Kti Xi Ips 3 Revisi
Kti Xi Ips 3 Revisi
Disusun oleh :
Dani Ahmad Nugraha/XI IPS 3/15
Muhammad Krishna Haunan A/XI IPS 3/23
Muhammad Shidqi Aiko P/XI IPS 3/24
MAN 1 Yogyakarta
Lembar Pengesahan
Segala puji penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia yang telah diberikan, sehingga proposal penelitian yang berjudul
“Pengaruh pubertas remaja terhadap tingkat motivasi semangat siswa MAN 1
Yogyakarta” ini bisa terselesaikan dengan baik.
Proposal penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis, diantaranya:
Diharapkan, proposal ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca
sekalian agar proposal ini bisa lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa pubertas saling berkaitan dengan tingkat motivasi semangat belajar
siswa?
2. Bagaimana cara menanggulangi dampak negatif pubertas dan meningkatkan
motivasi belajar siswa disaat sedang berlangsungnya masa pubertas?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mengapa pubertas saling berkaitan dengan tingkat motivasi
belajar siswa
2. Untuk mengetahui cara menanggulangi dampak negatif pubertas dan cara
meningkatkan motivasi belajar siswa disaat sedang berlangsungnya masa pubertas
D. Manfaat Penelitian
Adapun nantinya setelah penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis berharap
dapat:
1. Memberikan masukan kepada tenaga pendidik/guru untuk lebih memperhatikan
perkembangan yang terjadi pada anak pada masa pubertas
2. Memberikan segenap wawasan mengenai materi yang diteliti untuk para
pembaca baik bagi siswa sendiri maupun guru
3. Menghimbau kepada seluruh guru atau tenaga pendidik untuk selalu berinteraksi
edukatif dengan anak didiknya.
4. Merangsang minat penelitian dan pengkajian bagi para ilmuwan yang akan
datang dalam bidang pendidikan baik teoritis maupun praktis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Pubertas
a. Definisi Pubertas
b. Prilaku Pubertas
Akibat perubahan masa pubertas terhadap sikap dan perilaku yang paling
umum, paling serius, dan paling kuat, dijelaskan oleh Elizabet B. Hurlock
sebagai berikut:
Disamping itu dengan cepat prosesnya pertumbuhan pada masa puber ini
mempengaruhi pula prilaku anak disekolah dengan melakukan berbagai
perbuatan yang negatif, seperti: Membolos pada waktu KBM, merokok dan
tawuran. Maka tidak sedikit anak pada masa ini memiliki preslasi belajar yang
rendah atau kurang baik.
2. Remaja
a. Definisi Remaja
1) Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama
kali seseorang menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat
mereka mencapai kematangan seksual.
2) Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan
sosialekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
a. Definisi Motivasi
4. Semangat Belajar
Semangart belajar secara umum merupakan penggerak yang muncul dari diri
siswa atas dasar keinginannya sendiri. Yaitu suatu daya pelaksana majunya dalam diri
siswa untuk melakukan kegiatan yang menimbulkan dan memberikan arah kegiatan
belajar. Lengkapnya dapat disimpulkan bahwa pengertian semangat belajar adalah
keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan
menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang
menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Semangat belajar dapat dilihat dari karakter tingkah laku siswa yang
menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan tekun mencapai tujuan.
Contoh dan bentuk bentuk semangat belajar diantaranya adalah pujian, memberi angka,
hadiah, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, hukuman.
1) Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat
seksual
2) Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
3) Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
4) Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil
atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
5) Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.
