Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan limpahan nikmat kepada umatnya
terutama nikmat iman, umur, serta kesempatan sehingga pada kesempatan ini penulis dapat
menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Salam dan shalawat penulis haturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad saw yang membawa kita menuju alam yang penuh dengan teknologi canggih.
Dimana maksud penulis menyusun makalah mutu layanan kebidanan ini Sebagai insan biasa
penulis sadar akan ketidaksempurnaan dalam pembuatan makalah ini, kekhilafan dalam penulisan kata
demi kata, dari itu penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya serta kritik dan saran yang membangun.
Demikian kata pengantar ini penulis buat, mudah – mudahan makalah ini bermanfaat bagi orang
lain terutama bagi penulis sendiri.

Padang, Maret 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya promotif dan preventif,
disamping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, utamanya penduduk miskin.
Peningkatan ksehatan masyarakat, meliputi upaya pencegahan penyakit menular ataupun tidak menular,
dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku, dan kewaspadaan dini.
Berdasarkan hasil survey tingkat kematian ibu dan ank semakin tahun akan terjadi peningkatan.
Untuk menurunkan AKI dan AKB diperlukan gerakan dan upaya bagi tenaga kesehatan dan masyarakat
sendiri.
Menurunkan kesakitan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan
sector kesehatan sebagaimana tercantum dalam program pembangunan nasional. Kegiatan yang
mendukung upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi, meningkatkan
pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, meningkatkan pelayanan dasar dan rujukan,
menanggulangi kekurangan energy kronis (KEK), dan menanggulangi anemia gizi besi pada wanita usia
subur dan pada masa kehamilan, melahirkan dan nifas (Bappenas, 2007).

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi selama masa kehamilan sampai
dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa memperhatikan lama dan tempat kehamilan yang
disebabkan atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena
kecelakaan (Prawirohardjo, 2009). Jumlah kematian ibu saat melahirkan mencapai 40.000 orang per
bulan didunia, dan sepanjang tahun 2008 angka tersebut telah turun sebesar 10% menjadi 36.000
kematian setiap bulannya. (anonym, 2008). Menurut world health organization (WHO), angka kematian
ibu (AKI) di Asia Tenggara menyumbang hamper sepertiga jumlah kematian ibu global. Sebanyak 98%
dari seluruh kematian ibu di Asia Tenggara terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal, dan Myanmar
(anonym,2008).

Masalah kesehatan adalah masalah yang paling penting dalam kehidupan kesejahteraan rakyat
indonesia. Dikatakan baik suatu sistem kesehatan apabila semua aspek dari masyarakat sudah memasuki
syarat yang baik,faktor yang mempengaruhi sistem kesehatan di indonesia adalah lingkungan,pelayanan
kesehatan,perilaku dan genetik. Karena jika di tinjau dari keempat faktor tersebut maka sistem kesehatan
di indonesia masih sangat rendah,sehingga menjadi suatu tanggung bagi pemerintah untuk meningkatkan
sistem kesehatan di indonesia.
Melalui kementerian kesehatan,pemerintah indonesia membentuk suatu organisasi kemenkes yang
bertujuan untuk memantau setiap permaslaahan kesehatan yang ada di indonesia. Kemenkes memiliki visi
dan misi untuk mewujudkan masyarakat yang sehat,mandiri dan juga berkeadilan. Visi kemenkes ini
kemudian dijabarkan menjadi beberap misi,yaitu menghasilkan pengelolaan kepemerintahan yang bagus ,
menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan, melindungi segi kesehatan dari dari
masyarakat dengan jaminan adanya usaha kesehatan yang bersifat paripurna , bersifat merata , memiliki
mutu dan adil, dan meingkatkan derajad kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta serta kelompok madani.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Menjelaskan tentang hasil kualitatif dan kuantitatif, upaya promotif dan prefentif kematian
ibu dan anak serta dampak dalam pencapaian MDGs.
b. Menjelaskan tentang gerakan dan upaya dibidang kesehatan masyarakat dalam akselerasi
penurunan AKI dan AKB di Indonesia.
c. Menjelaskan tentang organisasi Kemenkes, Visi dan Misi strategi Kemenkes, perubahan
paradigma sistem pelayanan kesehatan.

C. TUJUAN

a. Mengetahui dan memahami tentang hasil kualitatif dan kuantitatif, upaya promotif dan prefentif
kematian ibu dan anak serta dampak dalam pencapaian MDGs.
b. Mengetahui dan memahami tentang gerakan dan upaya dibidang kesehatan masyarakat dalam
akselerasi penurunan AKI dan AKB di Indonesia.
c. Mengetahui dan memahamitentang organisasi Kemenkes, Visi dan Misi strategi Kemenkes,
perubahan paradigma sistem pelayanan kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hasil kualitatif dan kuantitatif upaya promotif dan preventif kematian ibu dan anak serta
dampak dalam pencapaian MDGs

1. Pengertian kuantitatif dan kualitatif

Kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana,
dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain
menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula
pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan
lainnya.

Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7). Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional,
positivistik, ilmiah/scientific dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional,
karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme.
Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah
ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode
discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini
disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Sedangkan metode penelitian kualitatif merupakan metode baru karena popularitasnya belum lama,
metode ini juga dinamakan postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat post positifisme, serta
sebagai metode artistic karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut metode
interpretive karena data hasil peneletian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang di
temukan di lapangan.metode penelitian kuantitatif dapat di artikan sebagai metode penelitian yang di
gunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang teleh di
tetapkan. Metode penelitian kualitatif sering di sebut metode penelitian naturalistik karena penelitianya di
lakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), di sebut juga metode etnographi, karena pada
awalnya metode ini lebih banyak di gunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya.

Metode penelitian kualitatif juga merupakan metode penelitian yang lebih menekankan pada
aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan untuk
penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-
depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa
sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.

Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-betul berkualitas, maka data yang
dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data dalam
bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan,gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh
subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan
variabel yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis
(tabel, catatan, notulen rapat, dll), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lainyang dapat
memperkaya data primer.

Hasil kualitatif dan kuantitatif

Provinsi papua saat ini masih kekurangan tenaga bidan sebanyak 2.565 orang. Sebagian besar
kampong-kampung di papua hingga kini tidak ada tenaga kesehatan.
Kepala dinas kesehatan provinsi papua, yosef rinto merauke, mengungkapkan, tenaga bidan
tersebut dibutuhkan unutk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu melahirkan guna
menurunkan angka kematian ibu dan anak yang tinggi . “papua kini sedang gencar-gencarnya berupaya
menurunkan angka kematian ibu dan anak,”ujarnya.
Untuk mengatasi kekurangan tenaga bidan, dinaskesehatan Papua, tengah memberdayakan dan
melatih kembali kader-kader kesehatan dikampung-kampung. “ini supaya mereka bisa melakukan
pengobatan sederhana,” ujarnya.
Disamping itu, juga menugaskan para bidan dan perawat dari kampong ke kampong selama enam
bulan. Mereka juga akan melatih dukun-dukun bersalin untuk membantu persalinan dikampung.
Selain kekurangan tenaga bidan, menurut rinto, sarana kesehatan di Papua juga masih terbatas.
Karena itu, saat ini didorong pembangunan rumah sakit-rumah sakit dikabupaten pemekaran dan
puskesmas-puskesmas pembantu dikampung-kampung. Saat ini diseluruh Papua ada 27 rumah sakit, 686
puskesmas, dan 462 polindes.

2. Upaya Promotif dan Preventif


Upaya Preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan. .

Upaya pencegahan dibedakan menjadi 3 yaitu:

• Pencegahan primer

Pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan
khusus (spesific protection).

• Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder bentuknya upaya diagnosis dini dan pengobatan segera (early
diagnosis dan promotif treatment).

• Pencegahan tersier

Pencegahan tersier bentuknya membatasi ketidak mampuan atau kecacatan (disability


limititation) dan pemulihan kesehatan (rehabilitation).

Upaya Promotif adalah usaha mempromosikan kesehatan kepada masyarakat. Upaya


promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,keluarga, kelompok dan masyarakat.
Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan
untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya.

Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Beberapa
usaha diantaranya :

a. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.

b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air rumah tangga
yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.

c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat sesuai kebutuhannya.

d. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.


3. Dampak pencapaian MDGs
Kemajuan indonesia mencapai tujuan pembangunan millenium (MDG) 2015 untuk kematian
anak ibu masing-masing disebut sebagai MDG 4 dan 5 kemajuan global sepuluh tahun setelah para
pemimpin dunia berkomitmen untuk a world fit for children pada sidang khusus PBB tentang anak-anak
pada tahun 2001.
Indonesia telah membuat kemajuan penting untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak sejak
membuat komitmen pada a world fit for children, “kata Dr robin nandy Kepala Bagian kelangsungan
hidup dan perkembangan anak di UNICEF. “Tapi bahkan hari ini, diperkirakan bahwa 150.000 anak
meninggal di Indonesia setiap tahun sebelum mereka mencapai ulang tahun kelima mereka, dan hampir
10.000 wanita meninggal setiap tahun karena masalah dalam kehamilan dan persalinan. Kita harus
melihat lebih dekat lagi hambatan yang memperlambat kemajuan menuju kita mencegah kematian ini,
terutama dalam kaitannya dengan kesehatan ibu, untuk mendukung prestasi lainnya”.

B. Gerakan dan upaya dibidang kesehatan masyarakat dalam akselerasi penurunan AKI dan
AKB di Indonesia

A. Kematian Ibu dan Bayi

Kejadian kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca persalinan, dan
hari-hari pertama kehidupan bayi masih menjadi tragedi yang terus terjadi di negeri ini. Untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir diperlukan upaya dan inovasi baru, tidak bisa
dengan cara-cara biasa

Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir harus melalui jalan yang terjal.
Terlebih kala itu dikaitkan dengan target MilleniumDevelopment Goals (MDGs) 2015, yakni menurunkan
angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi (AKB)
menjadi 23 per 100.000 kelahiran hidup yang harus dicapai. Waktu yang tersisa hanya tinggal tiga tahun
ini, tidak akan cukup untuk mencapai sasaran itu tanpa upaya-upaya yang luar biasa.

