Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PUBERTAS REMAJA TERHADAP


TINGKAT MOTIVASI SEMANGAT BELAJAR SISWA
MAN 1 YOGYAKARTA

Disusun oleh :
Dani Ahmad Nugraha/XI IPS 3/15
Muhammad Krishna Haunan A/XI IPS 3/23
Muhammad Shidqi Aiko P/XI IPS 3/24

MAN 1 Yogyakarta
Lembar Pengesahan

Dengan adanya lembar pengesahan ini, maka proposal“Pengaruh pubertas


remaja terhadap tingkat motivasi semangat belajar siswa MAN 1 Yogyakarta” telah
diajukan, disetujui dan disahkan oleh pembimbing pada :

Hari, tanggal : ………., …. ……………. 2018

Tempat : MAN 1 Yogyakarta

Mengetahui Yang mengesahkan


Wali kelas Pembimbing

Sary Sutarsih, S. Pd Dra. Sufiaty, M.Pd


NIP : 197801152006042004 NIP. 196411261995032001
Kata Pengantar

Segala puji penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia yang telah diberikan, sehingga proposal penelitian yang berjudul
“Pengaruh pubertas remaja terhadap tingkat motivasi semangat siswa MAN 1
Yogyakarta” ini bisa terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan diajukannya proposal penelitian ini adalah


untuk mengetahui lebih dalam bagaimanakah pengaruh danya fase pubertas
remaja terhadap semangat belajar para siswa. Apakah ada dampak yang sangat
signifikan dan jelas nyata antara pubertas dengan semangat siswa. Dengan ini
kami memfokuskan untuk mengetahui pengaruh antara keterkaitannya pubertas
dengan motivasi belajar siswa, khususnya siswa/i MAN 1 Yogyakarta

Proposal penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis, diantaranya:

1. Bapak Drs. H. Wiranto Prasetyahadi, M. Pd. Selaku kepala sekolah MAN 1


Yogyajarta
2. Ibu Dra. Sufiaty, M. Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran KTI MAN 1
Yogyakarta
3. Kedua orangtua, sahabat, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.

Diharapkan, proposal ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca
sekalian agar proposal ini bisa lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seseorang pasti akan mengalami sebuah rangkaian fase dalam
kehidupan. Fase tersebut bisa berkaitan dengan dirinya, pendidikannya,
karir atau bahkan kualitas spiritual mereka. Namun ada fase dimana itu
mencakup seluruhnya dalam kehidupan seseorang yang mana setiap manusia
pasti akan mengalami sebuah fase kehidupan yang mempengaruhinya secara
keseluruhan karena fase ini adalah tahap perjalanan mereka dalam hidupnya.
Fase ini adalah tahapan mereka berkembang dari lahir hingga kematian
kelak.
Perjalanan kehidupan manusia dimulai sejak kelahiran hingga
kematian. Dimulai dengan masa balita, kanak-kanak, remaja, dewasa, lalu
setengah baya, dan menjadi tua. Begitu juga dengan siswa, setiap siswa akan
mengalami perkembangan, sejak masa bayi, periode kanak-kanak, masa
pubertas atau masa remaja yang kemudian berkembang menjadi manusia
dewasa, dalam setiap tingkat perkembangan itu siswa senantiasa melakukan
usaha penyesuaian diri terhadap lingkungannya serta terhadap tingkat
perkembangan yang lebih tinggi. Jadi masa puber atau masa remaja adalah
“masa peralihan diantara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana anak-
anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi
anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi
bukan pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mul ai kira kira umur
13 sampai kira kira umur 21 tahun.
Masa puber merupakan masa pertumbuhan yang menyeluruh. Darinya
manusia berpindah dari usia anak-anak dan usia ketergantungan kepada
orang lain menuju usia dewasa dan mandiri. Masa pubertas bukanlah masa
yang terdiri dari masa lampau atau sekarang tetapi sebaliknya, masa puber
merupakan masa penentu terpenting dalam kehidupan seseorang.
Fase remaja adalah fase terpenting dari setiap orang, karena disinilah
karakter mereka dibentuk dan disinilah jati diri mereka ditemukan. Pada fase
ini remaja sangat sensitive dan agresif terhadap hal yang berbau emosional,
mereka sangat mudah terpengaruh dengan apa yang mereka rasakan, lihat
dan sangat terpengaruh pada lingkungannya. Disinilah diamana masa ia akan
berjalan dan menentukan pilihannya.
Tingkat motivasi semangat belajar siswa merupakan tingkat
keseriusan mereka dalam menuntut ilmu. Motivasi ialah dorongan yang
mana seorang siswa harus mempunyainya. Tingkat motivasi semangat
belajar siswa sangat berpangaruh kaitannya dengan prestasi dan hasil belajar
siswa yang mana dari kedua hal tersebut akan menentukan masa depan
mereka namun pada fase remaja ini tidak terlepas dengan yang namanya
perubahan hormon dan emosional. Disini mereka sudah mengenal lawan
jenis, mereka mungkin sudah saling mengenal lebih dekat atau bahkan saling
menyukai. Namun disaat yang berbarengan ini seorang remaja juga harus
tetap menjalankan kewajibannya sebagai murid untuk belajar. Untuk itu
kami sebagai penulis dan peneliti dari topik ini ingin mengetahui lebih
dalam mengenai apa dan bagaimana pengaruh pubertas dengan tingkat
motivasi semangat belajar siswa.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa pubertas saling berkaitan dengan tingkat motivasi semangat belajar
siswa?
2. Bagaimana cara menanggulangi dampak negatif pubertas dan meningkatkan
motivasi belajar siswa disaat sedang berlangsungnya masa pubertas?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mengapa pubertas saling berkaitan dengan tingkat motivasi
belajar siswa
2. Untuk mengetahui cara menanggulangi dampak negatif pubertas dan cara
meningkatkan motivasi belajar siswa disaat sedang berlangsungnya masa pubertas

D. Manfaat Penelitian
Adapun nantinya setelah penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis berharap
dapat:
1. Memberikan masukan kepada tenaga pendidik/guru untuk lebih memperhatikan
perkembangan yang terjadi pada anak pada masa pubertas
2. Memberikan segenap wawasan mengenai materi yang diteliti untuk para
pembaca baik bagi siswa sendiri maupun guru
3. Menghimbau kepada seluruh guru atau tenaga pendidik untuk selalu berinteraksi
edukatif dengan anak didiknya.
4. Merangsang minat penelitian dan pengkajian bagi para ilmuwan yang akan
datang dalam bidang pendidikan baik teoritis maupun praktis.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Pubertas

a. Definisi Pubertas

Pubertas adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa (masa


remaja), ditandai dengan matangnya organ reproduksi. Pada masa ini juga
terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pubertas adalah masa
terjadinya perubahan fisik dan mental anak laki-laki dan perempuan.
Perubahan ini disebabkan adanya perubahan hormon. Akibatnya, emosi
seorang anak jadi tidak stabil, cepat marah, cepat tersinggung, melamun,
pada saat yang lain gembira, tertawa, atau menangis. Pada masa pubertas,
seorang anak juga sudah mulai tertarik dengan lawan jenis. Masa pubertas
pada laki-laki dan perempuan tidak sama. Perempuan mengalami masa
pubertas pada usia 8-13 tahun sedangkan laki-laki pada usia 10-15 tahun.
Ada yang lebih dulu mengalami pubertas, ada yang lebih lambat. Pubertas
dapat terlihat jelas pada kondisi fisik.

