3 Sifat larutan asam 3.10 Menjelaskan konsep pH larutan asam-basa kuat dan
basa asam dan basa serta lemah berdasarkan perhitungan
kekuatannya dan maupun eksperimen (indikator
kesetimbangan asam basa)
pengionannya dalam
larutan
4.10 Menganalisis trayek
perubahan pH beberapa
indikator yang diekstrak
dari bahan alam melalui
percobaan
4 Titrasi Asam Basa 3.13 Menganalisis data Peserta didik dapat menentukan
hasil berbagai jenis titrasi konsentrasi asam atau basa
asam-basa berdasarkan data hasil titrasi asam
4.13 Menyimpulkan hasil basa
analisis data percobaan
titrasi asam basa
5 Hidrolisis Garam 3.11 Peserta didik mampu memahami
Menganalisis
pengetahuan mengenai hidrolisis
kesetimbangan ion dalam
garam (pH, reaksi kesetimbangan
larutan garam dan hidrolisis)
menghubungkan pH-nya
4.11 Melaporkan
percobaan tentang sifat
asam basa berbagai larutan
garam
6 Larutan 3.12 Menjelaskan prinsip Larutan penyangga pada mahluk
Penyangga kerja, perhitungan pH dan hidup dalam mempertahankan pH
peran larutan penyangga serta pengaruh menambahan
dalam tubuh makhluk asam atau basa (kontaminan)
hidup terhadap pH larutan penyagga
4.12 Mebuat larutan Kurva perubahan harga pH pada
penyangga dengan pH titrasi asam-basa untuk
tertentu menjelaskan larutan penyangga
dan hidrolisis.
1
Tia Dwi Anggara Yani,”Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Perubahan Konseptual pada Materi
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit”.Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.,Juli
2018, hal.2.diakses di www.digilib.unila.ac.id , pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 20.54 WIB
Miskonsepsi Sifat larutan asam basa:
1. Pada umumnya siswa mengetahui bahwa larutan asam adalah larutan yang mengandung
gugus H+ sedangkan larutan basa adalah larutan yang mengandung gugus OH-. Akan
tetapi terdapat asam yang tidak mengandung gugus H+ dan basa yang tidak mengandung
gugus OH-. Contohnya ammonia (NH3) meskipun senyawa kovalen tetapi dalam air
termasuk senyawa basa karena setelah dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-.
Contoh lainnya seperti CH3COOH yang tampak mengandung gugus hidroksil (OH-)
tetapi setelah dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+.
2
Noor Fathi Maratusholihah, Sri Rahayu, dan Fauziatul Fajaroh, “Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi
Hidrolisis Garam dan Larutan Penyangga”. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. Vol. 2 No.
7, Juli 2017, hal. 920. diakses di www.journal.um.ac.id , pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 10.25 WIB
OH- ke dalam larutan garam. Oleh karena itu, kesetimbangan disosiasi air pada larutan
garam tersebut tetap (tidak terpengaruhi). 3
3. Hasil analisis lainnya adalah ada beberapa siswa yang tergolong miskonsepsi
mengalami kesulitan pada level simbolik. Mereka tidak mampu menuliskan nama
garam tersebut ke dalam bentuk rumus kimianya, sehingga mereka tidak mampu untuk
menuliskan persamaan reaksi ionisasinya apalagi mengaitkannya dengan
kesetimbangan disosiasi air pada larutan.4
4. Umumnya siswa miskonsepsi ketika meramalkan produk garam yang terbentuk dan
dalam menghitung konsentrasi garam tersebut, yaitu siswa tidak membagi mol garam
dengan volume total larutan, sehingga nilai pH yang diperoleh pun menjadi tidak tepat.
Dari sini dapat terlihat bahwa siswa masih sulit membedakan antara konsep perhitungan
pH pada materi hidrolisis garam dengan perhitungan pH pada materi larutan
penyangga.5
3
Dhika Amelia, Marheni, dan Nurbaity, “Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam
Menggunakan Teknik CRI (Certainty Of Response Index) Termodifikasi”. JRPK. Vol. 4 No. 1, Desember 2014, hal.
262. diakses di www.journal.unj.ac.id , pada tanggal 11 Maret pukul 19.10 WIB
4
Dhika Amelia dkk, loc.cit
5
Ibid., hlm. 265