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyebab langsung
kematian ibu hampir 90 persen terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan.Sementara itu,
risiko kematian ibu juga makin tinggi akibat adanya faktor keterlambatan, yang menjadi penyebab tidak
langsung kematian ibu. Ada tiga risiko keterlambatan, yaitu terlambat mengambil keputusan untuk
dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya), terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat
keadaan darurat dan terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan. Sedangkan
pada bayi, dua pertiga kematian terjadi pada masa neonatal (28 hari pertama kehidupan). Penyebabnya
terbanyak adalah bayi berat lahir rendah dan prematuritas, asfiksia (kegagalan bernapas spontan) dan
infeksi.

Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi
dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan
menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di rumah sakit.

Gerakan yang dilakukan dalam menurunkan AKI :

• Meningkatkan kualitas pelayanan dan cakupan pelayanan

a. Pertolongan persalinan oleh nakes

b. Penyediaan pelayanan kegawat daruratan yang berkualitas dan sesuai dengan standar

c. Pencegahan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi


keguguran

d. Pemantapankerjasamalintas program dansektoral

e. Peningkatanpartisipasiperempuan, keluargadanmasyarakat

• Peningkatan kapasitas manajemen pengelolaan program melalui peningkatan kemampuan


pengelolaan program agar mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi( P1-P2-P3)
sesuai daerah.
• Sosialisasi dan advokasi melalui penyusunan hasil informasi tentang masalah yang dihadapi
daerah sebagai subtansi untuk sosialisasi dan advokasi.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian bayi:

• Peningkatan kegiatan imunisasi


• Peningkatan ASI eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuh kembang
• Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi
• Program MTBS dan MTBM
• Pertolonganpersalinandanpenatalaksanaan BBL dengancepat
• Diharapkankeluargamemilikipengetahuan,
pemahamandanperawatanpascapersalinansesuaistandarkesehatan
• Program asuh
• Keberadaanbidandesa
• Perawatan neonatal dasar ( perawatantalipusat, metodekanguru, IMD )

Upaya terobosan yang paling mutakhir adalah program Jampersal (Jaminan Persalinan) yang
digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas
serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan. Keberhasilan
Jampersal tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan
masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian pertolongan kesehatan dari
masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam hal kemudahan transportasi serta pemberdayaan
masyarakat menjadi sangat penting.

Melalui program ini, pada tahun 2012 Pemerintah menjamin pembiayaan persalinan sekitar 2,5
juta ibu hamil agar mereka mendapatkan layanan persalinan oleh tenaga kesehatan dan bayi yang
dilahirkan sampai dengan masa neonatal di fasilitas kesehatan. Program yang punya slogan Ibu Selamat,
Bayi Lahir Sehat ini diharapkan memberikan kontribusi besar dalam upaya percepatan penurunan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir.

Lalu bagaimana dengan kecenderungan angka kematian ibu sejauh ini, terutama setelah berbagai
upaya dilakukan? Kalau mengacu pada hasil Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan
selama kurun waktu 1994-2007, AKI memang terus menunjukkan tren menurun. Hasil SDKI 2007
menunjukkan AKI sebesar 228 per 100.000. Namun, melihat tren penurunan AKI yang berlangsung
lambat, dikhawatirkan sasaran MDG 5a tidak akan tecapai. Demikian juga dengan sasaran MDG 4, perlu
upaya lebih keras agar penurunan AKI dan AKB melebihi tren yang ada sekarang. Tidak bisa lagi upaya
itu dilakukan secara business as usual. Upaya-upaya inovasi yang memiliki daya ungkit yang tinggi harus
segera dikedepankan.
B. Komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah

Dapat dikatakan bahwa semua Pemerintah Daerah Provinsi memiliki komitmen untuk
mendukung pencapaian Millineum Developmen Goals termasuk percepatan penurunan kematian ibu dan
kematian bayi baru lahir dengan menyusun Rencana Aksi Daerah disamping terobosan lainnya. Berikut
beberapa contoh komitmen yang ada; Provinsi Nusa Tenggara Barat telah mencanangkan Program
AKINO (Angka Kematian Ibu dan Bayi Nol) dengan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KIA
hingga ke tingkat desa. Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Program Revolusi KIA dengan tekad
mendorong semua persalinan berlangsung di fasilitas kesehatan yang memadai (puskesmas). Pemda DI
Yogyakarta berkomitment meningkatkan kualitas pelayanan dan penguatan sistem rujukan, serta
penggerakan semua lintas sektor dalam percepatan pencapaian target MDGs oleh Pemda Provinsi
Sumatera Barat.

