KB Kespro Tugas 2
KB Kespro Tugas 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu tentang seksualitas dan gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok
bahasan dalam wacana perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama
dalam perbincangan mengenai pembangunan dan perubahan sosial. Bahkan, beberapa waktu
terakhir ini, berbagai tulisan baik dimedia massa maupun buku-buku, seminar, diskusi dan
sebagainya banyak membahas tentang protes dan gugatan terkait dengan ketidak adilan dan
diskriminasi terhadap kaum perempuan. Ketidak adilan dan diskriminasi itu terjadi hampir
disemua bidang, mulai dari tingkat inetrnasional, negara, keagamaan, sosial, budaya,
ekonomi, bahkan sampai tingkatan rumah tangga.
Perlu dijelaskan bahwa istilah gender tidak sepadan dengan seks. Dalam transliterasi
Bahasa Indonesia, istilah gender sering disamakan dengan seks, sehinggakemudian
melahirkan pemahaman yang agak berbeda. Padahal, gender adalah sebuah konstruksi
pemahaman yang sudah menjadi tradisi dalam sebuah masyarakatdengan sistem sosial dan
budaya tertentu. Misalnya masyarakat Jawa yang menganutsistem sosial dan budaya patrinial,
kaum perempuan berada pada posisi marginal.Kaum laki-laki, dalam konstruksi sosial dan
budaya patriarkhi, cenderung mendominasi kaum perempuan. Namun berbeda ketika sebuah
masyarakat menganut sistem sosial dan budaya matrinial. Misalnya masyarakat Minang,
justru kaum laki-laki berada pada posisi marginal. Kaum perempuan, dalam sistem sosial
dan budaya matrinial, lebih mendominasi kaum laki-laki. Persoalan-persoalan gender
menjadi urgen untuk diperjuangkan karena dampaknya pada ketidak adilan sosial yang
menimpa kaum perempuan. Misalnya dalam konteks masyarakat yang menganut sistem
sosial dan budaya patriarkhi, kaum perempuan tidak mendapat hak-hak yang selayaknya.
Oleh karena itu, para aktivis Feminisme sebenarnya sedang menggugat sistem sosial
dan budaya patriarkhi.Perjuangan para aktivis Feminisme menghendaki terwujudnya keadilan
sosialdengan menempatkan peran dan posisi kaum perempuan sesuai dengan hak-
haknya.Landasan para aktivis Feminisme menuntut keadilan berdasarkan prinsip
humanismeuniversal, yaitu prinsip-prinsip kemanusiaan yang paling fundamental yang
melampaui etnik, budaya, dan agama.
1
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi beberapa mitos yang berkaitan dengan seksualitas pada
perempuan dan laki-laki.
2. Mengidentifikasi pengaruh gender dalam kemitraan hubungan seksual dengan
pasangan dan menerima makna seksual.
3. Mengidentifikasi perbedaan gender mempengaruhi kegiatan seksual di Indonesia.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengidentifikasi beberapa mitos yang berkaitan dengan seksualitas
pada perempuan dan laki-laki?
2. Bagaimanamengidentifikasi pengaruh gender dalam kemitraan hubungan seksual
dengan pasangan dan menerima makna seksual?
3. Bagaimanamengidentifikasi perbedaan gender mempengaruhi kegiatan seksual di
Indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Dalam pengambilan keputusan, suami dan istri harus saling menghormati
keputusan, istri juga harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan seksual,
seperti dalam menentukan jumlah anak, istri boleh mengajukan pendapatnya
mengenai jumlah anak.
4. Analisa kasus
Kasus supinah berdasarkan kerangka pikir seksualitas dan gender menurut
Dixon Mueller :
a. pasangan seksual
Dari segi pasangan seksual kasus supinah ini, supinah memeiliki dua
pasangan seksual. pasangan yang pertama merupakan pilihan dari supinah
sendiri.waktu lamanya hubungan supinah dengan pasangan pertamanya
berlangsung singkat yaitu dari awal supinah pacaran sampai supinah di ketahui
hamil di luar nikah.pasangan yang kedua merupakan pilihan dari orang
4
tuanya,supinah terpaksa menerima perjodohan itu karena tidak ingin membuat
orang tua nya kecewa.
