Disusun oleh :
Zakiyah Darojah
25010115130194
C-2015
1
Sebagai seorang Pemimpin Kesehatan Masyarakat, Kepala Dinkes
Kabupaten/ Kota dalam pengambilan keputusan untuk akhirnya menetapkan suatu
kebijakan tentu sudah mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin bsa
mendorong ataupun menghambat keberjalanan kebijakan tersebut dan seorang
pemimpin juga harus menganalisa serta mengetahui terlebih dahulu faktor apa
yang menjadi penyebab utama tingginya angka DBD di kelurahan tersebut dari
sekian banyak penyebab dari penyebab kasus DBD. Setelah tahu bahwa
kebijakan sudah sesuai dengan keterbutuhan dari masarakat di suatu kecamatan
tertentu maka
Jika dalam keberjalanan suatu kebijakan diperlukan adanya mitra kerja
dengan pihak lain untuk membantu pendanaan ataupun mendukung secara aspek
sumber daya, maka seorang pemimpin harus bisa melakukan advokasi bersama
dengan sie yang memiliki tugas terkait bidang kehumasan. Dalam melakukan
sebuah advokasi ataupun menjalin kerjasama dengan mitra yang ditargetkan
seorang pemimpin tentu harus memiliki kemmapuan komunikasi yang baik agar
penyampaian tujuan dari suatu kebijakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan
sebenarnya juga.
Setelah hasill ditetpakan, langkah selanjutna yaitu membuat program sesuai
keterbutuhan dan kebijakan yang sudah ada dan memastikan bahwa program yang
dibuat itu berjalan lancar dan mencapai target sesuai dengan hasil kesepakatan
bersama. Hal itu menunjukkan bahwa seorang pemimpin kesahatan dlam hal ini
yaitu Kepala Dinkes Kabupaten/ Kota telah melaksanakan fungsi inti kesmas yang
ketiga berupa Assurance. Salah satu program yang dapat dialakukan untuk
pemberantasan DBD yaitu dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Pastikan pula bahwa kebijakan dan program yang dibuta sudah sesuai dengn
peraturan yang teah ditetapka secara nasional dan dilindungi oleh hokum agar
kemanan dari program tersebut dapat terjamin. Pemimpin juga harus memastikan
bahwa segala hal yang berkaitan dengan PSN termasuk fasilitas dan layanan yang
diberikan sudah tepat. Jikalau ada kesalahan maka itu sebagai bahan evalusi dan
untuk mengukur seberapa efektifitas dan kualitas layanan program yang
dijalankan. Pelaksanaan assessment, policy development dan assurance poleh
seorang kepala Dinkes secara keseluruhan yang artinya dilakukan sepenuhnya
2
misalnya pada pelaksanaan program PSN sebagai upaya pemberantasan DBD
tentunya akan mendukung tercapainya sistem kesehatan yang baik yang nantinya
mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama berkaitan dengan
penyakit DBD. Hal ini menunjukkan bahwa suatu sistem kesehatan membutuhkan
peran leadership bagi pemimpin kesehatan masyarakat pada umumya.
3
harus berpikir dari awal hingga akhir apakah sumber daya (man, money, method,
material, machine) tersedia dan apabila belum bagaimana penindakannya. Lalu
setelah memikirkan sumber daya sebagai input program PSN seperti petugas
kesehatan (man), kepala Dinkes seharusnya juga memikirkan proses apa yang
akan dilaksanakannya untuk menyelenggarakan program tersebut dan bagaimana
sistem memonitoring dalam setiap tahap dari keberjalan program tersebut
sehingga outputnya sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari program tersebut.
Keberhasilan program data dilihat melalui perbandingan ketercapaian
antara output dengan indikator yang sudah ditetapkann bersama sebelum program
dilaksanakan dan setelah program dilaksanakan. Melalui hal tersebut berhasil atau
tidaknya program PSN dalam upaya pemberantasan DBD di suatu kecamatan atau
daerah. Hasil ini juga bisa menjadi feedback yang nantinya akan menjadi input
kembali atau sebagai bahan evaluasi, pertimbangan, dan indikator dalam
menentukkan suatu program di masa mendatang.
Berfikir Sistem ini dapat dijalankan jika pemimpin menguasai dan mampu
untuk menerapkan disiplin 5 dari Peter Senge. Disiplin 5 terdiri dari personal
mastery, mental model, system thinking, shared vision, team learning. Setiap
bagian atau tahap dari disiplin 5 ini memiliki keterkaitan dan tidak dapat berdiri
secara sendiri-sendiri. Seorang pemimpin kesmas harus memiliki penguasaan
pribadi (personal mastery) artinya dia mampu mengontrol emosi yang ada dalam
dirinya agar tercipta organisasi yang dan bagaiaman ia menghargai pekrjaan setiap
anggotanya. Penguasaan diri ini merupakan hasil dari proses belajar, bukan
sesuatu yang sudah dimiliki. Penguasaan diri akan mempengaruhi mental model ,
yaitu gambaran proses penilaian pribadi berdasarkan asumsi dan generalisasi yang
ditangkap yang dapat mempengaruhi individu (kepala Dinkes) dalam melakukan
sebuah tindakan dan pengambilan keputusan. Mental model digunakan sebagai
sara untuk menyampaiakna hasil pemikiran atau asumsi secara efektif melalu
komunikasi yang nantinya diharapkan mampu untuk memperngaruhi orang lain
sebagai sasarannya. Bagi seorang pemimin kesmas seperi kepala Dinkes mental
model dapat digunakan untuk menyalurkan hasil pemikirannya berdasarkan
pengamatan yang terjadi kapada sub divisi dalam menetukkan kebijakan dan
pengambilan keputusan. Dalam proses penilaian dan pengambilan keputusan ini
4
tentunya juga diperlukan personal mastery yang baik bagi seorang Kepala
Puskesmas agar ia mampu melakukannya. Jika kedua hal tersebut sudah dipenuhi
oleh seorang Kepala Dinkes selanjutnya ia akan mampu membuat visi bersama
(shared vision) bagi seluruh bawahannya. Dengan visi bersama tersebut akan
memiliki komitmen yang juga berkaitan satu sama lain sehingga akan timbul
sebuah hubungan yang baik anatar pemimpin dan bawahan. Hubungan baik itulah
yang akan menjadikan sebuah program dapat terlaksana dengan baik pula. Saat
visi bersama ini terbentuk maka akan menjadi tim yang solid karena mereka acuan
yang sam dalam menentukan arah keberjalanan dari organisasi tersebut. Sehingga
akan memunculkan disiplin 5 selanjutnya yaitu team learning. dengan disiplin ini
diharapkan antara pemimpin dan bawahan mampu bersama-sama untuk mencapai
tujaunnya dan terus mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh setiap
individu.