Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini.
Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.
Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat mengakibatkan kematian,
kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut.

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat stroke
sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu,
diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar glukosa darah
dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara patologis berperan dalam
peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit
vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar
kemungkinan meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme
glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di Indonesia


meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga
kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24
tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-
laki (7,1%) dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal,
prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan
(5,7%).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan stroke ?
2. Dimana lokasi gangguan pada penyakit stroke?
3. Apa saja gejala dan tanda dari penyakit stroke ?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit stroke ?
5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit stroke ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan stroke
2. Mengetahui dimana lokasi gangguan penyakit stroke
3. Mengetahui gejala dan tanda dari penyakit stroke
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit stroke
5. Mengetahui penatalaksanaan penyakit stroke
BAB II ISI

A. Definisi Stroke

Menurut WHO (World Health Organization), stroke didefinisikan suatu gangguan


fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak.
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda
yangsesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar
tempat, waktu dan keadaan penduduk.
Chandra B. mengatakan stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh
karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau
secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
daerah otak yang terganggu.

B. Lokasi Stroke
stroke dapat dilihat Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:

1. Stroke iskemik (non hemoragik)


Sekitar 80% stroke adalah jenis stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah
arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan atau terhambat,
sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan
iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, di antaranya:
 Stroke trombotik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di salah satu
pembuluh darah arteri yang memasok darah ke otak. Pembentukan gumpalan darah ini
disebabkan oleh timbunan lemak atau plak yang menumpuk di arteri (aterosklerosis) dan
menyebabkan menurunnya aliran darah.
 Stroke embolik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah atau gumpalan yang
terbentuk di bagian tubuh lain, umumnya jantung, terbawa melalui aliran darah dan
tersangkut di pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan arteri otak menyempit. Jenis
gumpalan darah ini disebut embolus. Salah satu gangguan irama jantung, yaitu fibrilasi
atrium, sering menyebabkan stroke embolik.
2. Stroke hemoragik.
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan
perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang memengaruhi pembuluh
darah. Kondisi tersebut meliputi:
- Hipertensi yang tidak terkendali.
- Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma otak).
- Pengobatan dengan antikoagulan (pengencer darah).
Ada dua jenis stroke hemoragik, antara lain:
 Perdarahan intraserebral. Pada perdarahan intraserebral, pembuluh darah di otak pecah
dan menumpahkan isinya ke jaringan otak di sekitarnya, sehingga merusak sel otak.
 Perdarahan subarachnoid. Pada perdarahan subarachnoid, pembuluh darah arteri yang
berada dekat permukaan otak, pecah dan menumpahkan isinya ke rongga subarachnoid,
yaitu ruang antara permukaan otak dan tulang tengkorak.

C. Gejala dan Tanda

Tanda dan gejala dilihat dari jenis stroke, yaitu:


a. Gejala klinis pada stroke hemoragik berupa:
o Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodormal yang terjadi pada saat istirahat
atau bangun pagi.
o Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
o Terjadi trauma pada usia > 50 tahun
o Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya.
Menurut WHO, dalam International Statistical Classificationof Disease and Related
Health Problem 10th Revision, Stroke hemoragik di bagi atas :
 Perdarahan Intraserebral (PIS), mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali
nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali siang hari, saat aktivitas, atau
emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering terjadi ketika
pada permulaan serangan. Hemiparesis/hemiplegi biasa terjadi sejak permulaan serangan.
Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah
jam, 23% anatar ½ sampai 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).
 Perdarahan Subaraknoid (PSA), didapatkan gejala prodromal yang berupa nyeri kepala
hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala/tanda
rangsangan menigeal. Edema pupil dapat terjadi apabila ada perdarahan subhialoid karena
pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna.

b. Gejala klinis pada stroke akut berupa:


o Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak.
o Ganguan sensibilitas pada suatu anggota badan (gangguan hemisensorik)
o Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor/koma)
o Afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara)
o Disartria (bicara pelo atau cade)
o Afaksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran)
o Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala).

c. Gejala Stroke Non Hemoragik (iskemik):


Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di
otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan
peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah :
1. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
 Buta mendadak (amaurosis fugaks).
 Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia)
 Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan
dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.
2. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
 Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
 Gangguan mental.
 Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
 Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
 Bisa terjadi kejang-kejang.
3. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.
 Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila tidak di
pangkal maka lengan lebih menonjol.
 Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
 Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).
4. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
 Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
 Meningkatnya refleks tendon.
 Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
 Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar
(vertigo).
 Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
 Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit
bicara (disatria).
 Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap
(strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap
lingkungan (disorientasi)
 Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola mata
yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya
daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan kanan atau kiri
kedua mata (hemianopia homonim).
 Gangguan pendengaran.
 Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
 Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
 Koma
 Hemiparesis kontra lateral.
 Ketidakmampuan membaca (aleksia).
 Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
5. Gejala akibat gangguan fungsi luhur
 Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa.
 Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.
 Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak.
 Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah
terjadinya kerusakan otak.
 Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah tingkat
kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan yang
sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan tertentu.
 Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
 Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat kerusakan
pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang menyebabkan
terjadinya gangguan bicara.
 Amnesia, adalah gangguan mengingat
 Dementia, adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah
kemampuan.

