A. LATAR BELAKANG
Berdirinya Dinasti Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari munculnya berbagai masalah di
periode-periode terakhir dinasti Umayah. Masalah-masalah tersebut kemudian bertemu dengan
beberapa kepentingan yang satu sama lain memiliki ketertarikan. Ketidakpuasan di sana-sini
yang ditampakkan lewat berbagai macam pemberontakan jelas menjadi pekerjaan rumah yang
cukup serius bagi kelangsungan hidup dinasti Umayah, yang kemudian menjadi momentum yang
tepat untuk menjatuhkan dinasti umayah yang dimotori oleh Abu al-Abbas al-Safah.1
Meskipun dalam perjalanan dinasti Umayah banyak menorehkan prestasi bagus terutama
dalam kaitannya dengan perluasan wilayah, tetapi sesungguhnya sejak awal berdirinya dinasti
ini, mulai dari khalifah pertama yaitu Mu’awiyah bin Abi Sofyan sampai khalifah terakhir,
Marwan bin Muhammad, Daulah Bani Umayah terkadang berjalan atas landasan kekerasan,
bahkan mempergunakan segala kesempatan, sekali pun kesempatan jahat untuk memperbesar
kekuasaan.
Saleh bin Ali, saudara Abdullah bin Ali, memimpin pasukan Abbasiyah dan berhasil
membunuh khalifah Marwan II tujuh bulan setelah kekalahannya dilembah sungai al-Zab, atau
tepatnya pada bulan Agustus 750 M. Terbunuhnya khalifah Marwan II berarti pula menandai
1
W. Montgomery Watt, The Majesty That Was Islam, Penerjemah Hartono Hadikusumo (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1990), hlm. 28
berakhirnya pemerintahan bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dan selanjutnya Abdul
Abbas as-Safah menjadi sebagai penguasa tunggal bagi dunia islam.
B. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang kami lakukan untuk menyusun makalah ini yaitu metode yang
dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dairi buku-buku yang berjudul: The
Majesty That Was Islam. dan juga dari jurnal-jurnal online seperti dari :
https://garuda.ristekdikti.go.id, https://doaj.org, dan https://scholar.google.co.id.
C.PEMBAHASAN
Dinasti abbasiyah berdiri sekitar akhir abad ke 7 M, orang yang pertama mendirikan
Dinasti Abbasiyah adalah paman Nabi Muhammad yaitu Abu Abbas As-Safah, dengan
berdirinya pemerintahan abbasiyah, pusat pemerintahkan dipindahkan dari kota Syiria ke Irak
(dari Damaskus ke Baghdad).2
Kelompok Mawalli, yakni orang-orang non Arab yang telah memeluk agama Islam,
diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua, sementara itu bangsa Arab menduduki kelas
bangsawan. Mereka tersingkir dalam urusan pemerintahan dan dalam kehidupan sosial, bahkan
penguasa Arab selalu memperlihatkan sikap permusuhan terhadap mereka. Sounders mencatat
bahwa di Kufah antara orang Arab dan masyarakat Mawalli masing-masing memiliki mesjid
sendiri-sendiri dan perkawinan antara mereka sangat dihindari. Selain itu masyarakat Mawalli ini
dikenakan beban pajak yang berat.
Sebelum berdirinya Daulah Abbasiyah terdapat tiga poros yang merupakan pusat kegiatan,
antara satu dengan yang lain mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya
untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Nabi SAW.
Faktor-faktor tersebut di atas pada satu sisi mendukung jatuhnya kekuasaan dinasti
Umayyah, dan pada sisi lainnya sekaligus mendukung keberhasilan gerakan pembentukan dinasti
Abbasiyah.
Dinasti Abbasiyah kehilanagan ras arabannya sendiri karena seperti kita ketahui Bani
Abbasiyah memperoleh kekuasaan dari kaum Mawali (orang-orang yang baru masuk islam).
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang paling lama berkuasa, lebih dari 5 abad dan pernah
mewujudkan zaman keemasan umat islam.3Abu abbasmenggunakan sebagian besar dari masa
pemerintahannya untuk memerangi pemimpin-pemimpin arab yang membantu Umayyah. Dia
mengusir mereka kecuali Abdurrahman yang tidak berapa lama kemudian mendirikan dinasti
Umayyah di Spayol. Ia juga memutuskan untuk menghabisi nyawa beberapa orang pembantu
bani Umayyah. Ia membunuh Abu Salama, dikenal sebagai menteri (Wadi’) dari keluarga Nabi
Muhammad, seperti halnya dia membunuh Abu Hubayra, salahsatu dari pemimpin bani
Umayyah zaman Marwan II setelah memberi kebebasan kepadanya.
3
Ibid, hlm 247
Kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah, sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan
dinasti Bani Umayyah.Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Masa kekuasaan Bani Abbasiyah bisa dibagi menjadi 4 periode yakni periode awal, periode
lanjutan, periode Buwaihi dan peride seljuk.4
Masa ini diawalai sejak abu abbas menjadi khalifah (132 H/750 M) dan berlnsung selama satu
abad hingga meninggalnya Khalifah Al-wasiq (232 H/ 847 M). Periode ini dianggap sebagai
zaman keemasan Dinasti Abbasiyah. Hal ini disebabkan karena keberhasilanya.
Wilayah kekuasaannya membentang dari laut Atlantik sampai sungai Indus dan dari laut Kaspia
hingga ke sungai Nil. Pada masa ini aada sepuluh oran khalifah Dinasti Abbasiyah yang cukup
berprestasi dalam penyebaran islam. Mereka adalah Abu Abbas As-Safah (750-754 M), al-
Mansur (754-775 M), al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (785-785 M), Harun Arrasyid (786-809
M), al-Ma’mun (813-833 M), Ibrahim (817 M), al-Mu’tasim (833-842 M) dan al-Wasiq (842-
847M).
b).Periode Lanjutan
Periode ini diawali dengan wafatnya khalifah al-Wasiq dan berakhir ketika keluarga Buwaihi
bangkit memerintah (847-932). Sepeninggal Al-wasiq, al-Mutawakil (847-861 M) naik takha
menjadi khalifah, masa ini ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki,
Setalah al-Mutawakil meninggal dunia, para jendral yang berasal dari turki berhasil mengontrol
pemerintahan. Ada empat khalifah yang dianggap sebagai simbol daripada kepala pemerintahan
yang efektif. Keempat khalifah itu adalah al-Muntasir (861-862 M), al-Musta’in (862-866 M),
al-Mu’yaz (866-869 M)dan al-Muhtadi (869-870 M).
Periode ini di namakan masa disintegrasi. Disintegrasi yang ada akhirnya menjalar ke wilayah
yang lebih luas. Oleh karena itu banyak daerah yang memisahkan diri dari kekuasaan Dinasti
Abbasiyah dan menjadi wilayah yang merdeka, misalnya Spanyol, Persia, dan Afrika Utara.
Yang dimaksud periode buwaihi adalah masa setelah jatuhnya khalifah al-Muktafi(946 M)
sampai dengan khalifah al-Qaim (1075 M). Kekuasaa Buwaihi menyebar sampai ke Irak dan
persia barat.
4
Bukuajar kelas XI MAN, Sejarah Islam hlm 49
Pada akhir abad ke 10, kedaulatn dinasti abbasiyah telah begitu lemah hingga tidak memiliki
kekusaan di luar kota baghdad. Kekuasaan dinasti abbasiyah berhasil di pecahkan oleh dinasti
Buwaihi di persia (932-1055 M), dinasti samaniyah di Khurasan (876-965 M).
Pada masai ini ada 5 khalifah yang berkuasa yaitu al-Muktafi (944-946 M), al-Muti’ (946-974
M), at-Ta’i (974-991 M), al-Qadir (991-1031 M), dan al-Qaim (1031-1075 ).
Masa ini diawali ketiak suku seljuk mengambil pemerintahan dan mengontrol kekhalifahan
dinasti abbasiyah pada tahun 477 H/1055 M. Masa seljuk berakhir pada tahu 656 H/1258 M,
yaitu ketika tentara Mongol menyerang serta menaklukan Baghdad.
Pada masa ini ada 12 khalifah Abbasiyah yaitu al-Qaim (1031-1075 M), al-Muqtadi (1-75-1094
M), al-Mustazur (1094-1118 M), al-Mustarsid (1118-1135 M), ar-Rasyid (1135-1136 M), al-
Muqtafi (1136-1160 M), al-Mustanjid (1160-1170 M), ), al-Mustadi (1170-1180 M), an-Nasir
(1180-1225 M), az-Zahir (1225-1226 M), al-Mustansir (1226-1242 M), al-Musta’sim (1242-
1258 M). Pada masa pemerintahan yang terakhir ini bala tentara Mongol menghancurkan
Baghdad.
Pada Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan islam dalm berbagai bidang,
khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kebudayaan Islam tumbuh dan
berkembang, bahkan mencapai kejayaan pada masa dinasti abbbasiyah. Hal tersebut dikarenakan
Dinasti Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada
perluasan wilayah.5 Jadi pada masa ini ini Islam dalam keadaan yang maju, jaya dan makmur.
Gerakan pengembangan ilmu pengetehuan secara besar-besaran dirintis oleh Khalifah Ja’far Al
Mansur. Ia menarik banyak ulama dan ahli dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal di
Baghdad. Ia merintis pembukuan agama maupun ilmu lainnya. Kemudian mendirikan
perpustakaan Darul Hikmah, yang didalamnya orang-orang dapat membaca, menulis dan
berdiskusi.
Beberapa kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua, yakni
perkembangan bidang ilmu agama dan ilmu pengetahuan.
5
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 144
a..Kemajuan di Bidang Ilmu Agama
1).Ilmu Tafsir
Tafsir pada zaman ini terdiri atas tafsir bilma’tsur (al Qur’an ditafsirkan dengan Al
Qur’an atau hadis-hadis Nabi SAW) mufasir masyhur antara lain Ibnu Jarir ath Thabari dan tafsir
bir ra’yi (penafsiran Al Qur’an dengan akal pikiran) mufasir yang masyhur pada golongan ini
Abu Bakar Asma’.
2).Ilmu Hadis
Pada masa ini sudah ada usaha pengodifikasian hadis sesuai kesahihannya. Lahir ulama-
ulama hadis yang terkenal, seperti Imam Bukhari, Muslim , at Tirmizi, Abu Daud, Ibnu Majjah
dan Nasa’i.
3).Ilmu Kalam
Ilmu kalam lahir disebabkan dua faktor, yaitu musuh Islam ingin melumpuhkan Islam
dengan menggunakan filsafat dan hampir semua masalah. Diantara pelopor dan ahli ilmu kalam
ialah Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, ad Daham, Abu Hasan al Asy’ari dan Imam Ghazali.
4).Ilmu Tasawuf
Ajarannya ialah tekun beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah,
meninggalkan dari kesenangan atau perhiasan dunia dan bersembunya diri dalam beribadah.
Diantara ulama tasawuf pada masa ini adalah al Quraisy karyanya Risalatul Qusairiyah dan
Imam Ghazali karyanya Ihya Ulumuddin.6
5).Ilmu Bahasa
Ilmu bahasa yang berkembang ialah nahwu, saraf, bayan, badi’ dan arud. Ilmu bahasa
pada masa dinasti abbasiyah berkembang cukup pesat karena bahasa arab semakin berkembang
memerlukan ilmu bahasa yang menyeluruh.7
6
Bukuajar kelas XI MAN, Sejarah Islam hlm 53
7
Ibid., hlm. 53.
6).Ilmu Fiqih
Pada masa ini lahirlah para tokoh fiqih, pendiri madzhab yakni Imam Abu Hanifah (700-
767 M), Imam Malik (713-795M), Imam Syafi’i (767-820M) dan Imam Ahmad bin Hambal
(780-855M).8
1).Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran pada masa ini berkembang pesat. Selain itu, rumah sakit dan sekolah
kedokteran banyak didirikan diantara ahli kedokteran yang terkenal pada masa ini anatara lain:
Ibnu Sina (Avicena) dengan karyanya Al Qanun fi at Tibb dan Ar Razi tokoh pertama yang
membedakan penyakit cacar dan measles.
2).Filsafat
Pada masa ini filsafat sangat berkembang karena adanya penerjemahan filsafat Yunani ke
dalam bahasa Arab. Para filusuf Islam itu diantaranya: Al Khindi (811-874M), Al Farabi (870-
950M), Ibnu Rusy (529-595M).
3).Matematika
Terjemahan dari buku-buku asing ke dalam bahasa Arab Menghasilkan karya dalam
bidang matematika diantaranya yang terkenal adalah Al Khawarizmi dengan karyanya Al Jabar
wa Muqobalah dan penemu angka nol.
4).Farmasi
Ahli farmasi pada masa ini adalah Ibnu Baithar dengan karyanya Al Mughni dan Jami al
Mufradat al Adawiyah.
5).Ilmu Astronomi
Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu astronomi dari berbagai
bangsa, seperti Yunani, India , Persia.
6).Sejarah
Pada masa ini muncul tokoh-tokoh sejarah, diantaranya Ahmad bin Ya’kubi karyanya Al
Buldan dan At Tarikh
8
Rizem Aezid, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 283
7).Sastra
Baghdad merupakan kota seniman dan sastrawan, para tokoh sastra diantaranya: Abu
Nawas, An Nasyasi karyanya Alfu Lailah wa Lailah.
Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbasiyah, terlihat bahwa para khalifah kuat dan para
menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil. Namun jika para khalifah lemah maka
roda pemerintahan tidak berlangsung baik. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan runtuhnya
Dinasti Abbasiyah.
a).Faktor Internal
Luasnya wilayah dan penguasaan yang lemah dan minimnya komunikasi yang menyebabkan
lepasnya daerah satu persatu.
Dualisme pemerintahan, secara de jure dipegang oleh Abbasiyah, secara de facto dipegang oleh
tentara profesional asal Turki.
Perang saudara antar Al Amin dan Al Makmun yang menyebabkan pertentangan antara bangsa
Arab dan non Arab, perpecahan anatara muslim dan non muslim, serta perpecahan di kalangan
umat Islam tersendiri.
b).Faktor Eksternal
Abbasiyah mendapat serangan secara tidak langsung dari pasukan Salib di dunia barat.
Abbasiyah mendapat serangan secara langsung dari orang-orang Mongol yang berasal dari
Timur ke wilayah kekuasaan Islam.9
Itulah faktor –faktor penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyah. Setelah runtuhnya Dinasti
Abbasiyah “peradaban emas” itu belum muncul kembali. Artinya, setelah Dinasti Abbasiyah,
hampir tidak ada satu dinasti pun yang berhasil mengembalikan masa keemasan Islam.
9
Ibid., hlm. 296
KESIMPULAN
Dinasti abbasiyah berdiri sekitar akhir abad ke 7 M, orang yang pertama mendirikan
Dinasti Abbasiyah adalah paman Nabi Muhammad yaitu Abu Abbas As-Safah, dengan
berdirinya pemerintahan abbasiyah, pusat pemerintahkan dipindahkan dari kota Syiria ke Irak
(dari Damaskus ke Baghdad).
Masa Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang
khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kebudayaan Islam tumbuh dan
berkembang, bahkan mencapai kejayaan pada masa dinasti abbbasiyah. Hal tersebut dikarenakan
Dinasti Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada
perluasan wilayah. Jadi pada masa ini ini Islam dalam keadaan yang maju, jaya dan makmur.
Penyebab runtuhnya dinasti Abbasiyah ada dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Adanya situasi politik yang memburuk maupun adanya serangan dari luar yang menjadi
penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem. 2015. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, Periode klasik, Pertengahan, dan
Modern. Yogyakarta: Diva Press.
Sunanto, Musyrifah. 2004. Sejarah Islam Klasik; Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.
Jakarta: Pranada Media.
Syed Mahmudinasir. 1990. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Remaja Rosda Karya.