Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bencana banjir merupakan permasalahan umum terutama di daerah padat penduduk pada
kawasan perkotaan, daerah tepi pantai atau pesisir dan daerah cekungan. Masalah banjir
bukanlah masalah baru bagi Kota Solo, tetapi merupakan masalah besar karena sudah terjadi
sejak lama dan pada beberapa tahun terakhir ini mulai merambah ke tengah kota. Hal tersebut di
atas terjadi dikarenakan adanya faktor alamiah dan perilaku masyarakat terhadap alam dan
lingkungan.
Sementara itu proses terjadinya banjir sendiri pada dasarnya dikarenakan oleh faktor
antroposentrik, faktor alam dan faktor teknis. Faktor antroposentrik adalah aktivitas dan perilaku
manusia yang lebih cenderung mengakibatkan luasan banjir semakin meningkat. Sedangkan
pembangunan ke arah pantai dengan reklamasi menyebabkan luasan rawa menjadi berkurang
sehingga mengakibatkan luasan tampungan air sementara juga berkurang.

1.2. Tujuan

a. Menjelaskan definisi dan teori terjadinya banjir.


b. Mengetahui penyebab terjadinya banjir.
c. Memahami cara menanggulangi banjir dengan sistem polder.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Banjir
a. Pengertian Banjir

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan
oleh meningkatnya volume air di sungai atau danau sehingga air keluar dari bendungan atau
batas alaminya. Banjir umumnya terjadi karena saluran air yang ada tidak mampu menampung
limpahan air, pada daerah yang relatif datar dan dekat daerah aliran sungai (DAS). Gelombang
banjir berjalan kearah hilir sistem sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air dimuara
akibat badai.
b. Teori Terjadinya Banjir

Banjir adalah air yang melimpas dari badan air seperti selokan, saluran, drainase, sungai,
situ atau danau, dan menggenangi bantaran serta kawasan sekitarnya (Siswoko, 2002). Definisi
lain menyebutkan bahwa banjir merupakan keadaan aliran air dan atau elevasi muka air dalam
sungai atau kali atau kanal yang lebih besar atau lebih tinggi dari normal. Banjir menimbulkan
masalah dan menjadi bencana akibat banjir dapat terjadi karena faktor alam dan faktor manusia.
Faktor alam yang dimaksud adalah hujan dan pengaruh air pasang (rob), sedangkan faktor
manusia adalah pengaruh perilaku dan perlakuan masyarakat terhadap alam serta lingkungannya
yang antara lain mengakibatkan perubahan pada tata guna lahan. Perubahan penggunaan lahan,
dapat memberi dampak pada aliran permukaan (run-off).
Air hujan yang jatuh ke bumi, menurut Kodotie dan Sjarief (2006: 165-166), akan
mengalami dua hal : meresap ke dalam tanah; atau menjadi aliran permukaan di atas tanah.
Kecepatan aliran permukaan berkisar antara 0,1 m/s – 1 m/s, tergantung pada kemiringan lahan
aliran dan penutup lahan. Kecepatan air yang meresap ke dalam tanah tergantung pada jenis
tanah. Pada lahan dari jenis tanah lempung (clay), kecepatan aliran atau resapan di dalam tanah
sangat kecil. Pada tanah jenis pasir kecepatan aliran atau resapan lebih besar dari tanah
lempung.
2.2. Penyebab Terjadinya Bencana Banjir
Apabila diklasifikasikan berdasarkan asalnya, penyebab banjir dapat dibagi menjadi 2
macam, yaitu: banjir akibat tindakan manusia dan akibat kejadian alam. Berikut ini beberapa
penyebab banjir akibat tindakan manusia :
· Perubahan tata guna lahan (land-use).
· Pembuangan sampah
· Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase
· Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat.
· Penurunan tanah dan rob
· Tidak berfungsinya sistem drainase lahan
· Bendung dan bangunan air
· Kerusakan bangunan pengendali banjir

Kemudian yang termasuk sebab – sebab alami diantaranya adalah :


· Erosi dan Sedimentasi
· Curah Hujan
· Pengaruh fisiografi/geofisik sungai
· Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai
· Pengaruh air pasang
· Penurunan tanah dan rob
· Drainase lahan

Penyebab dari bencana banjir baik yang disebabkan alam dan ulah manusia sebenarnya
memperlihatkan bahwa kurangnya kesadaran manusia itu sendiri akan pentingnya menjaga
lingkungan.
2.3. Menanggulangi Banjir dengan Sistem Polder
A. Pengertian Sistem Polder

Polder adalah sekumpulan dataran rendah yang membentuk kesatuan hidrologis artifisial
yang dikelilingi oleh tanggul. Pada daerah polder, air buangan (air kotor dan air hujan)
dikumpulkan di suatu badan air (sungai, situ) lalu dipompakan ke badan air lain pada polder
yang lebih tinggi posisinya, hingga pada akhirnya air dipompakan ke sungai atau kanal yang
langsung bermuara ke laut. Tanggul yang mengelilingi polder bisa berupa pemadatan tanah
dengan lapisan kedap air, dinding batu, bisa juga berupa konstruksi beton dan perkerasan yang
canggih.
Polder juga bisa diartikan sebagai tanah yang direkalamasi. Sistem polder banyak
diterapkan pada reklamasi laut atau muara sungai, dan juga pada manajemen air buangan (air
kotor dan drainase hujan) di daerah yang lebih rendah dari muka air laut dan sungai.
Sistem polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan kelengkapan bangunan sarana
fisik, yang meliputi saluran drainase, kolam retensi, pompa air, yang dikendalikan sebagai satu
kesatuan pengelolaan. Dengan sistem polder, maka lokasi rawan banjir akan dibatasi dengan
jelas, sehingga elevasi muka air, debit dan volume air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat
dikendalikan. Oleh karena itu, sistem polder disebut juga sebagai sistem drainase yang
terkendali.
B. Sejarah Sistem Polder

Sistem polder ini telah direncanakan oleh Herman van Breen dan tim (dengan banjir
kanal barat dan timur) ketika merancang kota sebagai respon terhadap banjir besar yang melanda
Batavia tahun 1918. Namun sayangnya rencana yang bagus ini belum bisa terealisasi sepenuhnya
hingga saat ini. Di Jakarta sendiri sistem polder ini sebenarnya sudah diterapkan di kawasan
perumahan elit di tepi laut Jakarta Utara.
Polder identik dengan negeri kincir angin Belanda yang seperempat wilayahnya berada di
bawah muka laut dan memiliki lebih dari 3000 polder. Sebelum ditemukannya mesin pompa,
kincir angin digunakan untuk menaikkan air dari suatu polder ke polder lain yang lebih tinggi.
Bicara tentang banjir kita perlu banyak belajar dari negara ini yang sudah kenyang bergulat
memerangi banjir sejak abad ke-17 karena morfologi alamnya sebagian besar yang berupa rawa
dan dataran rendah.
Di negara ini, ancaman banjir datang secara rutin dari laut melalui gelombang pasang dan
ganasnya badai Laut Utara, ataupun dari luapan sungai Ijssel, Maar, dan Rijn akibat mencairnya
es di hilir sungai pada akhir musim dingin. Sistem polder dipakai untuk mengeluarkan air dari
dataran rendah dan juga menangkal banjir di wilayah delta dan daerah aliran sungai. Di negara
ini, rencana penanganan banjir ditetapkan pada level nasional, provinsi, dan kotapraja. Terdapat
Badan Manajemen Air yang sejajar dengan pemerintahan lokal dan berperan khusus dalam
perencanaan, manajemen aktivitas yang berkait dengan air, juga upaya mitigasi bencana banjir.
Upaya penanganan banjir juga melibatkan masalah penyediaan perumahan, tempat kerja, suplai
air minum, pertanian, lingkungan ekologis, galian mineral, bahkan pariwisata dan rekreasi.
Sungai Rijn (Rheine) yang menyebabkan banjir adalah lintasan jalur wisata perahu pesiar yang
bermula di Swis, melewati Jerman, dan berakhir di Belanda.
C. Konsep

1) Konsep Sistem Polder

a) Tanggul
Tanggul merupakan suatu batas yang mengelilingi suatu badan air atau daerah/wilayah
tertentu dengan elevasi yang lebih tinggi daripada elevasi di sekitar kawasan tersebut, yang
bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut dari limpasan air yang berasal dari luar kawasan.
Dalam bidang perairan, laut dan badan air merupakan daerah yang memerlukan tanggul sebagai
pelindung di sekitarnya. Jenis – jenis tanggul, antara lain : tanggul alamiah, tanggul timbunan,
tanggul beton dan tanggul infrastruktur.
Tanggul alamiah yaitu tanggul yang sudah terbentuk secara alamiah dari bentukan tanah
dengan sendirinya. Contohnya bantaran sungai di pinggiran sungai secara memanjang. Tanggul
timbunan adalah tanggul yang sengaja dibuat dengan menimbun tanah atau material lainnya, di
pinggiran wilayah. Contohnya tanggul timbunan batuan di sepanjang pinggiran laut. Tanggul
beton merupakan tanggul yang sengaja dibangun dari campuran perkerasan beton agar berdiri
dengan kokoh dan kuat. Contohnya tanggul bendung, dinding penahan tanah ( DPT ).

Tanggul infrastruktur merupakan sebuah struktur yang didesain dan dibangun secara kuat
dalam periode waktu yang lama dengan perbaikan dan pemeliharaan secara terus menerus,
sehingga seringkali dapat difungsikan sebagai sebuah tanggul, misal jalan raya.
b) Kolam Retensi
Kolam retensi merupakan suatu cekungan atau kolam yang dapat menampung atau
meresapkan air didalamnya, tergantung dari jenis bahan pelapis dinding dan dasar kolam. Kolam
retensi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kolam alami dan kolam non alami.
 Kolam alami yaitu kolam retensi yang berupa cekungan atau lahan resapan yang sudah
terdapat secara alami dan dapat dimanfaatkan baik pada kondisi aslinya atau dilakukan
penyesuaian. Pada umumnya perencanaan kolam jenis ini memadukan fungsi sebagai
kolam penyimpanan air dan penggunaan oleh masyarakat dan kondisi lingkungan
sekitarnya. Kolam jenis alami ini selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan, juga
dapat meresapkan pada lahan atau kolam yang pervious, misalnya lapangan sepak bola (
yang tertutup oleh rumput ), danau alami, seperti yang terdapat di taman rekreasi dan
kolam rawa.
 Kolam non alami yaitu kolam retensi yang dibuat sengaja didesain dengan bentuk dan
kapasitas tertentu pada lokasi yang telah direncanakan sebelumnya dengan lapisan bahan
material yang kaku, seperti beton. Pada kolam jenis ini air yang masuk ke dalam inlet
harus dapat menampung air sesuai dengan kapasitas yang telah direncanakan sehingga
dapat mengurangi debit banjir puncak (peak flow) pada saat over flow, sehingga kolam
berfungsi sebagai tempat mengurangi debit banjir dikarenakan adanya penambahan
waktu kosentrasi air untuk mengalir dipermukaan.

2) Konsep Pengeringan Polder

a) Sistem Pompa
Di dalam stasiun pompa terdapat pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air yang
sudah terkumpul dalam kolam retensi atau junction jaringan drainase ke luar cakupan area.
Prinsip dasar kerja pompa adalah menghisap air dengan menggunakan sumber tenaga, baik itu
listrik atau diesel/solar. Air dapat dibuang langsung ke laut atau sungai/banjir kanal yang bagian
hilirnya akan bermuara di laut. Biasanya pompa digunakan pada suatu daerah dengan dataran
rendah atau keadaan topografi atau kontur yang cukup datar, sehingga saluran-saluran yang ada
tidak mampu mengalir secara gravitasi. Jumlah dan kapasitas pompa yang disediakan di dalam
stasiun pompa harus disesuaikan dengan volume layanan air yang harus dikeluarkan. Pompa
yang menggunakan tenaga listrik, disebut dengan pompa jenis sentrifugal, sedangkan pompa
yang menggunakan tenaga diesel dengan bahan bakar solar adalah pompa submersible.
Perencanaan pompa harus diperhatikan mengenai tinggi tekan pompa dan pengaruh
kehilangan tenaga yang akan mempengaruhi daya pompa yang dibutuhkan. Selain itu
perencanaan kolam retensi memiliki keterikatan dengan pompa yang akan digunakan semakin
besar volum tampungan yang tersedia, semakin kecil kapasitas pompa yang dibutuhkan dan
sebaliknya.
b) Pompa
Pompa Drainase Perkotaan ( Stormwater Pumping ) adalah pompa air yang umum
dipakai untuk membantu mengalirkan aliran dari satu bidang ke bidang lainnya yang lebih tinggi.
Jenis Pompa yang ada dan biasa dipergunakan adalah sebagai berikut :
· Poros Tegak ( Vertikal propeiier and mixed flow)
· Pompa dalam air ( Submersible vertical dan horizontal )
· Centrifugal (horizontal non –clog )
· Skrup (screw)
· Volute or Angle flow ( Vertical)
Secara umum pompa-pompa tersebut adalah pompa yang menggunakan tenaga listrik
tetapi ada juga yang menggunakan diesel.
Pengoperasian pompa pada sistem polder lebih ditentukan oleh kondisi Muka Air di
waduk/long storage /kolam yang disebabkan oleh hujan atau buangan domestik. Pompa yang
alirannya dibuang ke Laut akan sedikit berbeda dengan yang dibuang ke Kanal. Pompa yang
membuang kelaut tidak terlalu terpengaruh oleh pasang surutnya air laut., tetapi yang membuang
ke kanal umumnya perbedaan tinggi tanggul kanal dapat menjadi kendala.
Beberapa kondisi keduanya adalah sebagai berikut :
1) Pemompaan dari polder ke laut Kondisi muka air di waduk sbb:
· Muka Air Rendah (normal) pada kondisi tidak hujan, pompa diistirahatkan untuk dilakukan
pengecekan ringan, pemberian pelumas, pengecekan kelancaran arus listrik dari sumber dan
panel.
· Muka Air naik karena buangan air domestik masuk biasanya waktu pagi dan sore hari.
Pompa dioperasikan sampai muka air di waduk kembali normal.
· Terjadi hujan ringan pompa dioperasikan jika tinggi muka air terjadi kenaikan.
· Terjadi hujan lebat diarea folder otomatis tinggi muka air akan naik maka poma harus
dioperasikan secara maksimal untuk mengembalikan kondisi tinggi muka air menjadi normal
kembali.
· Untuk menjaga agar supaya pompa tidak memompa sampai kering dan akan merusak baling
– baling (propeller) rusak maka harus ditentukan batas tinggi muka air terendah. Tinggi muka
air terendah ini berada beberapa centimeter diatas mulut bawah pompa.
· Tinggi muka air normal berada pada level tinggi muka air tanah. Sekalipun waduk dibuat
dalam maka setelah dipompa muka air akan kembali ke level normal lagi. Volume waduk
yang operasional untuk musim kemarau dimulai dari muka air normal sampai muka air
maksimal. Untuk musim hujan volume waduk operasioanal mulai darimuka air terendah
mulut pompa sebab volume tampungan dibutuhkan lenbih besar sesuai bsarnya debit yang
masuk lewat inlet.

