PENDAHULUAN
Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang
tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan
dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari yang telah dibudidayakan,
lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional. Sejak jaman nenek moyang sampai
sekarang, masyarakat banyak menggunakan obat-obatan tradisional yang ternyata mujarab.
Bahkan, saat ini pertumbuhan industri obat tradisional (jamu) semakin meningkat pesat.
Berkembangnya teknologi (modern) menyebabkan seduhan jamu yang pahit telah diganti
dengan pil yang tanpa rasa pahit dan lebih praktis. Jamu dan obat tradisional merupakan salah
satu aset nasional sebagai sarana kesehatan rakyat turun-temurun. Dalam pengembangan
1
tanaman obat diharapkan pengobatan dengan herbal/obat alami yang merupakan warisan dari
nenek moyang kita mengalami kemajuan dan tidak hilang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Meningkatnya mutu palayanan kesehatan terhadap lanjut usia dalam rangka
mencapai Indonesia Sehat 2018.
1.2.2 Khusus
a. Melakukan perencanaan lebih terarah dalam pelaksanaan pelayanan kepada
lanjut usia sesuai dengan kebutuhan setempat.
b. Melakukan pelayanan proaktif serta pemberian pelayan yang komprehensif
dan lebih berkualitas bagi penduduk lanjut usia.
c. Meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya lanjut usia dengan
pemanfaatan tanaman obat keluarga.
d. Meningkatkan pengetahuan lanjut usia tentang manfaat/kasiat tanaman obat
tradisional disekitar.
e. Meningkatkan kepedulian lanjut usia terhadap lingkungan hidup dengan
penanaman tanaman.
d. Menurunkan angka kesakitan pada lanjut usia di wilayah kerja puskesmas.
e. Mewujudkan lanjut usia yang produktif dan bahagia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Letak dan batas wilayah puskesmas IV Koni terletak di kecamatan pasar dengan batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sungai Asam
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Telanai Pura
- Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Batang Hari
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jelutung
3
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas IV KONI berdasarkan data akhir tahun
2012 adalah 12.942 jiwa, dengan perincian:
- Sungai Asam : 6.586 jiwa
- Beringin : 3.751 jiwa
- OKH : 2.029 jiwa
- Pasar : 576 jiwa
Puskesmas wilayah IV Koni dengan fasilitas puskesmas rawat jalan yang cukup
lengkap seperti alat dan ruang UGD, poli umum, poli gigi, poli KIA, KB, poli Usila, poli
anak sakit dan sehat (MTBS), imunisasi, laboratorium sederhana, dan konsultasi gizi,
konsultasi kesehatan reproduksi, kesehatan lingkungan, P2M (TB paru), apotik dan gudang
obat yang cukup. Selain itu puskesmas juga punya satu buah mobil ambulans dan enam buah
sepeda motor.2
Untuk data ketenagaan di Puskesmas IV KONI Kota Jambi dapat dijabarkan dalam
tabel berikut:
Tabel 2.1 Daftar Ketenagaan di Puskesmas IV KONI Kota Jambi Tahun 20152
4
2.2 Lanjut Usia
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik
terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya.1 Definisi lansia menurut Mubarak, proses
menua atau aging adalah suatu proses alami pada semua makhluk hidup. Lanjut usia adalah
istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua. Masa usia lanjut merupakan masa
yang tidak bisa dielakkan oleh siapapun khususnya bagi yang dikaruniai umur panjang.3
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia disebutkan terbagi atas perubahan fisik yang
meliputi perubahan pada sel, sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan dan
sistem muskuloskletal. Perubahan yang terjadi pada sel adalah lebih sedikit jumlahnya, lebih
besar ukurannya, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%. Pada
sistem persarafan terjadi berat otak menurun 10- 20% (setiap orang berkurang sel otaknya
dalam setiap harinya), lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stres, mengecilnya saraf panca indra, yaitu berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin dan kurang sensitif terhadap sentuhan. Pada
sistem pendengaran terjadi gangguan pada pendengaran yaitu hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi
dan nada yang rendah, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata yang diucapkan,
membran timpani menjadi mengecil menyebabkan terjadinya kerapuhan pada membran
tersebut, terjadi pengumpulan serumen dan mengeras karena meningkatnya keratin dan
pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/ stres.
Sedangkan pada sistem penglihatan terjadi pada pupil yaitu timbul kekakuan dan hilangnya
respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk bulat (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa) hingga menjadi katarak, menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang,
pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam
cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang; berkurang luas
pandangannya dan berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala ukur.
