Anda di halaman 1dari 5

Topography merupaka istilah yang berasal dari bahasa yunani, ‘topos’ yang artinya

tempat dan ‘graphein’ yang artinya menggambar. Topografi kornea merupakan


representasi grafis dari permukaan kornea secara geometris. Kornea memiliki struktur
yang unik dimana fungsi nya sangat dipengaruhi oleh bentuknya, perbedaan dalam skala
mikron dapat secara signifikan merubah kekuatan optiknya. Oleh karena itu, mengukur
bentuk, kekuatran refraksi, dan ketebatalan kornea merupakan langkah penting dalam
mendiagnosis penyakit kornea dan mendesain metode untuk jenis koreksi yang akan
digunakan.

Permukaan anterior kornea berbentuk konveks dan asferis, kecuali untuk bagian sentral,
kornea lebih berbentuk bulat. Kornea biasanya lebih curam di bagian sentral dan lebih
datar di perifer, bentuk ini dikenal dengan istilah ‘prolate’.

Meridian kornea ditentukan oleh garis-garis yang saling berhubungan pada titik yang
terdapat pada 180 derajat dari sentral kornea.

Geometri permukaan anterior kornea


Pada usia muda, radius kelengkungan kornea lebih besar di meridian horizontal
dibandingkan vertikal, namun hal ini menjadi sebaliknya pada usia tua. Istilah sferis,
meskipun bisa digunakan untuk apeks korna, namun istilan ini tidak bisa digunakan
untuk daerah yang jauh dari apeks kornea dikarenakan permukaan kornea diluar apeks
yang mendatar sehingga sering digambarkan sebagai bentuk asferis.
Secara umum, radius kelengkungan kornea berhubungan dengan jarak dengan apeks,
dimana permuaan kornea semakin datar bila jauh dari apeks, yang dikenal sebagai asferis
prolate. Pada bagian permukaan posterior keaadan prolate ini lebih besar dari permukaan
anterior.

Geometri permukaan posterior kornea


Permukaan posterior biasanya lebih curam atau steep dibandingkan permukaan anterior.
Pada keratokonus, elevasi kornea posterior merupakan manifestasi awal yang terjadi.

Pada topografi kornea dikenal kurvatura aksial dan kurvatura tangensial. Kurvatura
tangensial atau lokal atau meridian merupakan perhitungan kelengkungan kornea
mengganakan persamaan klasik sepanjang meridian melalui aksis sentral. Kurvatura
aksial, sebaliknya, merupakan rata-rata kurvatura tangensial pada interal spesifik. Dalam
kata lain, besar masing-masing titik pada peta aksial merupakan rata-rata dari kurvatura
tangensial antara titik tengah dan titik tertentu tersebut.

Ketika topografi kornea pertama kali diperkenalkan, peta yang pertma kali digunakan
untuk menggambarkan permukaan kornea adalah peta aksial. Kurvatura sagital adalah
arah tegak lurus terhadap kurvatura tangensial, dengan kata lain kurvatura sagital adalah
sepanjang arah cincin pada topografi placido. Oleh karena itu, kurvatura sagital tidak
dapat dihitung pada topografi placido karena cincin-cincin ini solid dan tidak berubah
pada arah tersebut. Sebaliknya, kurvatura dapat dihitung pada arah tangensial, dari cincin
ke cincin.
nilai kurvatura maksimal akan berbeda berdasarkan peta yang digunakan untuk
pengukuran, peta aksial atau tangensial. Biasanya lebih rendah pada kurvatura aksial, dan
lebih tinggi pada kurvatura tangensial, meskipun tidak ada satu pun diantara nya yang
dijadikan sebgai patokan untuk menentukan kurvatura kamsimum. Perlu diingat bahwa,
apabila peta aksial yang digunakan, maka ini bukan merupakan kurvatura maksimum
karena peta aksial adalah rata-rata peta tangensial.
Sebagai kesimpulan, peta aksial menunjukkan bentuk kornea secara keseluruhan dan peta
tangensial menyediakan detail yang lebih spesifik. Keduanya biasanya identik di bagian
sentral, namun semakin berbeda ke perifer.

Kekuatan refraksi versus kurvatura

Pada regio paraksial, kekuatan refraksi dan kurvatura saling proporsional dimana
peningkatan kurvatura sebanding dengan peningkatan kekuatan refraksi. Namun
hubungan ini tidak lagi berlaku diluar sentral kornea. Ketika kurvatura menurun dari
sentral ke perifer pada kornea normal, kekuatan meningkat kerena peningkatan sudut
insiden antara cahaya yang masuk dan permukaan kornea. Definisi aberasi sferis adalah
perubahan pada kekuatan refraksi kornea dari sentral ke perifer akibat perubahan sudut
insiden.

Apeks vs Verteks
Apeks kornea meurpakan daerah pada kornea dengan curvatura terbesar, sedangkan
verteks lebih merupakan titik teringgi dari permukaan kornea. Verteks dapat digunakan
untuk memprediksi lokasi area keratokonus dengan penonjolan terbesar. Area kemerahan
(hot spots pada peta kurvatura) merupakan daerah kornea yang paling steep, terutama
apabila ditemukan pada daerah non parasentral.

Gambaran kornea pada map kurvatura dan elevasi


Asferisitas, toricity, dan asimetrisitas dari permukaan kornea akan menghasilkan pola-
pola yang berbeda pada kurvatura dan elevasi.

Asferisitas
Pada peta kurvatura
Asferisitas negatif atau prolateness dari permukaan kornea menunjukkan kurvatura yang
menurun dari sentral ke perifer. Pada peta kurvatura, akan tampak gambaran seperti
cincin konsentris dengan warna yang semakin cerah dari bagian dalam ke luar.

Pada peta elevasi


Bagian sentral dan bagian perifer yang ekstrim digambarkan sebagai bagian yang tinggi
atau menonjol (kuning dan merah), sedangkan bagian perifer medial akan digambarkan
sebagai bagian yang rendah (biru).

Toricity
Pada peta kurvatura
Perbedaan kurvatura apikal pada meridian-meridian utama akan menghasilkan distribusi
warna yang radial, dari permukaan yang lebih datar (kebiruan).

Pada peta elevasi


Meridian yang lebih datar terletak diatas sferis (kuning dan merah), dan sebaliknya
bagian yang lebih steep berada dibawah sferis (biru).

Anda mungkin juga menyukai