2) Pemompaan ke kanal Pemompaan ke badan air berupa kanal atau sungai prosedurnya
sama denagan ke laut. Hanya saja terkadang untuk meletakkan pompa terkendala oleh
adanya tanggul. Apalagi kalau diameter pompanya besar dapat mengganggu lalu lintas
diatasnya jika pompa harus diletakkan diatas tanggul.

c) Pemeliharaan Pompa
Gedung instalasi sekalipun dibangun dengan konstruksi beton bertulang tetap harus
dipelihara agar jangan terkesan angker dan kumuh untuk itu secara rutin petugas harus menjaga
kebersihan lingkungan Instalasi.
· Secara berkala gedung harus dicat agar dari segi estatika indah nyaman untuk dijadikan
sarana rekreasi bila perlu.
· Sewaktu Pompa tidak dioperasikan periksa kellengkapa saringan sampah dibagian depan
pompa. Terutama dari sampah- sampah plastik yang dapat merusak poros dan propeller
pompa.
· Untuk waduk yang ditumbuhi oleh gulma seperti eceng gondok., bila perlu ajak pihak swasta
untuk memanfaatkan eceng gondok menjadi komoditi yang berguna seperti pembuatan tas,
tikat serta mungkin dapat diolah menjadi gas bio.
· Periksa secara rutin panel operasi jangan sampai ada kabel yang putus karena termakan usia
arau oleh binatang pengerat seperti tikus dll.
· Perhatikan engsel-engsel pintu instalasi agar jangan sampai kering . Sebab semua petugas
operasional pompa harus tetap siaga menjaga kemungkinan terjadi banjir dadakan

3) Manfaat Sistem Polder

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa manfaat sistem polder bersifat multi purpose
(serba guna), yakni:

 Mengendalikan air
 Obyek Wisata / Rekreasi
 Lahan Pertanian/ Perikanan
 Lingkungan Industri dan Perkantoran
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bencana banjir merupakan bencana yang sering terjadi di wilayah Indonesia ini.
Permasalahan banjir ini akan mengakibatkan kerugian secara materiil, banjir menimbulkan kesan
ketidak nyamanan dan mengganggu aktivitas sehingga akan mengganggu pertumbuhan kota.
Banjir terdiri dari berbagai jenis banjir seperti banjir air, banjir cileuncang, banjir bandang, banjir
rob, banjir lahar dingin dan banjir lumpur. Bencana banjir dapat diakibatkan oleh faktor alam dan
juga disebabkan karena ulah manusia itu sendiri. Bencana banjir dapat juga disebabkan faktor
faktor akibat luapan Sungai, sistem drainasi yang buruk, dari rusaknya ekologis, yang
didalamnya akibat pembabatan hutan, legal maupun illegal dan lain-lain.

Solusi permasalahan bencana banjir dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan
sistem polder. . Dengan sistem polder, maka lokasi rawan banjir akan dibatasi dengan jelas,
sehingga elevasi muka air, debit dan volume air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat
dikendalikan.

3.2. Saran
Bencana banjir merupakan persoalan bersama sebaiknya dilakukan kebijakan strategis
untuk menyelesaikan persoalan banjir ini, serta diperlukan koordinasi yang baik antar pemerintah
pusat dan juga pemerintah daerah dalam menyatukan persepsi dan mencari solusi tentang
persoalan banjir. Sehingga diharapkan akan tercipta solusi yang baik dalam penanganan masalah
banjir tersebut.

Selanjutnya diperlukan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan dan darah


aliran sungai sehingga masyarakat tidak akan membuang sampah dan limbah rumah tangga ke
badan sungai yang menyebabkan penyempitan badan aliran sungai tersebut. Selanjutnya di
perlukan tata ruang dalam pembangunan kota yang baik dan terus mempertahankan penghijauan
lingkungan yang ada karena sangat penting bagi perespan air.

Anda mungkin juga menyukai