1) Pubertas Anak Laki-laki

Pada masa pubertas, anak laki-laki akan mengalami perubahan


fisik primer dan sekunder. Perubahan primer adalah perubahan yang
pasti akan dialami oleh laki-laki pada masa pubertas, berupa kesiapan
testis untuk memproduksi sperma. Perubahan primer ini
menyebabkan anak laki-laki akan mengalami mimpi basah. Mimpi
basah merupakan peristiwa ejakulasi (keluarnya air mani) pada saat
tidur, karena testis dan salurannya (uretra) terisi penuh sperma.
Mimpi basah merupakan cara alami tubuh Penis mengeluarkan
timbunan sperma yang terbentuk secara terus-menerus. Hal ini
normal dialami oleh semua anak laki-laki menjelang dewasa, yang
menandakan tubuhnya siap melakukan proses reproduksi. Artinya, ia
sudah dapat membuahi sel telur perempuan yang telah matang dan
menyebabkan kehamilan. Sedangkan, perubahan sekunder
merupakan perubahan yang belum pasti akan dialami oleh laki-laki
pada masa pubertas.

2) Pubertas Anak Perempuan

Masa pubertas pada perempuan juga ditandai dengan perubahan


saluran telur primer dan sekunder. Perubahan primer ditandai dengan
menstruasi yang menandakan ovarium telah dapat menghasilkan sel
telur. Proses menstruasi terjadi saat sel telur yang dihasilkan ovarium
sudah matang dan memasuki rahim. Jika sel telur tidak dibuahi oleh
sperma, maka dalam beberapa hari sel telur akan mati. Sel telur yang
mati tersebut akan luruh bersama penebalan yang terjadi pada
dinding rahim dan dikeluarkan melalui vagina. Jika sel telur dibuahl
oleh sel sperma maka sel telur akan berkembang dan tumbuh menjadi
janin. Menstruasi pertama terjadi pada usia 10 sampai 14 tahun.
Menstruasi biasanya berlangsung selama 3 sampai 7 hari, dan terjadi
satu kali setiap 28-31 hari, tetapi periode ini tidak sama pada setiap
perempuan. Pada awalnya menstruasi mungkin belum teratur,
semakin lama akan semakin teratur. Sedangkan, perubahan sekunder
merupakan perubahan pada fisik yang tampak dari luar

Stanley Hall, mendefinisikan masa remaja sebagai mereka yang


mengalami perubahan karakter dari era kanak-kanak kepada masa
kedewasaan. Beliau menyebutkan bahwa pada masa ini akan terjadi “storm
& stress” atau dalam bahasa indonesia dikenal dengan “badai & topan”.
Fenomena tersebut ditandai dengan perubahan (pergolakan) yang
mempengaruhi tindakannya. Misalnya saja terjadi perubahaan mood ketika
sedang belajar, yang awalnya bersemangat seketika menjadi tidak bergairah.
Sri Rumini bersama ahli ilmu psikologi lainnya, mendefinisikan bahwa
masa remaja adalah masa dimana terjadi perkembangan secara psikologi.
Dimana perkembangan ini mengacu pada aspek kejiwaan (emosi, mental,
moral dan kemauan).

b. Prilaku Pubertas
Akibat perubahan masa pubertas terhadap sikap dan perilaku yang paling
umum, paling serius, dan paling kuat, dijelaskan oleh Elizabet B. Hurlock
sebagai berikut:

1) Ingin menyendiri. Anak-anak biasanya menarik diri dari pergaulan, baik


dari temannya maupun dari keluarganya. Anak kadang melamun,
memikirkan kepada yang ia tidak di mengeti dan diperlakukan dengan baik,
selain itu juga mengadakan eksperimen seks dengan masturbasi.
2) Bosan. Anak puber merasa bosan dengan permainannya yang sebelumnya
sangat digemari, bosan dengan tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan
sosial dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya anak sedikit sekali bekerja
sehingga prestasinya di berbagai bidang menurun,
3) InKoordinasi. Pertumbuhan pesat yang tidak seimbang mempengaruhi pola
kooordinasi gerakan. Akan merasa kikuk dan janggal selama beberapa
waktu,
4) Antagonisme sosial. Mereka sering tidak mau bekerja sama. Senang
membantah dan menentang. Selain itu teljadi permusuhan antara dua seks
yang berlainan,
5) Emosi yang meninggi.Hanya dengan hasutan yang kecil pun akan
menyebebabkan anak murung, merajuk, marah, khawatir dan gelisah. Hal
seperti ini sangat sering terjadi pada anak perempuan pada masa haid dan
awal periode haid.
6) Hilangnya kepercayaan diri. Karena daya tahan fisik menurun serta adanya
krtitik bertubi-tubi datang dari orang tua dan temannya menyebabkan anak
menjadi kurang percaya diri dan takut kegagalan.
7) Terlalu sederhana. "perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber
menyebabkan anak menjadi sederhana dalam penampilannya, karena takut
orang lain memberi komentar terhadap penampilannya."

Disamping faktor intern, yang memberi pengaruh terhadap sikap dan


prilaku anak pada masa ini, ada faktor ekstern yang mempengaruhinya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memudahkan penyampaian pesan
dan budaya asing dari suatu Negara ke Negara lainnya. Berbagai budaya asing
tersebut dengan mudahnya diterima oleh anak tanpa penyaringan. Mungkin saja
semua itu dijadikan alat identifikasi bagi mereka. Hal tersebut tentu akan
membahayakan dan menjadi ancaman terhadap moral mereka.

Seandainya hal ini dibiarkan dan berkembang, maka pembangunan bangsa


kita akan terganggu, bahkan mungkin gagal. Karena tujuan pembangunan kita
adalah untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.

Dengan kata lain sifat pembangunan Negara kita adalah pembangunan


yang seimbang antara jasmani dan rohani, antara material dan spiritual, antara
kehidupan dunia dan akhirat, memerlukan generasi-generasi termasuk para
remaja yang tangguh, sehat lahir dan batin.
c. Idikator Prilaku Pubertas

Pada dasarnya kriteria yang sering digunakan untuk menentukan masa


permulaan pubertas adalah haid pertama kali pada anak perempuan dan mimpi
basah malam pada anak laki-Iaki. Usia rata-rata perubahan yang dialami pada
pubertas pada anak perempuan 13 tahun dan bagi anak laki-Iaki 14 tahun. Waktu
yang diperlukan untuk mengakhiri perubahan masa pubertas berkisar antara dua
sampai empat tahun. Pada masa puber ini banyak mengalami perubahan yang
mempengaruhi keadaan fisik, sikap dan prilaku yang paling umum, paling serius,
dan paling kuat akibatnya cenderung buruk selama masa puber, seperti : Cepat
bosan, ingin menyendiri, tidak mau bekerjasama, sering membantah, dan emosi
yang meninggi.

