Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Dominansi apikal adalah persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam
hal pertumbuhannya. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan
terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Thiman dan Skoog menunjukkan bahwa
dominansi apical disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan
ditimbun pada tunas lateral, hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena
konsentrasi nya masih terlalu tinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi ini akan menghambat
pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk (Petunjuk Praktikum Fisiologi
Tumbuhan, 2013).

Pucuk apikal merupakan tempat produksi auksin, jika pucuk apikal (tunas pucuk)
dipotong maka poduksi auksin akan terhenti. Akibat terhentinya produksi auksin oleh pucuk
apikal maka akusin yang tertimbun di tunas lateral akan mengalami perubahan balik sehingga
kadar auksin pada tunas lateral tersebut akan berkurang. Berkurangnya kadar auksin ini
menyebabkan tunas lateral dapat tumbuh (Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan, 2001).

Berdasarkan data yang kami dapatkan adalah ketiga perlakuan yaitu A dengan
pemotongan pucuk batang tanpa pemberian auksin, B dengan pemotongan pucuk batang
dengan pemberian 5 ppm auksin dan C dengan pemotongan pucuk batang dengan pemberian
10 ppm auksin. Hasil menunjukkan bahwa semua perlakuan menunjukkan bertambahnya
tinggi tanaman dan adanya tunas lateral yang terbentuk walaupun berbeda jumlahnya. Pada
tanaman cabai A didapatkan bertambahnya tinggi tanaman cabai sebesar 15,9 cm, pada
tanaman cabai B sebesar 22,4 cm dan pada tanaman cabai C sebesar 28,1 cm.

Data pada pengamatan panjang tanaman cabai sudah benar. Pada tanaman cabai yang
dipotong pucuknya, tanaman bertambah panjang, hal ini disebabkan konsentrasi optimal
auksin untuk pertumbuhan tunas lateral jauh lebih rendah daripada kebutuhannya untuk
pemanjangan batang. Selain itu, ada beberapa tunas lateral yang terbentuk dan menunjukkan
pertumbuhan tunas lateral yang paling banyak. Aliran auksin dari tunas apikal menuju dasar
tanaman diperkirakan untuk mempertahankan konsentrasi auksin dalam mencegah
pertumbuhan tunas lateral. Penghentian produksi auksin dengan pemotongan tunas mampu
mengurangi penyediaan auksin pada daerah lateral dan dengan demikian dapat mengurangi
peluang untuk pencegahan pertumbuhan tunas lateral (Hopkins, 2008).
Pada pengamatan pada pemberian auksin 5 ppm dan 10 ppm tanaman cabai juga
menunjukkan bertambahnya tinggi. Selain itu juga terdapat tunas lateral yang tumbuh, pada
pemberian auksin 10 ppm menghasilkan jumlah tunas lateral lebih sedikit dari ketiga
perlakuan.

Pada pengamatan hari kedua dan selanjutnya pada tanaman cabai yang dipotong
pucuknya pada pengamatan terakhir didapatkan tunas lateral sebanyak 7 buahdengan 1 tunas
lateral pada tiap-tiap ketiak daun. Pada tanaman cabai yang dipotong pucuknya seharusnya
tumbuh tunas lateral lebih banyak daripada tanaman cabai yang tidak dipotong pucuknya. Hal
ini disebabkan pada tanaman cabai yang dipotong pucuknya kerjadari hormon auksin telah
dihambat. Dominasi apikal tersebut menyebabkan tanaman dapat tumbuh lebih tinggi dan
meningkatkan eksposur tanaman terhadap cahaya matahari. Produksi auksin oleh tunas apikal
berdifusi ke arah bawah tumbuhan mengikuti gaya gravitasi serta menghambat pertumbuhan
tunas lateral. Pemotongan tunas apikal beserta hormonnya akan menyebabkan tunas lateral
dorman yang terletak di bawah untuk mulai tumbuh. Ketika tunas apikal dihilangkan, sumber
auksin dihapus (Barker, 2007).

Auksin berpengaruh hanya pada kisaran tertentu yaitu sekitar 10−8 sampai10−3M. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi, auksin justru akan menghambat pemanjangan sel. Hal
ini karena disebabkan tingginya level auksin yang menginduksi sintesis hormon lain, yaitu
etilen yang umumnya bekerja dalam penghambatan pada pertumbuhan akibat pemanjangan
sel (Osborne, 2005).