6) Stimulus semangat belajar
B. Kerangka Berfikir
Masa pubertas anak yang notabene masih berada di usai labil antara 15 – 17
bisa sangat mempengaruhi terhadap semangat mereka dalam belajar. Semangat belajar
sendiri juga ada kaitan yang yang sangat erat terhadap baik/buruknya tingkat prestasi
seorang anak. Dapat diambil dugaan prediktor bahwasannya pubertas adalah
perkembangan hormon seseorang yang sangat mempengaruhi diri mereka dan di masa
ini seseorang mulai menginjak masa labil. Dari hal ini bisa diambil dugaan bahwa masa
pubertas anak/remaja dapat juga memberikan dampak positif seperti meningkatkan
motivasi semangat belajar siswa karena ada dorongan dari dalam diri untuk bisa lebih
baik dari sebelumnya. Dan juga perilaku negatif yang umumnya terbawa oleh
temannya. Sehingga seseorang pada usia ini cenderung lebih bimbang dan cenderung
gemar akan hal baru dan lebih fokus melakukan apa yang mereka inginkan.
Maka dari itu, pubertas akan mempengaruhi seseorang baik itu karakter atau
prilaku anak maupun perkembangan seseorang yang akan berdampak terhadap
emosional, spiritual mereka sehingga motivasi mereka untuk semangat dalam belajar
dapat terganggu atau mengalami perubahan.
Pubertas
Pengaruh
Perkembangan
Karakter anak
Hormon
Semangat belajar
C. Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
1. Tempat
2. Waktu
D. Sumber Data
1. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung
dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan
tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan
mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk
mendapatkan informasi lansung tentang komunikasi orang tua dan anak (dari
keluarga yang menikah beda agama) yaitu dengan cara wawancara dengan anak,
orang tua yang bersangkutan. Dalam penilitain ini kami mengambil sumber data
primer dari hasil wawancara dan juga observasi
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian,
notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai
instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi
dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti
kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan
sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
wawancara lansung dengan anak dan orang tua yang bersangkutan. Dalam
penilitain ini kami mengambil sumber data sekunder dari majalah, buku
mengenai masalah yang diteliti dan juga web atau blog di internet.
Dalam penelitian ini kami tim peneliti melakukan pengumpulan data dengan 3
cara, yakni :
1. Wawancara
2. Obsevasi
3. Kajian Kepustakaan
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung
terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak
perlu diartikan sebagai kuantifikasi data. Setelah kami mencari data dari
hasil observasi, wawancara dan kepustkaan, kami akan memilah data yang
perlu dan membuang yang tidak perlu.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data
kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi
disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk
catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data
kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat
digunakan untuk mengambil tindakan. Setelah semua data di pilah dan
digambarkan dalam bentuk gambaran pemikiran, kami akan
menyimpulkan langsung hasil dari data yang telah kami peroleh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil penelitian yang kami lakukan terdapat beberapa data yang bisa kami
simpulkan sebagai jawaban dari rumusan masalah mengenai penelitian kami.
Penelitian kami dimulai dengan studi kepustakaan dimana di dapat hasil bahwa
seorang remaja atau anak yang sedan mengalami masa pubertas akan lebih senang
untuk melakukan suatu hal yang mereka ingin saja atau apa yang mereka geluti
dibidangnya, selain itu, mereka juga menginnginkan suatu kebebasan atau
pengakuan aktualisasi diri dari masyarakat, maka tak heran banyak prilaku mereka
yang sedang pubertas bisa dianggap sebagai penyimpangan sosial seperti pulang
larut malam, merokok, bahkan hingga pergaulan bebas. Maka dalam kasus ini, masa
pubertas bisa diartikan sebagai masa dimana mereka mencari suatu perhatian dan
pengakuan terhadap prilaku mereka, baik dari keluarga, teman, hingga masyarakat
luas.
Selain itu, pada masa pubertas juga terjadi suatu perubahan prilaku yang dapat
mengakibatkan berubahnya tingkat motivasi semangat belajar dan etika serta adab
mereka. Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan
perubahan-perubahan akibat pubertas yaitu sebagai berikut :
1. Perkembangan Perilaku Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir
dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of
formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis
dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir
multi-dimensi seperti ilmuwan.
