Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIK PROFESI 2018

Laporan
Diajukan sebagai Syarat Kelulusan Mata Kuliah Praktik Profesi
pada Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam

Oleh
M Iqbal Al-Farizi
NIM 1165010093

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018

i
ii

LAPORAN PRAKTEK PROFESI 2018

Disusun oleh:
M Iqbal Al-Farizi
NIM 1165010093

Telah disetujui oleh


Pembimbing,

Agus Permana, M. Ag.


Tanggal: 12 Desember 2018

Mengetahui:

Ketua Jurusan SPI, Ketua Panitia


Praktik Profesi 2018,

Samsudin, M. Ag. Dina Marlina, M. Ag


NIP. 197001102000031003
Tanggal: ...........................
iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim.

Assalamu’alaikum warahamatullahi wabarakaatuh.

Alhamdulillāhirabbil‘ālamīn..

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala


Sang Pencipta seluruh alam semesta, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya berikut nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Dengan adanya pemberian dari
Allah tersebut, alhamdulillah penulis dapat menyusun laporan rencana penelitian
ini. Tidak lupa, shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada Baginda
Nabi Muhamamd Ṣallallāhu ‘alaihi wasallam, yang telah membawa umatnya dari
kehidupan dan alam pikir yang gelap, menuju kehidupan dan alam pikir yang
tercerahkan.

Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur kepada Allah, atas kehendaknya


penulis akhirnya dapat menyusun materi Lembaga Dakwah Islam Indonesia di
Bandung Meskipun demikian, semaksimal usaha manusia, tentu tidak akan lepas
dari kekurangan dan kelemahan, karena, kesempurnaan hanyalah milik Allah
semata. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak
senantiasa penulis harapkan demi kebaikan penulis untuk ke depan.

Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan
namanya satu persatu. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan. Terima
kasih banyak, semoga taufik dan hidayah Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa
tercurahkan kepada kita semua. Aamiin..

Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih, jazākumullāhu khairān kaṡīrān.

Wassalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bandung,12 Desember 2018


Penyusun,

M Iqbal Al-Farizi
NIM 1165010093
iv

DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIK PROFESI 2018 .............................................................................. i


LAPORAN PRAKTEK PROFESI 2018 ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv
RENCANA PENELITIAN:
LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA DI BANDUNG
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 9
D. Kajian Pustaka ............................................................................................................ 9
E. Langkah-Langkah Penelitian .................................................................................... 11
F. Outline....................................................................................................................... 16
G. Jadwal Peneltian............................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR SUMBER ......................................................................................................... 18
PORTOFOLIO PESERTA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA (LDII)
DI BANDUNG

Oleh
M Iqbal Al-Farizi
NIM 1165010093

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG

Maret 2019

1
2

LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA (LDII) DI


BANDUNG

A. Latar Belakang Masalah

Agama merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Manusia beragam


bukan hanya terbatas pada mereka mempercayai adanya Tuhan, akan tetapi
mereka mempercayai adanya kekuatan lain yang tidak terlihat secara kasat mata,
dapat dikatakan sebagai manusia yang beragama. Agama meliputi berbagai
bidang kehidupan manusia seperti ekonomi,politik, sosial dan budaya. Agama
mengatur hal sederhana sampai pada hal yang komplek, dan merupakan patokan
manusia dalam bertindak dalam kehidupannya.

Agama mencakup berbagai aspek kehidupan dalam kehidupan masyarakat


dapat menjadi dasar dalam suatu pergerakan yang muncul dalam masyarakat.
Perubahan zaman yang semakin hari kian pesat dengan membawa berbagai
dampak pada kehidupan yang mulai menjauh dari nilai-nilai agama memicu
munculnya gerakan sosial dengan basis agama untuk melakukan pembaharuan.
Gerakan sosial keagamaan bermunculan untuk menjadi kontrol sosial masyarakat
secara umum atau pemeluk agama tersebut secara khusus. yaitu gerakan yang
mengajak umat Islam untuk kembali kepada tradisi salaf (generasi pertama Islam,
yaitu para sahabat Nabi SAW) dan berpegang teguh pada al-Qur'an. Gerakan ini
diilhami oleh Ibnu Taimiyah. Kelompok Salafiyah yang dikenal juga sebagai
"gerakan pembaharuan pemahaman Islam (reformisme Islam)" dan "gerakan
pemurnian Islam" itu dipandang orang-orang Barat sebagai "gerakan yang sama"
dengan yang terjadi dalam sejarah Kristen. Dari situlah Barat kemudian
memunculkan istilah "fundamentalisme Islam" (al-us}uliyah al-Islami>yah).

Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya fundamentalisme dalam


agama Islam adalah kerika umat islam yang melihat sebagian muslim yang lai,
semakin jauh dari nilai-nilai Islam dan tidak peduli dengan semua yang terjadi. Di
sisi lain, umat islam melihat orang-orang ada yang gigih memerangi dan
3

menghadapi mereka dengan kekuatan dan usaha yang maksimal untuk


mengembalikan umat islam kepada kemuliaa, dan kecemerlangan seperti yang
terjadi pada masa lalu.

Di era modern, gerakan Islam harus mampu menghadapi masalah-masalah


yang diinginkan yakni kesanggupannya memenuhi berbagai kebutuhan
masyarakat modern dan berbagai tuntutannya, material maupun moral. Eksistensi
gerakan Islam tidak mungkin mantap jika tidak memiliki pengaruh apa-apa di
dalam keyakinan umat dan kehidupannya, sehingga umat melihat bahwa jalan
keluar dari masalah tersebut ada di dalam ajaran fundamentalisme.

Dalam sejarah Islam Indonesia terdapat polarisasi umat islam yang amat kaya.
Sejak zaman kemerdekaaan, Islam sudah menunjukan beraneka ragam wajah,
yang di persentasikan oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) maupun organisasi
politik (orpol). Oleh para peneliti Islam keragaman ini diidentfikasikan dengan
berbagai nama atau label. Ada Islam tradisional, yaitu agama Islam yang cara
pelaksanaanya masih di campur dengan tradisi-tradisi daerah setempat, Islam
modernis yaitu Islam Modern dengan menggunakan logika untuk menyikapi
berbagai masalah yang ada dalam Islam dan berdasarkan al-Qur’an dan Hadist.
Islam puritan (murni) Islam ekstrem, Islam abanngan, Islam nasionalis dan lain
sebagainya. Adanya sebutan-sebutan di atas , cukup menjelaskan pluralitas umat
muslim indonesia. (An-Nahlawi, 1996)

Di Indonesia, masyarakat yang menganut agama Islam memunculkan


organisasi-organisasi keagamaan yang berdasarkan aliran keagamaan , misalnya :
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), Lembaga Dakwah Islam Indonesia
(LDII), dan lain-lain. Organisasi keagamaan itu lebih khusus disebut organisasi
massa Islam. Salah satu fungsi organisasi itu adalah sebagai wadah kolektfitas
dari kelompoknya, yaitu sebagai wadah aktifitas dalam rangka dakwah Islamiyah,
Hal itu merupakan salah satu fenomena sosial di Indonesia, yang kerap kali
4

membingungkan masyarakat awam. Bahkan muncul labelling sesat bagi aliran-


aliran keagamaan tertentu oleh pihak tertentu.

LDII adalah salah satu organisasi masa Islam yang dianggap meresahkan
masayarakat, sehingga muncul labbeling sesat oleh pihak-pihak tertentu. Di
beberapa daerah labbeling sesat terhadap LDII sering menimbulkan konflik
antara penganun LDII dan non LDII. Paham keagamaan yang dikembangkan oleh
LDII di anggap telah meresahkan masyarakat di berbagai daerah, karena dinilai
masih mengajarkan faham Darul Hadist/Islam Jamaah yang telah dilarang oleh
Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971 (SK Jaksa Agung RI No.Kep-
08/D.A/10/1971 tanggal 29 Oktober 1971).