Disamping itu dengan cepat prosesnya pertumbuhan pada masa puber ini
mempengaruhi pula prilaku anak disekolah dengan melakukan berbagai
perbuatan yang negatif, seperti: Membolos pada waktu KBM, merokok dan
tawuran. Maka tidak sedikit anak pada masa ini memiliki preslasi belajar yang
rendah atau kurang baik.

2. Remaja

a. Definisi Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik


dan psikologis dari masa kanak kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003).
Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual,
kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ
seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai
berfungsi dengan baik (Sarwono, 2006).
Muagman (1980) dalam Sarwono (2006) mendefinisikan remaja
berdasarkan definisi konseptual World Health Organization (WHO) yang
mendefinisikan remaja berdasarkan 3 (tiga) kriteria, yaitu: biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi.

1) Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama
kali seseorang menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat
mereka mencapai kematangan seksual.
2) Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan
sosialekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

b. Ciri – ciri Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan


periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003),
antara lain :

1) Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-


perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak
langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi
perkembangan selanjutnya
2) Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti
perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap
sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini
memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda
dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai
dengan dirinya.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada
emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang
mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan
akan kebebasan.
4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya
dalam masyarakat.
5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.
Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang
kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
6) Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung
memandang kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu,
melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7) Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami
kebingungan atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan
kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan kesan
bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat
dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan
memberikan citra yang mereka inginkan.

Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja,


kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas
perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
3. Motivasi

a. Definisi Motivasi

Secara umum definisi atau pengertian motivasi dapat diartikan sebagai


suatu tujuan atau pendorong, dengan tujuan sebenarnya tersebut yang
menjadi daya penggerak utama bagi seseorang dalam berupaya dalam
mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkannya baik itu secara positif
ataupun negatif. Adapun istilah dalam pengertian Motivasi berasal dari
perkataan Bahasa Inggris yakni motivation. Namun perkataan asalnya
adalah motive yang juga telah digunakan dalam Bahasa Melayu yakni kata
motif yang berarti tujuan atau segala upaya untuk mendorong seseorang
dalam melakukan sesuatu. Secara ringkas, Selain itu, Pengertian Motivasi
merupakan suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang muncul
adanya gejala perasaan, kejiwaan dan emosi sehingga mendorong individu
untuk melakukan atau bertindak sesuatu yang disebabkan karena kebutuhan,
keinginan dan tujuan.

Menurut Hamalik (1992:173), Pengertian Motivasi merupakan


perubahan energi dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Sardiman (2006:73), Pengertian Motivasi merupakan


perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
felling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut Mulyasa (2003:112), Pengertian Motivasi merupakan tenaga


pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah
suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena
memiliki motivasi yang tinggi.
Menurut Victor H. Vroom, motivasi ialah sebuah akibat dari suatu
hasil yang ingin diraih atau dicapai oleh seseorang dan sebuah perkiraan
bahwa apa yang dilakukannya akan mengarah pada hasil yang
diinginkannya.

Robbins dan Judge, motivasi ialah suatu proses yang menjelaskan


intensitas, arah dan ketekunan individu agar dapat mencapai tujuannya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Proses psikologis di dalam diri seseorang yang menimbulkan motivasi


dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adapun faktor-faktor motivasi adalah
sebagai berikut:

1) Faktor Internal (Intern)

Faktor internal adalah faktor motivasi yang berasal dari


dalam diri seseorang. Motivasi internal timbul karena adanya
keinginan individu untuk memiliki prestasi dan tanggungjawab
di dalam hidupnya. Beberapa hal yang termasuk dalam faktor
internal adalah:

a) Harga diri dan Prestasi, yaitu motivasi di dalam diri


seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan
mengerahkan energi untuk mencapai prestasi yang
meningkatkan harga dirinya.
b) Kebutuhan, setiap individu memiliki kebutuhan di dalam
hidupnya sehingga orang tersebut menjadi termotivasi
untuk melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
c) Harapan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai seseorang di masa
mendatang yang mempengaruhi sikap dan perasaan
subjektif orang tersebut.
d) Tanggungjawab, yaitu motivasi di dalam diri seseorang agar
bekerja dengan baik dan hati-hati untuk menghasilkan
sesuatu yang berkualitas.
e) Kepuasan kerja, yaitu motivasi dalam diri seseorang karena
dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu.
2) Faktor Eksternal (Ekstern)

Faktor eksternal adalah faktor motivasi yang berasal dari


luar diri seseorang. Motivasi eksternal timbul karena adanya
peran dari luar, misalnya organisai, yang turut menentukan
perilaku seseorang dalam kehidupannya. Beberapa hal yang
termasuk dalam faktor eksternal adalah:

a) Jenis dan sifat pekerjaan, yaitu dorongan di dalam diri


seseorang untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan
tertentu. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh besar imbalan
yang didapatkan pada pekerjaan tersebut.
b) Kelompok kerja, yaitu organisasi dimana seseorang
bekerja untuk mendapatkan penghasilan bagi kebutuhan
hidupnya.
c) Kondisi kerja, yaitu keadaan dimana seseorang bekerja
sesuai dengan harapannya (kondusif) sehingga dapat
bekerja dengan baik.
d) Keamanan dan keselamatan kerja, yaitu perlindungan
yang diberikan oleh organisasi terhadap jaminan kemanan
dan keselamatan seseorang dalam bekerja.
e) Hubungan interpersonal, yaitu hubungan antara teman
sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan. Dalam hal
ini, setiap orang ingin dihargai dan menghargai dalam
organisasi sehingga tercipta suasana kerja yang harmonis.

4. Semangat Belajar

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), semangat adalah dorongan


yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu. Bisa dikatakan semangat hampir sama dengan
motivasi yakni suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku.

Semangart belajar secara umum merupakan penggerak yang muncul dari diri
siswa atas dasar keinginannya sendiri. Yaitu suatu daya pelaksana majunya dalam diri
siswa untuk melakukan kegiatan yang menimbulkan dan memberikan arah kegiatan
belajar. Lengkapnya dapat disimpulkan bahwa pengertian semangat belajar adalah
keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan
menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang
menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Semangat belajar dapat dilihat dari karakter tingkah laku siswa yang
menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan tekun mencapai tujuan.
Contoh dan bentuk bentuk semangat belajar diantaranya adalah pujian, memberi angka,
hadiah, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, hukuman.

Menurut Menurut McCombs (1991), Pengertian semangat belajar adalah


kemampuan internal yang terbentuk secara alami yang dapat ditingkatkan atau
dipelihara melalui kegiatan yang memberikan dukungan, memberikan kesempatan
untuk memilih kegiatan, memberikan tanggung jawab untuk mengontrol proses belajar,
dan memberikan tugas-tugas belajar yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan
pribadi.

