Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PPh
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atau 20% lebih tinggi dari tarif Pasal 17 ayat
(1) huruf a UU PPh (khusus untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP) diterapkan
atas Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap, pegawai tidak tetap atau tenaga kerja
lepas yang dibayar secara bulanan.
5% atau 6% (khusus untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP) dari upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian yang diterima atau
diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang jumlahnya melebihi
Rp150.000,- sehari dan penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender tidak melebihi
Rp6.000.000,00;
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atau 20% lebih tinggi dari tarif Pasal 17 ayat
(1) huruf a UU PPh (khusus untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP) atas jumlah
kumulatif dari dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang
diterima oleh bukan pegawai. Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 tenaga ahli
adalah 50% dari jumlah penghasilan bruto;
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atau 20% lebih tinggi dari tarif Pasal 17 ayat
(1) huruf a UU PPh (khusus untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP) diterapkan
atas jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak
dipecah, yang diterima oleh peserta kegiatan.
1
20% bersifat fi nal diterapkan terhadap penghasilan bruto yang diterima atau
diperoleh sebagai imbalan atas pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi dengan status Wajib Pajak luar negeri, dengan memperhatikan ketentuan
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku antara Republik Indonesia dengan
negara domisili Wajib Pajak luar negeri tersebut;
Tarif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif Pemotongan
Dan Pengenaan Pajak Penghasilan Yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah:
1. Bersifat Final
0% diterapkan atas penghasilan yang dibayarkan berupa Honorarium dan imbalan lain
dengan nama apapun yang diterima oleh PNS Golongan I dan II, Anggota TNI dan
Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya;
5% diterapkan atas penghasilan yang dibayarkan berupa Honorarium dan imbalan lain
dengan nama apapun yang diterima oleh PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota
POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan pensiunannya;
15% diterapkan atas penghasilan yang dibayarkan berupa Honorarium dan imbalan
lain dengan nama apapun yang diterima Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI
dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan
Pensiunannya;
2. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas jumlah penghasilan
bruto berupa penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang menjadi beban APBN atau
APBD setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun, iuran pensiun, dan
Penghasilan Tidak Kena Pajak. Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas penghasilan
tetap dan teratur setiap bulan termasuk gaji ke-13 yang menjadi beban APBN atau APBD
yang dihitung dengan tarif ini ditanggung oleh pemerintah;
3. Dalam hal PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya diangkat sebagai
pimpinan dan/atau anggota pada lembaga yang tidak termasuk sebagaiPejabat Negara, atas
penghasilan yang menjadi beban APBN atau APBD terkait dengan kedudukannya sebagai
pimpinan dan/atau anggota pada lembaga tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 21 sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan dan tidak ditanggung oleh
Pemerintah;
4. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas jumlah penghasilan
bruto berupa penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang menjadi beban APBN atau
APBD setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun, iuran pensiun,dan
Penghasilan Tidak Kena Pajak ditambah tarif 20% lebih tinggi apabila Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya tidak memilik Nomor Pokok Wajib Pajak.
Tambahan PPh Pasal 21
sebesar 20% dipotong dari penghasilan yang diterima Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI
dan Anggota POLRI dan pensiunannya pada saat penghasilan tetap dan teratur setiap bulan
dibayarkan.
Cara Penghitungan
Pengenaan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, Pegawai NegeriSipil, anggota TNI,
2
POLRI dan para Pensiunan termasuk janda/duda dan atau anak-anaknya yang
dibebankan kepada Keuangan Negara/Daerah (APBN/APBD)
• gaji kehormatan;
• Gaji atau uang pensiun, dan
• Tunjangan yang terkait dengan gaji kehormatan, gaji atau uang pensiun yang dibebankan
kepada
Keuangan Negara Daerah.
Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan anggota TNI,POLRI, Tarif Pasal 17
ayat (1) huruf a X Penghasilan Kena Pajak (PKP). Penghasilan Kena Pajak =
(penghasilan bruto –
biaya jabatan - iuran pensiun - PTKP).
Bagi penerima pensiun bulanan
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a X Penghasilan Kena Pajak (PKP).
Penghasilan Kena Pajak = (penghasilan bruto – biaya pensiun – PTKP).
3
Kebijakan Tarif PPh Pasal 22
Mengingat bervariasinya objek pajak PPh Pasal 22, perlu dipahami secara mendalam
penentuan tarif dan besaran tarifnya. Berikut adalah besaran tarif serta penghitungan tarif PPh
Pasal 22.
1. Untuk Impor
Jika menggunakan Angka Pengenal Importir (API), tarif yang dikenakan adalah 2,5% x
nilai impor. Sementara untuk non-API, tarifnya sama dengan 7,5% x nilai impor dan untuk
impor yang tidak dikuasai dikenakan tarif 7,5% x harga jual lelang.
4
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, benda-benda
pos, dan telepon.
Ilustrasi Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 22 dan PPN oleh Bendahara Pemerintah
Agar lebih paham, berikut ini ilustrasi besarnya pungutan dan kewajiban pemungut dalam
aplikasi PPh Pasal 22 ini.
Pada 20 Februari 2015, Bendahara membeli 4 (empat) printer dari PT Super Komputindo
(NPWP/NPPKP 01.222.355.5-063.000) dengan harga beli Rp22.000.000 (harga termasuk
PPN).
Pemungutan PPh
Melakukan pengecekan keabsahan Faktur Pajak yang telah diisi dengan data Wajib
Pajak PT Super Komputerindo.
Menyetorkan PPh Pasal 22 dan PPN.
5
4. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, misalnya:
1. Jasa penilai;
2. Jasa aktuaris;
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4. Jasa perancang;
5. Jasa pengeboran di bidang migas kecuali yang dilakukan BUT;
6. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;
8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
9. Jasa penebangan hutan
5. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23.
6. Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,
subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
Tidak termasuk:
PT Insan Media Print adalah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan buku dan
percetakan. Perusahaan ini melakukan sejumlah pembayaran yang terkait dengan PPh Pasal
23 kepada beberapa pihak dengan rincian:
6
memiliki NPWP. Royalti yang diberikan kepada Damayanti sebesar Rp25.000.000. Royalti
untuk Nurmadina sebesar Rp10.000.000. Dan royalti untuk Azzahra sebesar Rp5.000.000.
2. Untuk pembayaran atas bunga pinjaman pada BRI, tidak dikenakan PPh Pasal 23. Sebab
termasuk penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank dan merupakan pengecualian
terhadap PPh Pasal 23.
PT AAA di tahun 2014 memperoleh penghasilan neto dari dalam negeri sebesar
Rp3.500.000.000 (Rp3 miliar) dan dari luar negeri sebesar Rp1.000.000.000 (Rp1 miliar).
Total penghasilan
7
= (Rp1.000.000.000 : Rp4.500.000.000) x Rp1.125.000.000
= Rp250.000.000
Bunga deposito serta jenis-jenis tabungan, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan diskon
jasa giro dikenakan tarif sebesar 20% sebagaimana telah diatur PP No. 131 Tahun 2000
serta turunannya Keputusan Menteri Keuangan No. 51/KMK.04/2001.
Bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada para anggotanya masing-masing
dikenakan tarif 10% sebagaimana telah diatur pada Pasal 17 Ayat 7 serta turunannya PP
No. 15 Tahun 2009.
Bunga dari kewajiban dengan berbagai jenis tarif dari 0-20%. Penjelasan lebih lanjutnya
bisa dicari dalam PP No. 16 Tahun 2009.
Dividen yang diterima Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikenakan tarif 10%
sebagaimana telah diatur dalam Pasal 17 Ayat 2C.
Hadiah lotre atau undian dikenakan tarif 25% sebagaimana telah diatur PP No. 132
Tahun 2000.
Transaksi derivatif berjangka panjang yang telah diperdagangkan di bursa dikenakan
tarif 2,5% sebagaimana telah diatur PP No. 17 Tahun 2009.
Transaksi penjualan saham pendiri dan saham bukan pendiri (non-founder), tarifnya
masing-masing adalah 0,5% dan 0,1%, seperti yang tercantum dalam PP No. 14 Tahun
1997 serta turunannya Keputusan Menteri Keuangan No. 282/KMK.04/1997, yang SE-
15/PJ.42/1997 dan SE-06/PJ.4/1997.
Jasa konstruksi dikenakan tarif 2-6%. Penjelasan lebih lanjutnya bisa ditemukan pada
PP No. 51 Tahun 2008 serta turunannya PP No. 40 Tahun 2009.
Sewa atas tanah dan/atau bangunan, tarifnya adalah 10% seperti yang telah diatur PP
No. 29 Tahun 1996 dan juga turunannya PP No. 5 Tahun 2002.
Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (dalam hal ini termasuk usaha real estate),
tarifnya adalah 5% seperti yang tercantum dalam PP No. 71 Tahun 2008.
Transaksi dari penjualan saham atau pengalihan ibu kota mitra perusahaan yang telah
diterima oleh modal usaha, tarifnya adalah 0,1% sebagaimana telah diatur di dalam PP
No. 4 Tahun 1995.
8
Perhitungan PPh Pasal 4 Ayat 2
PPh Pasal 4 Ayat 2
Berikut ini kami sajikan ilustrasi contoh perhitungan PPh Pasal 4 ayat 2.
Pemotongan/Pemungutan PPh
Bendahara Inspektorat Provinsi memotong PPh Pasal 4 Ayat 2 atas jasa konstruksi, yaitu:
Perencanaan Konstruksi oleh Tuan Imam yang dibayar pada 5 Juli 2014: Rp50.000.000 x 4%
= Rp2.000.000
Pemungutan PPN
Bendahara Inspektorat Provinsi mengambil Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dari
transaksi jasa konstruksi tersebut.
Pelaksanaan Konstruksi oleh PT Sehat Sejahtera dibayar pada 22 Juli 2014: Rp1.500.000.000
x 10% = Rp150.000.000
Perencanaan Konstruksi oleh Tuan Imam dibayar pada 5 Juli 2014: Rp50.000.000 x 10% =
Rp5.000.000
9
DAFTAR PUSTAKA
1) http://keuanganptagorontalo.blogspot.com/2012/05/pph-pasal-2126-tarif-dan-
cara.html?m=1
2) https://www.google.com/amp/s/www.cermati.com/artikel/amp/pph-pasal-26-
inilah-penjelasan-dan-perhitungannya
3) https://www.google.com/amp/s/www.cermati.com/artikel/amp/pph-pasal-23-
penjelasan-tarif-dan-perhitungannya
4) https://www.google.com/amp/s/www.finansialku.com/pph-pasal-24/amp/
5) https://www.google.com/amp/s/www.cermati.com/artikel/amp/inilah-
penghasilan-yang-dikenakan-pph-pasal-4-ayat-2-dan-perhitungannya
10