Faham Darul Hadist mulai di perkenalkan ke Indonesia pada tahun 1940 oleh
H. Nurhasan al-Ubaidah Lubis. Ajaran yang di bawa adalah mengembalikan Islam
Indonesia yang sudah banyak menyimpang ke jalur yang benar. Darul Hadist
adalah organisasi non-formal dan kegiatannya terbatas pada pengajian-pengajian
yang memfokuskan pada pemaknaan atau terjemah perkalimat al-Qur’an dan
Hadis, dan pemurnian dari bid’ah, kufarat dan sejenisnya dan belum ada masalah
keamiran. Setelah H. Nurhasan al-Ubaidah mendapatkan doktrin keamiran dari
imam dan khalifah dunia Jami’atul Muslim Hizbullah yaitu Imam Wali al-Fatah
yang di bai’at pada tahun 1954 di Jakarta oleh para Jamaahnya, maka sistem
keamiran mulai diterapkan. Waktu itu Wali al-Fatah adalah Kepala Biro Politik
Kementrian Dalam Negeri RI (pemerintahan Soekarno). Sedangkan Islam
Jama’ah ini didasarkan atas perkataan Umar Bin Khatab “tiadalah Islam kecuali
dengan berjama’ah, tiadalah berjama’ah kecuali dengan bera mir, tiadalah beramir
kecuali dengan bertaa’at.

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri pada 3 Januari
1972 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam
(YAKARI).
5

Pada Musyawarah Besar (Mubes) tahun 1981 namanya diganti menjadi


Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada Mubes tahun 1990, atas dasar
Pidato Pengarahan Bapak Sudarmono, SH. selaku Wakil Presiden dan Bapak
Jenderal Rudini sebagai Mendagri waktu itu, serta masukan baik pada sidang-
sidang komisi maupun sidang Paripurna dalam Musyawarah Besar IV LEMKARI
tahun 1990, selanjutnya perubahan nama tersebut ditetapkan dalam keputusan,
MUBES IV LEMKARI No. VI/MUBES-IV/ LEMKARI/1990, Pasal 3, yaitu
mengubah nama organisasi dari Lembaga Karyawan Dakwah Islam yang
disingkat LEMKARI yang sama dengan akronim LEMKARI (Lembaga Karate-
Do Indonesia), diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang disingkat
LDII.

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang pada awal mula berdirinya
pada 3 Januari 1972 di Surabaya, Jawa Timur bernama Yayasan Lembaga
Karyawan Islam (YAKARI) yang kemudian diubah menjadi Lembaga Karyawan
Islam (LEMKARI) didirikan oleh :

1. Drs. Nur Hasyim

2. Drs. Edi Masyadi

3. Drs. Bahroni Hertanto

4. Soetojo Wirjo Atmodjo BA.

5. Wijono BA.

Kajian LDII telah banyak dilakukan baik berupa hasil penelitian maupun buku.
Pada umumnya hasil penelitian-penelitian yang sudah terlaksana masih bersifat
pendahuluan atau studi awal yang berusaha mendeskripsikan sekitar kelahiran,
perkembangan dan pokok-pokok ajaran gerakan LDII. Hingga saat ini kajian
ilmiah mengenai LDII sebagai salah satu organisasi dan juga pondok pesantren
6

besar di Indonesia masih belum memadai, meskipun selama satu dekade terakhir
ini LDII telah mengalami perkembangan yang pesat.

Perkembangan LDII yang pesat ini, pada hakikat nya menimbulkan respon dan
resistensi tersendiri bagi masyarakat yang berada di luar golongan LDII. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan pandangan tentang ideologi yang mendasari gerakan
LDII di masyarakat.

Ideologi LDII terbagi menjadi tiga, yaitu ideologi gerakan keagamaan, politik
dan ekonomi. Ideologi gerakan keagamaan LDII merupakan aktivitas keagamaan
LDII dalam rangka memurnikan agama Islam pada masyarakat yang dilakukan
oleh bidang dakwah. Selain itu, prosesnya melibatkan bidang pengkaderan,
bidang ke-LDII-an, dan bidang pengkajian ilmu pengetahuan. Secara umum
kegiatan dakwa LDII dilakukan untuk menyesuaikan visi dan misi sebagai
gerakan Islam dan keilmuan kemasyarakatan. Semua itu bagi jamaah LDII hanya
bisa terwujud ketika urusan dunia dikorelasikan dengan kehidupan akhirat kelak,
dengan cara berbuat amal saleh sebanyak-banyaknya sesuai dengan tuntunan al-
Qur’an dan Hadis demi mendapatkan pahala dan mampu mengahantarkan kepada
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Sedangkan ideologi LDII yang bersifat politik yaitu LDII dalam melihat
politik, kekuasaan ataupun negara. LDII meletakkannya sebagai produk dari
dinamika sosial kemasyarakatan dan kebudayaan, yang kemudian dikenal sebagai
gerakan dakwah. Bagi jamaah LDII, partai politik ataupun politik negara adalah
sub-sistem dari gerakan dakwah. Dari sini terlihat bahwa hubungan antara LDII
dengan partai politik tidak konsisten, selalu berubah dan tidak pernah bersifat
struktural. Dengan kata lain LDII ditempatkan di atas basis yang lebih besar dan
kultural dibandingkan dinamika politik kenegaraan. Dalam hal ini LDII cenderung
bersikap pragmatis atau akomodatif dalam politik. Hal ini terlihat dalam hasul
Rakernas pada tahun 2007 di Jakarta, LDII kembali menetapkan Islam sebagai
asas tunggal. Rakernas ini juga memutuskan bahwa LDII sebagai organisasi
7