Faktor yang mempengaruhi :

1) Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat
seksual
2) Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
3) Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
4) Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil
atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
5) Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.
6) Stimulus semangat belajar

B. Kerangka Berfikir

Masa pubertas anak yang notabene masih berada di usai labil antara 15 – 17
bisa sangat mempengaruhi terhadap semangat mereka dalam belajar. Semangat belajar
sendiri juga ada kaitan yang yang sangat erat terhadap baik/buruknya tingkat prestasi
seorang anak. Dapat diambil dugaan prediktor bahwasannya pubertas adalah
perkembangan hormon seseorang yang sangat mempengaruhi diri mereka dan di masa
ini seseorang mulai menginjak masa labil. Dari hal ini bisa diambil dugaan bahwa masa
pubertas anak/remaja dapat juga memberikan dampak positif seperti meningkatkan
motivasi semangat belajar siswa karena ada dorongan dari dalam diri untuk bisa lebih
baik dari sebelumnya. Dan juga perilaku negatif yang umumnya terbawa oleh
temannya. Sehingga seseorang pada usia ini cenderung lebih bimbang dan cenderung
gemar akan hal baru dan lebih fokus melakukan apa yang mereka inginkan.

Maka dari itu, pubertas akan mempengaruhi seseorang baik itu karakter atau
prilaku anak maupun perkembangan seseorang yang akan berdampak terhadap
emosional, spiritual mereka sehingga motivasi mereka untuk semangat dalam belajar
dapat terganggu atau mengalami perubahan.

Pubertas

Pengaruh

Perkembangan
Karakter anak
Hormon

Semangat belajar
C. Hipotesis

Dugaan sementara pengaruh pubertas siswa/i MAN 1 Yogyakarta terhadap


tingkat motivasi semangat belajar mereka ialah adanya pengaruh positif dan negatif
dari hal tersebut. Namun pengaruh pubertas lebih banyak mendorong kepada hal yang
negatif terutama pada anak laki/laki/siswa. Ketika sedang pubertas, seseorang akan
mengalami suatu perubahan dalam dirinya dan hidupnya, hal tersebut tampak pada rasa
ingin tahu mereka yang besar menganai hal baru, sehingga anak – anak yang sedang
dalam masa pubertas akan cenderung bersikap semena mena guna ingin merasakan
suatu kebebasan diri. Secara bersamaan, maka akan ada hal yang tersisihkan dari
dampak perilaku tersebut, yakni motivasi mereka terhadap semangat untuk belajar di
sekolah maupun dirumah. Mereka yang ingin menikmati hal baru dan mengalami
sebuah perubahan pesat dalam dirinya, maka mereka akan lebih terfokuskan terhadap
apa yang ingin mereka lakukan bukan terhadap belajar mereka sebagai kewajiban
mereka. Dari deskripsi tersebut dapat diambil hipotesisnya ialah siswa/i yang sedang
pubertas akan lebih lesu dalam berbelajar dan masuk sekolah karena ada faktor
aktualisasi diri yang mendasari tingkah laku mereka.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dalam bentuk deskriptif


kualitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan yang
ada(real). Menurut Ari Kunto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha menggambarkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi di masa
sekarang, dengan kata lain penelitian ini mengambil masalah/memusatkan
perhatian pada masalah – masalah actual seperti adanya penelitian saat dilakukan.

Pendekatan deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi


pengumpulan data yang di dalamnya terdapat aspek penelitian kualitatif, penelitian
kualitatif adalah penelitian dengan lebih mengutamakan penguraian secara tertulis,
tanpa angka – angka/statistik.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian, yang


padanya terkandung informasi yang ingin diketahui. Objek ini disebut dengan
satuan analisis. Satuan analisis ini memiliki kesamaan perilaku atau
karakteristik yang ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan
siswi MAN 1 Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel merupakan contoh atau himpunan bagian (subset) dari suatu


populasi yang dianggap mewakili populasi tersebut sehingga informasi apa pun
yang dihasilkan oleh sampel ini bisa dianggap mewakili keseluruhan populasi.

Dalam penelitian ini, peniliti ingin menggunakan teknik pengambilan


sampel dengan cara quota sampling, Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan
bahwa sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut
Margono (2004: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan
akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Jadi peneliti
menetapkan jumlah sample yakni sebanyak 25 siswa dan siswi MAN 1 Yogyakarta
pada kelas XI IPS 3.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta


jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di MAN 1
Yogyakarta yang beralamat di Jl. C. Simanjuntak No.60, Terban,
Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55223. MAN 1
Yogyakarta adalah salah satu sekolah di Yogyakarta yang setingkat dengan
SMA yang berbasis Islamiyah.

2. Waktu

Waktu adalah kapan penelitian ini dilaksanakan. Waktu pelaksanaan


penelitian ini akan di lakukan pada Oktober – November.

D. Sumber Data

1. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung
dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan
tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan
mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk
mendapatkan informasi lansung tentang komunikasi orang tua dan anak (dari
keluarga yang menikah beda agama) yaitu dengan cara wawancara dengan anak,
orang tua yang bersangkutan. Dalam penilitain ini kami mengambil sumber data
primer dari hasil wawancara dan juga observasi

2. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian,
notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai
instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi
dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti
kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan
sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
wawancara lansung dengan anak dan orang tua yang bersangkutan. Dalam
penilitain ini kami mengambil sumber data sekunder dari majalah, buku
mengenai masalah yang diteliti dan juga web atau blog di internet.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini kami tim peneliti melakukan pengumpulan data dengan 3
cara, yakni :

1. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan


tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penelitian (Lerbin,1992 dalam Hadi,
2007). Dengan cara ini kita dapat mengambil informasi dengan lebih
jelas, karena kita langsung berhadapan dengan informator yang dapat
memberikan informasi lebih luas.

Yang dimaksud dengan wawancara menurut Nazir (1988) adalah


proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara).

2. Obsevasi

Menurut Sugiyono menyatakan bahwa observasi dalam arti


sempit merupakan proses penelitian mengamati situasi dan kondisi.
Dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan menurut tiga
cara. Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai partisipan atau non
partisipan. Kedua, observasi bisa di lakukan secara terus terang atau
penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian dan
dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang pertama yang
mana kami bertindak sebagai partisipan.

3. Kajian Kepustakaan

Dalam penelitian ini kami juga melakukan kajian kepustakaan


guna menguatkan data yang telah kami peroleh dari hasil wawancara
dan juga observasi. Menurut Sugiyono kajian kepustakaan merupakan
suatu kegiatan untuk menelusuri dan menelaah teori-teori yang
terdapat di perpustakaan. Kegiatan kajian kepustakaan menuntut
kejelian, ketekunan, dan ketelitian peneliti. Dalam kegiatan
kepustakaan peneliti berupaya menggali lebih dalam beberapa
informasi dan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti, dan juga mencari wawasan yang lebih luas agar data
yang di dapat benar benar terbukti dan valid.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung
terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak
perlu diartikan sebagai kuantifikasi data. Setelah kami mencari data dari
hasil observasi, wawancara dan kepustkaan, kami akan memilah data yang
perlu dan membuang yang tidak perlu.

