Rekam Jejak Korupsi Oleh Penegak Hukum Di Indonesia
Rekam Jejak Korupsi Oleh Penegak Hukum Di Indonesia
Daftar pengadil meja hijau yang terjerat kasus suap belum mencapai titik
akhir. Deretan Hakim yang diduga, sebagian lagi telah terbukti melanggar kode
etik profesi atau menjual putusan, terus bertambah. Berdasarkan data Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), sejak 2004 hingga Mei 2018, ada 18 hakim yang
pernah ditetapkan sebagai tersangka oleh lembaga tersebut. Sebagian yang
ditangkap mulai dari hakim konstitusi, hakim tinggi, hingga hakim pada
pengadilan negeri. Banyaknya hakim yang sudah ditangkap dan divonis bersalah,
tampaknya belum memberikan efek jera. Dalam daftar KPK itu, hakim pertama
yang tersangkut kasus suap adalah Ibrahim, hakim PTUN Jakarta. Tahun 2010, ia
disangka menerima suap Rp300 juta dari PT Sabar Ganda yang saat itu berperkara
dengan pemerintah terkait tanah di kawasan Cengkareng Barat. Atas
perbuatannya, Ibrahim lantas divonis pidana penjara selama enam tahun.
Dua hakim yang dijerat KPK tahun 2012 berstatus sebagai hakim ad hoc
Pengadilan Tipikor, yanki Heru Kusbandono (Pontianak) dan Kartini Juliana
Marpaung (Semarang). Heru dinyatakan bersalah atas upaya suap terhadap
Kartini. Ia divonis penjara selama enam tahun. Sementara itu, Kartini
mendapatkan vonis dua tahun lebih lama dibandingkan Heru.
Tahun 2014, KPK membongkar kasus suap yang melibatkan tiga hakim ad
hoc Pengadilan Tipikor Bandung, yakni Ramlan Comel, Setyabudi Tejocahyono
dan Pasti Serefina Sinaga. Oleh majelis hakim di pengadilan tempat mereka
bekerja, ketiganya dinyatakan bersalah. Ramlan mendapat hukuman tujuh tahun
penjara, Pasti divonis empat tahun, sementara Setyabudi dibui 12 tahun.
Tahun 2015, KPK meringkus tiga hakim PTUN Medan yang menerima
suap dari Gubernur Riau Gatot Pujo Nugroho dan istrinya, Evy Susanti dari
advokat senior, Otto Cornelis Kaligis. Tiga hakim itu, Tripeni Irianto Putro, Amir
Fauzi dan Darmawan Ginting, saat itu sedang memeriksa permohonan pengujian
kewenangan Kejati Sumatera Utara dalam penyelidikan dugaan korupsi dana
bantuan Pemprov Sumatera Utara. Mereka dinyatakan bersalah dan mendapatkan
vonis dua tahun penjara.