Praktikum 1
Praktikum 1
SERI I
“MULA KERJA, PUNCAK EFEK DAN LAMA KERJA OBAT ANALGESIK PADA
PEMBERIAN PER ORAL DAN INTRAMUSCULAR”
KELAS FARMASI E
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME). Di mana Tuhan YME
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dari kelompok sehingga kami dapat
melaksanakan sebuah praktikum dan menyelesaikannya dengan baik.
Sehingga akhirnya terusunlah sebuah laporan resmi praktikum Farmakologi I ini. Laporan ini
telah kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktikum Farmakologi I.
Dengan selesainya laporan resmi praktikum ini, maka kami tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan praktikum Farmakologi I. Khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah
Praktikum Farmakologi I, Kepada para asisten laboratorium Kimia yang senantiasa sabar
menghadapi kelompok kami selama praktikum, Orang tua kami yang telah mendoakan kelancaran
kuliah kami, Seluruh teman-teman yang berkenan saling membantu menyelesikan laporan
praktikum ini.
Demikian ini laporan Praktikum Farmakologi I yang telah kami buat. Kami mohon kritik dan
sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan Praktikum
Farmakologi I ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Juga bermanfaat bagi kami selaku penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM I
MULA KERJA, PUNCAK EFEK DAN LAMA KERJA OBAT ANALGESIK PADA
PEMBERIAN PER ORAL DAN INTRAMUSCULAR
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Membedakan mula kerja (onset of action), puncak efek (peak effect), lama kerja obat
(duration of action) analgetik pada pemberian per oral dan intraperitoneal.
B. DASAR TEORI
a. Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat.
b. Mula Kerja (Onset of Action)
Mula kerja adalah waktu dimana obat mulai memasuki plasma dan berakhir sampai
mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC Minimum Effective Concentration)
c. Puncak Efek (Peak Effect)
Puncak Efek adalah proses dimana obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah
dan plasma
d. Lama Kerja (Duration of Action)
Lama kerja adalah rentang waktu antara timbulnya efek obat sampai saat efek
hilang.
Beberapa obat menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat
memakan waktu beberapa jam atau hari. Kurva respon – waktu menilai 3 parameter
dari kerja obat, mula kerja obat, puncak efek dan lama kerja.
Kadar obat dalam plasma atau serum menurun dibawah ambang atau MEC, maka
ini berarti dosis obat yang memadai tidak tercapa, kadar obat yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan toksisitas.
Tingkat Absorbsi
Dalam pemberian oral, suatu obat dapat diabsorbsi secara tidak sempurna, misalnya
hanya 70% dari dosis digoksin yang mencapai system sirkulasi sistemik. Hal ini
disebabkan kurangnya absorbs melalui usus. Obat yang terlalu hidrofilik misalnya
aetanolol tidak akan bisa menembus membrane plasma yang bersifat lipid dan jika
terlalu lipofilik misalnya acyclovir maka obat tersebut akan kurang melarut untuk
menembus lapisan air disekitar sel. Obat mungkin tidak akan di absorbsi oleh karena
adanya transporter yang berlawanan yang berkaitan dengan glikoprotein- P. Proses ini
secara aktif memompa obat keluar dari sel-sel dinding usus masuk ke dalam lumen
usus. Penghambat glikoprotein – P dan metabolisme dinding usus mungkin jus jeruk
bali, mungkin berkaitan dengan absorbs obat.
Distribusi
Distribusi adalah proses dimana molekul obat yang diabsorbsi mulai meninggalkan
tempat ia diabsorbsi, masuk sirkulasi sistemik, bersama aliran darah menuju ke selutuh
tubuh, melewati berbagai barrier untuk mencapai tempat kerja nya pada jaringan atau
organ target sehingga terapi. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah menuju ke
seluruh tubuh, afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan, dan efek
pengikatan dengan protein. Ketika obat di distribusi didalam plasma, kebanyakan
berikatan dengan protein (terutama albumin) merupakan protein yang berikatan dengan
obat yang bersifat asam misalnya fenitoin salisilat dan disopiramid dan ada juga proten
a1-acid glycoprotein – mengikat obat basa misalnya kunidin lidokain dan propranolol.
Obat yang berikatan dengan protein maka molekulnya menjadi besar sehingga sulit
untuk berdifusi pada membran secara difusi pasif. Hanya fase drugs yang dapat
melewati membrane jaringan kemudian berikatan dengan reseptor seluler dan
kemudian didistribusikan ke jaringan tubuh lain setelah itu dimetabolisme dan
diekskresi. Ikatan protein pada obat tidak spesifik mislanya ketika ada obat yang
berbeda mengikat protein yang sama pada saat itu terjadi kompetisi, dimana obat yang
memiliki afinitas kuat akan berikatan kuat dengan proteinnya. System kerja distribusi
obat seperti pola difusi dimana obat yang telah selesai diabsorbsi didistribusikan oleh
sirkulasi darah menuju jaringan target, kemudian berikatan dengan protein plasma dan
ada obat free drugs. Obat yang berikatan dengan protein dan obat free drugs berpindah
secara difusi akibat perbedaan konsentrasi.
Siapkan Analgesimeter
Pegang tikus
Lepaskan beban
TIKUS II (INTRAMUSKULAR)
Ambang batas nyeri 1 : 6,9
2 : 4,5
3 : 3,2
Ʃ = 4,87 x 2 9,74
F. PEMBAHASAN
Mekanisme kerja obat analgesic
Analgetik atau penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Analgetik anti inflamasi di duga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis
prostaglandin (mediator nyeri).
Mekanisme kerja obat analgetik merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh
terhadap zat-zat tertentu. Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer
dan sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan
mediator sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin
tidak terjadi. Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati
reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan
transmitter dan perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.
a. Analgetik perifer
Analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan
suhu badan pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap
pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit
dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya keringat.
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer di golongkan terdri dari
golongan salisilat, golongan para-aminofenol, golongan pirazolon, dan
golongan antranilat. Contohnya Parasetamol, Asetosal, Antalgin.
b. Analgetik NSAID (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs)
Anti radang sama kuat dengan analgesik di gunakan sebagai anti nyeri atau
rematik contohnya asam mefenamat, ibuprofen.
c. Analgetik narkotik (analgetik central)
Analgetik narkotik bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang
hebat sekali yang bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran) dan efek
sampingnya dapat menimbulkan rasa nyaman (euforia). Obat ini khusus di
gunakan untuk penghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker.
Contoh obatnya : Morfin, Codein, Heroin, Metadon, Nalorfin.
Yang termasuk analgetik narkotik antara lain :
Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam :
- Alkaloida candu
- Zat-zat sintetis
Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai
potensi dan lama kerjanya, efek samping, dan risiko akan kebiasaan dengan
ketergantungan.
G. KESIMPULAN
H. DAFTAR PUSTAKA
http://www.psychologymania.com/2012/12/mekanisme-kerja-obat-analgetik.html
http://norhayani.blogspot.ca/2010/04/farmakologi-cara-pemberian-obat.html
http://wendijuwandi.blogspot.com/2012/09/analgetik.html Katzung, Bertram G.
Farmakologi Dasar & Klinik edisi 10. 2010 Neal, M.J. At a Glance Farmakologi Medis
edisi kelima 16