2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data
kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi
disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk
catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data
kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat
digunakan untuk mengambil tindakan. Setelah semua data di pilah dan
digambarkan dalam bentuk gambaran pemikiran, kami akan
menyimpulkan langsung hasil dari data yang telah kami peroleh.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari hasil penelitian yang kami lakukan terdapat beberapa data yang bisa kami
simpulkan sebagai jawaban dari rumusan masalah mengenai penelitian kami.
Penelitian kami dimulai dengan studi kepustakaan dimana di dapat hasil bahwa
seorang remaja atau anak yang sedan mengalami masa pubertas akan lebih senang
untuk melakukan suatu hal yang mereka ingin saja atau apa yang mereka geluti
dibidangnya, selain itu, mereka juga menginnginkan suatu kebebasan atau
pengakuan aktualisasi diri dari masyarakat, maka tak heran banyak prilaku mereka
yang sedang pubertas bisa dianggap sebagai penyimpangan sosial seperti pulang
larut malam, merokok, bahkan hingga pergaulan bebas. Maka dalam kasus ini, masa
pubertas bisa diartikan sebagai masa dimana mereka mencari suatu perhatian dan
pengakuan terhadap prilaku mereka, baik dari keluarga, teman, hingga masyarakat
luas.
Selain itu, pada masa pubertas juga terjadi suatu perubahan prilaku yang dapat
mengakibatkan berubahnya tingkat motivasi semangat belajar dan etika serta adab
mereka. Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan
perubahan-perubahan akibat pubertas yaitu sebagai berikut :
1. Perkembangan Perilaku Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir
dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of
formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis
dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir
multi-dimensi seperti ilmuwan.
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi
mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja
mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan
keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil
keputusan disbanding remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih
kompeten daripada anak-anak. Kemampuan untuk mengambil
keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterapkan, karena dalam
kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu
lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan
keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan
keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang
menjadi masalah adalah prientasi masyarakat terhadap remaja dan
kegagalan untu member mereka pilihan-pilihan yang memadai.

2. Perkembangan Perilaku Sosioemosional Remaja


Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa
ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan
mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan
beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari
di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan
cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah
psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja
mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka
(self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang
lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi
atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau
mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat
memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-
image).
Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik
dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan
kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam
di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik
pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan
dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu,
sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari
perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian
karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat
jangka pendek atau jangka panjang.
Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-
jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa
yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-
jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang
sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati- diri positif pada
remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri
sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan
orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan
bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”;
berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.
Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa puber pada
keadaan fisik remaja juga memperngaruhi sikap dan perilaku. Namun
ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan dalam sikap dan
perilaku yang terjadi pada saat ini lebih merupakan akibat dari
perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar yang berpengaruh
pada keseimbangan tubuh. Semakin sedikit simpati dan pengertian yang
diterima remaja puber dari orang tua, kakak-adik, guru-guru, dan teman-
teman dan semakin besar harapan-harapan social pada periode ini,
semakin besar akibat psikologis dari perubahan-perubahan fisik.
Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada remaja
perempuan daripada remaja laki-laki, sebagian disebabkan karena
remaja perempuan biasanya lebih cepat matang daripada remaja laki-
laki dan sebagian karena banyak hambatan-hambatan social mulai
ditekankan pada perilaku remaja perempuan justru pada saat remaja
perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai
pembatasan. More membahas sebab-sebab mengapa remaja laki-laki
tidak banyak berpengaruh oleh perubahan-perubahan masa puber
seperti halnya remaja perempuan:
Masa puber rupanya lebih merupakan kejadian yang berlangsung
secara bertahap. Tidak terjadi secara serentak dengan kepesatan
perkembangan seperti yang dialami remaja perempuan. Rangsangan
yang ditimbulkan sama kuatnya atau lebih kuat bagi pria namun ia
mempunyai kesempatan lebih akrab untuk menyesuaikan dirinya.
Karena mencapai masa puber lebih dulu, remaja perempuan lebih
cepat menunjukkan tanda-tanda perilaku yang mengganggu daripada
remaja laki-laki. Tetapi perilaku remaja perempuan lebih cepat stabil
daripada remaja laki-laki, dan remaja perempuan mulai berperilaku
seperti sebelum masa puber.
Seberapa serius perubahan masa puber akan mempengaruhi
perilaku sebagian besar bergantung pada kemampuan dan kemauan
remaja puber untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya
kepada orang lain sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh
pandangan yang baru dan yang lebih baik. Seperti yang dijelaskan
Dunbar, “Reaksi efektif terhadap perubahan terutama ditentukan oleh
kemampuan untuk berkomunikasi…. Komunikasi adalah cara untuk
mengatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan”. Remaja yang
merasa sulit atau tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain lebih
banyak berperilaku negatif daripada remaja yang mampu dan mau
berkomunikasi.
Akibat perubahan masa puber pada sikap dan perilaku remaja
adalah sebagai berikut :
1. Ingin Menyendiri
Kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja
biasanya menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai
kegiatan keluarga dan sering bertengkar pada teman-teman dan
pada anggota keluarga. Remaja puber kerap melamun, sering
tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik, dan ia
juga mengadakan ekperimen seks melalui masturbasi. Gejala
menarik diri ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi
dengan orang-orang lain. Dalam masa remaja, remaja berusaha
untuk melepaskan diri dari milieu orang tua dengan maksud
untuk menemukan dirinya. Erikson menyebutnya untuk
menemukan identitas diri.
2. Bosan
Remaja puber bosan dengan permainan yang sebelumnya
amat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial,
dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya, remaja sedikit
sekali bekerja sehingga prestasinya diberbagai bidang
menurun. Remaja menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi
khususnya karena sering timbul perasaan akan keadaan fisik
yang tidak normal.
3. Inkoordinasi
Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi
pola koordinasi gerakan, dan remaja akan merasa kikuk dan
janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan
melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.
4. Antagonisme sosial
Remaja puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering
membantah, dan menentang. Permusuhan terbuka anatara dua
seks yang berlainan diungkapkan dalam kritik, dan komentar-
komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa
puber, remaja kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat
bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain.
5. Emosi yang meninggi
Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan
kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat
kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber. Pada masa
ini remaja merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih,
mudah marah, dan suasana hati yang negative sangat sering
terjadi selama masa prahaid dan awal periode haid. Dengan
semakin matangnya keadaan fisik remaja, ketegangan lambat
laun berkurang dan remaja sudah mulai mampu mengendalikan
emosinya.
6. Hilangnya kepercayaan diri
Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri
sekaran menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan
karena daya tahan fisik menurun dank arena kritik yang
bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya.
Banyak remaja laki-laki dan perempuan setelah masa puber
mempunyai perasaan rendah diri.
7. Terlalu sederhana
Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber
menyebabkan remaja menjadi sangat sederhana dalam segala
penampilannya karena takut orang-orang lain akan
memperhatikan perubahan yang dialaminya dan member
komentar yang buruk.

3. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja


a. Berpacaran
Berpacaran dikalangan remaja bukanlah merupakan hal yang
biasa, dibuktikan dari hampir sebagian responden menyatakan bahwa
mereka pernah atau sedang berpacaran. Sebagian remaja berpendapat
bahwa pacaran juga memberikan dampak yang positif, misalnya
terpacu untuk belajar lebih giat atau memberikan dampak negatif
terhadap perilaku remaja mengarah keseksualitas. Usia pertama
berpacaran berkisar 14-17 tahun. Hal ini di dukung juga dari kegiatan
yang biasa dilakukan remaja ketika berpacaran adalah ngobrol,
namun tak jarang juga berpacaran diselingi dengan berciuman.
Mengapa remaja memilih berpacaran ? banyak faktor pendorong
yang menyebabkan remaja memilih berpacaran. Dikalangan remaja
muncul trend yang menyatakan bahwa jika seseorang remaja
berpacaran berarti remaja tersebut modern dan tidak “kampungan”.
Perkembangan terhadap informasi juga menjadi salah satu
pendorong.
b. Mengenal Media pornografi
Sebagian besar remaja pernah menggunakan/melihat media
pornografi pada saat berusia 14-17 tahun. Pada masa tersebut
merupakan masa remaja dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan
sepatutnya pada masa ini, remaja memperoleh informasi seks yang
benar sehingga remaja tidak salah dalam bertingkah laku. Informasi
tersebut memang sangat diperlukan oleh remaja. Informasi mengenai
kesehatan reproduksi merupakan hal yang perlu diketahui bagi
remaja. Lembaga pendidikan hendaknya memikirkan bagaimana
agar informasi tersebut dapat diberikan melalui sekolah oleh seorang
guru tau dijadikan suatu mata pelajaran penunjang byang memiliki
kurikulum pelajaran.
Media yang biasa/ sering digunakan remaja yaitu foto/gambar
(semakin maraknya internet sehingga remaja memanfaatkannya
untuk hal yang negatif dengan mengunjungi situs-situs X yang
memberikan informasi seks yang tidak terbatas), majalah dan VCD/
film (semakin banyak dan mudahnya diperoleh remaja didukung
dengan harga yang relatif terjangkau).
Kebanyakan remaja menggunakanmedia pornografi di rumah,
sekolah, bioskop atau rumah teman. Remaja cenderung memilih di
rumah teman, karena merasa lebih leluasa dan dapat berdiskusi
bersama jika ada yang tidak dipahami. Sumber media pornografi
sebagian besar diperoleh melalui teman, menyewa atau membelinya
sendiri akibat dorongan rasa ingintahu yang tinggi. Keinginan tahu
remaja adalah hal yang wajar, namun bagaimana mengemasnya dan
cara penyampaian informasi yang tepat, gar remaja tidak salah
menafsirkannya.
c. Mengalami Masalah Masturbasi dan Hubungan seksual
Pemahaman remaja mengenai masturbasi atau onani masih
sangatlah rendah. Dan dikalangan remaja berpendapat bahwa jika
melakukan masturbasi atau onani berarti melakukan perbuatan yang
melanggar norma. Hubungan seksual merupakan perilaku seksual
yang tertinggi, karena jika remaja berani melakukan hal tersebut
berarti remaja telah dan harus siap menerima segala resiko yang akan
dihadapi.
Pada umumnya usia pertama kali melakukan hal tersebut
berkisar 15-19 tahun. Pada masa ini memang secara fisik telah siap,
namun banyak hal lain perlu diingat bahwa resikonya pun akan besar.
Pacar merupakan pasangan utama melakukan hubungan seks
tersebut. Hal ini berarti kondisi pacaran dapat mendorong dan
merangsang untuk melakukannya. Didukung dengan pacaran yang
dilakukan di rumah tanpa adanya pengawasan dari orang tua atau
saudara. Alasan utama remaja melakukan hubungan seksual adalah
karena cinta atau sama-sama mau, terangsang dan rasa ingin tau. Jika
dilihat dari umur remaja pertama kali melakukan hubungan seksual,
telah dapat tercermin bahwa memang ketiga alasan di atas lah yang
mendorong seorang remaja menyerahkan kehormatannya
d. Mengalami berbagai Permasalahan Remaja
Apabila remaja dihadapkan dalam suatu kondisi yang tidak
diinginkan maka tjika terjadi kehamilan, remaja kebanyakan akan
memilih akan meneruskannya dan menikah, karena menurut
kalangan remaja bahwa pengguguran kandungan merupakan
perbuatan yang tercela. Dan jika pun pengguguran kandungan yang
dipilih maka hal tersebut akan dilakukan dengan seorang dokter
kandungan.

Selain hasil dari data tersebut, menurut hasil penelitian yang kami dapat dari
sampel kami melalui wawancara, sebagian besar menjawab mengenai adanya
perubahan terhadap diri mereka. Dimulai dari jam tidur mereka, sudah banyak
mengalami perubahan dari biasanya, yang rata – rata mereka tidur larut lebih dari
jam 10 malam dengan alasan yang kurang bermanfaat yakni begadang dengan
melakukan hal – hal yang mereka gemari saja seperti nongkrong di warung, kumpul
bareng teman, atau melamun dikamar. Tentu saja hal tersebut akan mengganggu diri
mereka, karena begadang yang tiada maksud baiknya akan berdampak buruk jika
dilakukan berkepanjangan yang hasilnya mereka bangun kesiangan dipagi hari. Hal
tersebut juga berimbas terhadap kegiatan belajar mereka disekolah yang mana
mereka akan merasa lemas dan lelah karena kekurangan waktu untuk beristirahat,
akhirnya mereka banyak yang tidur dikelas disaat guru sedang mengajar atau saat
KBM sedang berlangsung.
Perihal tersebut menggambarkan adanya kelesuan dan penuruan
semangat belajar mereka karena suatu alasan yang tidak bermanfaat. Disamping
waktu istirahat mereka, dampak dari perubahan prilaku pubertas juga terasa dan
dapat dilihat langsung saat sedang disekolah. Dari sampel yang kami wawancarai
mengenai membolos saat KBM, rata-rata sampel yang kami tanyakan pernah
melakukaanya. Hal ini mereka lakukan karena beberapa alasan, diantaranya :
1. Tidak menyukai guru yang mengampu
2. Tidak gemar dengan mata pelajaran
3. Alasan lapar sehingga harus ke kantin
4. Bosan di kelas
Prilaku membolos KBM tersebut merupakan salah satu dampak dari
perkembangan prilaku pubertas yang masih labil dan ingin suatu kebebasan. Maka
dari itu, banyak dari mereka yang sangat malas dan bosan untuk belajar.
Kemudian mengenai kegiatan sekolah yakni PR atau Pekerjaan Rumah, dari
data yang diperoleh melalui wawancara, mereka kerap kali mengerjakan PR
disekolah bukan dirumah. Mereka beralasan bahwa mereka lupa terhadap PR dan
malas mengerjakaanya, sehingga mereka terpaksa melakukan suatu kewajiban
tersebut yakni mengerjakan PR disekolah dengan saling mencontek atau
bekerjasama. Oleh karenanya, tingkat kedisiplinan dan ketekunan mereka juga
mengalami degradasi atau sebuah penurunan yang nyata, hal tersebut mungkin akan
wajar karena pada masa ini, seseorang akan mengalami suatu perubahan baik secara
psikis, maupun fisik.
Ditinjau dari psikis mereka, mencakup berbagai macam pendekatan yaitu SQ,
EQ, dan IQ. Pada masa ini, keadaan jiwa seseorang yakni EQ mereka sangat
dipengaruhi oleh adanya pubertas karena pada masa pubertas, perkembangan dan
pertumbuhan hormon mereka lebih pesat dan tidak teratur, yang akibatnya
menciptakan rasa kepekaan akan sesuatu untuk dilakukan tergantung suasana
mereka.
Mengenai semangat belajar untuk bersekolah dan niat mereka untuk menuntut
ilmu, ternyata juga mengalami sautu perubahan dari masa – masa sebelumnya, yang
mana menunjukan bentuk degresif atau penurunan diakibatkan suatu hormon yang
dihasilkan dalam tubuh tidak beraturan sehingga jiwa seseorang remaja tersebut
tidak stabil dan labil. Dari hasil wawancara mengenai suatu pertanyaan yang
bersangkutan dengan tingkat semangat belajar mereka disekolah, menunjukan hasil
bawha mereka mengalami kelesuan dan malas untuk berangkat ke sekolah, hal ini
didasari dengan berbagai macam faktor :
1. Lebih memilih permainannya
2. Ingin bebas bersama temannya
3. Lelah dan bosan dengan metode belajar disekolah
4. Tidak senang dengan guru atau mata pelajaran tertentu
Selain malas untuk bersekolah, pada masa ini juga seseorang akan lebih
mudah terpengaruh oleh teman sepergaulannya, sehingga sepulang sekolah merka
tidak banyak yang langsung pulang ke rumah, melainkan mampir atau berkunjung
terlebih dahulu ke rumah teman atau ke tempat mereka berkumpul bersama teman
– temannya. Tak sedikit juga dari prilaku tersbut yang melakukan hal – hal negatif,
seperti merokok, mencari masalah dengan kelompok sebaya, bahkan mabuk dan
berjudi. Dari data yang diambil dan didapat dari sampel, mereka semua mengaku
dan menjawab demikian sehingga dapat ditarik sautu data akhir, bahwasannya
waktu belajar mereka tersita oleh hal-hal ang kurang bermanfaat dan suatu kegiatan
yang mereka gemari saja untuk merasakan kebebasan dan ajang penunjukan
aktualisasi diri.

B. Pembahasan
1. Keterkaitan pubertas terhadap tingkat motivasi semangat belajar siswa
Pubertas pada seseorang akan mengakibatkan suatu perubahan terhadap
situasi dan juga kondisi kejiwaan seseorang, hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya perubahan yang signifikan dan nyata terhadap tingkah laku mereka yang
condong lebih agresif dan ingin diakui. Pada masa pubertas juga terdapat
perasaan ingin merasakan sesuatu hal yang baru, suatu kebebasan berekspresi,
maka dari itu tak heran jikalau banyak dari mereka yang melakukan suatu
prilaku yang menyimpang baik secara peraturan sekolah, keluarga, masyarakat
maupun agama.
Pada umumnya, pubertas terjadi dengan berbagai waktu tempo jatuhnya,
yang dilatarbelakangi dengan keandaan psikis yang masih labil dan
perkembangan hormon yang masih tidak stabil. Usia anak jika mencapai
pubertas sangat beragam, namun demikian pada
Umumnya, efek psikologis dari kedewasaan yang dini atau lambat ini
Iebih besar pada pria dibandingkan pada wanita dan ini lebih mudah dimengerti.
Orang dewasa dan remaja lainnya cenderung menganggap anak usia 14 atau 15
tahun yang tampak seperti 17 atau 18 tahun, lebih tua dari usia sebenarnya
mereka cenderung mengharapkan prilaku yang lebih matang darinya ketimbang
dari anak berusia sama dengan fisik yang kurang berkembang. Karena hanya
sedikit perbedaan dalam tinggi tubuh antara anak laki-laki yang matang dini
dengan anak kebanyakan seusianya (karena lonjakan pertumbuhan yang lebih
awal teriadi pada anak wanita), ia akan lebih cepat terlibat dan memiliki
kepercayaan diri yang lebih besar dalam hubungan pemuda-pemudi. Walaupun
anak laki-Iaki yang lebih cepat dibanding dengan teman-teman sebaya pada
umumnya akan merasa berbeda, ia tidak akan merasa kurang percaya diri
melihat perbedaan ini. Karena bagaimanapun juga, dengan fisiknya yang lebih
kekar, tenaga yang bertambah dan kematangan seksual yang lebih besar, dapat
meyakinkan dirinya bahwa ia hanya akan berubah kearah yang diharapkan
keluarga dan masyarakat sekitarnya. Sebaliknya, anak laki-Iaki yang terlambat
matang cenderung diperlakukan sebagai anak-anak. Hal ini memungkinkan
menjengkelkan dirinya, walaupun ia telah berusaha berprilaku seperti teman-
teman sebaya. Dibidang kegiatan fisik, seperti olah raga, ia mungkin sulit
unggul dibandingkan yang lain, demikian pula dalam menjalani hubungan
dengan wanita. Dua keadaan tersebut umumnya mengakibatkan perbedaan
kepribadian antara remaja yang matang terlalu dini dan yang terlalu lambat.
Dalam hal prestasi belajar remaja putra agak lambat matang, diketahui
memiliki perasaan yang rendah diri yang lebih besar, konsep diri yang lebih
rendah, malas-malasan dalam belajar dan cenderung merasa ditolak dan
didominasi oleh orang lain. Namun secara agak paradoks, mereka cenderung
menggabungkan kebutuhan untuk terus bergantung dengan usaha yang tampak
seperti pemberontakan untuk memperoleh kemandirian dan kebebasan dari
orang tua dan peraturan sosial. Dengan kata lain, anak yang lebih lambat
matang lebih lama berinteraksi sehingga terjadi penurunan dalam belajar.
Sedangkan para wanita, pengaruh pematangan dini atau lambat kurang
luas dan lebih berfariasi. Meskipun remaja putri yang cepat matang cenderung
agak santai, percaya diri, tidak, terlalu was-was, tidak malas dan lebih mapan,
lebih dapat menyesuaikan diri, namun perbedaan-perbedaan ini tidak terlalu
nyata dan tampak berubah dari waktu ke waktu. Namun disamping fakta
tersebut, wanita juga mengalami dampak dan hal yang sama layaknya laki laki
yang mengalami perubahan secara psikis yakni ingin melakukan hal baru dan
ingin bebas mengekspresikan dirinya.
Dalam konteks keterkaitan antara puber dengan tingkat motivasi
semangat belajar siswa/i MAN 1 Yogyakarta, dihasilkan data yang cukup
akurat bahwasannya seorang anak yang sedang mengalami pubertas cenderung
akan lebih memilih jalannya sendiri untuk menentukan hidupnya, dalam kata
lain mereka mengesampingkan belajar mereka dan lebih tertarik terhadap hal
yang mereka ingin dan gemari. Dalam artian pula bahwa bisa dikatan semangat
belajar siswa/i MAN 1 Yogyakarta yang sedang dalam masa pubertas
mengalami penurunan yang disebabkan oleh perubahan psikis juga terfokuskan
untuk melakukan hal lain diluar akademik dan lebih mudah tergoda, terganggu,
dan terpengaruh terhadap sekitar lingkungan dan temannya, karena pada masa
inilah seseorang berada dalam masa yang labil dan kurang baik dalam memilih
pergaulan sehingga membawa dampak dan pengaruh yang buruk pula.
Dari lemas dan lesunya semangat belajar mereka, maka hal ini akan
berdampak pula terhadap prestasi mereka. Ketika motivasi mereka untuk
belajar menurun, maka nilai mereka akan jauh turut menurun karena tidak ada
daya dan dorongan untuk melakukan keseriusan dalam menggapai penilaian
mata pelajaran dan semangat dalam belajar yang tidak ada.

2. Cara Menanggulangi Dampak Negatif Pubertas dan Cara Meningkatkan


Motivasi Belajar Siswa Disaat Sedang Berlangsungnya Masa Pubertas
Dapat diketahui dari penjabaran diatas bahwa pubertas akan saling
mempengaruhi terhadap tingkat motivasi semangat belajar siswa yang
kemudian akan berperngaruh pula terhadap prestasi siswa. Maka demikian,
walau dapmpak yang diberikan lebih banyak negatifnya karena masa ini sulit
dalam menyikapi diri, juga ada cara dan solusi menanggulangi terhadap dampak
yang demikian negatifnya, diantaranya :
Lebih melindungi diri dengan bekal agama. Karena agama merupakan
pondasi utama seseorang, jadi ketika suatu pondasi kuat maka sulit untuk goyah
dan terpengaruh terhadap sesuatu yang buruk.
Perbanyak interkasi dan perdekatlah diri dengan keluarga. Peran keluarga
merupakan peran utama dalam lingkup sosial, sehingga apa yang ada di dalam
keluarga yang merupaka kelompok primer, maka akan condong pesat
pengaruhnya terhadap perkembangan seseorang. Dalam keterkaitannya dengan
puber, mempedekat diri dengan keluarga akan memberikan proteksi bagi kita
agar tidak mudah percaya terhadap ajakan yang tidak diajarkan didalam
keluarga, sehingga dampak dari pubertas yang berupa psikis akan bisa
ditanggulani sebab peran keluarga adalah peran yang mengikat seseorang dan
besar pengaruhnya.
Bergaul dengan teman yang baik. Teman yang baik akan memberikan
dampak dan hasil yang baik pula bagi kita dan sebaliknya, teman yang buruk
akan memberi kita sesuatu yang buruk kedepannya. Dalam hubungannya
dengan cara menanggulangi dampak negatif pubertas, teman baik sangat aktif
kaitannya dengan interaksi yang sempurna. Sehingga dmapak negatif yang
ditimbulkan oleh pubertas baik dari aspik fisiologis maupun psikis akan
tercegah oleh adanya peran teman yang baik dengan mengajak kita dalam hal
yang berupa kebajikan.
Kemudian selain adanya cara menanggulangi dampak negatif, juga ada
beberapa cara yang dapat meningkatkan semangat belajar siswa disaat sedang
masa pubertas.
Pertama, mulailah menyukai guru dan mata pelajaran disekolah. Hal
tersebut sangat mendasari, karena pada awalnya sesuatu yang kita tidak suka
dan kita tidak terima, manakala kita paksakan maka kian lama akan terbiasa dan
akan menjadi mudah.
Kedua, mencari metode belajar yang sesuai dengan gaya beajar kita.
Metode belajar dapat mempermudah kita dalam belajar, tentu saja semangat
belajar akan terdorong jika metode belajar tersebut sesuai dengan kemauan diri,
maka seseorang yang sedang pubertas akan lebih sering belajar karena
menganggap metode belajar yang tepat dapat meningkatkan minat dan
mengganggap belajar sebagai sesuatu yang mutlak, seperti layaknya hobi.
Ketiga, buatlah target dan agenda belajar. Target belajar akan
mendorong semangat kita untuk terus berlatih dan berbelajar guna mencapai
sesuatu yang di inginkan. Menentukan terget belajar mulanya diawali dengan
termotivasi oleh seseorang atau suatu hal, sehingga akan terdrong untuk bisa
melampauinya. Selain itu, agenda belajar juga tidak kalah pentingnya terhadap
semangat belajar siswa, agenda belajar yang tidak terlalu diforsir, akan
mendorong semangat belajar kita karena tidak merasa tertekan dalam belajar.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Adanya dampak negatif dari pubertas mengenai psikis dan biologis seseorang
yang mana mereka lebih ingin melakukan hal yang mereka ingin saja dan
menampakkan aktualisasi diri mereka sehingga mempengaruhi semangat
mereka dalam belajar yang semakin menurun dan lesu.

2. Dari lesunya semangat belajar dan menurunnya motivasi mereka terhadap


semangat belajar, maka secara bersamaan tingkat pestasi mereka ikut menurun
karena tidak ada persiapan dalam mengadapi suatu kemutlakan dalam praktik
berbelajar.
3. Pubertas mempunyai dampak negatif dan memang lebih cenderung kepada
dampak negatif, walau begitu ada beberapa cara untuk menanggulanginya
sepeti; perbanyak bekal agama, perdekat hubungan dengan orang tua dan
berteman dengan orang yang baik

4. Adapun cara meningkatkan tingkat motivasi semangat belajar siswa, dengan


cara seperti; menyukai guru dan mata pelajaran di sekolah, menentukan target
dan agenda belajar serta mencari metode belajar yang sesuai dengan gaya
belajar.

B. Saran

Saran dari kami mengenai penelitian yang bersangkutan dengan pubertas ialah
perlunya ditambahkan pengembangan mengenai studi yang menjurus kepada
dampak buruk dari adanya pubertas baik dijelaskan dari segi fisiologis atau biologis,
konseptual, penerapan dan lain lain sehingga siswa dan masyarakat lebih mengerti
dan siap dalam menghadapi adanya puber agar berdampak positif terhadap masa
depan.
Judul Penelitian Per-Anggota

1. “PENGARUH PUBERTAS REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI


SEMANGAT BELAJAR SISWA MAN 1 YOGYAKARTA” Oleh Dani Ahmad
2. “DAMPAK GAME ONLINE TERHADAP PRESTASI SISWA MAN 1
YOGYAKARTA” Oleh Shidqi Aiko M P
3. “PENGARUH ADANYA UKS TERHADAP TINGAKAT SEMANGAT
BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MAN 1 YOGYAKARTA” Oleh M. Krishna
HA
Pertanyaan Wawancara

1. Jam berapakah rata rata anda tidur?


2. Pukul berapa anda bangun dari tidur?
3. Apakah anda sering tidur disaat KBM berlangsung?
4. Pernahkah anda membolos saat KBM berlangsung?
5. Dimanakah tempat anda mengerjakan PR?
6. Apakah anda sering merasa lesu atau malas untuk berskolah?
7. Bagaimana anda memanfaatkan waktu luang sepulang sekolah?
8. Berapa kali sehari anda belajar dirumah/membaca buku pelajaran?

Anda mungkin juga menyukai