Konsentrasi auksin yang jauh lebih rendah menyebabkan tunas lateral terpacu untuk
tumbuh. Tunas lateral akan lebih sensitif terhadap auksin daripada tunas apikal. Kemudian
tunas yang berada diantara ketiak daun dan batang menghasilkan percabangan baru yang
akan berkompetisi untuk menjadi titik tumbuh. Pergerakan auksin pada tempat sintesisnya
dilakukan dengan sistem translokasif loem apabila terjadi dalam jarak yang cukup jauh dan
melalui mekanisme auksin polar transport apabila dilakukan antar sel yang berdekatan. Ujung
batang daun-daun muda yang mengalami dormansi akan menyebabkan tingginya kandungan
auksin di tempat tersebut. Tingginya kandungan auksin tersebut akan dialirkan secara difusi
ke organ-organ lain sehingga tunas lateral akan terhambat pertumbuhannya. Jika pucuk
batang dipotong akan muncul tunas lateral. Mekanisme terbentuknya tunas lateral adalah
karena adanya pemotongan pucuk batang sehingga aliran auksin ke bawah akan terhambat
sehingga akan tumbuh tunas ke samping yang disebut tunas lateral (Rismunandar, 1988).
Konsentrasi auksin yang cukup tinggi ini akan menghambat aktivitas enzim isopentil
transfuse yang merupakan katalisator pembentukan sitokinin, sehingga sintesis sitokinin
dihambat. Keseimbangan konsetrasi sitokinin yang rendah dan auksin yang tinggi akan
menghambat diferensiasi sel pada nodus untuk membentuk primordial cabang dan secara
tidak langsung akan berakibat menghambat pertumbuhan tunas lateral. Hal ini dinamakan
direct theory of auksin (Salisbury, 1992).

Tunas yang tumbuh pada bagian ketiak daun akan terkorelasi jarak dengan meristem
apikal. Tunas lateral yang dekat dengan ujung batang tetap dorman. Jika meristem apical
diganti dengan sumber AIA yang dapat mendorong atau menghambat tumbuh tergantung
konsentrasinya dan jenis jaringan dimana AIA berkerja. Meristem apikal dan daun-daun
muda adalah pusat-pusat sintesa AIA, dan AIA daripusat-pusat ini ditransport kebagian
bawah batang sehingga menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tunas lateral ketiak daun tua
tidak cukup kuat dihambat kerena konsentrasi AIA yang rendah dan dapat berkembang
menjadi cabang (Suwasono, 2001).

KESIMPULAN

 Dominansi apikal merupakan persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral
dalam hal pertumbuhannya
 Pemotongan pucuk apikal akan mengakibatkan produksi auksin terhenti yang
menyebabkan tumbuhnya tunas lateral
 Konsentrasi auksin yang tinggi akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang
dekat dengan pucuk
 Pada perlakuan pertama yaitu pemotongan pucuk apikal tanpa pemberian auksin
menyebabkan bertambahnya tinggi tanaman dan tumbuhnya banyak tunas lateral
 Pada perlakuan kedua yaitu pemotongan pucuk apikal dengan pemberian auksin 5
ppm menyebabkan bertambahnya tinggi tanaman dan tumbuhnya tunas lateral
 Pada perlakuan ketiga yaitu pemotongan pucuk apikal dengan pemberian auksin 10
ppm menyebabkan bertambahnya tinggi tanaman dan tumbuhnya sedikit tunas
lateral
DAFTAR RUJUKAN

Barker A.V. dan D.J. Pilbeam, 2007. Handbook of Plant Nutrition. ISBN 0-8247-5904-4.
CRC Press is an imprint of Taylor & Francis Group. p. 613.

Dahlia, Lukiaty, B., Kusumaputri, L.T. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
JICA. Malang : Universitas Negeri Malang.

Dahlia, Lukiaty, B., Kusumaputri, L.T. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
JICA. Malang : Universitas Negeri Malang.

Hopkins, William G.; Huner, Norman P. A. 2008. Introduction to Plant Physiology. USA:
The University of Western Ontario.

Osborne D.J, Michael T. M., 2005 Hormones, Signals and Target Cells in Plant
Development. Published 2005, Cambridge University Press. Page 158.

Rismunandar.1988. Hormon Tanaman dan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta

Salisbury F.D, Ross C. W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid I edisi IV. Bandung : ITB Press

Suwasono, Heddy. 2001. Ekologi Tanaman. Raja Grafindo Prsada: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai