Makalah Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit KELOMPOK 1
Makalah Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit KELOMPOK 1
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit menjadi biogas
berkontribusi besar terhadap kelestarian lingkungan. Hal tersebut menjadi daya tarik
bagi penulis untuk lebih jauh membahas apa bahaya yang ditimbulkan oleh limbah
cair dari pabrik minyak kelapa sawit, bagaimana cara pengolahannya menjadi biogas
dan apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
1.3 Tujuan
Berdasarkan masalah tersebut, beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini, di
antaranya :
1. Mengetahui limbah cair pabrik PKS
2. Mengetahui pengolahan limbah cair pabrik PKS
3. Mengetahui teknik pengolahan limbah cair untuk biodiesel
4. Mengetahui manfaat dari proses pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa
sawit menjadi biogas bagi lingkungan?
2
BAB II
ISI
3
Limbah buangan pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah padat dan limbah cair.
Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit merupakan limbah yang mengandung
padatan terlarut dan emulsi minyak di dalam air dan senyawa organik. Limbah cair
buangan pabrik kelapa sawit dapat dikelompokkan:
4
2.2.2 Metoda Pengolahan Air Limbah Yang Umum Dilakukan
Dipabrik PKS sesudah mengumpulkan minyak dari air limbah dengan kadar
minyak tinggi ke tangki oil recovery , pada dasarnnya setelah melewati pengolahan
yang ditunjukkan pada gambar 2-2-1 akan dialirkan kesungai, atau direduksi ke
kebun kelapa sawit sebagai land application.
5
level tertentu. Selain itu, mengalirkan air luapan dari kolam anaerob ke kolam oksida
dan mengolah secara aerob, lalu mengalirkan air luapan yang mengandung SS dari
kolam oksida ke kolam endap, kemudian mengendapkan kandungan SS dan akhirnya
mengalirkan ke sungai. Contoh alur metoda kolam stabil biologis yang aktual
diperlihatkan pada gambar 2-2-2
6
Gambar 2-2-3 Keadaan kolam stabil biologis yang aktual.
Tetapi konsentrasi zat organik didalam air limbah pada pabrik PKS adalah
sangat tinggi, dimana untuk menurunkan konsentrasi ini sampai air limbah bisa
dialirkan kesungai, membutuhkan waktu tinggal air limbah yang lama dikolam stabil
biologis atau lagoon. Untuk itu, menjadi perlu permukaan kolam yang luas, dimana
untuk kasus di Indonesia land application dilakukan dihampir separuh dari semua
pabrik PKS.
7
susitusi pemupukan kedalam lahan-lahan tanaman yang telah dibuat sedemikian rupa
dalam bentuk sistem distribusinya limbah cair.
Pada prinsipnya konsep pembuangan limbah cair pabrik kelapa sawit ke areal
perkebunan kelapa sawit seperti di jelaskan diatas adalah suatu metode pemamfaatan
limbah cair yang dapat berfungsi sebagai pupuk sehingga dapat menghemat dalam
pemupukan terhadap tanaman kelapa sawit, dari aspek ekonomis metode ini sangat
menguntungkan tetapi tetap harus memperhatikan aspek kesehatan lingkungan
dengan berpegang pada baku mutu sebelum dialirkan ke parit-parit didalam kebun,
Tidak dibenarkan pembuangan atau mengalirkan tanpa memperhatikan ketentuan
yang berlaku dalam pengelolaan limbah cair dari hasil produksi kelapa sawit.
Pemanfaatan metode ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian limbah di areal,
agar diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak yang
merugikan (Dirjen PHP, 2006). Pemilihan teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman
kelapa sawit sangat tergantung kepada kondisi maupun faktor berikut:
a. Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri,
b. Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman kelapa sawit,
c. Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya dengan air
sungai atau pemukiman penduduk
8
Pada kolam ini minyak yang masih ada dan terikut pada limbah cair hasil proses
klarifikasi dapat diambil kembali.
b. Sludge Recovery Pons (Kolam Pengendapan Lumpur)
Lumpur yang berasal dari pabrik kelapa sawit yaitu serat halus dari Tandan Buah
Segar ikut serta dalam limbah cair, maka perlu dilakukan pengendapan.
c. Cooling Tower (Menara Pendingin)
Menara ini diperlukan untuk mendinginkan limbah cair buangan agar proses
selanjutnya lebih mudah dilakukan, dan jika masih ada sisa minyak didalamnya,
dapat diambil kembali pada kolam pendingin dan juga untuk proses pada kolam
anaerob limbah cair yang masih panas.
d. Cooling Pond (Kolam Pendingin)
Kolam ini merupakan lanjutan proses pendinginan dari menara pendingin, proses ini
dilakukan agar menghasilkan suhu yang sesuai untuk proses anaerobik dengan
memanfaatkan bakteri.
e. Mixing Pond (Kolam Pencampur)
Air limbah pada kolam ini mengalami asidifikasi, sehingga air limbah yang
mengandung bahan organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam suasana
anaerobik. Setelah hidrolisis sempurna, pH air limbah dinetralkan (pH 7,0-7,5), dan
kemudian diteruskan pada proses selanjutnya.
f. Primary An Aerobik (Kolam Anaerobik)
Pada kolam ini limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang mengandung senyawa
organik kompleks seperti lemak, karbohidrat dan protein akan dirombak oleh bakteri
an aerobik menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana, karbohidrat
dan air.
g. Secondary An Aerobik Pond (Kolam Penyempurnaan Anaerobik)
Pada kolam ini proses an aerobik yang belum sempurna dari kolam an aerobik primer
dilakukan penyempurnaan.
h. Facultative Pond (Kolam Peralihan)
9
Kolam ini merupakan kolam peralihan dari kolam an aerobik ke kolam aerobik. Pada
kolam ini proses an aerobik masih tetap berlanjut, yaitu menyelesaikan proses yang
belum terselesaikan pada an aerobik.
i. Aerobik Pond (Kolam aerobik)
Pada kolam ini cairan limbah cair diperkaya kandungan oksigen dengan aerator,
oksigen ini diperlukan untuk proses oksidasi (proses aerobik) yang dilakukan oleh
bakteri aerobik.
j. Stabilisation
Pada kolam ini limbah cair sudah dibuang ke badan air, tetapi sebelumnya di
stabilisasi baik sifat fisik maupun sifat kimianya.
10
Pada proses transesterifikasi I dan II prinsip kerjanya sama yaitu
mencampurkan kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH) dengan hasil reaksi
pada esterifikasi. Proses transesterifikasi ini melibatkan reaksi antara trigliserida
dengan methanol membentuk metil ester. Adapun perbandingan rasio molar
trigliserida dengan methanol adalah 1 : 6 dan jumlah katalis yang digunakan adalah
1% dari trigliserida (Warta PPKS, 2008). Kadar KOH yang digunakan untuk reaksi
ini adalah 99% (% b) yang biasa dijual di pasar-pasar bahan kimia. Semakin tinggi
kemurnian dari bahan yang digunakan akan meningkatkan hasil yang dicapai dengan
kualitas yang tinggi pula. Hal ini berhubungan erat dengan kadar air pada reaksi
transesterifikasi. Adanya air dalam reaksi akan mengganggu jalannya reaksi
transesterifikasi. Lama reaksi transesterifikasi adalah 1 jam, suhu 630C dengan yield
98% (Warta PPKS, 2008). Hasil reaksi transesterifikasi I dimasukkan terlebih dahulu
ke sentrifuse sebelum diumpankan ke reaktor transesterifikasi II. Di sini terjadi lagi
pemisahan antara lapisan atas berupa metil ester, sisa FFA, sisa trigliserida, dan sisa
metanol dengan lapisan bawah yaitu gliserol, air, dan katalis asam maupun basa.
Kemudian proses dilanjutkan ke tahap pencucian biodiesel. Temperatur air
pencucian yang digunakan sekitar 60°C dan jumlah air yang digunakan 30% dari
metil ester yang akan dicuci. Tujuan pencucian itu sendiri adalah agar senyawa yang
tidak diperlukan (sisa gliserol, sisa metanol, dan lain-lain) larut dalam air. Kemudian
hasil pencucian dimasukkan ke dalam centrifuge untuk memisahkan air dan metal
ester berdasarkan berat jenisnya.
Selanjutnya adalah proses pengeringan metil ester dengan menggunakan
evaporator yang bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur di dalam metal
ester. Pengeringan dilakukan lebih kurang selama 15 menit dengan temperature
105°C. Keluaran evaporator didinginkan untuk disimpan ke dalam tangki
penyimpanan biodiesel.
11
2.4 Manfaat Pengolahan Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit Menjadi
Biogas Bagi Lingkungan.
Pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit berkontribusi besar
terhadap berkurangnya pencemaran lingkungan. Dengan tangki digesti, lahan kolam
yang diperlukan sebagai wadah penampungan limbah cair tersebut. Hal tersebut
secara tidak langsung mengurangi pencemaran tanah serta pencemaran udara, karena
tanah yang diperlukan untuk menampung limbah cair dari pabrik minyak kelapa sawit
tidak sedikit, dan limbah cair yang didiamkan terlalu lama serta terkena sinar
matahari secara langsung dapat menghasilkan zat CO2 dan CH4. Kedua zat tersebut
merupakan zat efek rumah kaca.
Selain menghasilkan biogas, pengolahan limbah cair dengan proses digester
anaerobik dapat dilakukan pada lahan yang sempit dan memberi keuntungan berupa
penurunan jumlah padatan organik, jumlah mikroba pembusuk yang tida diinginkan,
serta kandungan racun dalam limbah. Di samping itu juga membantu peningkatan
kualitas pupuk dari sludge yang dihasilkan, karena sludge yang dihasilkan berbeda
dari sludge limbah cair pabrik minyak kelapa sawit biasa yang dilakukan melalui
proses konvesional (Mujdalipah.2014). Kelebihan tersebut adalah :
1. Penurunan kadar BOD bisa mencapai 80-90 %.
2. Baunya berkurang sehingga tidak disukai lalat.
3. Berwarna coklat kehitam-hitaman.
4. Kualitas sludge sebagai pupuk lebih baik, yaitu :
a. Memperbaiki struktur fisik tanah,
b. Meningkatkan aerasi, peresapan, retensi, dan kelembaban,
c. Meningkatkan perkembangbiakan dan perkembangan akar,
d. Meningkatkan kandungan organik tanah, pH, dan kapasitas tukar kation
tanah, dan
e. Meningkatkan populasi mkroflora dan mkrofauna tanah maupun
aktivitasnya.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
limbah industri merupakan sebuah potensi bencana bagi manusia maupun
lingkungan. Konsep pengelolaan limbah sawit dilakukan dengan strategi pengelolaan
lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus menerus pada
setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait dengan proses produksi,
produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian sumberdaya alam,
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi terbentuknya
limbah pada sumbernya. Limbah indsutri kelapa sawit terdiri dari limbah cair, padat,
dan gas. Limbah cair dimanfaatkan untuk pembuatan biodiesel dengan teknik
esterifikasi dan transesterifikasi dan air sisanya dapat digunakan untuk pengairan bila
telah memenuhi standar baku mutu lingkungan. Sementara limbah padat dapat
dimanfaatkan untuk produksi kompos, bahan pulp untuk pembuatan kertas,
pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sumber energi, pembuatan berikat arang
aktif, bahan campuran pembuatan keramik, serta pakan ternak ruminansia dengan
teknik pengolahan yang berbeda-beda.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
PABRIK PKS
Oleh :
ALFI RANDI (
CHINTHIA RAMADHANTI PUTRI (
DWINDA HAIDAR (1507115612)
NUR DWI HAYATI (1507110843)
PUTRI GUSTI YOLANDA (1507113740)
RAHMAN FIKRI (1507115808)
ZUHRIYAN WARDHANA ( 1507112555)
WIDA SRI WANI (1507113775)
15
16