Disusun oleh:
Fitriana 10.0742.E
Isrifani 10.0736.E
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan
kepada dosen dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu penulis angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga sengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Amin...
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR……………………………................…………...............…......….....1
DAFTAR ISI……………………………………………..................…............…...…….......3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………................................………5
A. Latar belakang......................................................................................................................3
B. Permasalahan........................................................................................................................5
C. Pembatasan masalah..............................................................................................................5
A. Kesimpulan………………………………………….....................................…...……....14
B. Saran……………………….…...…............................................................................….14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar belakang
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pengertian dari Akuntansi Perpajakan ialah
Akuntansi yang diterapkan sesuai dengan peraturan perpajakan. Dan di dalam mata
kuliah ini terdapat salah satu bab yang membahas tentang akuntasi perpajakan dan
metode akuntansi. Maka dari itu semua disini tim akan menyajikan pembahasan yang
lebih mendalam tentang akuntasi perpajakan dan metode akuntasi.
Dalam makalah ini akan dilakukan hal hal yg berkaitan erat dengan metode
akutansi perpajakan yang meliputi pengertian akutansi perpajakan seta metode akuntasi,
jenis-jenis metode akuntasi, manfaat metode akutansi perpajakan bagi pihak pihak yang
berkepentingan dan terkait
B. Permasalahan
Masalah yang akan di angkat dan di bahas dalam makalah ini adalah tentang
pengertian akutansi perpajakan, self assessment, dan perbedaan laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan fiskal.
4
C. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini meliputi
tentang pengertian akutansi perpajakan, self assessment, dan perbedaan laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan fiskal.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
5
A. Definisi Akuntasi Perpajakan
3. Untuk memenuhi ketentuan 1 dan 2 hendaknya wajib pajak menggunakan salah satu
metode akuntasi berikut ini
Stesel kas
Stesel akrual
4. Wajib pajak kegiatan usahanya sndiri terdiri dari perdagangan dan bisnis dapat
menggunakan akuntasi yang berbeda-beda antara perdagangan dan bisnis lainnya
tersebut.
5. Terkecuali apabila diatur lain, perubahan akuntasi yang digunakan wajib pajak,
haruslah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari DIRJEN PAJAK
6
Sistem pemungutan pajak yang dianut Indonesia saat ini adalah sistem self
assessment, adapun pengertian self assessment system menurut Waluyo dan Wirawan B
Ilyas dalam bukunya Perpajakan Indonesia adalah sebagai berikut: “Self Assessment
System adalah pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung
jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar ” (2003:18), Sedangkan Self
Assessment System menurut Siti Resmi dalam bukunya Perpajakan adalah sebagai
berikut: “Self Assessment System adalah system pemungutan pajak yang memberikan
wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terhutang setiap tahunnya
sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku” (2003:27).
Sistem ini juga dapat memberikan biaya tambahan (dalam arti luas) bagi Wajib
Pajak karena Wajib Pajak akan mengorbankan lebih banyak waktu dan usaha serta biaya
untuk membayar jasa konsultan pajak. Selain itu self assessment menunjukkan proporsi
yang lebih kecil dari yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga sesuai dengan
kenyataan yang ada, jumlah pajak yang dianggarkan akan menurun pula.
7
Selain itu system self assessment akan mendorong Wajib Pajak untuk memahami dengan
baik atas system perpajakan yang berlaku terhadapnya.
Walaupun dewasa ini telah dianut sistem self assessment, akan tetapi dalam
rangka pembinaan, penelitian dan pengawasn terhadap pelaksanaan kewajiban
perpajakan wajib pajak, Dirjen Pajak masih dapat mengeluarkan ketetapan pajak yang
disebut sebagai official assessment. Titik tolak penelitian maupun pemeriksaan pajak,
adalah ketetapan pajak yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan (Pajak Penghasilan) yang disampaikan wajib pajak pada setiap
akhir tahun pajak.
8
menyesatkan, sedangkan tujuan sistem akuntansi pajak adalah pemungutan
pajak yang adil dan merupakan tanggung jawab Ditjen Pajak untuk
melindungi para pembayar dari tindakan semena-mena.
2. Pada laporan keuangan komersial biasanya menganut prinsip konservatif,
sehingga kemungkinan kesalahannya lebih cenderung kepada understatement
pelaporan penghasilan atas asetnya, sedangkan pada laporan keuangan fiskal
hal tersebut tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk menetapkan besarnya
pajak terutang.
9
D. Pengakuan Pendapatan dan Biaya
Dalam UU PPh No. 7 Tahun 1983 yang diubah dengan UU PPh No. 17 Tahun
2000 pasal 4 ayat (1) yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun.
k. Premi asuransi.
10
l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
m. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usahanya atau pekerjaan.
n. Tambahan kegiatan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
a. Harta termasuk setoran tunai yang diterima Badan sebagai pengganti saham
atau penyertaan modal.
b. Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
c. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dan oleh badan atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
d. Warisan.
e. Dividen atau bagian laba yang diterima akibat penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
2) Pemilikan saham paling rendah 25% dari jumlah modal disetor dari
Perusahaan yang memberi Dividen.
g. Iuran yang diterima dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan.
11
h. Bagian laba yang diterima anggota perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali jumlahnya tidak lebih dari 350
juta rupiah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, termasuk:
Menurut pajak, tidak semua biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat diakui
sebagai pengurang, meskipun biaya tersebut berkaitan dengan kegiatan usaha. Hal ini
disebabkan karena meurut ketentuan pajak, biaya fiskal digolongkan menjadi 2 (dua)
macam, yakni biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dan biaya-
biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
12
lazimnya disebut dengan biaya sehari-hari yang dibebankan pada
tahun pengeluaran yang diperlukan.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
d. Pemberian kenikmatan.
13
f. Pajak Penghasilan.
j. Sanksi Pajak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis tidak membatasi kritikan maupun saran yang ingin masuk. Karena Tak
ada gading yang tak retak, maka dari itu, penulis sendiri merasa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan dan sangat mengharapkan sekali kritikan dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno, Estralita Trisnawati. Akuntansi Perpajakan. Jakarata: Salemba Empat. 2007
DR. Gunadi, M.Sc., Akt.1997. Akuntansi Pajak Sesuai dengan Undang- Undang Pajak . Baru.
Jakarta : Grasindo 1997
15