D. Pemeriksaan penunjang stroke


Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam membantu menegakkan diagnosis
klien stroke meliputi:
a. Angiografi Serebri. Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
b. Lumbal Pungsi. Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan pada intracranial.
Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan
likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT Scan. Pemeriksaan diagnostik obyektif didapatkan dari Computerized Tomography
scanning (CT-scan). Menurut penelitian Marks, CT-scan digunakan untuk mengetahui
adanya lesi infark di otak dan merupakan baku emas untuk diagnosis stroke iskemik
karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan ini mempunyai
keterbatasan, yaitu tidak dapat memberikan gambaran yang jelas pada onset kurang dari 6
jam, tidak semua rumah sakit memiliki, mahal, ketergantungan pada operator dan ahli
radiologi, memiliki efek radiasi dan tidak untuk pemeriksaan rutin skirining stroke
iskemik yaitu Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar
ke permukaan otak.
d. Magenetic Imaging Resonance (MRI). Dengan menggunakan gelombang magnetic
untuk menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi infark akibat dar hemoragik.
e. USG Doppler. Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis)
f. EEG. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls liistrik dalam jaringan otak.
g. Pemeriksaan Darah Rutin
h. Pemeriksaan Kimia Darah. Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah
dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali
i. Pemeriksaan Darah Lengkap. Untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri
j. Pemeriksaan Elektrokardiogram berkaitan dengan fungsi dari Jantung untuk
pemeriksaan penunjang yang berhubungan dengan penyebab stroke
k. Penggunan skala stroke NIH (National Institute Of Health) sebagai pengkajian status
neurologis pasien dengan stroke. Yaitu untuk menentukan status defisit neurologis pasien
dan penunjang stadium.
E. Penatalaksanaan Stroke
a. Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan umum yaitu berupa tindakan darurat sambil berusaha mencari penyebab
dan penatalaksanaan yang sesuai dengan penyebab. Penatalaksanaan umum ini meliputi
memperbaiki jalan napas dan mempertahankan ventilasi, menenangkan pasien, menaikkan atau
elevasi kepala pasien 30º yang bermanfaat untuk memperbaiki drainase vena, perfusi serebral dan
menurunkan tekanan intrakranial, atasi syok, mengontrol tekanan rerata arterial, pengaturan
cairan dan elektroklit, monitor tanda-tanda vital, monitor tekanan tinggi intrakranial, dan
melakukan pemeriksaan pencitraan menggunakan Computerized Tomography untuk
mendapatkan gambaran lesi dan pilihan pengobatan.
Berdasarkan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) (2011)
penatalaksanaan umum lainnya yang dilakukan pada pasien stroke yaitu meliputi pemeriksaan
fisik umum, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh, dan melakukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu berupa pemeriksaan tekanan darah,
pemeriksaan jantung, dan neurologi. Pengendalian kejang pada pasien stroke dilakukan dengan
memberikan diazepam dan antikonvulsan profilaksi pada stroke perdarahan intraserebral, dan
untuk pengendalian suhu dilakukan pada pasien stroke yang disertai dengan demam. Pemeriksaan
penunjang untuk pasien stroke yaitu terdiri dari elektrokardiogram, laboratorium (kimia darah,
kadar gula darah, analisis urin, gas darah, dan lain-lain), dan pemeriksaan radiologi seperti foto
rontgen dada dan CT Scan.

b. Terapi farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi yang bisa dilakukan untuk pasien stroke yaitu pemberian
cairan hipertonis jika terjadi peninggian tekanan intra kranial akut tanpa kerusakan sawar darah
otak (Blood-brain Barrier), diuretika (asetazolamid atau furosemid) yang akan menekan produksi
cairan serebrospinal, dan steroid (deksametason, prednison, dan metilprednisolon) yang
dikatakan dapat mengurangi produksi cairan serebrospinal dan mempunyai efek langsung pada
sel endotel.
Pilihan pengobatan stroke dengan menggunakan obat yang biasa direkomendasi untuk
penderita stroke iskemik yaitu tissue plasminogen activator (tPA) yang diberikan melalui
intravena. Fungsi tPA ini yaitu melarutkan bekuan darah dan meningkatkan aliran darah ke
bagian otak yang kekurangan aliran darah.
Penatalaksanaan farmakologi lainnnya yang dapat digunakan untuk pasien stroke yaitu aspirin.
Pemberian aspirin telah menunjukkan dapat menurunkan risiko terjadinya early recurrent
ischemic stroke (stroke iskemik berulang), tidak adanya risiko utama dari komplikasi hemoragik
awal, dan meningkatkan hasil terapi jangka panjang (sampai dengan 6 bulan tindakan lanjutan).
Pemberian aspirin harus diberikan paling cepat 24 jam setelah terapi trombolitik. Pasien yang
tidak menerima trombolisis, penggunaan aspirin harus dimulai dengan segera dalam 48 jam dari
onset gejala.