sosial-keagamaan akan menjaga jarak yang sama dengan semua partai politik.
Para pengurus LDII dilarang melakukan rangkap jabatan dengan semua partai
politik. Ideologi ekonomi LDII adalah menjadikan anggota LDII dalam
memperoleh harta dengan semangat amal saleh dan sadaqah, demi mendapatakan
harta yang halal dan barakah dari Allah.

Di Kota Bandung, ideologi-ideologi LDII di atas mendapat respon yang


akomodatif dan refresif dari tokoh-tokoh golongan Islam yang lain, Tokoh
Wahidiyah, misalnya cenderung mengapresiasi beberapa hal, di antaranta terkait
dengan ideologi LDII dan keputusan warga LDII dalam memutuskan hukum
tentang jilbab dan cadar.

Warga LDII menolak pendapat yang menyatakan wajib mengenakan cadar


bagi wanita , juga membantah mereka yang mengatakan bahwa menutup wajah
merupakan perbuatan bid’ah dan berlebih-lebihan dalam agama. Hal ini
berdasarkan pandangan warga LDII yang beranggapan bahwa agama harus di
pelajari, difahami dan di amalkan sesuai ajaran al-Qur’an dan Hadis secara merata
dan berkala oleh seluruh warga dari semua tingkatan melalui pembinaan, agar
mampu melakukan perubahan diri menjadi lebih baik. Upaya itu cukup efektip
dalam menciptakan kebaikanm, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain dan
akan berdampak positif pada kebersamaan, karena dengan demikian
melaksanakan agama akan menjadi ringan, yang pada akhirnyaakan menjadi
budaya.

Sedangkan ideologi ekonomi LDII, tokoh Wahidiyah cukup apresiatif karena


seluruh warga LDII memiliki etos menjadi teladan di lingkungan kerjanya dan
mempunyai nilai tambah. Dalam ideologi perekonomian warga LDII, terdapat
pengajian dalam meningkatkan kualitas hidup manusia melalui etos kerja,
sehingga materi pengajian bukan saja persoalan akhirat, tapi juga persoalan dunia
dapat di terima dan dipraktekan dengan baik oleh warga LDII.
8

Seperti yang kita ketahui LDII berkembang pesat setelah di resmikan menjadi
organisasi keagamaan yang di sahkan oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI No. AHU-18. AH.01.06. Tahun. 2008, Tanggal, 20 Februari 2008
walaupun sejatinya LDII berdiri pada tahun 1972. Dengan isi keputusan sebagai
berikut :

Pertama: Memberikan Pengesahan Akta Pendirian: LEMBAGA DAKWAH


ISLAM INDONESIA disingkat LDII, NPWP. 02.414.788.6-036.000 berkedudukan
di Ibukota Negara Republik Indonesia, sebagaimana anggaran dasarnya termuat
dalam AKTA Nomor 01 tanggal 03 Januari 1972 yang dibuat oleh Notaris
Mudijomo berkedudukan di Surabaya dan Akta Nomor 13 Tanggal 27 September
2007, yang dibuat di hadapan Notaris Gunawan Wibisono, SH, berkedudukan di
Surabaya dan oleh karena itu mengakui lembaga tersebut sebagai badan hukum
pada hari pengumuman anggaran dasarnya dalam Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia.

Kedua: Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik


Indonesia ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya.

LDII berkembang di seluruh wilayah Indonesia salah satunya adalah


perkembangan LDII di Jawa Barat. Yang di dalam penelitian ini akan membahas
tentang perkembangan LDII di salah satu wilayah terbesar di Jawa Barat yaitu di
Bandung. Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa barat tentunya di Bandung
juga terdapat beberapa Organisasi Masyarakat atau Organisasi Keagamaanan
seperti Muhammadiyah, Nahdathul Ulama ( NU), Persatuan Islam (Persis) dan
sebagainya. Maka dari itu perlunya penulis untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai LDII di Bandung agar mendapatkan informasi mengenai
keberadaan LDII di Bandung serta bagaimana perkembangan, kontribusi serta
respon masyarakat dan Organisisai Keagamman yang lain terhadap keberadaan
LDII di Bandung. Oleh karena itu penelitian ini akan membahas mengenai “
9

Sejarah dan Perkembangan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di


Bandung.“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Sejarah Gerakan Keagamaan LDII di Bandung ?


2. Bagaimana perkembangan LDII di Bandung ?
3. Bagaimana kontribusi LDII di Bandung
4. Bagaimna respon tokoh masyarakat terhadap Organisasi Keagamaan LDII
di Bandung

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan di atas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Sejarah Gerakan Keagamaan LDII di Bandung


2. Untuk mengetahui perkembangan LDII di Bandung
3. Untuk mengetahui kontribusi LDII di Bandung
4. Untuk mengetahui respon tokoh masyarakat terhadap Organisasi
Keagamaan LDII di Bandung

D. Kajian Pustaka

Dalam melakukan penelitiannya, seorang sejarawan biasanya mengenal topik-


topik kajian yang akan diteliti melalui wawasan yang didapatkannya dari
membaca.1 Tujuan dilakukannya tinjauan pustaka adalah untuk membuktikan
aspek orisinalitas atas penelitian ilmiah yang akan dilakukan serta memperoleh
alasan mengapa penelitian tentang objek tersebut perlu untuk dilakukan.2 Untuk

1
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 72.
2
Nina Herlina Lubis, Metode Sejarah, (Jawa Barat: YMSI, 2007), hlm. 83.
10

itu seorang peneliti sejarah perlu melakukan kajian pustaka terhadap penelitian
terdahulu baik berupa buku, jurnal, dan skripsi yang menjadi acuan dalam
penelitian diantaranya sebagai berikut: (Sjamsuddin, 2007, hal. 72) (Lubis, 2007,
hal. 83)
Kajian tentang LDII telah banyak dilakukan, baik hasil penelitian maupun
buku. Pada umumnya hasil penelitian-penelitian tersebut masih bersifat
pendahuluan atau studi awal yang berusaha mendiskripsikan sekitar kelahiran,
perkembangan dan pokok-pokok ajaran gerakan jamaah LDII, sebagai berikut:
1. Marzani Anwar (Departemen Agama, 1989) tentang “Mas alah Teologi
Islam Jamaah”, menjelaskan tentang permasalahan-pe rmasalahan
teologis LDII yang berkembang di Indonesia.
2. Drs. Nur Hasyim (1971), terdapat tujuh kuliah yang ditulis dalam bentuk
buku oleh Drs. Nur Hasjim, salah satunya adalah ”Im am Jama’ah di
dalam Agama Islam dan Tujuh Fakta Syahnya Keamiran Jama’ah di
Indonesia”. Diktat-diktat itu isinya sama, yaitu menggambarkan pokok-
pokok pikiran yang mendasari gerakan Islam Jama’ah LDII (diktat ini
tidak diterbitkan).
3. Tobroni (Pasca UMM, 1996) penelitian berupa tesis yang berjudul
“Keamiran dan Jama’ah (Studi Tentang Hubungan Amir dan
Pengaruhnya Terhadap Perilaku Keagamaan Warga LDII di Jawa Timur”.
Tesis ini menjelaskan tentang konsep keamiran dan jamaah di LDII di
Jawa Timur.
4. Hartono Ahmad Jaiz (2005), dengan judul “Aliran dan Paham Sesat di
Indonesia”. Buku ini berusaha menggambarkan secara menyeluruh
tentang seluk beluk ajaran LDII dengan tujuan menyerang habis argumen
LDII.
5. Mundir Thohir (2009), dengan judul buku “Islam Jama ’ah dan LDII,
Doktrin Islam Jama’ah dan Sosialisasinya Dalam Membentuk Kesalehan
Warga LDII”. Dalam buku ini Mundir Thohir mengungka p perbedaan
antara paham aliran Islam Jama’ah dan LDII sebagai organisasi dakwah.
11

6. Moh. Nuhrison (2009), dengan judul buku “Aliran-ali ran/Faham


Keagamaan dan Sufisme Perkotaan di Indonesia”. Dala m buku ini
Nuhrison mengupas tentang paradigma baru LDII yang berkembang di
beberapa daerah.

Kajian-kajian di atas mayoritas belum mengungkap hubungan antara warga


LDII dengan masyarakat sekitarnya, termasuk mengenai bagaimana interaksi
sosial warga LDII dengan masyarakat sekitar yang bukan LDII (Muhammadiyah,
Nahdlatul Ulama dan Wahidiyah). Penelitian-penelitian dan juga tulisan-tulisan
sebelumnya banyak yang mengupas tentang doktrinal LDII, dan banyaknya
konflik di dalamnya, baik berupa perbedaan atau perseteruan antar keyakinan,
sedangkan penelitian ini mencoba untuk meneliti bagaimana sejarah dan
perkembangan serta kontribusi dan respon masyarakat non LDII terhadap LDII,
baik respon akomodatif maupun resistensif.

E. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan


kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merekonstruksikan apa yang telah
terjadi di masa lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan
mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar
mampu Menggarnbarkan, menjelaskan, serta memahami peristiwa yang terjadi
pada masa lalu. Penulisan peristiwa masa lampau dalam bentuk peristiwa atau
kisah sejarah yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah diharuskan untuk
melalui prosedur kerja sejarah.
Pengisahan masa lampau tidak dapat dikerjakan tanpa adanya sumber yang
menyangkut masa lampau tersebut, sumber yang dimaksud adalah berupadata
yang kemudian melalui proses analisis untuk menjadi sebuah fakta atau
keterangan yang otentik yang berhubungan dengan terna permasalahan, dalarn
ilmu sejarah dikenal sumber-sumber itu baik tertulis maupun tidak tertulis. Proses
dalarn penulisan laporan penelitian sejarah rnernbutuhkan kreatifitas, irnajinasi
12

yang kuat, dan rnultirasio. Laporan tersebut hendaknya ditulis dengan gaya
penulisan yang baik dan objektif.3 (Zuriah, 2007, hal. 6)
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah untuk menguji
dan menganalisa secara kritis rekaman-rekaman serta peninggalan masa lalu yang
terdiri empat tahapan yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.4
(Gottschalk, 1985, hal. 32)

1. Heuristik
Tahap heuristik merupakan kegiatan mencari sumber untuk mendapatkan
data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah. Pada tahapan ini,
kegiatan diarahkan pada penjajakan, pencarian, dan pengumpulan sumber-
sumber yang akan diteliti, baik yang terdapat di lokasi penelitian, temuan
benda maupun sumber lisan.5 Heuristik sering kali merupakan suatu
keterampilan dalam menemukan, menangani, dan memperinci bibliografi atau
mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.6 (Sulasman, 2014, hal. 93)
(Abdurrahman, 1999, hal. 55)
Tahapan heuristik ini adalah tahapan pertama. Pada tahapan ini penulis
mencoba melacak atau mencari sumber yang memiliki kolerasi dengan judul
penelitian. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah proses pencarian,
pelacakan, dan pengumpulan sumber-sumber yang berkenaan dengan topik
yang akan dibahas.
Dalam tahap ini, peneliti melakukan pencarian sumber dari buku, media
cetak berupa majalah, jurnal, skripsi, dan artikel internet. Dalam proses
pencarian sumber, penulis mencari dengan mendatangi Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia (PNRI), Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI), Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jawa Barat

3
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007), hlm. 6.
4
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1985), hlm.
32.
5
Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 93.
6
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Cet. Pertama, (Jakarta: PT Logos Wacana
Ilmu, 1999), hlm. 55.
13

(DISPUSIPDA), Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Bandung


(DISPUSIP Bandung), Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, dan beberapa tempat lain yang
penulis kunjungi.
Setelah menelusuri sumber-sumber yang berkaitan di lokasi-lokasi
keberadaan sumber di atas, penulis akhirnya memperoleh beberapa sumber-
sumber. Sumber-sumber yang penulis dapatkan terdiri dari sumber primer
dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber sejarah yang direkam
dan dilaporkan oleh para saksi mata. Data-data dicatat oleh orang yang benar-
benar menyaksikan dan mengalami suatu peristiwa sejarah.7 Sumber primer
ini dapat berupa tulisan dalam arsip, dokumentasi, berita-berita pemerintah,
naskah perjanjian, surat kabar, majalah-majalah dan sebagainya.8
Sedangkan sumber sekunder ialah sumber yang disampaikan bukan oleh
orang yang menyaksikan atau orang yang terlibat dalam peristiwa suatu
sejarah. Penulis sumber sekunder tidak menyaksikan langsung peristiwa
sejarah namun dia melaporkan apa yang terjadi berdasarkan kesaksian orang
lain.9 (Daliman, 2012, hal. 55)

2. Kritik
Tahapan selanjutnya yaitu tahapan kritik. Pada tahapan ini yang dilakukan
adalah untuk menentukan otentisitas dan kredebilitas atas sumber yang
didapatkan dengan kualifikasi atas bentuk, bahan dan jenis dari naskah atau
dokumen yang nantinya menentukan bagaimana validitas teks dan isi dari
data-data. Kritik sumber adalah suatu usaha menganalisa, memisahkan dan
mencari suatu sumber untuk memperoleh keabsahan sumber yang
dibutuhkan. Dalam hal ini, dilakukan penyeleksian apakah data tersebut
akurat atau tidak, baik dari segi bentuk maupun isinya sehingga dapat

7
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 55.
8
Hugiono, et.al., pengantar ilmu sejarah, (jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 31.
9
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 55.
14

dipertanggungjawabkan.10 Tahapan kritik ini dibagi menjadi dua yaitu kritik


intern dan ekstern. (Abdurrahman, 1999, hal. 11)

a. Kritik Eksternal
Kritik eksternal merupakan cara melakukan verifikasi atau pengujian
terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Atas dasar berbagai
alasan atau syarat, setiap sumber harus dinyatakan dahulu autentik dan
integralnya.Saksi-mata atau penulis itu harus diketahui sebagai orang
yang dapat dipercayai (credible).11 (Sjamsuddin, 2007, hal. 84)
Kritik ekstern ini digunakan untuk meneliti otentisitas sumber secara
bentuk dengan menguji material kertas atau bahan, tanggal, dan tanda
yang terdapat di dalam teks.12
b. Kritik Internal
Kritik internal menekankan kritik pada aspek isi dari sumber yang
didapat.Setelah fakta kesaksian (fact of testimony) ditegakkan melalui
kritik eksternal, tiba gilirannya untuk mengadakan evaluasi terhadap
kesaksian itu, dan memutuskan apakah kesaksian itu dapat diandalkan
(realible) atau tidak.13 Kritik intern merupakan proses untuk menguji
keabsahan sumber yang telah diperoleh sebelumnya. (Sjamsuddin, 2007,
hal. 91)
Dalam kritik intern ini dilakukan 3 hal; Pertama, mengadakan
penilaian intrinsik, yang berkaitan dengan kompeten tidaknya suatu
sumber, keahlian dan kedekatan dari sumber atau saksi. Kedua, berkaitan
dengan kemauan dari sumber untuk memberikan kesaksian dan
menyampaikan kebenaran. Terakhir, korborasi yaitu pencaraian sumber
lain yang tidak memiliki keterkaitan dengan sumber utama untuk
mendukung kebenaran akan sumber utama. Setelah data atau sumber

10
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999),
hlm. 11.
11
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 84.
12
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm. 77.
13
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 91.
15

dikritik dan telah melewati tahap korborasi, maka data itu disebut dengan
fakta sejarah.Namun apabila data atau sumber tidak bisa dilakukan
korborasi, artinya sumber hanya berisi satu data saja, maka berlakulah
prinsip argument ex silentio.14
3. Interpretasi