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi
mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja
mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan
keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil
keputusan disbanding remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih
kompeten daripada anak-anak. Kemampuan untuk mengambil
keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterapkan, karena dalam
kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu
lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan
keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan
keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang
menjadi masalah adalah prientasi masyarakat terhadap remaja dan
kegagalan untu member mereka pilihan-pilihan yang memadai.
Selain hasil dari data tersebut, menurut hasil penelitian yang kami dapat dari
sampel kami melalui wawancara, sebagian besar menjawab mengenai adanya
perubahan terhadap diri mereka. Dimulai dari jam tidur mereka, sudah banyak
mengalami perubahan dari biasanya, yang rata – rata mereka tidur larut lebih dari
jam 10 malam dengan alasan yang kurang bermanfaat yakni begadang dengan
melakukan hal – hal yang mereka gemari saja seperti nongkrong di warung, kumpul
bareng teman, atau melamun dikamar. Tentu saja hal tersebut akan mengganggu diri
mereka, karena begadang yang tiada maksud baiknya akan berdampak buruk jika
dilakukan berkepanjangan yang hasilnya mereka bangun kesiangan dipagi hari. Hal
tersebut juga berimbas terhadap kegiatan belajar mereka disekolah yang mana
mereka akan merasa lemas dan lelah karena kekurangan waktu untuk beristirahat,
akhirnya mereka banyak yang tidur dikelas disaat guru sedang mengajar atau saat
KBM sedang berlangsung.
Perihal tersebut menggambarkan adanya kelesuan dan penuruan
semangat belajar mereka karena suatu alasan yang tidak bermanfaat. Disamping
waktu istirahat mereka, dampak dari perubahan prilaku pubertas juga terasa dan
dapat dilihat langsung saat sedang disekolah. Dari sampel yang kami wawancarai
mengenai membolos saat KBM, rata-rata sampel yang kami tanyakan pernah
melakukaanya. Hal ini mereka lakukan karena beberapa alasan, diantaranya :
1. Tidak menyukai guru yang mengampu
2. Tidak gemar dengan mata pelajaran
3. Alasan lapar sehingga harus ke kantin
4. Bosan di kelas
Prilaku membolos KBM tersebut merupakan salah satu dampak dari
perkembangan prilaku pubertas yang masih labil dan ingin suatu kebebasan. Maka
dari itu, banyak dari mereka yang sangat malas dan bosan untuk belajar.
Kemudian mengenai kegiatan sekolah yakni PR atau Pekerjaan Rumah, dari
data yang diperoleh melalui wawancara, mereka kerap kali mengerjakan PR
disekolah bukan dirumah. Mereka beralasan bahwa mereka lupa terhadap PR dan
malas mengerjakaanya, sehingga mereka terpaksa melakukan suatu kewajiban
tersebut yakni mengerjakan PR disekolah dengan saling mencontek atau
bekerjasama. Oleh karenanya, tingkat kedisiplinan dan ketekunan mereka juga
mengalami degradasi atau sebuah penurunan yang nyata, hal tersebut mungkin akan
wajar karena pada masa ini, seseorang akan mengalami suatu perubahan baik secara
psikis, maupun fisik.
Ditinjau dari psikis mereka, mencakup berbagai macam pendekatan yaitu SQ,
EQ, dan IQ. Pada masa ini, keadaan jiwa seseorang yakni EQ mereka sangat
dipengaruhi oleh adanya pubertas karena pada masa pubertas, perkembangan dan
pertumbuhan hormon mereka lebih pesat dan tidak teratur, yang akibatnya
menciptakan rasa kepekaan akan sesuatu untuk dilakukan tergantung suasana
mereka.
Mengenai semangat belajar untuk bersekolah dan niat mereka untuk menuntut
ilmu, ternyata juga mengalami sautu perubahan dari masa – masa sebelumnya, yang
mana menunjukan bentuk degresif atau penurunan diakibatkan suatu hormon yang
dihasilkan dalam tubuh tidak beraturan sehingga jiwa seseorang remaja tersebut
tidak stabil dan labil. Dari hasil wawancara mengenai suatu pertanyaan yang
bersangkutan dengan tingkat semangat belajar mereka disekolah, menunjukan hasil
bawha mereka mengalami kelesuan dan malas untuk berangkat ke sekolah, hal ini
didasari dengan berbagai macam faktor :
1. Lebih memilih permainannya
2. Ingin bebas bersama temannya
3. Lelah dan bosan dengan metode belajar disekolah
4. Tidak senang dengan guru atau mata pelajaran tertentu
Selain malas untuk bersekolah, pada masa ini juga seseorang akan lebih
mudah terpengaruh oleh teman sepergaulannya, sehingga sepulang sekolah merka
tidak banyak yang langsung pulang ke rumah, melainkan mampir atau berkunjung
terlebih dahulu ke rumah teman atau ke tempat mereka berkumpul bersama teman
– temannya. Tak sedikit juga dari prilaku tersbut yang melakukan hal – hal negatif,
seperti merokok, mencari masalah dengan kelompok sebaya, bahkan mabuk dan
berjudi. Dari data yang diambil dan didapat dari sampel, mereka semua mengaku
dan menjawab demikian sehingga dapat ditarik sautu data akhir, bahwasannya
waktu belajar mereka tersita oleh hal-hal ang kurang bermanfaat dan suatu kegiatan
yang mereka gemari saja untuk merasakan kebebasan dan ajang penunjukan
aktualisasi diri.
B. Pembahasan
1. Keterkaitan pubertas terhadap tingkat motivasi semangat belajar siswa
Pubertas pada seseorang akan mengakibatkan suatu perubahan terhadap
situasi dan juga kondisi kejiwaan seseorang, hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya perubahan yang signifikan dan nyata terhadap tingkah laku mereka yang
condong lebih agresif dan ingin diakui. Pada masa pubertas juga terdapat
perasaan ingin merasakan sesuatu hal yang baru, suatu kebebasan berekspresi,
maka dari itu tak heran jikalau banyak dari mereka yang melakukan suatu
prilaku yang menyimpang baik secara peraturan sekolah, keluarga, masyarakat
maupun agama.
Pada umumnya, pubertas terjadi dengan berbagai waktu tempo jatuhnya,
yang dilatarbelakangi dengan keandaan psikis yang masih labil dan
perkembangan hormon yang masih tidak stabil. Usia anak jika mencapai
pubertas sangat beragam, namun demikian pada
Umumnya, efek psikologis dari kedewasaan yang dini atau lambat ini
Iebih besar pada pria dibandingkan pada wanita dan ini lebih mudah dimengerti.
Orang dewasa dan remaja lainnya cenderung menganggap anak usia 14 atau 15
tahun yang tampak seperti 17 atau 18 tahun, lebih tua dari usia sebenarnya
mereka cenderung mengharapkan prilaku yang lebih matang darinya ketimbang
dari anak berusia sama dengan fisik yang kurang berkembang. Karena hanya
sedikit perbedaan dalam tinggi tubuh antara anak laki-laki yang matang dini
dengan anak kebanyakan seusianya (karena lonjakan pertumbuhan yang lebih
awal teriadi pada anak wanita), ia akan lebih cepat terlibat dan memiliki
kepercayaan diri yang lebih besar dalam hubungan pemuda-pemudi. Walaupun
anak laki-Iaki yang lebih cepat dibanding dengan teman-teman sebaya pada
umumnya akan merasa berbeda, ia tidak akan merasa kurang percaya diri
melihat perbedaan ini. Karena bagaimanapun juga, dengan fisiknya yang lebih
kekar, tenaga yang bertambah dan kematangan seksual yang lebih besar, dapat
meyakinkan dirinya bahwa ia hanya akan berubah kearah yang diharapkan
keluarga dan masyarakat sekitarnya. Sebaliknya, anak laki-Iaki yang terlambat
matang cenderung diperlakukan sebagai anak-anak. Hal ini memungkinkan
menjengkelkan dirinya, walaupun ia telah berusaha berprilaku seperti teman-
teman sebaya. Dibidang kegiatan fisik, seperti olah raga, ia mungkin sulit
unggul dibandingkan yang lain, demikian pula dalam menjalani hubungan
dengan wanita. Dua keadaan tersebut umumnya mengakibatkan perbedaan
kepribadian antara remaja yang matang terlalu dini dan yang terlalu lambat.