Pada sistem muskuloskeletal terjadi tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh,
kifosis, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek, persendian membesar dan
menjadi pendek dan tendon mengerut serta mengalami skelerosis. Sementara perubahan
5
mental yang terjadi pada lansia lebih disebabkan oleh adanya perubahan fisik, organ perasa,
kesehatan secara umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, memori jangka panjang
dan jangka pendek, intelegensi dan kemampuan komunikasi verbal dan berkurangnya
keterampilan psikomotor serta perubahan psikososial pada lansia.4
Perubahan status gizi pada lansia lebih disebabkan pada perubahan lingkungan
maupun faali tubuh dan status kesehatan lansia. Perubahan tersebut semakin nyata pada
kurun usia 70-an. Faktor lingkungan meliputi perubahan kondisi ekonomi akibat pensiun,
isolasi sosial karena hidup sendiri setelah pasangan meninggal dunia dan rendahnya
pemahaman gizi akan memperburuk keadaan gizi lansia. Faktor kesehatan yang
mempengaruhi status gizi adalah timbulnya penyakit degeneratif dan non generatif yang
berakibat pada perubahan dalam asupan makanan dan perubahan penyerapan zat gizi.4
Puskesmas santun lanjut usia adalah puskesmas yang melakukan pelayana kesehatan
kepada pra lanjut usia dan lanjut usia.1 Meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan lebih menekanakan unsur-unsur sebagai berikut:
a. Proaktif: berupa pelayanan kesehatan pada saat kegiatan di kelompok lanjut usia.
Dan melaksanakan kunjungan pada penderita yang dirawat di rumah.
b. Memberikan kemudahan proses pelayanan berupa fasilitas loket dan ruang
pemeriksaan tersendiri di puskesmas.
c. Santun: pelayanan terhadap lanjut usia dilaksankana secara profesional dengan
memberikan perlakuan yang sopan, hormat, dan menghargai sosok insan yang
lebih tua. Serta memberikan dukungan dalam rangka mendorong kemandiriannya
untuk mencapai masa tua dengan derajat kesehatan yang optimal.
d. Pelayanan oleh tenaga profesional serta penatalaksanaanya dikoordinasikan oleh
pengelola program lanjut usia di puskesmas berkerjasama dengan lintas sektor
maupun swasta.
e. Melaksanakan pelayanan dengan standar teknis pelayanan yang berlaku.
Pembinaan kesehatan lanjut usia melalui Puskesmas dilakukan terhadap sasaran lanjut
usia yang dikelompokan1, sebagai berikut:
a) Sasaran langsung : Pra Lanjut Usia (45-59 tahun), Lanjut Usia (60-69 tahun),
Lanut Usia risiko tinggi (≥70 tahun atau ≥60 tahun dengan masalah kesehatan).
b) Sasaran tidak langsung : Keluarga dimana lanjut usia berada, Masyarakat
dilingkungan lanjut usia berada, Organisasi sosial yang bergerak dalam
pembinaan kesehatan lanjut usia, petugas kesehatan yang melayani kesehatan
lanjut usia dan masyarakat luas.
6
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) didefinisikan sebagai sebidang tanah baik
dipekarangan rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman
yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan.
Tujuan dasarnya adalah untuk memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan dan
mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan kimia. Pengelolaannnya sesuai dengan luas
lahan yang tersedia, lingkungan yang mendukung, dan tujuan penanaman. Kondisi
pekarangan bermacam-macam. Ada yang luas, ada yang sempit. Bahkan ada lahan
pekarangan yang dikeraskan dengan semen, namun masih bisa dimanfaatkan untuk
memelihara tanaman. Misalnya dengan menggunakan pot, kaleng bekas, potongan drum
untuk menanam tanaman obat keluarga.5
Pengembangan TOGA dipekarangan mempunyai banyak manfaat, diantara nya
sebagai bahan ramuan obat untuk pertolongan pertama sebelum mendapatkan pengobatan
dari dokter, sebagai sarana memperbaiki status gizi masyarakat karena banyak banyak
tanaman obat yang dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan atau sayur-sayuran,
sebagai usaha baru bagi keluarga untuk menjadi pemasok kebutuhan bahan baku pabrik-
pabrik jamu dan obat tradisional (karena tanaman obat sangat bermanfaat sebagai bahan baku
obat modern, jamu dan obat tradisional) dan dapat digunakan untuk menghias dan
memperindah halaman rumah sekaligus memelihara ekosistem mikro disekitar. 10 Upaya atau
langkah-langkah dalam pengembangan tumbuhan obat antara lain meliputi:
a) Sosialisasi pemanfaatan herbal sehingga potensi kekayaan alam Indonesia dapat
tergali baik dari segi budidaya maupun pemanfaatannya sebagai sumber
pengobatan.
b) Mendekatkan tumbuhan obat pada pelayanan kesehatan masyarakat.
c) Meningkatkan penghasilan masyarakat dengan usaha budidaya tanaman obat dan
produk pengolahan.
d) Upaya konservasi/pelestarian sumber bahan alam
e) Pengembangan teknologi budidaya, hasil, dan pengolahan/proses produksi
sehingga dihasilkan simplisia dan produk dengan mutu yang terjamin.
f) Penelitian tumbuhan obat dan aplikasinya untuk menghasilkan obat herbal yang
memenuhi syarat mutu/kualitas, aman dan khasiat/ kemanfaatan.
g) Kerjasama dari berbagai pihak, seperti pemerintah, industri obat tradisional dan
farmasi, peneliti, peguruan tinggi. peraturan perundang-undangan yang jelas
untuk perlindungan terhadap sumber daya alam hayati, khususnya tanaman obat.
7
pewarna alami. Kunyit termasuk tumbuhan berbatang semu, basah yang dibentuk
dari pelepah daun. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan
pembumbunan, untuk menghindari adanya kompetisi perolehan zat hara dengan
gulma dan menjaga kelembaban, suhu dan kegemburan tanah. Pembumbunan
dilakukan juga untuk memperbaharui saluran drainase pemisah petak, tanah
dinaikkan ke petak-petak tanam, biasanya dilakukan setelah selesai penyiangan.
Panen yang tepat berdasarkan umur tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi, yaitu pada tanaman umur 10 – 12 bulan setelah tanam,
biasanya daun mulai luruh atau mengering. Dapat pula dipanen pada umur 20 –
24 bulan setelah tanam. Kunyit dapat dimanfaatkan sebagai pewarna untuk
makanan manusia dan ternak yaitu zat warna kuning (kurkumin) pada kunyit.
Kunyit telah terbukti secara ilmiah melalui berbagai pengujian pre-klinik dan
klinik, berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit degeneratif seperti
kardiovaskular, stroke, reumatik, sebagai anti oksidan yang mengikat radikal
bebas, penurun kadar lipid darah, meluruhkan plak pada otak penderita penyakit
Alzheimer, kemampuan memerangi sel kanker dan infeksi virus maupun bakteri.6
2) Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) merupakan tembuhan dihutan jati, tetapi
beberapa jenis ada juga tumbuh di pekarangan rumah. Umumnnnya, temulawak
dapat ditanam ditanah ringan yang agak berpasir sampai tanah berat berstruktur
liat. Untuk mendapatkan produksi dan mutu yang tinggi di dalam budidaya
temulawak perlu dilakukan pemupukanTemulawak dipanen dari tanaman yang
telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen memiliki daun-daun dan
bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki rimpang besar
dan berwarna kuning kecoklatan. Rimpang temulawak sebagian besar digunakan
untuk bahan baku obat, produknya berupa minyak temulawak, oleoresin, pati,
nstant, zat warna kuning, beberapa jenis makanan, minuman, dan minyak atsiri.
Khasiat dan kegunaan lain dari temualwak adalah memelihara fungsi hati, efektif
untuk hepatitis, menurunkan kolesterol, menambah nafsu makan, untuk penyakit
demam, penyakit kuning, serta gangguan pada getah empedu.7
3) Lidah Buaya (Aloevera) adalah tanaman yang menurut catatan WHO tumbuh
sebagai bahan baku obat-obatan mudah tumbuh dengan baik di lahan gambut, dan
pada zaman raja Mesir Cleopatra menggunakan Aloevera sebagai pembasuh kulit
yang sangat mujarab sehingga dijadikan bahan baku kosmetika yang penting. Di
Amerika bagian barat daya lidah buaya ditanam sebagai tanaman hias di
8
perkarangan rumah, dan dimanfaatkan sebagai obat luka bakar.8 Hingga saat ini
sebagian besar tanaman lidah buaya diolah menjadi makanan dan minuman atau
diekspor dalam bentuk pelepah. Penggunaan tanaman lidah buaya dalam industri
secara garis besar dapat dibagi menjadi empat jenis industri, yaitu: 1) Industri
pangan, sebagai makanan tambahan (food supplement), produk yang langsung
dikonsumsi dan flavour; 2) Industri farmasi dan kesehatan, sebagai anti inflamasi,
anti oksidan, laksatif, anti mikrobial dan molusisidal, anti kanker,
imunomodulator dan hepatoprotector; 3) Industri kosmetika, sebagai bahan baku
lotion, krem, lipstik, shampo dan kondisioner; 4) Industri pertanian, sebagai
pupuk, suplemen hidroponik, suplemen untuk media kultur jaringan dan
penambah nutrisi pakan ternak.8
4) Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah satu tanaman obat yang
multi khasiat disamping mengkudu, sambiloto dan papagan. Sosoknya berupa
perdu dengan tajuk bercabang-cabang. Umurnya dapat mencapai puluhan tahun
dengan masa produktifitas mencapai 10-20 tahun. Bagian yang paling banyak
manfaat dari tanaman mahkota dewa adalah buah yang terdiri atas kulit, daging,
cangkang, dan biji. Buahnya beracun bila dikonsumsi dalam keadaan mentah dan
segar. Buah matang berwarna merah marun dan banyak orang yang tidak tahu
tergoda memetik dan memakannya. Ciri buah siap dipetik antara lain kulit buah
sudah berwarna merah marun dan berbau manis seperti aroma gula pasir.
Tanaman ini dapat hidup dengan baik di daerah beriklim tropis dengan produksi
buah yang tidak mengenal musim, lokasi pembudidayaannya sebaiknya di daerah
yang jauh dari polusi, serta ditanam di bibir teras pengolahan lahan. Mahkota
Dewa dipercaya dapat mencegah dan membantu proses penyembuhan berbagai
macam penyakit antara lain: tekanan darah tinggi, meningkatkan vitalitas bagi
penderita diabetes, kanker, asam urat, alergi, ginjal, jantung, berbagai macam
penyakit kulit, mengatasi ketergantungan obat, rematik, meningkatkan stamina
dan ketahanan terhadap influenza, serta Insomnia.9
10
Mengobati penyakit radang usus, susah
buang air kecil, batuk, amandel,
4. Mengkudu (Morinda citrifolia)
difetri, sariawan, tekanan darah tinggi,
dan sembelit
5. Kemukus (Piper cubeba L.) Obat radang selaput lendir saluran kemih
Kapulaga (Elettaria cardamomum
6. Maton) dan ketumbar (Coriandrum Obat anti kembung
sativum L.)
11
Tabel 2.5 Daftar Pemanfaatan TOGA dari Biji Tanaman11
Tabel 2.7 Daftar Pemanfaatan TOGA dari Umbi atau Rimpang Tanaman11
Temu giring (Curcuma heynaena Obat anti cacing, sakit perut, dan
7.
Val.) melangsingkan tubuh
Temu hitam (Curcuma aeroginosa obat anti cacing, mencegah kelesuan, dan
9.
Roxb.) memperlancar peredaran darah
14
BAB III
PELAKSANAAN PROGRAM
15
Penyuluhan mengenai Manfaat dan Contoh TOGA
serta Perencanaan Kegiatan
Penanaman TOGA
Gambar 3.2 Suasana Penyuluhan dan Diskusi kepada Anggota Lanjut Usia
16
2) Pengadaan bibit dan media tanam tanaman obat, dilakukan tanggal 20-22 April
2016 yang dikumpulkan di halaman depan Puskesmas Wilayah IV Koni dan
dibantu oleh pegawai serta koordinator kelompok lanjut usia Puskesmas Wilayah
IV Koni.
3) Tanggal 23 April 2016, dilakukan penanaman TOGA bersama dengan pegawai
dan para anggota kelompok lanjut usia Puskesmas Wilayah IV Koni. Penanaman
dilakukan setelah acara senam lanjut usia yang rutin diadakan pada hari sabtu,
dan juga setelah sarapan bubur kacang hijau bersama. Adapun TOGA yang
ditanam antara lain: Daun Sirih Merah, Mahkota Dewa, Sambiloto, Kunyit, Jahe,
Jahe Merah, Terong, Lidah Buaya, Pohon Katarak, Pohon Chingu, Sambung
Nyawa, Kumis Kucing, Kelengkeng, dan lainnya.
Gambar 3.3 Suasana saat Penanaman TOGA bersama di halaman PKM Koni
17
Sedangkan mengenai cara pemanfaatan TOGA di kehidupan sehari-hari, kami
paparkan cara yang tepat dan sesuai dengan TOGA yang ada di Puskesmas
Wilayah IV Koni, agar para lanjut usia lebih fokus dan terarah untuk
memanfaatkan TOGA yang ada.
18
19
20
Gambar 3.4 Jenis TOGA yang dibudidayakan di Puskesmas Wilayah IV Koni
5) Pemanfaatan dan pengolahan TOGA oleh masyarakat, khususnya oleh para lanjut
usia, sehinggia terciptanya peningkatan kesehatan masyarakat, pelestarian
lingkungan hidup dan terwujudnya lanjut usia yang sehat, produktif dan bahagia
21
BAB IV
PENUTUP
Puskesmas santun lanjut usia, merupakan strategi pelayanan kesehatan bagi lanjut
usia sebagai bentuk penghargaan dan kepedulian terhadap lanjut usia dengan segala
kondisinya baik fisik, mental dan psikososial. Jumlah lanjut usia yang semakin meningkat,
harus menjadikan perhatian kita untuk dapat melakukan pembinaan sedini mungkin, agar
mereka tetap terpelihara kesehatan dan kemandiriannya.
Kondisi kesehatan yang baik dari para lanjut usia ini akan mempunyai dampak besar
dalam mengurangi pembiayaan kesehatan, bila kita ingat bahwa sifat penyakit lanjut usia
yang multipatologi dan bersifat kronis yang pasti akan membutuhkan biaya cukup tinggi
dalam penanganannya. Maka dari itu, disinilah pentingnya peranan pembudidayaan TOGA
dan pemanfaatannya di lingkungan masyarakat, khususnya anggota kelompok lanjut usia.
Selain itu program TOGA bagi para lansia ini menjadikan sarana pemberdayaan agar lebih
produktif untuk mengembangkan kemampuan, menjadi sarana silaturahmi dan meningkatkan
kepedulian terhadap kesehatan terutama di Puskesmas Wilayah IV Koni Kota Jambi.
Pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan kelompok lanjut usia sangat tergantung
dari peran masyarakat atau kelompok usia lanjut itu sendiri. Dalam pelaksanaannya, peran
petugas kesehatan / petugas lain masih dibutuhkan khususnya dalam pembinaan, agar
kelangsungan dan kesinambungan kegiatan tersebut tetap terpelihara. Kegiatan pertama
program ini berjalan dengan baik karena peran serta kelompok lansia dan dukungan dari
pihak Puskesmas Wilayah IV Koni, diharapkan program ini dapat terus berjalan melihat
antusias dari para lansia Puskesmas Wilayah IV Koni Kota Jambi.
22
DAFTAR PUSTAKA
1) Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Puskesmas Santun Lanjut Usia Bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
2) Suseno, Sigid Haryo. (serial online) 2015 Oktober. Profil Puskesmas Wilayah IV Koni.
Di unduh tanggal 7 Mei 2016, dari: http://dokumen.tips/documents/profil-puskesmas-
koni-kota-jambidocx.html
3) Mubarak, Wahit Iqbal. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika
4) Darmojo. (2006). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
5) Maheshwari, Hera. (serial online) 2002. Pemanfaatan Obat Alami: Potensi dan Prospek
Pengembangan. Diunduh tanggal 7 Mei 2016, dari:
http://rudct.tripod.com/sem2_012/hera-maheshwari.htm
6) Rukmana, R.H. (2004). Temu-Temuan: Apotik Hidup di Pekarangan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)
7) Suprapto. (2007). Bertanam Temulawak. Jakarta: Penebar Swadaya
8) Andrianto dan Novo. (2004). Budi Daya Mahkota Dewa. Yogyakarta: Kanisius
9) Fadhli. (2005). Tanaman Obat Alternatif. Jakarta: Restu agung
10) Jhonhref. (serial online) 2007. Tanaman Obat Asli Milik Masyarakat Bangsa dan
Negara. Diunduh tanggal 7 Mei 2016, dari
http://jhonhref.wordpress.com/2007/07/017/tanaman-obat-milikmasyarakat-bangsa-
dan-negara.ri-2/98k
11) Hariana, H. Arief. (2006). Tumbuhan Obat & Khasiatnya 3. Jakarta: Swadaya. Hal 5-9.
23