Interpretasi adalah penafsiran data atau disebut juga analisis sejarah, yaitu
penggabungan atas sejumlah fakta yang telah diperoleh. Tujuan dari analisis
ini yaitu untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh
sebelumnya dari sumber-sumber sejarah dan bersamaan dengan teori-teori
disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi secara menyeluruh.15 (Sulasman,
2014, hal. 107)
Tahapan ini merupakan tahapan puncak dari seluruh rangkaian aktivitas
penelitian sejarah hal ini dikarenakan suatu permasalahan merupakan pusat
(center) dan arah (direction) dari kegiatan penelitian sejarah. Pada hakikatnya
interpretasi merupakan proses dalam memecahkan permasalahan melalui
pemaknaaan fakta- fakta atau bukti-bukti sejarah yang sebelumnya telah
berhasil dihimpun dalam proses heuristik dan telah diseleksi serta diuji
kebenarannya dalam proses kritik eksternal dan kritik internal. Singkatnya,
interpretasi merupakan proses yang melibatkan berbagai kegiatan yang
dilakukan dalam semua rangkaian proses penelitian sejarah.16 (Daliman,
2012, hal. 82)

4. Historiografi
Tahapan Historiografi merupakan tahapan berupa kegiatan penulisan hasil
penafsiran atas fakta-fakta dan usaha merekontruksi masa lampau untuk
memberikan jawaban atas masalah-masalah yang telah dirumuskan setelah
sumber yang ditemukan pada tahapan heuristik, kemudian melewati tahap

14
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1985), hlm.
80.
15
Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 107.
16
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 82.
16

kritik dan interpretasi. Dengan demikian historiografi adalah tahapan lanjutan


dari interpretasi yang kemudian hasilnya dituliskan menjadi suatu kisah yang
menarik dan selaras.17 (Lubis, 2007, hal. 55)
Dalam tahapan yang terakhir ini penulis mencoba mengaitkan fakta, data
dan hasil interpretasi yang akan penulis susun untuk menjadi tulisan. Adapun
rencana sistematika penulisannya sebagai berikut :
BAB I, merupakan bab pendahuluan yang berisikan uraian mengenai
latar belakang masalah, rumusan masalah,tujuam penelitian, kajian pustaka
dan langkah-langkah penelitian.
BAB II, merupakaan bab pembahasan yang akan membahas tentang
sejarah terbentuk nya Lembaga Dakwah Islam Indonesia dan proses
penyebaran Lembaga Dakwah Islam Indonesia di seluruh wilayah Indonesia.
BAB III, masih mengenai pembahasan, di bab ini akan membahas tentang
keberadaan LDII di bandung. Yang membahas tentang perkembangan,
kontribusi dan respon tokoh masyarakat terhadap keberadaan Lembaga
Dakwah Islam di Bandung.
BAB IV, yaitu bab penutup yang berisi tentang saran dan kesimpulan dari
penelitian.

F. Outline

Guna mendapatkan ancang-ancang sebelum melakukan penelitian, penulis


terlebih dahulu membuat outline atau kerangka sementara untuk memudahkan
penulis dalam usaha pencatatan bahan-bahan kelak. Karena tidak menutup
kemungkinan, setelah penyelidikan di lapangan, penulis bisa saja menemukan
temuan-temuan baru yang dapat memberikan perubahan. Maka dari itu,
dibuatlah kerangka sementara dengan gambaran sebagai berikut:

HALAMAN SAMPUL/COVER (Sampul Luar dan sampul dalam)

17
Nina Herlina Lubis, Metode Sejarah, (Jawa Barat: YMSI, 2007), hlm. 55.
17

LEMBAR PENGESAHAN (Pengesahan Pembimbing dan Pengesahan


Penguji)

MOTTO

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR

PEDOMAN TRANSLITERASI

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

DAFTAR ISTILAH, AKRONIM, DAN SINGKATAN

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kajian Pustaka

E. Metode / Langkah-langkah Penelitian

BAB II LATAR BELAKANG MUNCULNYA GERAKAN


KEAGAMAAN LDII DI INDONESIA

A. Sejarah terbentuknya Lembaga Dakwah Islam Indonesia

B. Proses penyebaran Lembaga Dakwah Islam Indonesia di seluruh


wilayah Indonesia

BAB III LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESI DI BANDUNG


18

A. Perkembangan Lembaga Dakwah Islam Indonesia di Bandung


B. Kontribusi Lembaga Dakwah Islam Indonesia di Bandung
C. Respon Masyarakat terhadap Lembaga Dakwah Indonesia di Bandung
BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR SUMBER

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

DAFTAR SUMBER

A. Sumber Buku
A. Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos


Wacana Ilmu.

Helius Sjamsuddin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Louis Gottschalk. 1985. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-


Press).

Nina Herlina Lubis. 2007. Metode Sejarah. Jawa Barat: YMSI.

Anda mungkin juga menyukai