Anda di halaman 1dari 7

ORIENTASI SEBAGAI sebuah PENDEKATAN PELATIHAN

Oleh :

Ir. Dyah Siti Sundari, MM


(Widyaiswara BKKBN Provinsi Jawa Tengah)

Kegiatan pelatihan merupakan upaya mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu
kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan. Berbagai pendekatan dan model dipakai dalam penyelenggaraan pelatihan di
lingkungan diklat, khususnya di Diklat BKKBN. Mulai dari yang sederhana sampai dengan
penyelenggaraan yang kompleks. Yang sederhana bisa dilihat dari tujuan, waktu
penyelenggaraan maupun materi yang akan disajikan, termasuk diantaranya adalah sosialisasi
dan orientasi. Sedangkan pendekatan pelatihan yang kompleks, antara lain adalah kegiatan
pelatihan selama 3-7 hari, kegiatan pelatihan jangka panjang, kegiatan pelatihan berjenjang,
kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) dll.

Meski orientasi merupakan salah satu pendekatan pelatihan, namun di lapangan sering
dijumpai penyelenggaraan orientasi yang dilaksanakan sekedarnya, tidak didukung dengan
unsur-unsur yang memenuhi kriteria pelatihan. Orientasi sering ditafsirkan sebagai
penyampaian informasi untuk program-program tertentu, atau materi tertentu, dengan
mengesampingkan keberhasilan tujuan orientasi. Ada kesan, bahwa orientasi hanya sekedar
forum pertemuan belaka, begitu selesai pertemuan, maka selesailah tugas dan tanggung
jawab penyelenggara.

Padahal orientasi, walaupun termasuk bentuk pendekatan pelatihan yang sederhana, di dalam
penyelenggaraannya tetap harus dilaksanakan sesuai pendekatan edukatif, untuk mencapai
tujuan tertentu, seperti: orientasi harus memiliki tujuan instruksional yang jelas, rancangan
edukatif, mempertimbangkan sumber belajar (peserta, fasilitator maupun bahan belajarnya)
dan sebagainya.

Atas dasar itulah, tulisan ini mencoba menguraikan tata cara penyelenggaraan orientasi
sebagai pendekatan pelatihan, yang dapat digunakan sebagai rujukan oleh siapapun yang
berkepentingan dalam penyelenggarakan suatu kegiatan orientasi.

KONSEP ORIENTASI

1. Pengertian Orientasi Sebagai Pendekatan Pelatihan


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, edisi ke 3 th 2001, pengertian orientasi adalah:

a. Peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat dsb) yang tepat dan benar
b. Pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan
Sedangkan pengertian pelatihan adalah kegiatan belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta ketrampilan praktis peserta pelatihan
untuk melaksanakan tugas tertentu.

Ciri-ciri pelatihan, yaitu:

a. Lebih menekankan pada sikap, perilaku dan ketrampilan


b. Memerlukan persyaratan peserta sesuai dengan tujuan pelatihan
c. Memerlukan sistem evaluasi yang sistematis
d. Partisipasi aktif dari peserta pelatihan.
Jadi batasan pengertian orientasi sebagai pendekatan pelatihan, adalah ”kegiatan yang
memberikan pandangan yang mendasari pikiran atau memberikan arahan tentang program tertentu,
atau isue tertentu kepada peserta dengan suatu pendekatan belajar mengajar, dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta ketrampilan praktis peserta untuk melaksanakan
tugas tertentu”
Dalam batasan ini, berarti bahwa kegiatan orientasi bukan sekedar kegiatan pertemuan
untuk menyampaikan informasi-informasi tertentu saja, tetapi harus dirancang dan
dilaksanakan secara sistematik, teratur dan terarah, sebagaimana kegiatan belajar dalam
suatu pelatihan.

2. Tujuan Orientasi

Tujuan orientasi adalah suatu kegiatan belajar yang terarah, agar pesertanya memiliki
pengetahuan dan sikap tentang tugas-tugas atau pekerjaan tertentu.

3. Manfaat Orientasi

Dengan mengikuti orientasi, peserta akan memperoleh:

a. Informasi atau tugas-tugas baru yang inovatif


b. Efisiensi dan efektifitas tugas tertentu dengan disepakatinya langkah-langkah
operasional
c. Berbagai kemudahan dalam melaksanakan tugas baru, mengingat adanya kesamaan-
kesamaan gerak, baik dalam hal dana, daya, metode, sarana maupun prasarana
d. Jalan keluar pemecahan masalah (problem solving)
4. Prinsip-prinsip Orientasi

Dalam prinsip orientasi, harus mengacu pada tersedianya sumber belajar yang akan
dipakai dalam proses belajar mengajar, yaitu:

a. Harus ada peserta orientasi


b. Harus ada Fasilitator atau nara sumber
c. Harus ada fasilitas atau sarana belajar yang kondusif bagi pendidikan orang dewasa
d. Menggunakan metode dan media yang tepat

BENTUK KEGIATAN ORIENTASI

Dalam pelaksanaannya, orientasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Untuk


menentukan bentuk orientasi, tergantung dari tujuan orientasi, sasaran dari orientasi maupun
sifat dari orientasi tersebut.

Bentuk kegiatan orientasi, antara lain :


1. Round Table
Penyelenggaraan orientasi dengan bentuk round table, biasanya diselenggarakan untuk
kategori peserta pengambil keputusan atau penentu kebijakan, yaitu para pejabat esselon
I atau esselon II, pimpinan LSOM, anggota legislatif, dll.
2. Sarasehan
Bentuk orientasi ini pada umumnya, pesertanya adalah para pengelola dan pelaksana
program yang akan mendesiminasikan program-program tertentu, sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Klasikal
Bentuk orientasi yang dilakukan tatap muka, yaitu proses penyampaian informasinya
dengan pendekatan edukatif.
Dalam bentuk ini terdapat proses interaksi antara peserta dengan fasilitator untuk
menyampaikan tujuan tertentu, yang telah dirancang dalam kurikulum dengan pendekatan
edukatif. Pelaksanaan orientasi bentuk klasikal sama seperti proses belajar mengajar
dalam kegiatan pelatihan.
Peserta biasanya para pengelola maupun pelaksana program, baik dari unsur petugas
intern, instansi terkait, tokoh masyarakat, tokoh adat, organisasi pemuda, organisasi
wanita, LSOM, dll.

ORIENTASI DALAM KEGIATAN PELATIHAN


Agar kegiatan orientasi bermakna, dan mencapai tujuan yang jelas, maka dalam kegiatan
orientasi harus dirancang sesuai dengan pelaksanaan pelatihan, yaitu sbb:

1. Ada tujuan instruksional yang jelas, yang disusun dalam kurikulum

2. Ada persiapan administratif dan edukatif

3. Ada bahan-bahan pembelajaran yang akan disampaikan pada pelaksanaan orientasi

4. Ada rancangan edukatif yang tertuang dalam rencana pembelajaran

5. Ada metode dan media yang tepat

6. Ada bahan-bahan evaluasi belajar, dll

RANCANGAN ORIENTASI

Agar pelaksanaan orientasi dirasakan keberhasilannya, maka kegiatan tersebut harus


dirancang secara sistematik, terukur dan terarah. Telah dikemukakan di atas, bahwa kegiatan
orientasi bukan hanya sekedar pertemuan untuk menyampaikan informasi tentang program
tertentu saja, tapi harus dirancang dengan tujuan yang jelas.

Dalam rancangan orientasi, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:


1. Tujuan orientasi
Harus dibuat atau disusun tujuan yang akan dicapai, dengan mengacu pada kepentingan
program, maupun kepentingan sasaran (peserta) orientasi. Sebaiknya tujuan orientasi
dijabarkan dalam kurikulum, sehingga jelas tujuan instruksionalnya, yaitu Tujuan
Instruksional Umum (Hasil Belajar) dan Tujuan Instruksional Khusus (Indikator
Keberhasilan).
2. Peserta orientasi
Pada umumnya adalah orang dewasa yang telah memiliki pengalaman, memiliki
kompetensi yang jelas tentang tugas dan fungsinya dalam program KB, apakah dia tokoh
masyarakat maupun dari kalangan birokrat.
Latar belakang peserta, seperti pendidikan, budaya, usia, pengalaman, dll perlu
dipertimbangkan dalam penyusunan tujuan orientasi, terlebih dengan mempertimbangkan
’keterbatasan’ yang dimiliki oleh orang dewasa, seperti keterbatasan fisik, daya ingat,
daya tangkap, dll.
3. Fasilitator
Adalah orang-orang yang kompeten, apakah dari kalangan pejabat sesuai dengan tugas
dan fungsinya, maupun orang-orang profesional seperti widyaiswara, yang menguasai
materi dan teknik penyampaian dalam pembelajaran
4. Lingkungan belajar
Karena orientasi ini umumnya merupakan pendidikan orang dewasa, maka perlu
diperhatikan adalah fasilitas dan sarana belajar, yang mendukung proses belajar bagi
orang dewasa, seperti : ruang kelas, penerangan, ventilasi, meja dan kursi belajar
5. Metode dan media
Agar dipilih metode dan media belajar yang tepat bagi orang dewasa. Pilihlah metode
belajar yang membangkitkan minat peserta orang dewasa untuk belajar. Demikian juga
media pembelajaran, seperti: papan tulis, OHP, slide proyektor, LCD, dan media lain,
sehingga menguntungkan bagi orang dewasa.
6. Bahan belajar
Untuk mendukung keberhasilan proses belajar mengajar, sebaiknya jauh sebelum
pelaksanaan orientasi bahan belajar harus sudah disiapkan seperti : makalah, bahan ajar,
diktat, buku pegangan, dll untuk digandakan sesuai peserta.
7. Bahan evaluasi
Panitia beserta komponen terkait mempersiapkan bahan-bahan evaluasi seperti : evaluasi
thd peserta, evaluasi thd fasilitator dan evaluasi penyelenggaraan. Evaluasi dapat dibuat
dalam bentuk soal-soal pre test dan post test maupun instrumen lain yang terukur.

PELAKSANAAN ORIENTASI

1. Kegiatan persiapan

a. Segi administratif (ATK, panggilan peserta, keuangan, surat menyurat, surat


permintaan mengajar, perbanyakan bahan ajar)
b. Segi edukatif (jadwal pelajaran, kurikulum, bahan ajar, bahan evaluasi, dll)

2. Kegiatan proses belajar


Untuk membahas proses belajar dlm orientasi, pendekatan yang diterapkan sebaiknya
fasilitator selalu berorientasi pada peserta belajar, yaitu:

a. Setiap peserta orientasi, mempunyai keunikan dalam proses belajar maka pendekatan
belajar menerapkan konsep belajar pendidikan orang dewasa, yaitu menampung
bermacam-macam cara orang dewasa belajar
b. Belajar bukan untuk mempersulit orang lain, lebih baik dikembangkan dari minat
peserta sendiri, sebagai hasil dari pengalamannya. Keberhasilan dalam proses belajar
mengajar, akan diukur dari sejauhmana peserta terlibat aktif dalam kegiatan belajar.
c. Belajar dapat berhasil efektif, jika tujuan belajar mempunyai arti dan kaitan bagi
sasaran.
d. Belajar adalah suatu proses kehidupan, dan itu akan lebih efektif bila proses belajar
dapat memberikan kemudahan, dengan memusatkan persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan subyek belajar.
e. Belajar tidak akan ada artinya, jika dibatasi hanya untuk mendapatkan angka dan
fakta, tetapi harus mencakup suatu pengertian mengapa informasi itu penting, dan
bagaimana menggunakan informasi itu secara produktif.

3. Kegiatan tidak lanjut


Fasilitator bersama-sama penyelenggara membuat evaluasi terhadap penyelenggaraan
orientasi. Kegiatan evaluasi ini sebagai upaya perbaikan-perbaikan untuk kegiatan yang
sama di masa yang akan datang

PENUTUP

Kegiatan orientasi sudah sering dilaksanakan di lapangan. Pelaksanaannya tidak pernah


sama, sangat variatif dan kadang-kadang terkesan dilaksanakan seadanya. Meskipun dalam
pelaksanaannya peserta orientasi diberi bahan-bahan pembelajaran, namun belum dirancang
secara edukatif.

Kegiatan penyelenggaraan orientasi bisa dilaksanakan oleh siapa saja, apakah


oleh komponen operasional, komponen penunjang maupun oleh komponen Diklat. Tetapi
agar orientasi bermakna dan bermanfaat bagi peserta, maka kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip
kediklatan tetap harus dijadikan dasar pedoman, karena orientasi merupakan salah satu
bagian dari kegiatan Diklat.

REFERENSI

Atmodiwirio, S. 2002. Manajemen Pelatihan. Ardadizya Jaya. Jakarta.

-----. 2003. Pengelolaan Program Diklat. Pusdiklat Pegawai dan Tenaga Program –
BKKBN. Jakarta.
-----. 2004. Orientasi sebagai Pendekatan Pelatihan. Pusdiklat Pegawai Dan Tenaga
Program – BKKBN. Jakarta

-----. 2005. Pengelolaan Program Pelatihan & Pengembangan Yang Profesional. Pusdiklat
Pegawai dan Tenaga Program – BKKBN. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai