analisis luas dan sebaran tata guna lahan ideal adalah
luas danau sesuai dengan peta tata guna lahan yang didapat dan juga sebaran tata
guna lahan pada tahun tersebut. Luas danau saat ini kemudian dapat digunakan
untuk mengetahui debit banjirnya dengan menggunakan persamaan (23),
sedangkan luas danau dan sebaran tata guna lahan pada kondisi ideal digunakan
sebagai acuan kondisi ideal untuk merestorasi inflow area danau.
12

Gambar 2 Bagan alir penelitian


13

Pengukuran kedalaman danau kemudian dilakukan untuk keperluan


pembuatan peta topografi danau. Setelah itu dilakukan pula pengukuran di bantaran
danau untuk mendapatkan profil melintang danau. Dari peta topografi danau dan
profil melintang danau yang didapatkan, neraca air, dan juga debit banjir, kemudian
dibandingkan dengan luas danau dan peta tata guna lahan tahun 1990 untuk menjadi
dasar restorasi yang akan dilakukan. Restorasi yang dilakukan dapat berupa
penetapan no building zone, perencanaan desain bangunan yang cocok dengan
kondisi di bantaran tanpa mengganggu inflow area, dan peninjauan kembali
koefisien dasar bangunan (KDB) agar pembangunan di bantaran bisa dikendalikan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, I., Hanwar, S. 2011. Uji kesesuaian chi-kuadrat data hujan catchment area
Taratak Timbulun Kabupaten Pesisir Selatan. Poli Rekayasa. 6(2): 119 – 128.
Barmawi, M., Mawardi, E., Hatmoko, W. 2007. Penelitian ketersediaan air irigasi
di Kota Payakumbuh dalam rangka pengingkatan produksi padi. Jurnal
Sumberdaya Air. 3(4): 41-48
Bradshaw AD. 1997. What do we mean by restoration? In Restoration Ecology and
Sustainable Development. Jordan, W.R., Gilpin, M.E., Aber, J.D. pp. 23-29.
Cambridge (UK): Cambridge University Press.
Danisworo, M., Martokusumo, W. 2002. Revitalisasi Kawasan Kota: Sebuah
Catatan dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota. Info URDI
Dwiratna, N. P. S., Nawawi, G., Asdak, C. 2013. Analisis curah hujan dan
aplikasinya dalam penetapan jadwal dan pola tanam pertanian lahan kering di
Kabupaten Bandung. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik. 15(1): 29-34
Hammerstad E. 2000. Backscattering and Seabed Image Reflectivity. EM
Technical Note. http://www.kongsberg.com [17 Maret 2019]
Hariyanto A, Iskandar H. 2011. Kajian identifikasi potensi dan permasalahan
sumberdaya air (studi kasus : Kabupaten Belitung). Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota. 11(2) : 78 -85
Hatmoko, W., Triweko, R. W., Yudianto, D. 2012. Sistem pendukung keputusan
untuk perencanaan alokasi air secara partisipatoris pada suatu wilayah sungai.
Jurnal Teknik Hidraulik. 3(1): 71-86
Haubner, S., Andy R., Ted B., dan Tom D. 2001. Georgia Stormwater Management
Manual Volume 2 : Technical Handbook (Cetakan Pertama). Georgia (US):
AMEC Earth and Environmental Center for Watershed Protection
IHO. 2008. Standards For Hydrographic Surveys. Monaco (FR): International
Hydrographic Bureau.
Jorgensen, S.E. 1980. Lake Management. Oxford (UK): Pergamon Press.
Maryono, A. 2003. Pembangunan Sungai Dampak dan Restorasi Sungai. [Tesis].
Yogjakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.
Mogadhas, S. 2009. Long-term Water Balance of an Inland River Basin in an Arid
Area, North-Western China [tesis]. Lund (SE): Lund University
Moustier, De C. 2005. Course Multibeam Sonar Method. Publication Data. Inggris
Poerbandono dan Djunarsah, E. 2005. Survey Hidrografi. Bandung (ID): Refika
Aditama
14

Prambudi, Y. 2012. Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen Pada Sungai


Sampean [Skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember
Putri D. E. L. 2010. Inventarisasi biodiversitas ekosistem perairan Situ Gede
sebagai kajian dasar pendukung konsep agroeduwisata kampus Institut
Pertanian Bogor-Darmaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sasmita, D.K. 2008. Aplikasi Multibeam Echosounder System (MBES) untuk
Keperluan Batimetrik. Tugas Akhir [Tidak Dipublikasikan]. Bandung (ID):
Institut Teknologi Bandung.
Schwerdtfeger, J., Weiler, M., Johnson, M. S., Couto, E. G. 2014. Estimating water
balance components of tropical wetland lakes in the Pantanal dry season,
Brazil. Hydrological Sciences Journal. 59(12): 2158-2172
Septiani, NSE. 2014. Pemetaan Profil Dasar Laut Lintasan Indomix 2010
Menggunakan Multibeam Echosounder dan Shuttle Radar Topography
Mission. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[SER International] Society for Ecological Restoration International. 2004. Acuan
Dasar (Primer) Perhimpunan Ekologi Restorasi Internasional (SER
Internasional) terhadap Restorasi Ekologis (Versi 2).
Sriyono, E. 2012. Analisis Debit Banjir Rancangan Rehabilitasi Situ Sidomukti.
Jurnal Teknik. 2(2): 78-87
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID):
Andi
Thornthwaite CW, Mather JR. 1957. Instruction and Table For Computing
Potensial Evaotrasnpiration and Water Balance. New Jersey (US): Centerton
Tjasyono, BKH. 2004. Meteorologi Terapan. Bandung (ID): ITB
Tjasyono, BKH. 2008. Meteorologi Terapan. Bandung (ID): ITB
Ufoegbune, G. C., Yusuf, H. O., Eruola, A. O., Awomeso. J. A. 2011. Estimation
of Water Balance of Oyan Lake in the North West Region of Abeokuta,
Nigeria. British Journal of Environment & Climate Change. 1(1): 13-27
Ulmi EI, Nilna A. 2010. Kajian Ekohidraulik Sungai Martapura. [jurnal].
Banjarmasin (ID): Universitas Lambung Mangkurat.
Upomo, T.C., Kusumawardani, R. 2016. Pemilihan Distribusi Probabilitas pada
Analisa Hujan dengan Metode Goodness of Fit Test. Jurnal Teknik Sipil dan
Perencanaan. 2(18): 139-148
14

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

2019
Aktivitas Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengumpulan data sekunder dan pengurusan ijin penelitian √ √ √
Pengolahan data sekunder (hidrologi dan peta) √ √ √
Pengambilan data primer (pengukuran posisi dan kedalaman reservoir) √ √
Analisis data sekunder (hidrologi dan peta) √ √ √ √
Analisis data primer (posisi dan kedalaman) √ √
Pembuatan peta catchmen area (topografi dan tata guna lahan) √ √
Pembuatan topografi dasar permukaan danau √ √
Analisis neraca air (surplus defisit) dan debit banjir √ √
Pembuatan desain restorasi danau √ √ √
Penentuan rekomendasi kegiatan √ √ √ √
Penulisan draft skripsi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Seminar √
Sidang √
Perbaikan dan penggandaan √ √ √ √
15

Lampiran 2 Tabel Nilai Variabel Reduksi Gauss


16

Lampiran 3 Tabel Nilai KT untuk Distribusi Log Pearson III


17

Lampiran 4 Tabel Reduce Mean (Yn)


18

Lampiran 5 Tabel Reduced Standard Deviation (Sn)


19

Lampiran 6 Tabel Koefisien Limpasan

Sumber : Haubner et al (2001)

Anda mungkin juga menyukai