c. Tindakan bedah
Penatalaksanaan stroke yang bisa dilakukan yaitu dengan pengobatan pembedahan yang
tujuan utamanya yaitu memperbaiki aliran darah serebri contohnya endosterektomi karotis
(membentuk kembali arteri karotis), revaskularisasi, dan ligasi arteri karotis komunis di leher
khususnya pada aneurisma. Prosedur carotid endarterectomy/ endosterektomi karotis pada semua
pasien harus dilakukan segera ketika kondisi pasien stabil dan sesuai untuk dilakukannya proses
pembedahan. Waktu ideal dilakukan tindakan pembedahan ini yaitu dalam waktu dua minggu
dari kejadian.
Tindakan bedah lainnya yaitu decompressive surgery. Tindakan ini dilakukan untuk
menghilangkan haematoma dan meringankan atau menurunkan tekanan intra kranial. Tindakan
ini menunjukkan peningkatan hasil pada beberapa kasus, terutama untuk stroke pada lokasi
tertentu (contohnya cerebellum) dan atau pada pasien stroke yang lebih muda (< 60 tahun).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
2. gejala dan tanda yangsesuai dengan daerah otak yang terganggu stroke dapat
dilihat Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu: stroke iskemik
terjadi di pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak dan
Stroke hemoragik terjadi di pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan
perdarahan
3. Tanda dan gejala dilihat dari jenis stroke, yaitu:
1. Gejala klinis pada stroke hemoragik :
- Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodormal yang terjadi pada
saat istirahat atau bangun pagi.
- Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
- Terjadi trauma pada usia > 50 tahun
- Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya.
2. Gejala klinis pada stroke akut :
- Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak.
- Ganguan sensibilitas pada suatu anggota badan (gangguan hemisensorik)
- Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor/koma)
- Afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara)
- Disartria (bicara pelo atau cade)
- Afaksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran)
- Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala).
3. Hemoragik (iskemik)
- Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna

- Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior


- Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media
- Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar
- Gejala akibat gangguan fungsi luhur

4. Pemeriksaan Penunjang Penyakit Stroke :


- Angiografi Serebri
- Lumbal Pungsi
- CT Scan
- Magenetic Imaging Resonance (MRI)
- USG Doppler
- EEG
- Pemeriksaan Darah Rutin
- Pemeriksaan Kimia Darah
- Pemeriksaan Darah Lengkap
- Pemeriksaan Elektrokardiogram
- Penggunan skala stroke NIH (National Institute Of Health)
5. Penatalaksanaan Penyakit Stroke:
- Penatalaksanaan umum
- Terapi farmakologi
- Tindakan bedah

B. Saran
Kiranya mahasiswa dapat membaca makalah ini dengan baik agar tidak terjadi kesalahan
dalam penatalaksanaan dan pengobatan Stroke.
DAFTAR PUSTAKA

Aliah, A; Limoa, R.A; Wuysang, G. (2000). Gambaran Umum Tentang GPDO dalam Harsono:
Kapita Selekta Neurologi. UGM Press, Yogyakarta.
Baehr M, Frotscher M. Duus’ : Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised edition. New York :
Thieme. 2005.
Batticaca, Framsisca B. 2008. Asuhan keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : salemba medika
Brunner, I ; Suddarth, Drs. (2002) Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah Volume 2. Jakarta:
EGC.
Corwin, J, E. (2001.) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Dochtermann, J. M. C dkk. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC). United States of
America: Mosby Elsevier.
Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical Neurology,3rd
ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
Herdman, Heather T.2009. diagnose Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC
Hidayat.A.A (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta: Salemba Medika
Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam : Guideline Stroke 2007.
Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Moorhead, Sue dkk.2008.NOC.Edisi 4.USA : Mosby
Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan/
Jakarta: Salemba medika
Price,Sylvia dkk.2007. patofisiologi “Konep Klinis dan Proses Penyakit. Volume 2.Edisi
6.Jakarta :EGC
Redaksi AgroMedia. (2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor’s Priciples of
Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin
Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
Rumantir CU. Pola Penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode 1984-1985. Laporan
Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter Spesialis Bidang Ilmu Penyakit Saraf. 1986.
Sue Moorhead, P., RN dkk. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America: Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai