Anda di halaman 1dari 16

KAUM KHAWARIJ

A. Defenisi Khawarij

Kata Khawarij adalah bentuk jamak dari Khariji, yang mengisyaratkan pada orang
yang keluar dari ketaatan kepada penguasa, secara terang-terangan menyatakan penentangan
terhadap penguasa dan menpengaruhi orang lain untuk menentang penguasa.
Mereka juga disebut sebagai: “Orang-orang yang menyatakan Muslim lainnya kafir karena
melakukan dosa besar, dan orang-orang yang memberontak terhadap pemerintah Muslim dan
keluar dari jama’ah kaum Muslimin. Siapapun yang berpegang kepada pemahaman mereka
(1)
dan mengikuti jalan mereka dianggap sebagai bagian dari mereka.”
Khawārij atau dalam bahasa arab Khowaarij, secara harfiah berarti "Mereka yang
Keluar") ialah istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang awalnya
mengakui kekuasaan Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya. Disebut atau dinamakan Khowarij
disebabkan karena keluarnya mereka dari dinul Islam dan pemimpin kaum muslimin.
Khawarij pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-7, terpusat di daerah yang
kini ada di Irak selatan, dan merupakan bentuk yang berbeda dari Sunni dan Syi'ah. Gerakan
Khawarij berakar sejak Khalifah Utsman bin Affan dibunuh, dan kaum Muslimin kemudian
mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ketika itu, kaum Muslimin mengalami
kekosongan kepemimpinan selama beberapa hari.
Kabar kematian Ustman bin Affan kemudian terdengar oleh Mu'awiyyah bin Abu
Sufyan. Mu’awiyyah yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan 'Ustman bin Affan,
merasa berhak menuntut balas atas kematian 'Ustman.
Mendengar berita ini, orang-orang Khawarij pun ketakutan, kemudian menyusup ke
pasukan Ali bin Abi Thalib. Mu'awiyyah berpendapat bahwa semua orang yang terlibat dalam
pembunuhan 'Ustman harus dibunuh, sedangkan Ali berpendapat yang dibunuh hanya yang
membunuh 'Ustman saja, karena tidak semua yang terlibat pembunuhan diketahui
identitasnya. Akhirnya meletuslah Perang Siffin karena perbedaan dua pendapat tadi.
Kemudian masing-masing pihak mengirim utusan untuk berunding, dan terjadilah perdamaian
antara kedua belah pihak.
Melihat hal ini, orang-orang Khawarij pun menunjukkan jati dirinya dengan keluar
dari pasukan Ali bin abi Thalib. Mereka (Khawarij) merencanakan untuk membunuh

(1)
Syaikh Abu Abdirrahman Ali bin Ali al-Furaidan, Sifat dan Karakteristik Ekstrimis Khawarij,
Maktabah Raudhah al-Muhibbin, 2009, hal 1

Pendidikan Agama Islam 2 1


Mu'awiyyah bin Abi Sufyan dan Ali bin Abi Thalib, tapi yang berhasil mereka bunuh hanya
Ali bin Abi Thalib saja. Orang-orang Khawarij ini keluar dari kepimpinan Ali bin Abi Thalib
dengan dalih salah satunya bahwa Ali tidak tegas. Orang Khawarij ketika itu sering
berkumpul di suatu tempat yang disebut Khouro di daerah Kufah. Oleh sebab itulah mereka
juga disebut Al Khoruriyyah. Dalam mengajak umat mengikuti garis pemikiran mereka, kaum
(2)
Khawarij sering menggunakan kekerasan dan pertumpahan darah.

B. Petunjuk dalam Mengenali Khawarij

Jika seseorang secara terang-terangan menyatakan memberontak terhadap pemerintah


Muslim, atau menganggap seorang Muslim kafir karena melakukan dosa besar selain Syirik,
atau membenarkan pemahaman Khawarij dan memandang bolehnya menumpahkan darah
kaum Muslimin atas nama jihad fi sabilillah dan mengubah keburukan, maka semua hal ini
(3)
adalah faktor-faktor untuk mengidentifikasi Khawarij.

C. Asal Muasal Khawarij

Setelah syahidnya Khalifah Umar bin Khathab , pintu fitnah terbuka, sebagaimana
yang disebutkan di dalam hadits. Kemudian dengan pembunuhan Khalifah ketiga, Utsman bin
Affan pada tahun 35 H karena konspirasi Ibnu Saba’ dan orang-orang yang terperdaya
olehnya, fitnah kembali terjadi dan kita terus menyaksikan akibat buruknya sampai hari ini.
Sebenarnya, Ali bin Abi Thalib dibai’at sebagai Khalifah yang berikutnya setelah Utsman,
dan demikian sebagian besar kaum Muslimin berbai’at kepadanya.
Namun Mu’awiyah dan orang-orang yang berada bersamanya dari penduduk Negeri
Syam tidak berbai’at, dengan alasan bahwa wajib untuk segera mengadili orang-orang yang
bertanggung jawab atas pembunuhan Utsman bin Affan . Ali mengatakan kepada Mu’awiyah
“Masuklah ke dalam apa yang manusia masuk ke dalamnya (bai’at) dan biarkan aku
mengadili mereka. Aku akan mengadilli mereka dengan kebenaran.” Selanjutnya, Aisyah,
Talhah, Az-Zubair berangkat menuju Bashrah, merasa sedih dan menuntut keadilan bagi darah
Utsaman . Ali berusaha meyakinkan Aisyah, Thalhah dan Az-Zubair betapa pentingnya
melakukan bai’at terlebih dahulu kepada penguasa dan kemudian baru menuntut balas atas
kematian Utsman.

(2)
http://id.wikipedia.org/wiki/Khawarij
(3)
Syaikh Abu Abdirrahman Ali bin Ali al-Furaidan, Opcit, hal 2

Pendidikan Agama Islam 2 2


Perkara tersebut akhirnya dapat diselesaikan dengan kesepakatan di antara mereka.
Namun demikian, keesokan harinya, para provokator mengerahkan kekuatan mereka dan
mulai mengadakan kekacauan di kedua belahpihak, sehingga para pembuat kedamaian dari
kedua belah pihak mengira bahwa kelompok yang satu telah mengelabui kelompok yang lain,
dan pecahlah peperangan. Perang yang terjadi, yang kemudian dikenal dengan Perang Jamal,
berakhir dengan kematian Thalhah, Az-Zubair dan sepuluh ribu orang dari kedua belah pihak.
Setelah itu Ali berkonsentrasi untuk memerangi Mu’awiyah dan penduduk Negeri Syam.
Hal ini karena Ali telah meminta mereka untuk berbai’at namun Mu’awiyah menolak,
dengan menyatakan bahwa mereka terlebih dahulu harus menuntut balas atas kematian
Utsman. Ali memandang perbuatan Mu’awiyah sebagai pemberontakan kepada khalifah.
Maka terjadilah Perang Shiffin. Ketika Ali dan orang-orang yang bersamanya hampir
memperoleh kemenangan, pasukan Mu’awiyah meletakkan mushaf Al-Qur’an di ujung
tombaknya dan mengajak untuk bertahkim / berhukum kepada Al-Qur’an. Ali memandang hal
ini sebagai tipu muslihat dari mereka, namun ia terpaksa menerima proses Tahkim untuk
perdamaian di antara kedua pasukan dari para anggota pasukannya, khususnya para penghafal
Al-Qur’an, demi kemashlahatan agama. Segera setelah proses tahkim itu terjadi, diantara
pasukan Ali terdapat sebagian yang menentang keputusan tersebut.
Penentangan tersebut kemudian berakhir dengan pengingkaran terhadap pemimpin
dan memberontak terhadapnya. Bahkan hal itu sampai membuat mereka mengkafirkan Ali
demikian juga dengan orang-orang menyetujui Tahkim / keputusannya. Dan mereka
meninggikan slogan mereka, “Tidak ada hukum selain hukum Allah.” Ali berusaha berdamai
dengan mereka dengan menghadirkan kepada mereka hujjah dan dalil, dan sebagian mereka
sadar kembali setelah Ibnu Abbas berdebat dengan mereka. Maka ketika nasihat tidak
diindahkan oleh sebagian orang lainnya yang tetap bersikukuh terhadap penolakan dan
fanatismenya, Ali mengerahkan pasukan dan memerangi mereka. Ini dikenal dengan Perang
Nahrawaan. Ali berhasil membasmi mereka, kecuali sebagian kecil di antara mereka yang
melarikan diri ke wilayah lain. Setelah Ali terbunuh di tangan anggota Khawarij, bahaya
Khawarij meningkat. Sisa-sisa pasukan mereka yang menyebar menggabungkan kekuatan
menebarkan racun di kalangan muda dari umat ini, bahkan mereka membentuk kekuatan
dalam negara Islam yang mengancam keamanan negara dan keselamatan kaum Muslimin.
Kelompok ini tidak berhenti memerangi kaum Muslimin sejak saat itu hingga sekarang,
sebagaimana yang dikabarkan Nabi kepada kita.
Dan mereka menamai diri mereka dengan nama selainnya, padahal kenyataannya
mereka hanyalah perluasan dari pendahulu Khawarij. Ali tidak langsung memerangi mereka
pertama kali, akan tetapi sampai merekalah yang pertama kali menumpahkan darah orang

Pendidikan Agama Islam 2 3


yang tidak berdosa dan memulai peperangan dengannya. Pada zaman sekarang ini, muncul
banyak kelompok yang mengadopsi cara dan metode Khawarij, dan mereka menerima banyak
(4)
dari ide-ide dan aqidah mereka.

D. Gerakan Khawarij
Ali r.a. adalah seorang yang tidak pernah berbuat sesuatu yang berlainan antara ucapan
dan perbuatan. Ia menolak keras hasil perundingan antara Abu Musa dengan Amr, tetapi
karena ia telah menyatakan kesediaan menerima "tahkim", walaupun hanya karena ia ditekan
oleh pengikutnya, prinsip itu dipertahankan dengan konsekuen, selama fihak lawan benar-
benar hendak mencari penyelesaian berdasarkan hukum Al-Qur'an. Hal ini dapat dibuktikan
dengan penjelasan-penjelasan yang diberikan kepada beberapa orang pengikutnya yang
mengajukan pertanyaan. Dalam penjelasannya itu Imam Ali r.a. mengatakan:
"Kami menerima tahkim”. Oleh karena itu tahkim harus didasarkan kepada Kitab Allah, Al-
Qur'an. Al Qur'an itu tertulis pada lembaran-lembaran. Al-Qur'an tidak berbicara dengan lisan
dan tidak bisa tidak memerlukan penafsiran. Penafsiran itu sudah tentu keluar dari ucapan
orang.
Setelah mereka minta kepada kami supaya kami mengadakan penyelesaian
berdasarkan tahkim Al-Qur'an, kami tidak mau menjadi pihak yang berdiri di luar Al-Qur'an.
Sebab Allah 'Azaa wa Jalla telah berfiman, artinya: "Jika kalian bertengkar mengenai
sesuatu, maka kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya." (QS. An Nisa: 59).
"Mengembalikan persoalan kepada Allah," kata Imam Ali r.a. seterusnya, "berarti kami harus
mencari penyelesaian hukum di dalam Kitab Allah. Dan mengembalikan persoalan kepada
Rasul-Nya, berarti kami harus mengambil sunnah Rasul Allah. Jika persoalan benar-benar
hendak diselesaikan berdasar hukum yang ada dalam Kitab Allah, sesungguhnyalah kami
lebih berhak berbuat daripada orang lain. Dan kalau hendak diselesaikan berdasarkan sunnah
Rasul Allah, pun kami jugalah yang lebih berhak daripada orang lain."
Adapun ucapan mereka yang mengatakan: 'mengapa diadakan tenggang waktu
(gencatan senjata) dalam menempuh jalan tahkim? Kata Imam Ali r.a. lebih lanjut, hal itu
kami lakukan agar menjadi jelas bagi orang yang tidak mengerti, dan agar menjadi mantap
bagi orang yang sudah mengerti. Mudah-mudahan selama gencatan senjata itu Allah akan
memperbaiki keadaan ummat, agar menjadi terang, dan awal kesesatan itu dapat segera
diluruskan.

(4)
Syaikh Abu Abdirrahman Ali bin Ali al-Furaidan, Opcit, hal 3-6

Pendidikan Agama Islam 2 4


"Sesungguhnya yang paling afdhal di sisi Allah," kata Imam Ali r.a. pula, "ialah orang yang
lebih menyukai berbuat kebenaran walau kebenaran itu mendatangkan kesukaran dan
kerugian baginya. Yaitu orang yang pantang berbuat kebatilan, walau kebatilan itu akan
mendatangkankemudahan dan keuntungan baginya. Jadi, bagaimanakah kalian sampai
menjadi bingung, dan dari manakah keraguan yang menghinggapi fikiran kalian?"

Sekarang, setelah ternyata politik tahkim itu benar-benar hanya tipu muslihat
Muawiyah, kelompok kontra tahkim yang terdapat dalam pasukan Imam Ali r.a. menggugat,
mengungkit dan melemparkan segala kesalahan kepada pundak Imam Ali r.a. Lebih aneh lagi
karena banyak yang tadinya pro tahkim, setelah kelompok kontra tahkim bergerak, mereka
ikut-ikutan menentang Imam Ali r.a. dan bergabung dengan kelompok kontra tahkim.
Kelompok kontra tahkim itu dalam sejarah dikenal dengan nama Khawarij (orang-orang yang
keluar meninggalkan barisan Imam Ali r.a.). Pada suatu hari kelompok ini berkumpul di
rumah Abdullah bin Wahb Ar Rasibiy. Di tempat pertemuan ini tampil tokoh-tokoh mereka
bergantian beragitasi membakar semangat perlawanan terhadap Imam Ali r.a. Abdullah Ar
Rasibiy dalam pidatonya mengatakan: "Saudara-saudara, bagi kaum yang beriman kepada
Allah Ar Rahman, yang patuh kepada hukum Al-Qur'an, kehidupan dunia ini harus diisi
dengan amr ma'ruf dan nahi mungkar, serta dengan perkataan yang benar walau pahit dan
berbahaya. Sekalipun pahit dan berbahaya, tetapi pada hari kiyamat kelak orang akan
memperoleh keridhoan Allah dan kekal menikmati kehidupan sorga. Oleh karena itu marilah
kita keluar meninggalkan negeri yang penduduknya sudah menjadi dzalim ini dan pergi ke
daerah lain! Kita harus menolak bid'ah yang sesat ini (yakni: tahkim) dan menentang hukum
yang durhaka!" Sedang Hurqush bin Zuhair berkata: "Saudara-saudara, kesenangan di dunia
ini sungguh amat sedikit. Tidak ayal lagi, kita ini pasti akan berpisah dengan dunia. Oleh
karena itu kalian jangan sampai merasa terikat oleh keindahan dan kegemerlapannya, atau
ingin tetap hidup selamalamanya. Janganlah kalian lengah dari kewajiban menuntut
kebenaran dan menentangkebatilan.
Sesungguhnya Allah senantiasa beserta orang yang bertawa dan orang-orang yang
berbuat kebajikan. Hai saudara-saudara, kita sudah bersepakat bulat mengenai kebenaran itu.
Sekarang angkatlah salah seorang dari kalian sebagai pemimpin. Sebab bagaimana pun juga
kalian tetap memerlukan tiang untuk bersandar, dan membutuhkan adanya suatu lambang di
mana kalian akan berhimpun di sekitarnya dan kembali kepadanya.
Habis berkumpul di rumah Abdullah Ar Rasibiy, mereka pergi bersama-sama ke
rumah Zafr bin Hushn At Tha'iy. Di rumah ini Zafr beragitasi dengan hebatnya: "Hai saudara-
saudara, sebenarnya kita ini telah berjanji setia kepada Allah s.w.t. untuk berbuat amr ma'ruf

Pendidikan Agama Islam 2 5


dan nabi mungkar, berkata benar dan berjuang menegakkan jalan yang lurus. Allah sudah
memerintahkan kepada Rasul-Nya, Daud: "Hai Daud, engkau telah kami jadikan Khalifah di
bumi, maka laksanakanlah hukum dengan adil di antara sesama manusia, dan janganlah
engkau menuruti hawa nafsu, sebab hal itu akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Orang-
orang yang sesat dari jalan Allah akan memperoleh siksa amat berat". (As Shad:26).
Allah telah berfirman," kata Zafr: "Barang siapa tidak menetapkan hukum menurut apa
yang telah diturunkan Allah, mereka itu adalah orang-orang kafir." (Al-Ma'idah: 44).

Oleh karena itu, kata Zafr selanjutnya, "bersumpahlah kalian untuk melawan orang
yang dulukita dukung ajarannya. Orang itu sekarang sudah mengikuti hawa nafsu,
mengabaikan hukumAllah, berlaku dzalim dalam menetapkan hukum dan melaksanakannya.
Oleh karena itu perjuangan melawan orang-orang seperti itu adalah wajib bagi kaum
mukminin. Aku bersumpah, demi Allah, seandainya tak ada seorang pun yang mau berjuang
menghapus kemungkaran itu, atau tidak ada orang yang mau membantu perjuangan melawan
orang-orang bathil dan durhaka itu, aku akan memerangi mereka seorang diri sampai aku
berjumpa dengan Allah s.w.t. Biarlah Allah sendiri yang menjadi saksi, dengan lidah aku telah
berjuang memperbaiki keadaan sesuai dengan kehendak-Nya dan menurut keridhoan-Nya.
Saudara-saudara, hantamlah muka dan kepala mereka dengan pedang, sampai Allah 'Azaa wa
Jalla’ ditaati oleh mereka. Jika orang itu sudah mau taat kepada Allah sebagaimana yang
kalian inginkan, Allah akan mengaruniakan pahala kepada kalian sebagai orang-orang yang
telah membuktikan ketaatan dan telah melaksanakan perintah-Nya. Jika kalian mati terbunuh,
apakah yang lebih penting daripada berjalan menuju keridhoan Allah dan sorga-Nya.
Ketahuilah saudara-saudara, mereka sekarang sudah siap untuk mempertahankan hukum yang
sesat. Marilah kita semua keluar menuju ke sebuah daerah yang telah kita sepakati dalam
pertemuan kita ini. Kalian telah menjadi pembela-pembela kebenaran di tengah-tengah
ummat manusia. Sebab kalian sudah mengumandangkan kebenaran dan tetap bertekad hendak
berkata benar. Marilah kita pergi ke Madain yang telah kita sepakati itu, kita buka pintunya
dan kita kerahkan penduduknya, kemudian kita kirimkan utusan kepada saudara-saudara kita
di Bashrah, agar mereka mau bergabung dengan kita. Sesudah agitasi Zafr ini, tampil Zaid bin
Hushn At Tha'iy, saudara Zafr, dengan kata-kata:
"Di daerah itu nanti akan ada orang-orang yang merintangi kalian masuk, dan mereka pun
akan mencegah kalian menduduki daerah itu. Oleh karena itu sebaiknya kita segera menulis
suratkepada saudara-saudara kita di Bahsrah. Beritahukan mereka tentang keluarnya kalian
sekarang ini. Setibanya di sana, berhentilah kalian di Nehrawan. Semua pidato itu mendapat
sambutan hangat dan yang hadir menyatakan persetujuan bulat.

Pendidikan Agama Islam 2 6


Kemudian ditulislah sepucuk surat kepada teman-teman mereka di Bashrah. Isinya
sebagai berikut Orang-orang yang dulu kami dukung seruannya (yakni Imam Ali) sekarang
sudah mengangkat orang untuk menetapkan tahkim terhadap agama Allah. Mereka
membiarkan orang-orang durhaka menguasai hamba-hamba Allah. Oleh sebab itu kami
sekarang menentang mereka dan sudah meninggalkan mereka. Dengan cara itu kami hendak
mendekatkan diri kepada Allah, dan sekarang kami sudah berada di jembatan Nehrawan.
Kami ingin member tahukan kalian, agar kalian dapat ikut ambil bagian untuk memperoleh
pahala. Wassalaam. Jawaban dari teman-teman mereka di Bashrah mengatakan, bahwa
mereka mendukung dan membenarkan tekad mereka, serta siap menjalankan perintah Allah
dan bersedia ambil bagiandalam perjuangan melawan Imam Ali r.a. dan pendukungnya. Surat
itu diakhiri dengan kata-kata:
"Kami sudah bersepakat untuk segera berangkat guna bergabung dengan kalian." Menurut
rencana, mereka hendak berangkat pada malam Kamis. Sebelum berangkat mereka
berkumpul sekali lagi di rumah Hurqush bin Zuhair. Setelah mengadakan pembicaraan
sejenak,akhirnya mereka sepakat mengundurkan waktu keberangkatan menjadi malam Jum'at.
Kesepakatan itu berubah lagi berdasarkan saran Hurqush.
Malam Jum'at sebaiknya kalian tinggal di sini saja dulu untuk banyak-banyak
beribadah kepada Allah, dan pergunakanlah sebagai kesempatan untuk meninggalkan
wasiyat-wasiyat. Malam Sabtu barulah kalian berangkat, seorang-seorang atau dua-dua, agar
jangan sampai menyolok mata orang banyak.
Untuk berusaha menginsyafkan kaum Khawarij yang sudah mulai berangkat ke
Nehrawan guna mempersiapkan pemberontakan bersenjata, Imam Ali r.a. cepat-cepat menulis
surat kepada mereka, dibawa oleh seorang kurir. Dalam surat tersebut Imam Ali r.a.
menjelaskan seperti yang sudah pernah dikemukakan dalam khutbah-khutbahnya. Sebelum
menutup suratnya dengan kata-kata "Wassalaam", Imam Ali r.a. menegaskan ajakannya:
"Seterimanya surat ini, hendaknya kalian segera kembali kepada kami. Kami sudah siap untuk
berangkat menghadapimusuh kami dan musuh kalian, dan kami tetap memegang pimpinan
seperti semula"
Surat Imam Ali r.a. itu cepat dijawab oleh kaum Khawarij dengan penuh ejekan dan
tuduhan tak semena-mena: "Engkau marah bukan karena Allah. Engkau marah hanya karena
dirimusendiri, Allah tidak akan menyelamatkan tipu-daya orang-orang yang berkhianat"
Setelah membaca surat jawaban Khawarij yang seperti itu, Imam Ali r.a. putus harapan
mengajak mereka bersatu kembali. Tadinya ia berniat hendak berangkat menghadapi pasukan
Muawiyah di Shiffin, tetapi sekarang apa boleh buat! Daripada tertusuk dari belakang, lebih
baik kaum Khawarij "dibenahi" lebih dahulu. Usaha memberi pengertian sudah ditempuh.

Pendidikan Agama Islam 2 7


Mengajak bersatu kembali telah dicoba. Ajakan untuk berjuang lagi melawan pasukan Syam
sudah ditolak. Bahkan mereka sekarang siap mengacungkan pedang. Bahaya harus
ditanggulangi satu demi satu. Yang lebih ringan perlu disingkirkan lebih dulu. Sekarang Imam
Ali r.a. merobah niat semula. Menangguhkan perlawanan terhadap pasukan Syam dan
menumpas kaum Khawarij lebih dulu. Pasukan disiapkan untuk berangkat mengejar kaum
Khawarij. Lalu Imam Ali r.a. mengucapkan amanat yang berisi petunjuk dan komando:
"Barang siapa meninggalkan perjuangan dan menjauhi perintah Allah, ia berada di tepi jurang
bahaya, sampai Allah sendiri menyelamatkan dengan rahmat-Nya”.
Oleh karena itu, hai para hamba Allah, bertaqwalah kalian semua kepada-Nya.
Perangilah orangorang yang bertindak memerangi kaum pengemban Amanat Allah.
Perangilah mereka yang mengubah agama Allah, orang-orang yang tidak mau mengerti Kitab
Allah, dan tidak mau mengerti isyarat-isyarat Al- Qur'an, yaitu mereka yang tidak mau
melihat persoalan dari sudut agama. Mereka itu sesungguhnya orang-orang yang belum begitu
lama memeluk agama Islam. "Demi Allah," kata Imam Ali r.a. seterusnya, "seandainya
mereka itu sampai dapat menguasai kalian, mereka pasti akan berbuat seperti Kisra dan
Kaisar (raja-raja Persia dan Romawi). Berangkatlah sekarang dan siap bertempur. Aku sudah
mengirim utusan ke Bashrah agar saudara-saudara yang ada di sana bergabung dengan kalian.
Insya Allah, mereka akan segera datang".
Waktu Imam Ali r.a. bersama sejumlah pasukan pengejar berangkat, kaum Khawarij
sudah sampai di sebuah pedusunan yang bernama Harura. Walaupun segalanya telah siap
untuk menumpas pemberontakan bersenjata, tetapi Imam Ali r.a. masih tetap ingin supaya
orang-orang Khawarij itu dapat diajak bersatu kembali dan berjuang bersama-sama melawan
pasukan Syam. Orang-orang yang tergabung dalam kelompok Khawarij itu banyak berasal
dari prajurit-prajurit berpengalaman. Mereka mempunyai keyakinan yang sangat teguh dan
keras sekali terhadap lawan. Lebih-lebih karena mereka semua adalah bekas pengikut Imam
Ali r.a. sendiri. Dengan ketangguhan luar biasa mereka telah menyumbangkan andil besar
dalam perjuangan mematahkan pemberontakan Thalhah dan Zubair. Dalam menghadapi
pemberontakan Muawiyah mereka pun telah memberikan jasanya, walau belum sepenuhnya.
Sudah menjadi kepribadian Imam Ali r.a., bahwa ia tidak melihat orang hanya dari segi
kekurangan dan kesalahannya saja, tetapi juga tidak melupakan kebaikan dan kebenarannya.
Selain itu, walau kelompok Khawarij sekarang berbalik menentang Imam Ali r.a., namun
mereka itu tidak menyeberang atau berfihak kepada Muawiyah. Harus disayangkan, dalam
keadaan sedang genting-gentingnya menghadapi lawan yang kuat, Syam, kelompok yang
sangat ekstrim itu hendak menusuk dari belakang atau menggunting dalam lipatan.

Pendidikan Agama Islam 2 8


Akhirnya Imam Ali r.a. yakin tak ada jalan lain lagi yang bisa ditempuh, selain
terpaksa harus menghadapi kekerasan dengan kekerasan. Lebih-lebih setelah ada kenyataan
bahwa mereka ketika meninggalkan Kufah telah banyak merenggut nyawa kaum muslimin
yang tidak berdosa. Tiap orang yang tidak sependapat dengan mereka dicap "kafir". Setiap
orang yang sudah terkena cap itu, oleh mereka dihalalkan darahnya, harta bendanya dan
keluarganya. Abdullah bin Khabbab bersama isterinya yang sedang hamil tua mereka bantai
di tepi sungai bersama seekor babi, hanya karena waktu ditanya tentang sebuah hadits
menjawab: "Ayahku menyampaikan sebuah hadits berasal dari Rasul Allah s.a.w.:
'Sepeninggalku akan terjadi suatu fitnah (bencana). Dalam fitnah itu hati orang akan menjadi
mati, sama seperti tubuhnya yang juga mati. Sore hari ia menjadi orang yang beriman dan di
pagi hari ia menjadi orang kafir'. Sebelum membantai dua orang suami isteri itu mereka sudah
membantai lebih dulu 3 orang wanita, hanya karena tidak sependapat dengan mereka. Salah
seorang di antara tiga wanita itu ialah: Ummu Saman, yang pada masa hidupnya Rasul Allah
s.a.w. pernah menjadi sahabat setia.
Sekalipun sudah sejauh itu tindakan kaum Khawarij, Imam Ali r.a. tidak meninggalkan
kebiasaannya, yaitu lebih suka bersikap baik sebelum diserang. Kepada para sahabat dan
pasukannya ia berpesan: "Janganlah kalian menyerang lebih dulu sebelum kalian diserang.
Kini Imam Ali r.a. dan pasukannya telah tiba di Nehrawan. Sebelum pasukan Imam Ali r.a.
datang, kaum Khawarij sudah tiba lebih dahulu dan terus siaga untuk mengangkat senjata.
Jumlah anggota pasukan Khawarij lebih kurang 1.500 orang, termasuk anggota-anggota
pasukan penunggang kuda. Orang-orang yang sekarang menjadi komandan mereka sejak dulu
terkenal cekatan, pemberani, gigih dan pantang mundur dalam pertempuran.
Imam Ali r.a. telah mengatur pasukannya. Pimpinan sayap kanan diserahkan kepada Hujur bin
Addiy, sedang pimpinan sayap kiri diserahkan kepada Syabatah bin Rab'iy. Pimpinan pasukan
berkuda diserahkan kepada Ayyub Al Anshariy, sedang pasukan infantri (pejalan kaki)
pimpinannya diserahkan kepada Abu Qatadah. Pengikut lainnya pimpinannya diserahkan
kepada Qeis bin Sa'ad bin Ubadah. Imam Ali r.a. sendiri berada di bagian tengah memimpin
pasukan Bani Mudhar.
Bendera tanda-aman kemudian ditancapkan tiangnya oleh Ayyub Al Anshariy sambil
berseru kepada pasukan Khawarij yang sudah berada di hadapan pasukan Imam Ali r.a.:
"Barang siapa dari kalian yang mendekati bendera ini, dijamin keselamatannya. Barang siapa
pergi masuk kota atau berangkat ke Iraq (Kufah) dan keluar dari gerombolan, akan dijamin
keselamatannya. Kami dilarang menumpahkan darah kalian, selama kalian tidak
menumpahkan darah kami!" Pasukan berkuda Imam Ali r.a. kemudian maju menjadi barisan
terdepan. Sedang pasukan pejalan kaki memecah diri menjadi dua barisan, berjalan di

Pendidikan Agama Islam 2 9


belakang pasukan berkuda. Pasukan panah mengatur barisannya sendiri secara berlapis. Imam
Ali r.a. masih tetap mengingatkan perintahnya: "Jangan menyerang sebelum kalian diserang!"
Pasukan Khawarij mulai bergerak maju. Setelah agak dekat dengan pasukan Imam Ali r.a
pasukan Khawarij berteriak-teriaka: "Tidak ada hukum selain Allah." Sahut menyahut, silih
berganti sampai sedemikian hiruk pikuk dan gaduh. Mendengar teriakan-teriakan itu Imam
Ali r.a. berkata kepada beberapa orang sahabat: "Katakata benar diartikan secara bathil. Yang
mereka maksud sebenarnya tidak perlu ada imarah.
Imarah (pemerintahan) tidak bisa tidak harus ada. Soalnya apakah imarah itu baik atau
tidak, Pasukan Khawarij berganti teriakan. Sekarang yang satu berteriak kepada yang lain:
"Mari berangkat ke sorga, Mari berangkat ke sorga, Di tengah-tengah gemuruhnya teriakan
itu mereka serentak bergerak menyerang pasukan Imam Ali r.a. Mereka juga menempatkan
pasukan berkuda di barisan depan dan di belakangnya pasukan pejalan kaki. Serangan
serempak mereka itu disambut dengan hujan anak panah yang dilepaskan pasukan pemanah
Imam Ali r.a. yang diatur secara berlapis. Pasukan Khawarij terpaksa mundur meninggalkan
banyak korban. Menurut Ats Tsa'labiy, ketika ia menceritakan pengalamannya sendiri
mengatakan: "Waktu kulihat Khawarij dihujani anak panah, mereka kelihatan seperti iring-
iringan kambing yang berusaha menghalangi hujan dengan tanduk. Pasukan berkuda Imam
Ali kemudian menikung dari arah kanan ke kiri. Imam Ali sendiri bersama sejumlah pasukan
yang dipimpinnya melancarkan serangan menerobos ke jantung pasukan Khawarij dengan
pedang dan tombak. Demi Allah, kulihat belum sempat kaum Khawarij menyelesaikan
serangan serentaknya, banyak sekali dari mereka yang sudah jatuh bergelimpangan." Masing-
masing fihak bertempur mati-matian. Ketangguhan mental kaum Khawarij ternyata memang
tinggi. Sungguhpun demikian tidak sanggup menangkis serangan pasukan Imam Ali r.a.
Peperangan ini berakhir dengan kemenangan di fihak pasukan Imam Ali r.a. Kurang lebih
pasukan Khawarij yang masih hidup sebanyak 400 orang. Semuanya dalam keadaan luka
parah. Mereka itu orang-orang yang sangat keras dan berpendirian teguh. Semboyan "Menang
atau Mati" sudah menjadi perhiasan mereka sehari-hari.
Imam Ali r.a. tidak sampai hati membiarkan mereka dalam keadaan luka parah dan
tidak berdaya. Ia memerintahkan anggota-anggota pasukannya, supaya semua mereka itu
diserahkan kepada sanak keluarga atau handai tolannya, agar cepat memperoleh pengobatan
dan perawatan.
Semua yang ditinggalkan oleh kaum Khawarij diambil oleh pasukan Imam Ali r.a.
Senjata-senjata dan hewan tunggangan dibagi-bagi, sedang barang-barang lain yang jelas
dirampas oleh kaum Khawarij pada waktu lari dari Kufah, dikembalikan kepada para
pemiliknya semula.

Pendidikan Agama Islam 2 10


(5)

E. Kaum Khawarij ini muncul pertama kali pada masa kekhalifahan Ali
bin Abi Thalib Radhiyallaahu 'Anhu

Mereka terkenal dengan ketekunan dalam beribadah, seperti shalat, puasa, tilawah Al-
Qur'an, zuudan beberapa aspek ibadah lahiriyah lainnya yang tidak didapati pada mayoritas
sahabat nabi. Namun sayangnya mereka menyimpang dari sunnah Rasulullah Shallallaahu'
Alaihi wa Sallam dan menyempal dari kaum muslimin. Mereka telah membunuh seorang
muslim bernama Abdullah bin Khabbab dan merampas binatangbinatang ternak milik kaum
muslimin. Inilah bid'ah yang pertama kali muncul dalam sejarah Dienul Islam dan merupakan
bid'ah yang paling banyak dikecam dalam sunnah Nabi dan atsar Salafus Shalih. Tokoh
utama merekalah yang pertama kali menyanggah Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam
dengan mengatakan: "Berlaku adillah wahai Muhammad, karena Anda belum berlaku adil!"
Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam telah memerintahkan kaum muslimin untuk
membunuh dan memerangi kaum Khawarij ini.
Dan ini terwujud ketika para sahabat keluar bersama Ali bin Abi Thalib
Radhiyallaahu 'Anhu untuk memerangi mereka. Banyak sekali hadits-hadits nabi
Shallallaahu Alaihi wa Sallam yang memerintahkan supaya memerangi mereka serta
menceritakan ciri-ciri mereka. Hingga Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata:
"Hadits tentang Khawarij ini dinyatakan shahih dari sepuluh sisi."
Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
”Salah seorang dari kalian merasa shalatnya lebih rendah nilainya daripada shalat mereka,
puasanya lebih rendah nilainya daripada puasa mereka, tilawahnya lebih rendah nilainya
daripada tilawah mereka. Mereka membaca Al-Qur'an tapi tidak melewati kerongkongan
mereka (tidak memahaminya). Mereka telah melesat keluar dari Islam sebagaimana anak
panah melesat dari busurnya. Bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai sebab telah
(6)
tersedia pahala yang besar di Hari Kiamat bagi yang membunuh mereka”

(5)
H.M.H. Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a., Lembaga Penyelidikan
Islam Jl. Blora 29, Jakarta Oktober 1981, hal 119-125
(6)
Syaikh Fathi Abdullah Sultan, METODOLOGI IBNU TAIMIYAHDALAM MEMBEDAH BID'AH
KHAWARIJ, Majalah As-Sunnah Edisi 08 dan 09/V/1422 H-2001 M, hal 2-3

F. Kaum Khawarij ini akan tetap ada hingga datang masa keluarnya
Dajjal

Pendidikan Agama Islam 2 11


Hadits-hadits berkaitan dengan Khawarij ini diriwayatkan dalam berbagai versi.
Dalam hadits Abu Barzah riwayat An-Nasa'i disebutkan:
”Akan muncul di akhir zaman nanti suatu kaum, sepertinya orang ini (gembong khawarij
Dzul Khuwaisirah) termasuk kelompok mereka, yang membaca Al-Qur'an akan tetapi tidak
melewati tenggorokan mereka (tidak memahaminya). Mereka telah keluar dari Islam
sebagaimana anak panah melesat dari busurnya. Ciri-ciri mereka adalah menggundul
kepala. Mereka akan tetap muncul hingga akhir zaman bersama Dajjal. Apabila kalian
menemui mereka, perangilah! Mereka adalah seburuk-buruk makhluk bentuk maupun
perangainya”.
Dalam beberapa riwayat hadits lain telah diceritakan bahwa kelompok ini akan tetap
muncul sampai zaman keluarnya Dajjal. Alim ulama telah sepakat bahwa kelompok Khawarij
(7)
ini bukan hanya pasukan tentara yang menyertai Dajjal."

G. SEBAB-SEBAB PENYIMPANGAN KAUM KHAWARIJ

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berusaha menganalisa faktor-faktor penyebab


munculnya bid'ah Khawarij dan berusaha menjelaskan cara-cara setan dalam menjerat
mereka. Salah satunya adalah dengan menjadikan bid'ah yang mereka lakukan seolah-olah
bagus dan indah serta layak diikuti dan diterima. Sehingga harus dibela dengan pedang oleh
imam beserta jama'ah mereka. Berikut ini akan kami sebutkan beberapa faktor yang
dipaparkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, yang merupakan sebab
penyimpangan dan kesesatan kaum Khawarij. Sekaligus faktor penyebab berkembangnya
bid'ah mereka di tengah-tengah manusia.

1. Sikap wara' yang semu sebagai akibat dari kedangkalan ilmu mereka
Banyak sekali orang yang bersikap wara' terhadap hal-hal tertentu. Namun di lain pihak
justru meninggalkan perkara-perkara yang diwajibkan atas mereka. Diantara mereka ada
yang melakukan perkaraperkara syubhat dengan berpijak kepada persangkaan dusta belaka.

(7)
Ibid. hal 3

Ironinya mereka menganggap hal itu sebuah kewara'an, disebabkan karena kedangkalan
ilmu dan piciknya pemahaman mereka. Hingga mereka jadikan sebagai sesuatu yang harus
diikuti layaknya sebuah syariat. Disebabkan sikap wara' semu yang ditunjukkan oleh kaum

Pendidikan Agama Islam 2 12


Khawarij tersebut, seperti berlebih-lebihan dalam menyikapi perkara kezhaliman dan
kemaksiatan, dan keyakinan mereka yang keliru tentang ancaman Allah yang pasti ditepati-
Nya dan tidak akan dipungkiri. Akibatnya mereka malah meninggalkan kewajiban mentaati
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan meninggalkan berhukum kepada sunnah
beliau dalam masalah vonis memvonis. Serta meninggalkan kewajiban berlaku belas kasih
terhadap kaum mukminin. Sehingga mereka jatuh ke dalam bid'ah yang besar Sehingga
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mencela dan memerintahkan untuk memerangi
mereka.
Berkaitan dengan perkara di atas Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata
dalam kitab Majmu' Fatawa (XX/140): "Sikap wara seperti itu telah menjerumuskan
pelakunya ke dalam bid'ah yang besar. Sama halnya sikap wara' yang ditunjukkan oleh
kaum Khawarij, Syi'ah Rafidhah, Mu'tazilah dan kelompok-kelompok bid'ah lainnya.
Mereka bersikap wara' secara berlebihan terhadap kezhaliman atau sesuatu yang mereka
anggap kezhaliman dengan menjauhi orang-orang yang berbuat zhalim, sayangnya mereka
justru meninggalkan kewajiban yang dibebankan atas mereka, seperti shalat jum'at, shalat
jama'ah, haji, jihad dan memberi nasehat serta berlaku kasih sayang kepada kaum
muslimin. Orang-orang yang bersikap wara' seperti itulah yang disanggah oleh para imam
Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, seperti imam yang empat. Mereka menyebutkan hal ini dalam
deretan prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Kemudian beliau menjelaskan bahwa sikap
wara' yang semu ini hanya akan dapat diperbaiki dengan ilmu yang memadai, pemahaman
yang mapan dan rasa kasih sayang yang dalam. Beliau berkata dalam kitab Al-Majmu'
(XX/141-142): "Oleh sebab itu seorang yang wara' membutuhkan ilmu yang cukup tentang
AlQur'an dan As- Sunnah dan pemahaman dalam agama. Jika tidak maka sikap wara'nya
itu lebih banyak mendatangkan kerusakan daripada maslahat. Sebagaimana yang dilakukan
oleh kaum kafir, ahli bid'ah, Khawarij, Rafidhah dan lain-lain. Wara' yang dianjurkan oleh
syariat yang justru dilanggar oleh kaum Khawarij adalah:
a. Harus melaksanakan kewajiban dan meninggal kan perbuatan haram.
b. Perbuatannya harus sesuai dengan sunnah nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
c. Harus dalam lingkupan rasa takut dan pengharapan.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan hal ini dalam Majmu' Fatawa (XX/110-
111): "Contohnya adalah kaum Al-Wa'idiyah dari kalangan Khawarij dan sejenisnya, yang
menanggapi perkara maksiat dan larangan secara berlebihan. Dalam hal mengikuti
petunjuk Al-Qur'an dan mengagungkannya mereka sudah baik, namun sayangnya hal
itu mereka lakukan di atas dasar menyelisihi sunnah nabi dan atas dasar pengingkaran

Pendidikan Agama Islam 2 13


mereka terhadap kewajiban mengasihi kaum mukminin meskipun melakukan dosa
besar."
2. Menyamaratakan antara kesalahan dan dosa
Sebagaimana sudah dimaklumi bahwa pemabahasan tentang status hukum seorang muslim
yang fasik merupakan sebab pertama terjadinya bid'ah di dalam agama. Kaum Khawarij
berkata: ''orang fasik itu hukumnya kafir" mereka meyakini kebenaran infadzul wa'id
(kebenaran ancaman Allah terhadap orang-orang fasik), menurut mereka maknanya adalah:
"orang-orang fasik kekal dalam neraka dan tidak akan dapat keluar darinya dengan syafaat
atau dengan yang lainnya." Hal itu hanya untuk menetapkan bahwa Allah benar-benar
menepati janji dan tidak memungkirinya. Menurut mereka bila ancaman bersifat umum
telah dikeluarkan maka akan terhitung pengingkaran apabila tidak membenarkannya.
Mereka keliru dalam memahami sebuah ancaman. Mereka samakan antara dosa dan
ancaman dengan kesalahan. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam
Majmu' Fatawa (XXXV/69-70): "Kelompok-kelompok sesat menyamaratakan antara
kesalahan dan dosa. Kadangkala mereka bersikap berlebihan dalam masalah ini. Ada yang
berkata: "Orang-orang itu ma'shum" Dan sebagian lagi berkata: "Orang-orang itu termasuk
pembangkang karena kesalahan yang dilakukannya" Ahli ilmu bukanlah orang yang
ma'shum dan bukan pula orang yang tidak berdosa. Faktor inilah yang banyak melahirkan
kelompok-kelompok bid'ah dan kelompok-kelompok menyimpang. Sebagian kelompok
tersebut ada yang mencaci dan melaknat Salafus Shalih dengan alasan mereka telah
melakukan dosa dan pelaku dosa tersebut berhak dilaknat. Bahkan mereka tidak segan
menjatuhkan vonis fasik atau kafir terhadap Salafus Shalih. Sebagaimana dilakukan oleh
kaum Khawarij yang mengkafirkan Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan dan orang-orang
yang mendukung mereka berdua, mengutuk dan mencaci mereka dan menghalalkan darah
mereka"
3. Kesalahan dalam memahami dalil
Kesalahan ini tampak lebih jelas dalam memahami nash: nash berisi ancaman dan beberapa
masalah yang berkaitan dengan pengkafiran kaum muslimin. Demikian pula dalam
memahami nash-nash tentang amar ma 'ruf nahi mungkar dan beberapa hal yang
berkenaan dengan pembangkangan dan perlawanan terhadap penguasa. Syeikhul Islam
Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitab Dar'u Ta'arudhi Al-Aql wan Naql (I/ 141)
berkata: "Kaum Khawarij yang mentakwil secara keliru ayat-ayat Al- Qur'an dan
mengkafirkan orang-orang yang menyelisihi mereka lebih baik keadaannya dari pada
mereka (kaum Jahmiyah). Sebab kaum Khawarij tersebut menjatuhkan vonis kafir atas
dasar AlQur'an dan As-Sunnah. Hanya saja mereka keliru dalam memahami nash Al-

Pendidikan Agama Islam 2 14


Qur'an dan AsSunnah tersebut. Adapun kaum Jahmiyah menjatuhkan vonis kafir atas dasar
ucapan yang Allah tidak menurunkan keterangan atasnya.
4. Kesalahan dalam menetapkan wasilah dan target
Amar ma'ruf nahi mungkar merupakan salah satu perintah syariat yang memiliki kaidah-
kaidah, batasan dan wasilah tertentu. Kaum Khawarij disebabkan berpalingnya mereka dari
Sunnah nabi- justru memutarbalikkan perkara, mereka jadikan perkara ma'ruf sebagai
perkara mungkar dan perkara mungkar sebagai perkara ma'ruf. Bahkan mereka tidak
mengetahui wasilah amarma'rufnahi mungkar, mana saja mendatangkan maslahat dan
mana saja yang tidak mendatangkan maslahat. Mereka, keliru dalam menetapkan wasilah
dan menentukan target. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu'Fatawa
(XXVIII/128) ketika mengulas kesalahan yang dilakukan manusia berkaitan dengan amar
ma'ruf nahi mungkar berkata: "Kelompok kedua: Orang-orang yang ingin menegakkan
amar ma'ruf nahi mungkar dengan lisan ataupun dengan tangan (kekuatan) secara membabi
buta tanpa bimbingan ilmu, sikap santun, kesabaran dan tanpa mempertimbangkan mana
yang mendatangkan maslahat dan mana yang tidak, mana yang sanggup dilakukan dan
mana yang tidak. ia melakukan amar ma'ruf atau nahi mungkar dengan anggapan bahwa ia
sanggup melakukannya demi membela agama Allah dan sunnah rasul-Nya, sayangnya ia
malah melanggar batasan-batasan syariat. Sebagaimana hal ini banyak dilakukan oleh ahli
bid'ah dan pengikut hawa nafsu, seperti kaum Khawarij, Mu'tazilah, Rafidhah serta
kelompok-kelompok bid'ah lainnya yang keliru dalam menegakkan jihad beramar ma'ruf
nahi mungkar. Akibatnya kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada maslahatnya.
Oleh sebab itulah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita agar
bersabar terhadap kezhaliman para penguasa dan melarang memerangi mereka selama
mereka masih menegakkan shalat. Beliau bersabda: “Tunaikanlah hak-hak mereka dan
mintalah kepada Allah hak-hak kalian"
5. Kesalahan dalam menempatkan dalil dan kandungan dalil tersebut.
Kaum Khawarij ini biasanya meyakini sebuah pendapat terlebih dahulu barn mencaricari
ayat Al-Qur'an yang dikira mendukung pendapat tersebut. Sementara tidak ada pendahulu
bagi mereka dari kalangan sahabat maupun generasi yang mengikuti mereka dengan baik.
Dan tidak pula dari kalangan para imam yang mendukung pendapat atau penafsiran mereka
tersebut.

Dalam hal ini mereka memakai dua metodologi:


a. Mementahkan kandungan nash-nash Al Qur'an.
b. Menempatkan nash-nash tersebut tidak pada tempatnya.

Pendidikan Agama Islam 2 15


Maka kesalahan mereka terpulang kepada dua perkara, kesalahan mereka dalam meyakini
keyakinan-keyakinan batil dan kesalahan mereka dalam cara menetapkan
keyakinankeyakinan batil tersebut. Mereka membawakan ayat-ayat Al Qur'an namun
memahaminya dengan pendapat akal mereka. Kadang kala mereka membawakan beberapa
ayat Al-Qur'an untuk mendukung keyakinan mereka padahal ayat tersebut bukanlah dalil
yang mendukungnya. Dan kadang kala mereka mentakwil dalil-dalil yang menyelisihi
pendapat mereka dengan memalingkan dalil tersebut dari makna yang sebenarnya.
Diantara kelompok itu adalah Khawarij, Rafidhah, Jahmiyah, Mu'tazilah, Qadariyah,
(8)
Murjiah dan lainnya."

H. Tokoh – Tokoh Kaum Khawarij


1. Abdullah ibn Wahhab Al-Rasyibi
Pemimpin sekte Al-Muhakkimat. Beliau adalah tokoh utama dari 12.000 orang yang
keluar dari barisan Ali r.a. dan menjadikan Haruriah sebagai basis pergerakan. Di desa
itu, Abdullah bersama kroninya mendirikan “khilafah baru” dengan pemimpinnya
Abdulllah sendiri.
2. Nafi’ ibn al-Azraq
Merupakan salah seorang pengikut sekte Muhakkimah yang tersisa dalam peprangan di
Nahrawan. Bersama kroni-kroninya, ia kembali menyebarkan paham khawarij dengan
berganti baju Al-Azariqah
3. Najdah ibn Amir al-Hanafi,
Pemimpin sekte al-Najd, merupakan koalisi dari beberapa tokoh Khawarij –seperti Abu
Fudaik, Rasyid Al-Tawil, Atiah Al-Hanafi , dan Najdah sendiri– akibat kekecewaan
(9)
terhadap kepemimpinan Nafi’ Al-Azraq.

(8)
Syaikh Fathi Abdullah Sultan,Opcit, hal 7-11
(9)
http://www.dakwatuna.com/2008/10/1295/khawarij-dan-sifat-sifatnya/

Pendidikan Agama Islam 2 16

Anda mungkin juga menyukai