Pemerintah daerah, baik itu di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota juga diharapkan
memiliki komitmen untuk terus memperkuat sistem kesehatan. Pemerintah provinsi diharapkan
menganggarkan dana yang cukup besar untuk mendukung peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan. Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan melalui Puskesmas hendaknya
hendaknya diimbangi dengan ketersediaan RS Rujukan Regional dan RS Rujukan Provinsi yang
terjangkau dan berkualitas. Dukungan pemerintah provinsi diharapkan juga diimbangi dengan dukungan
pemerintah kabupaten/kota dalam implementasi upaya penurunan kematian ibu dan bayi. Antara lain
melalui penguatan SDM, ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan, anggaran, dan penerapan tata
kelola yang baik (good governance) di tingkat kabupaten/kota.

Keberhasilan percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir tidak hanya ditentukan oleh
ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan
disamping pola pencarian pertolongan kesehatan dari masyarakat. Perbaikan infrastruktur yang akan
menunjang akses kepada pelayanan kesehatan seperti transportasi, ketersediaan listrik, ketersediaan air
bersih dan sanitasi, serta pendidikan dan pemberdayaan masyarakat utamanya terkait kesehatan ibu dan
anak yang menjadi tanggung jawab sektor lain memiliki peran sangat besar. Demikian pula keterlibatan
masyarakat madani, lembaga swadaya masyarakat dalam pemberdayaan dan menggerakkan masyarakat
sebagai pengguna serta organisasi profesi sebagai pemberi pelayanan kesehatan.
C. Dukungan Masyarakat Madani

Di lain pihak dukungan organisasi profesi tidak kalah pentingnya melalui deklarasi yang mereka
canangkan pada tahun 2009, organisasi profesi ini adalah Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia
(IBI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
(IAKMI), dan Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASIA). Organisasi profesi berkomitmen
meningkatkan profesionalisme anggotanya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi ibu dan anak.
Pada tahun yang sama sekumpulan LSM dan organisasi masyarakat madani bergabung dalam Gerakan
Kesehatan Ibu dan Anak juga mendukung pencapaian MDGs 2015 melalui advokasi dan pemberdayaan
masyarakat. Pemerintah jugamenjalin kerja sama dengan berbagai Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Negeri pada November 2011 menandatangani deklarasi Semarang agar dengan
pendekatan Tri Darma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, perguruan
tinggi dapat memberikan sumbangsihnya dalam pengembangan, implementasi dan monitoring serta
evaluasi dari setiap kebijakan kesehatan, khususnya dalam pencapaian MDGs di tingkat nasional dan di
tingkat daerah.

D. Dukungan Development Partners

Upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir harus melalui jalan yang terjal.
Terlebih kala itu dikaitkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 waktu yang tersisa
hanya tinggal tiga tahun ini, sehingga diperlukan upaya-upaya yang luar biasa. Pemerintah pusat dan
daerah serta developmen partner berupaya mengembangkan upaya inovatif yang memiliki daya ungkit
tinggi dalam upaya percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir. Fokus pada penyebab utama
kematian, pada daerah prioritas baik daerah yang memiliki kasus kematian tinggi pada ibu dan bayi baru
lahir serta pada daerah yang sulit akses pelayanan tidak berarti melupakan lainnya.

Upaya inovatif tersebut antara lain; penggunaan technologi terkini pada transfer of knowledge
maupun pendampingan dalam memberi pelayanan serta pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan
‘SMS’, metode pendampingan pada capasity building 1baik dalam hal management program maupun
peningkatan kualitas pelayanan, serta memberi kewenangan lebih pada tenaga kesehatan yang sudah
terlatih pada daerah dengan kriteria khusus dimana ketidaktersediaan tenaga kesehatan yang
berkompeten.
Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan masyarakat internasional dengan prinsip kerja
sama kemitraan, untuk mendukung upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Kerja
sama dengan berbagai development partners dalam bidang kesehatan ibu dan anak telah berlangsung
lama, beberapa kemitraan tersebut adalah :

1) AIP MNH (Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health), bekerja sama dengan
Pemerintah Australia di 14 Kabupaten di Provinsi NTT sejak 2008, bertujuan menurunkan angka
kematian ibu dan bayi melalui Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak. Program ini bergerak dalam bidang
pemberdayaan perempuan dan masyarakat, penigkatan kualitas pelayanan KIA di tingkat puskesmas dan
RS serta peningkatan tata kelola di tingkat kabupaten. Pengalaman menarik dari program ini adalah
pengalaman kemitraan antara RS besar dan maju dengan RS kabupaten di NTT yaitu kegiatan sister
hospital.

2) GAVI (Global Alliance for Vaccine & Immunization) bekerja beberapa kabupaten di 5 provinsi
(Banten, Jabar, Sulsel, Papua Barat dan Papua), bertujuan meningkatkan cakupan imunisasi dan KIA
melalui berbagai kegiatan peningkatan partisipasi kader dan masyarakat, memperkuat manajemen
puskesmas dan kabupaten/kota.

3) MCHIP (Maternal & Child Integrated Program) bekerjasama dengan USAID di 3 kabupaten
(Bireuen, Aceh, Serang-Banten dan Kab.Kutai Timur- Kalimantan Timur)

4) Pengembangan buku KIA oleh JICA walaupun kerjasama project telah berakhir namun buku KIA
telah diterapan di seluruh Indonesia.

5) UNICEF melalui beberapa kabupaten di wilayah kerjanya seperti ACEH, Jawa Tengah, Maluku,
Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur (kerjasama dengan Child Fund) serta Papua meningkatkan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat terkait kesehatan ibu dan anak dan peningkatan kualitas
pelayanan anak melalui manajemen terpadu balita sakit (MTBS).

6) Tidak terkecuali WHO memfasilitasi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak baik
dalam dukungan penyusunan standar pelayanan maupun capasity building.

Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS (Expanding Maternal
and Neonatal Survival, bekerja sama dengan USAID dengan kurun waktu 2012 – 2016, yang diluncurkan
26 Januari 2012 sebagai salah satu bentuk kerjasama Pemerintah Indonesia dengan USAID dalam rangka
percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di 6 provinsi terpilih yaitu Sumatera Utara,
Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan JawaTimur yang menyumbangkan kurang lebih
50 persen dari kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dalam program ini Kementerian Kesehatan RI
bekerjasama dengan JHPIEGO, serta mitra-mitra lainnya seperti Save the Children, Research Triangle
Internasional, Muhammadiyah dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan

Upaya yang akan dilaksanakan adalah dengan peningkatan kualitas pelayanan emergensi obstetri
dan neonatal dengan cara memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai dampak besar pada
penurunan kematian dan tata kelola klinis (clinical governance) diterapkan di RS dan Puskesmas. Upaya
lain dalam program EMAS ini dengan memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif mulai dari
fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas sampai ke RS rujukan di tingkat kabupaten/kota.
Masyarakat pun dilibatkan dalam menjamin akuntabilitas dan kualitas fasilitas kesehatan ini. Untuk itu,
program ini juga akan mengembangkan mekanisme umpan balik dari masyarakat ke pemerintah daerah
menggunakan teknologi informasi seperti media sosial dan SMS gateway, dan memperkuat forum
masyarakat agar dapat menuntut pelayanan yang lebih efektif dan efisien melalui maklumat pelayanan
(service charter) dan Citizen Report Card.

Tekad dan tujuan Kementerian Kesehatan untuk mencapai Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan dapat diraih dengan dukungan berbagai pihak, demi kesejahteraan masyarakat umumnya dan
kesehatan ibu dan anak khususnya. Tak ada harapan yang tak dapat diraih dengan karya nyata melalui
kerja keras dan kerja cerdas.

C. Organisasi kemenkes, visi dan misi strategi kemenkes perubahan paradigma sistem pelayanan
kesehatan

A. Organisasi kemenkes

Kementerian Kesehatan mengawali tahun 2011 dengan mengimplementasikan struktur organisasi

baru yang tertuang dalam Permenkes Nomor : 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Kesehatan menggantikan Permenkes Nomor : 1295/Menkes/Per/XII/2007

tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

Menurut Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, perubahan

organisasi selain bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja, juga dimaksudkan untuk

menyelesaikan secara komprehensif berbagai permasalahan mendesak yang dihadapi dalam

pembangunan kesehatan, guna mendukung pencapaian sasaran prioritas pembangunan kesehatan.


Direktorat Bina Kesehatan Anak sebagaimana tertulis pada pasal 457, berada dibawah unit utama

Ditjen Bina Gizi dan KIA. Dengan nomenklatur dan tupoksi yang sama seperti pada Kepmenkes

1575/2007, Direktorat Bina Kesehatan Anak membawahi 5 unit esselon III/ sub direktorat dan 11 unit

esselon IV/ kepala seksi dan sub bagian tata usaha. Terdapat perubahan nomenklatur berikut tupoksi dari

5 unit sub direktorat.

1. Organisasi profesi

2. Ikatan dokter indonesia

3. Ikatan dokter anak indonesia

4. Persatuan obstetri ginekologi indonesia

5. Ikatan bidan indonesia

6. Persatuan perawat nasional indonesia

7. Perhimpunan dokter spesialis rehabilitasi medik indonesia ikatan fisioterapi indonesia

B. Visi,Misi dan Strategi Kemenkes

Kemenkes memiliki visi dan misi unutk mewujudkan masyarakat yang sehat,mandiri dan juga
berkeadilan. Visi kemenkes ini kemudian dijabarkan menjadi beberap misi,yaitu menghasilkan
pengelolaan kepemerintahan yang bagus , menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya
kesehatan, melindungi segi kesehatan dari dari masyarakat dengan jaminan adanya usaha kesehatan
yang bersifat paripurna , bersifat merata , memiliki mutu dan adil, dan meingkatkan derajad kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta serta kelompok madani..

1. Visi kemenkes
Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan

2. Misi kemenkes

a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,


termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata bermutu dan berkeadilan
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik

3. Strategi Kemenkes
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam
pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan,


serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
c. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan
jaminan sosial kesehatan nasional.
d. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan
bermutu.
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan
serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan.
f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdayaguna dan
berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab.

C. Perubahan Paradigma Sistem Pelayanan Kesehatan


Berdasarkan pemahaman situasi dan adanya perubahan terhadap konsep sehat –sakit serta makin
kayanya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi tentang determinan kesehatan yang bersifat
multifaktural, telah mendorong pembangunan kesehatan nasional kearah paradigma baru, yaitu paradigma
sehat.
Paradigma adalah pemikiran dasar sehat, berorientasi pada peningkatan dan perlindungan
penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan orang sakit, sehingga kebijakan lebih ditekankan pada
upaya promotif dan preventif dengan maksud melindungi dan meningkatkan orang sehat menjadi lebih
sehat dan lebihn produktif serta tidak jatuh sakit karena adanya upaya preventif. Sehingga perlu
diupayakan semua polecy pemerintah selalu berwawasan kesehatan dengan mottonya menjadi “
Pembangunan Berwawasan Kesehatan” Paradigma sehat diharapkan menjadi suatu cara pandang “ baru “
masyarakat yang merupakan perubahan pandang terhadap konsep sehat sakit.Paradigma sehat dijadikan
sebagai suatu komitmen gerakan nasional segenap masyarakat sehingga betul-betul kesehatan menjadi
tanggung jawab bersama (shared responsibility) yang mengacu pada prinsip-pronsip kemitraan(part
nership).Wujud nyata paradigm sehat Merealisasikan visi Indonesia Sehat tahun 2010
Penyelenggaraan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh health provider mempunyai peluang
besar untuk terjadinya berbagai konflik kepentingan dengan pasien. Konflik yang terjadi di picu oleh
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan kesehatan, oleh tenaga kesehatan untuk
kepentingan diagnosa, pengobatan dan penyembuhan penyakit pasien. Penerapan ilmu pengatahuan dan
tekhnologi kedokteran tersebut tidak semua berjalan dengan mulus sesuai dengan apa yang diharapkan
tetapi terkadang berdampak pada masalah etika profesi dan hukum.
Untuk mengantisipasi permasalahan yang dialami oleh health provider tersebut maka harus
dilakukan pembenahan dari berbagai aspek pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan, memberikan perlindungan hukum bagi pasien dan masyarakat dan
memberikan kepuasan atas jasa upaya kesehatan yang diterima oleh pasien.
Hal yang pertama yang harus dibenahi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah
pembenahan konsep atau paradigma pelayanan kesehatan dari para health provider. Dalam hal tersebut,
perubahan paradigma pelayanan kesehatan haruslah kearah yang lebih sesuai dengan dinamika
perkembangan sosial masyarakat dan hukum yang berlaku.
Perubahan paradigma pelayanan kesehatan yang harus dikembangkan yaitu :
a. Paradigma pelayaan yang komprehensif dan menyeluruh (holistic)
Pelayanan kesehatab yang dulunya bersifat segmentasi dan terkotak-kotak yang hanya berfokus
pada satu atau dua jenis upaya kesehatan menjadi upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh ( holistic )
dan komprehensif .Pelayanan kesehatan yang menyeluruh artinya bahwa health provider tidak hanya
berfokus pada pelayanan kesehatan penyembuhan penyakit ( curative) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitative) tetapi secara bersamaan turut menyelenggarakan pelayanan kesehatan lainnya seperti
promosi kesehatan (promotive) dan pencegahan penyakit dan kecacatan (preventive).
Pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif dikembangkan sesuai dengan jenjang atau
tingkatan kemampuan rumah sakit ( health provider) dalam penyelenggaraa pelayanan kesehatan dan
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien. Hal tersebut sering disebut dengan istilah indikasi
pelayanan atau indikasi medis.

b. Paradigma pelayanan kesehatan memenuhi hak-hak asasi pasien


Paradigma pelayanan kesehatan yang hanya menekankan hubungan medis kini mulai bergeser
kearah pemenuhan hak-hak asasi pasien di bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan terhadap pasien kini
bukan lagi hanya sekedar bagaimana cara untuk memberikan pertolongan medis untuk mengobati dan
menyembuhkan penyakit pasien, tetapi bagaimana pelayanan kesehatan yang diselenggarakan tersebut
memenuhi hak-hak asasi pasien di bidang pelayanan kesehatan.
Pemenuhan hak-hak asasi pasien dalam upaya kesehatan mengacu Pasal 28 H ayat (1) Undang-
Undang Dasar Negara Tahun 1945 yang mengatakan bahwa ,setiap orang berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan. Dikenal ada dua jenis hak asasi manusia di bidang kesehatan yaitu hak atas pelayanan
kesehatan (the right to health care) dan hak untuk menentukan dirinya sendiri (the right to self
determination). Hak atas pelayanan kesehatan (the right to heath care ) disebut juga sebagai hak dasar
sosial yaitu hak pasien sebagai anggota sosial masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, sedangkan hak atas menentukan diri sendiri ( the right to self determination ) disebut juga
sebagai hak dasar individual yaitu hak yang di lindungi oleh hukum untuk menyetujui atau tidak
menyetujui apa yang boleh dilakukan atau tidak dilakukan terhadap diri pasien dalam upaya kesehatan.
c. Paradigma pelayann kesehatan partnership
Paradigma pelayanan kesehatan partnership adalah pelayanan kesehatan yang menempatkan
health provider dan health receiver dalam suatu pola kemitraan (partnership). Pola kemitraan ini akan
menempakan health provider dan health receiver dalam suatu hubungan kontraktual ( kontrak terapeutik)
yang masing-masing pihak mempunyai hak dn kewajiban untuk saling dihargai dan di hormati..
Hubungan kontraktual ini tidak lain adalah sebuah hubugan hukum yang dampak hukum .
Paradigma pelayanan partnership ini akan menempatkan masing-masing pihak berada dalam
kesetaraan dalam pengambilan keputusan terhadap suatu tindakan medik atau pengobatan dan perawatan
yang akan dilakukan oleh health provider terhadap health receiver. Pengingkaran terhadap pola pelayanan
partnership ini akan merusak keharmonisan hubungan kontrak terapeutik yang tentunya dapat
berimplikasi hukum.
Pengembangan pola partnership ini adalah dalam bentuk pelaksanaan informed consent yang
merupakan penghargaan akan hak-hak asasi pasien . Health provider berkewajiban untuk mendapatkan
persetujuan (izin) dari pasien terhadap apa saja yang akan dilakukannya dalam memberkan pelayanan
medik. Tindakan tanpa ijin adalah perbuatan melanggar hukum yang dapat di gugat atau di tuntut secara
perdata atau pidana akibat kerugian yang dialami pasien
Ketidak puasan tersebut terjadi akibat Penyebab utama konflik medis dalam pelayanan kesehatan
adalah ketidak puasan yang dialami oleh pasien atas pelayanan kesehatan yang diterimanya dari health
provider. rendahnya mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang cederung menelantarkan pasien, tidak
memberikan informasi medis yang jelas, bertindak arogan dengan tidak menghargai hak-hak pasien ,
tingginya biaya tindakan dan perawatan medis yang di tanggung pasien dan lamanya hari perawatan yang
harus dilalui oleh pasien dalam suatu waktu perawatan.
Untuk meminimalisasi konflik medis tersebut, maka secara dini harus disadari bahwa pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh health provider telah mengalami sebuah babak baru , yaitu
pelayanan kesehatan yang tidak hanya berupa sebuah hubungan moral dan hubungan medis , tetapi telah
bergeser kearah hubugan hukum yang dapat berakibat hukum Perubahan paradigma pelayanan kesehatan
sebagai sebuah langkah awal untuk mencegah terjadinya konflik dokter-pasien.
Organisasi pelayanan kesehatan saat ini sedang mengalami perubahan paradigma. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong pelayanan kesehatan yang berorientasi kemanusiaan
menjadi tempat pelayanan kesehatan yang berorientasi ke keuntungan. Karena menjadi sebuah bisnis
maka pengelolaannya tidak terlepas dari upaya untuk meraih keuntungan, apalagi ditunjang dengan
semakin meningkatnya peran swasta dalam menyediakan sarana dan prasarana kesehatan. Diperlukan
sebuah upaya menerapkan perencanaan bisnis dalam pengelolaan tempat pelayanan kesehatan yang
cenderung menjadikan tempat pelayanan kesehatan sebagai asset yang akan memberikan keuntungan
setiap bulan maupun tahun.
Perubahan paradigma dari berorientasi kemanusiaan ke berorientasi ke keuntungan sudah
diantisipasi oleh UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang memasukkan pelayanan
kesehatan sebagai objek hukum perlindungan konsumen, dan menempatkan penerima layanan kesehatan
sebagai konsumen serta tenaga kesehatan sebagai pelaku usaha dalam hubungan hukumnya. Ada
beberapa UU yang materinya melindungi konsumen, seperti UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Dalam upaya perlindungan konsumen tersebut maka harus ditegaskan yang disebut dengan tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan. Pasal 53 ayat (2)
UU Kesehatan, menyebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Demikian pula dengan penghormatan hak,
baik hak-hak pasien pada khususnya, maupun hak-hak konsumen pada umumnya. Demikian pula, dalam
melakukan tugasnya setiap tenaga kesehatan terikat dan tunduk pada norma-norma yang bersifat hukum
dan etik.
Pelanggaran terhadap hukum dan etik tersebut berkonsekuensi pada pemberian sanksi kepada
para pelanggarnya. Jika tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya masih melakukan beberapa
kelalaian sehingga pasien terabaikan di rumah sakit maka kejadian tersebut dapat dikatakan
sebagaipenelantaran terhadap pasien. Dalam arti kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan,
keselamatan dan kesehatan pasien. Penelantaran ini tergolong pelanggaran berat karena bertentangan
dengan ketentuan Pasal 304 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyebutkan,
“Barangsiapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal
menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan,
atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
Jika kejadian penelantaran, malpraktik ini dibiarkan maka akan merugikan pasien dan keluarganya
sehingga harus diminimalisir agar tidak terjadi kasus yang merugikan konsumen.
Untuk menanggapi perubahan paradigma pelayanan tersebut maka perlu dilakukan sebuah
perubahan, hal ini dilakukan dengan terencana oleh manajemen. Sedangkan sebagai pengguna pelayanan
kesehatan harus ikut melakukan andil untuk melakukan perubahan dengan cara meningkatkan atau
menaikkan kekuatan posisi dan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya. Kekuatan dan
kemampuan konsumen, secara bersama-sama untuk tidak mudah menerima hak dan kewajibannya
sehingga dipermainkan oleh pengelola pelayanan kesehatan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Angka kematian ibu dan anak semakin tahun semakin banyak akibatnya pencapaian MDGs
buruk. Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya promotif dan preventif, di
samping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, utamanya penduduk miskin.
Peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi upaya pencegahan penyakit menular ataupun tidak menular,
dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku, dan kewaspadaan dini.

Upaya yang akan dilaksanakan untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan peningkatan
kualitas pelayanan emergensi obstetri dan neonatal dengan cara memastikan intervensi medis prioritas
yang mempunyai dampak besar pada penurunan kematian dan tata kelola klinis (clinical governance)
diterapkan di RS dan Puskesmas. Upaya lain dalam program EMAS ini dengan memperkuat sistem
rujukan yang efisien dan efektif mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas sampai ke
RS rujukan di tingkat kabupaten/kota. Masyarakat pun dilibatkan dalam menjamin akuntabilitas dan
kualitas fasilitas kesehatan ini. Untuk itu, program ini juga akan mengembangkan mekanisme umpan
balik dari masyarakat ke pemerintah daerah menggunakan teknologi informasi seperti media sosial dan
SMS gateway, dan memperkuat forum masyarakat agar dapat menuntut pelayanan yang lebih efektif dan
efisien melalui maklumat pelayanan (service charter) dan Citizen Report Card.

Tekad dan tujuan Kementerian Kesehatan untuk mencapai Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan dapat diraih dengan dukungan berbagai pihak, demi kesejahteraan masyarakat umumnya dan
kesehatan ibu dan anak khususnya. Tak ada harapan yang tak dapat diraih dengan karya nyata melalui
kerja keras dan kerja cerdas.

Dalam menjalankan program pembangunan di bidang kesehatan pemerintah menjalankan misi

dan visi di bidang kesehatan dan merubah paradigm kesehatan dari kuratif dan rehabilitative bergeser

menjadi preventif dan edukatif dan paradigm kesehatan juga diubah dari sentralisasi menjadi

disentralisasi, sehingga tidak terpusat oleh pemerintah pusat tetapi diserahkan kepada masing-masing

daerah karena tiap-tiap daerah mempunyai problem masing-masing.


Hal ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,serta menurunkan angka

kematian ibu dan anak yang biasanya terjadi ketika ibu melahirkan, oleh karena itu pemerintah

meluncurkan program jampersal dan jamkesmas yang diharapkan dapat menurunkan angka kematian dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. SARAN

Dengan penulisan makalah ini penulis berharap pembaca bisa memanfaatkan makalah ini dengan
sebaik-baiknya.
Kelompok menyadari makalah ini masih jauh kesempurnaan.hal ini bukanlah suatu
kesengajaan,melainkan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang kelompok miliki.Untuk itu kelompok
mengharapkan tanggapan,kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.1999. Program Jaminan mutu,Dirjen binkesmas Jakata.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20138/5/Chapter%20I.pdf

Nurmawati. 2010.Mutu layanan Kebidanan.jakarta: perpustakaan nasional.

Sondakh,jenny,dkk.2013.mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan.Jakarta selatan:salemba medika


DARTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................................
1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Hasil kualitatif dan kuantitatif upaya promotif dan preventif kematian ibu dan anak serta
dampak dalam pencapaian MDGs
1. Pengertian kuantitatif dan kualitatif ....................................................................................
2. Upaya Promotif dan Preventif …................................................................................................
3. Dampak pencapaian MDGs ..............................................................................................

B. Gerakan dan upaya dibidang kesehatan masyarakat dalam akselerasi penurunan AKI dan
AKB di Indonesia
1. Kematian Ibu dan Bayi .................................................................................................
2. Komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah ........................................................................
3. Komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah ......................................................................
4. Dukungan Masyarakat Madani ....................................................................................
5. Dukungan Development Partners .................................................................................

C. Organisasi kemenkes, visi dan misi strategi kemenkes perubahan paradigma sistem
pelayanan kesehatan

1. Organisasi kemenkes ..................................................................................................

2. Visi,Misi dan Strategi Kemenkes .................................................................................

3. Perubahan Paradigma Sistem Pelayanan Kesehatan ......................................................

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN
MAKALAH
MUTU LAYANAN KEBIDANAN

Kelompok 1:
 Agnesha Dwi Magza
 Intan Suci Ramadhani H
 Kesy Valensia
 Mustika Ramadani Ilyas
 Nani Permata Sari
 Putri Handayani
 Rika Pratiwi
 Riri Afdol
 Wilma Rahmi Zakiyah

Dosen pembimbing: Ns. Faridah BdS.kep, M.kes


Kelas 1A

D-III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PADANG
2013/2014

Anda mungkin juga menyukai