b. Tindakan seksual
c. Makna seksual
Makna seksual dalam kasus supinah ini yaitu pasangan pertama
supinah menganggap bahwa supinah akan mengikuti ajakannya saja karna dia
tahu supinah sangat mencintainya, dan pada pasangan kedua makna seksual dari
hubungan supinah yaitu suami supinah merasa bahwa diri supinah sudah
sepenuhnya milik nya, karna dia sudah menikah jadi suami supinah merasa
setiap keinginannya harus diikuti kalau tidak dia bisa melakukan tindakan sesuai
yang diinginkannya jika supinah menolak.
d. Dorongan dan kenikmatan seksual
Yaitu pada pasangan pertama, supinah memiliki status hubungan
pacaran dengan pacarnya yaitu didasari suka sama suka jadi supinah bisa
merasakan dorongan dan kenikmatan seksual, sedangkan pada pasangan kedua
supinah melakukan hubungan seksual dilandasi karna kewajibannya sebagai
seorang istri kepada suami yang dipilihkan oleh orang tuanya.
5
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Seksualitas atau jenis kelamin terdiri dari perempuan dan laki-laki yang telah ditentukan
oleh Tuhan. Oleh karena itu tidak dapat ditukar atau diubah. Ketentuan ini berlaku sejak
dahulu kala, sekarang dan berlaku selamanya.Sumber mitos seksual yang remaja dapatkan
kebanyakan berasal dari teman sebayanya. Tanpa sumber yang jelas dan terpercaya remaja
menkonsumsi dan mempercayai mitos-mitos seksual tersebut.Remaja cenderung
mengkaitkan seksualitas dengan nafsu birahi atau pada umumnya hubungan seksual.
Mitos-mitos yang berkembang di masyarakat berkaitan dengan seksualitas, antaralain:
Dorongan seksual laki-laki lebih besar daripada perempuan, minuman bersoda akan dapat
mempercepat selesainya menstruasi, berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta,
hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina, hubungan
seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina, selaput dara yang robek
berarti sudah pernah melakukan hubungan seksual atau tidak perawan lagi, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan refrensi sosiologi dan antropologi dia mengidentifikasi 4 dimensi seksualitas
dan perilaku sosial yang secara sosial diorganisasikan sejajar dalam keterhubungannya
dengan gender, yaitu antaralain: 1) Pasangan Seksual (Sexual Partnership), 2) Tindakan
Seksual (Sexual Acts), 3) Pengertian tentang Seks (Sexual Meanings) dan 4) Hasrat Seksual
dan Kenikmatan.
Menurut Ilmu Sosiologi dan Antropologi, Gender adalah perilaku atau pembagian peran
antara laki-laki dan perempuan yang sudah dikonstruksikan atau dibentuk di masyarakat
tertentu dan pada masa waktu tertentu pula. Kaitan peran gender dengan seksualitas
hubungannya adalah sebagai hubungan sosial antara laki-laki dengan perempuan yang
bersifat saling membantu atau sebaliknya malah merugikan, serta memiliki banyak perbedaan
dan ketidaksetaraan. Hubungan gender berbeda dari waktu ke waktu, dan antara masyarakat
satu dengan masyarakat lain, akibat perbedan suku, agama, status sosial maupun nilai tradisi
dan norma yang dianut.
6
2. Saran
Semoga pembaca dapat memahami tentang perbedaan antara seksualitas dengan
gender yang terkadang diartikan sama, yaitu sebagai jenis kelamin. Agar pembaca khususnya
remaja dapat mengetahui tentang mitos-mitos mengenai kesehatan reproduksi dan
seksualitas, sehingga diharapkan pembaca mendapatkan informasi yang benar.
7
Daftar Pustaka
http://lifestyle.kompas.com/read/2010/06/06/14453938/10.mitos.seks.wanita
http://m.liputan6.com/health/read/2569506/6-mitos-tentang-hubungan-seks-dan-
keperawanan
http://www.scribd.com/mobile/doc/51684276/seks-dan-gender
http://sofyaneffendi.wordpress.com/2011/07/26/macam-macam-ketidakadilan-gender/
http://dechacare.com/13-mitos-tentang-seks-|200-1.html
http://lifestyle.kompas.com/read/2011/01/19/15502525/fakta.di.balik.10.mitos.seks.pria