Dalam hal prestasi belajar remaja putra agak lambat matang, diketahui
memiliki perasaan yang rendah diri yang lebih besar, konsep diri yang lebih
rendah, malas-malasan dalam belajar dan cenderung merasa ditolak dan
didominasi oleh orang lain. Namun secara agak paradoks, mereka cenderung
menggabungkan kebutuhan untuk terus bergantung dengan usaha yang tampak
seperti pemberontakan untuk memperoleh kemandirian dan kebebasan dari
orang tua dan peraturan sosial. Dengan kata lain, anak yang lebih lambat
matang lebih lama berinteraksi sehingga terjadi penurunan dalam belajar.
Sedangkan para wanita, pengaruh pematangan dini atau lambat kurang
luas dan lebih berfariasi. Meskipun remaja putri yang cepat matang cenderung
agak santai, percaya diri, tidak, terlalu was-was, tidak malas dan lebih mapan,
lebih dapat menyesuaikan diri, namun perbedaan-perbedaan ini tidak terlalu
nyata dan tampak berubah dari waktu ke waktu. Namun disamping fakta
tersebut, wanita juga mengalami dampak dan hal yang sama layaknya laki laki
yang mengalami perubahan secara psikis yakni ingin melakukan hal baru dan
ingin bebas mengekspresikan dirinya.
Dalam konteks keterkaitan antara puber dengan tingkat motivasi
semangat belajar siswa/i MAN 1 Yogyakarta, dihasilkan data yang cukup
akurat bahwasannya seorang anak yang sedang mengalami pubertas cenderung
akan lebih memilih jalannya sendiri untuk menentukan hidupnya, dalam kata
lain mereka mengesampingkan belajar mereka dan lebih tertarik terhadap hal
yang mereka ingin dan gemari. Dalam artian pula bahwa bisa dikatan semangat
belajar siswa/i MAN 1 Yogyakarta yang sedang dalam masa pubertas
mengalami penurunan yang disebabkan oleh perubahan psikis juga terfokuskan
untuk melakukan hal lain diluar akademik dan lebih mudah tergoda, terganggu,
dan terpengaruh terhadap sekitar lingkungan dan temannya, karena pada masa
inilah seseorang berada dalam masa yang labil dan kurang baik dalam memilih
pergaulan sehingga membawa dampak dan pengaruh yang buruk pula.
Dari lemas dan lesunya semangat belajar mereka, maka hal ini akan
berdampak pula terhadap prestasi mereka. Ketika motivasi mereka untuk
belajar menurun, maka nilai mereka akan jauh turut menurun karena tidak ada
daya dan dorongan untuk melakukan keseriusan dalam menggapai penilaian
mata pelajaran dan semangat dalam belajar yang tidak ada.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Adanya dampak negatif dari pubertas mengenai psikis dan biologis seseorang
yang mana mereka lebih ingin melakukan hal yang mereka ingin saja dan
menampakkan aktualisasi diri mereka sehingga mempengaruhi semangat
mereka dalam belajar yang semakin menurun dan lesu.
B. Saran
Saran dari kami mengenai penelitian yang bersangkutan dengan pubertas ialah
perlunya ditambahkan pengembangan mengenai studi yang menjurus kepada
dampak buruk dari adanya pubertas baik dijelaskan dari segi fisiologis atau biologis,
konseptual, penerapan dan lain lain sehingga siswa dan masyarakat lebih mengerti
dan siap dalam menghadapi adanya puber agar berdampak positif terhadap masa
depan.
Judul Penelitian Per-Anggota