Anda di halaman 1dari 32

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

KESEHATAN KERJA II

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KESEHATAN KERJA II
SEMESTER III

TIM PENYUSUN :

1. Ipop Sjarifah, Dra., M.Si Ketua


2. Lusi Ismayenti, ST., M.Kes Anggota
3. Khotijah, SKM., M.Kes Anggota
4. Haris Setyawan, SKM., M.Kes Anggota
5. Ica Yuniar Sari, SST Anggota
6. Ervansyah Wahyu Utomo, SST Anggota

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
PERATURAN PRAKTIKUM

1. Semua mahasiswa wajib mengikuti rangkaian kegiatan praktikum yang telah


dijadwalkan sebelumnya.
2. Apabila mahasiswa tidak bisa mengikuti rangkaian kegiatan praktikum, maka
harus ada pemberitahuan secara lisan maupun tertulis serta wajib mengikuti di
luar jadwal praktikum.
3. Setiap kegiatan praktikum semua mahasiswa wajib membawa kartu praktikum
dan menandatangani daftar hadir sebagai bukti keikutsertaan.
4. Berpakaian rapi, sopan (baju berkrah & sepatu tertutup) dan datang tepat waktu.
5. Laporan wajib dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah praktikum/praktek
6. Dilarang melakukan hal-hal yang mengganggu suasana ketika praktikum
berlangsung dan merusak peralatan praktikum.
7. Kerusakan alat yang disebabkan mahasiswa atau kelompok, maka harus
memperbaiki/mengganti alat tersebut.
8. Peraturan yang belum ditetapkan akan diatur dikemudian hari.
9. Bagi pelanggar peraturan akan dikenakan SANKSI yang berhubungan dengan
nilai praktikum.
10. Peraturan akan tetap berlaku sampai adanya peraturan baru.

Surakarta, Juli 2015


Kepala Program,

Ipop Sjarifah, Dra.,M.Si


NIP 19560328 198503 2 001
PEDOMAN K3 UNTUK KEGIATAN PRAKTIKUM

A. PENDAHULUAN
Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan
partisipasi seluruh praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan.
Dengan demikian, kepatuhan setiap praktikan terhadap uraian panduan pada bagian
ini akan sangat membantu mewujudkan praktikum yang aman.

B. PEDOMAN K3 DI LABORATORIUM
1. Potensi Bahaya
a. Bahaya Listrik
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan :
1) Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop kontak dan
circuit breaker) dan cara menyala-matikannya. Jika melihat ada
kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan pada
asisten
2) Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya
listrik (sengatan listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel
jala-jala yang terkelupas dll.
3) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada
diri sendiri atau orang lain
4) Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau
sisa air wudhu
5) Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum

Penanganan Jika terjadi Kecelakaan Akibat Bahaya Listrik


Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus
listrik. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika hal itu
terjadi:
1) Jangan panik
2) Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja
masing-masing dan di meja praktikan yang tersengat arus listrik
3) Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari
sumber listrik
4) Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di
sekitar anda tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik
b. Bahaya Api Atau Panas Berlebih
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan :
1) Jangan membawa benda-benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke
dalam ruang praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum
2) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api
atau panas yang berlebihan
3) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau
panas berlebih pada diri sendiri atau orang lain
4) Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap
aktivitas praktikum
Penanganan Jika Terjadi Bahaya Api atau Panas Berlebih
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika menghadapi
bahaya api atau panas berlebih :
1) Jangan panik
2) Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di
sekitar anda tentang terjadinya bahaya api atau panas berlebih
3) Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja
masing-masing
4) Menjauh dari ruang praktikum
c. Bahaya Benda Tajam Dan Logam
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan :
1) Dilarang membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke
ruang praktikum bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan
2) Dilarang memakai perhiasan dari logam misalnya cincin, kalung,
gelang dll.
3) Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan
dapat melukai
4) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri
sendiri atau orang lain
Penanganan Terjadi Kecelakaan Akibat Benda Tajam
1) Jangan panik
2) Lakukan pertolongan pertama sesuai dengan prosedur P3K
3) Beritahukan dan minta bantuan praktikan lain atau asisten mengenai
kejadian tersebut
2. Penggunaan Peralatan Praktikum
Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alat-alat
praktikum :
1) Sebelum menggunakan alat-alat praktikum, pahami petunjuk penggunaan
alat tersebut/SOP penggunaan alat.
2) Perhatikan dengan baik penjelasan dari Asisten mengenai cara
mengoperasikan alat tersebut
3) Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan
alat
4) Pahami fungsi atau peruntukan alat-alat praktikum dan gunakanlah alat-
alat tersebut hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya.
Menggunakan alat praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat
menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan
praktikan
5) Pahami jangkauan kerja alat-alat praktikum dan gunakanlah alat-alat
tersebut sesuai jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum di luar
jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan
bahaya keselamatan praktikan
6) Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari
benda/logam tajam, api/panas berlebih atau lainnya yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada alat tersebut
7) Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan,
goresan atau sejenisnya pada badan alat-alat praktikum yang digunakan.
C. PEDOMAN K3 PRAKTEK KUNJUNGAN
1. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
a. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum melaksanakan praktek
kunjungan perusahaan, antara lain :
1) Mahasiswa wajib mengikuti SAFETY INDUCTION yang diberikan
pembimbing lapangan.
2) Mahasiswa wajib mematuhi seluruh peraturan yang ada di tempat
praktek/perusahaan
3) Mahasiswa wajib membaca label dan MSDS yang tersedia.
4) Mahasiswa wajib mengetahui jalur evakuasi diri dan titik berkumpul
jika ada keadaan darurat.
5) Mahasiswa wajib memakai APD yang ditentukan oleh pihak
perusahaan/instansi praktek ketika memasuki area kerja.
6) Mahasiswa wajib mengikuti seluruh instruksi pembimbing
Perusahaan.
7) Mahasiswa dilarang memotret/mengambil gambar ditempat praktek
tanpa seizin pihak pembimbing.
8) Jika terjadi insiden mahasiswa wajib melaporkan kejadian insiden
kepada pembimbing lapangan.
9) Jika terjadi keadaan darurat, mahasiswa hendaknya menyelamatkan
diri sesuai jalur evakuasi yang ada di perusahaan.
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melaksanakan praktek kunjungan,
antara lain :
1) Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya
listrik (sengatan listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel
jala-jala yang terkelupas dll.
2) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada
diri sendiri atau orang lain
3) Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas
praktikum/praktek
4) Jangan membawa benda-benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke
dalam ruang praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum
5) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api
atau panas yang berlebihan
6) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau
panas berlebih pada diri sendiri atau orang lain
7) Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap
aktivitas praktikum
8) Dilarang membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke
ruang praktikum bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan
9) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri
sendiri atau orang lain
c. Lain-Lain
Jika terjadi insiden, mahasiswa harap langsung melapor ke asisten atau
pembimbing lapangan

D. SANKSI
Pengabaian uraian panduan di atas dapat dikenakan sanksi tidak lulus mata kuliah
praktikum/praktek yang bersangkutan.

E. LAIN-LAIN
Dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum

Surakarta, Juli 2015


Kepala Program

Ipop Sjarifah, Dra., M.Si


NIP. 19560328 198503 2 001
⃰ SPIROMETRI ⃰

A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui fungsi ventilasi paru-paru manusia dengan mengukur
parameter Vital Capacity (VC), Force Vital Capacity (FVC) dan Force
Expiratory Volume 1st second (FEV1)
2. Membuat rekaman spirometri dan laporan hasil rekaman

B. STANDAR
Kriteria kelainan fungsi paru berdasarkan Permenaker No 25/MEN/VII/2008
tentang Pedoman Diagnosis Dan Penilaian Cacat Pada Kecelakaan Dan Penyakit
Akibat Kerja.

C. DASAR TEORI
Pemeriksaan fungsi pernafasan manusia yang sangat dianjurkan adalah pemeriksaan
spirometri, yaitu pemeriksaan terhadap volume atau kapasitas vital paru-paru (Vital
capacity/VC), volume atau kapasitas vital paksa paru-paru (Forced Vital
Capacity/FVC) dan volume udara yang dihembuskan secara paksa selama satu detik
pertama (Forced Expiratory Volume 1st second (FEV1)
Indikasi pemeriksaan fungsi pernafasan atau faal paru-paru dengan pemeriksaan
spirometri tidak hanya dapat digunakan untuk pemeriksaan klinik saja, namun juga
dapat digunakan untuk kepentingan penelitian epidemiologis dan skrining penilaian
kesehatan atau pemeriksaan fisiologis paru-paru.
Spirometri memiliki peranan penting dalam pemantauan fungsi paru-paru, namun
demikian pemberian aba-aba pemeriksa, sikap/posisi probandus, cara probandus
melakukan perintah pemeriksa serta kepatuhan probandus sangat penting untuk
keberhasilan dan akurasi hasil pengukuran.
Oleh sebab itu perlu diperhatikan prinsip-prinsip pemeriksaan sebagai berikut :
1. Harus memberikan penjelasan dan mendemonstrasikan maneuver melakukan
pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung dan celah bibir yang
mengatup mouthpiece
2. Melakukan inspirasi (tarik nafas) sedalm-dalamnya dan dengan tanpa ragu
segera buanglah nafas secara cepat, keras dan sekuatnya (FVC)
3. Pengukuran dilakukan untuk parameter VC dan FVC
4. Manuever dilakukan 3 kali dan direkam serta dicetak
D. PERALATAN DAN BAHAN
1. Peralatan yang digunakan
a. Spirometer digital beserta seperangkap aksesorisnya
b. Penjepit hidung
c. Mouthpiece
d. Timbangan badan
e. Microtoise untuk mengukur tinggi badan
2. Bahan yang digunakan
a. Kuesioner atau daftar pertanyaan yang berisi identitas probandus beserta
riwayat kerja, pengalaman, keluhan dan sebagainya yang kemungkinan
menjadi penyebab terjadinya kelainan fungsi pernafasan apabila didapatkan
kelainan dari hasil pemeriksaan
b. Kertas untuk mencetak hasil pemeriksaan

E. PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Tahap Persiapan
a. Probandus dari unit kerja yang sudah ditentukan
b. Probandus harus kooperatif dengan pemeriksa
c. Probandus telah mendapat istirahat 24 jam atau pada pagi hari ketika akan
mulai bekerja atau siang hari dan setelah istirahat paling sedikit 15 menit
sebelum diukur
d. Probandus 2 jam sebelum diukur bebas rokok dan tidak dalam keadaan perut
Kenyang
e. Probandus dalam keadaan sehat tidak ada flu/infeksi saluran nafas bagian
atas seperti radang tenggorokan, sariawan dan harus hati-hati dengan
probandus yang mempunyai penyakit hernia dan asma karena dapat
merangsang timbulnya sesak nafas karena kelelahan
f. Untuk probandus wanita tidak dalam keadaan hamil
g. Semua pakaian terutama baju dan ikat pinggang dikendorkan terlebih dahulu
h. Sikap/posisi probandus adalah duduk tegak di atas kursi tanpa sandaran
lengan agar tidak mengaanggu gerakan saat diukur atau berdiri yang penting
konsisten
i. Sebaiknya probandus berlatih menggunakan spirometer dengan baik dan
benar terlebih dahulu sebelum diukur dan melaksanakannya dibawah aba-
aba dari pemeriksa tanpa kertas perekam dari spirometer, dan sesudah cukup
baik istirahat 15 menit untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan yang
direkam dengan kertas perekam.
j. Untuk penelitian terhadap tenaga kerja sebaiknya dilakukan pemeriksaan
kembali setelah 8 jam bekerja
2. Tahap pelaksanaan
Probandus diwawancarai dengan memakai kuesioner yang sudah disiapkan,
kemudian diukur tinggi badan dan berat badan. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan spirometri.
a. Memasukkan data probandus
1) Masukkan tanggal dan temperature
2) Masukkan ID
3) Masukkan umur (Age), usia yang diukur 6 s/d 99 tahun
4) Masukkan Height, tinggi badan yang diukur 90 s/d 220 cm
5) Masukkan weight, berat badan yang diukur 10 s/d 200 kg
6) Sex, jenis kelamin untuk laki-laki angka 1 dan untuk wanita angka 2
b. Proses pemeriksaan
1) Pengukuran VC
- Tekan tombol VC
- Beri pengarahan pada probandus, pasang penjepit hidung dan
mouthpiece di mulut
- Tekan tombol start
- Probandus bernafas biasa (tidal breathing) melalui mouthpiece/mulut
kira-kira 2-3 kali
- Setelah terdengar bunyi tit, tekan tombol enter
- Probandus segera menarik nafas sedalam-dalamnya terus menerus
sampai maksimum, lalu hembuskan/ekspirasi biasa terus menerus
sampai habis
- Setelah selesai tekan tombol stop
- Periksa kurva hasil rekaman, bila hasil rekaman meragukan,
pengukuran diulang lagi.
- Harga Normal :
- VC Laki-laki : 5600 ml
- VC wanita : 3100 ml
- VC WANITA 20-25% < LAKI-LAKI
2) Pengukuran FVC
- Tekan tombol FVC
- Beri pengarahan pada probandus, pasang penjepit hidung dan
mouthpiece di mulut
- Tekan tombol start
- Probandus bernafas biasa (tidal breathing) melalui mouthpiece/mulut
kira-kira 2-3 kali
- Setelah terdengar bunyi tit, tekan tombol enter
- Probandus segera menarik nafas sedalam-dalamnya terus menerus
sampai maksimum, lalu hembuskan dengan hentakan cepat, keras,
sekuat-kuatnya terus menerus sampai habis.
- Setelah selesai tekan tombol stop
- Periksa kurva hasil rekaman, bila hasil rekaman meragukan,
pengukuran diulang lagi

F. CARA KERJA ALAT


1. AUTOSIPIRO AS : 300
Autospiro bekerja secara elektronik yang dikendalikan dengan
tombol-tombol yang ada. Secara garis besar hal-hal yang perlu diketahui
dalam penggunaan Autospiro AS : 300 adalah sebagai berikut :
a. Liquid Crystal Display (LCD)
LCD menunjukkan hasil kurva dan hasil pengukuran.
b. ID Selectors
ID Selectors untuk menentukan nomor pasien, jenis kelamin, umur dan
tinggi badan sesuai dengan identitas pasien.
c. FVC Indikator Light
Bila menyala dihasil FVC. Jika ditekan bersama kunci Start/Stop
(menyala) maka pengukuran FVC dapat dilakukan.
d. VC Indicator Light
Bila menyala menghasilkan VC. Jika ditekan bersama kunci Start/Stop
(menyala) maka pengukuran VC dapat dilakukan.
e. Print Indikator Light
Jika ditekan lampu indicator cetak menyala terang menunjukkan
pencetakan mulai bekerja dan selesai mencetak lampu indicator akan mati
secara otomatis.
f. Start Indikator Light
Jika ditekan lampu indicator akan menyala, menunjukkan pengukuran
bias dilakkukan dan bila selesai pengukuran lampu akan mati secara
otomatis.
g. Feed Key
Untuk memasukkan kertas pada printer, tekan kunci ini.
h. Data/Curve Key
Jika ditekan data dan kurve tampak pada LCD
i. Start/Stop
Jika ditekan lampu indicator start akan menyala terang sebagai petunjuk
pengukuran bisa dilakukan. Jika selesai lampu indicator akan mati secara
otomatis.
j. Contras Volume
Kontra layar LCD disetel dengan memutar volume ke kanan atau ke kiri.
k. Input Terminal for Tranduser
Untuk menghubungkan tranduser ke terminal sebelum power switch
dihidupkan.
l. Kabel Power
Untuk memasukkan arus listrik (AC) sebagai tenaga.

CARA KERJA ALAT :


a. Hidupkan/jalankan switch kurang lebih 30 menit sebelum alat digunakan.
Ini penting untuk memanaskan kabel tranduser.
b. Pasang kabel untuk mouth piece ke tranduser.
c. Pasang kabel AC, lalu hidupkan alat (saklar “ON”).
d. Masukkan data identitas pasien yaitu jenis kelamin, umur, tinggi badan
pada ID Selector.
e. Pengukuran kapasitas vital (VC) :
1) Tekan tombol VC (lampu menyala) dan Start/Stop (lampu menyala)
Berita “Breathe Quite” pada LCD menunjukkan pengukuran siap
dimulai.
2) Pasien ambil nafas semaksimal mungkin (Inspirasi maksimum), jepit
hidung dipasang, kemudian menghembuskan nafas semaksimal
mungkin (ekspirasi maksimum) melalui Mouth Piece.
o Setelah selesai lampu Start/Stop mati secara otomatis.
o Jepit hidung dilepas.
3) Data dapat dilihat dengan menekan kunci Curve/Data.
Akan muncul data hasil pengukuran pada LCD.
4) Jika ingin dicetak, tekan tombol Print/Stop (lampu menyala)
o Secara otomatis alat mencetak data.
o Setelah selesai lampu akan mati secara otomatis.
f. Pengukuran Forced Vital Capacity (FVC) :
1) Tekan tombol FVC (lampu menyala) dan start/stop (lampu menyala).
Berita “Expire Fully” pada LCD menunjukkan pengukuran siap
dimulai.
2) Pasien menghirup nafas semaksimal mungkin (Inspirasi maksimum),
jepit hidung dipasang, kemudian menghembuskan nafas semaksimal
mungkin (ekspirasi maksimum) dengan sekuat-kuatnya dan secepat-
sepatnya melalui mouth piece sampai tuntas. Setelah selesai lampu
Start/Stop mati secara otomatis dan jepit hidung dilepas.
3) Data dapat dilihat dengan menekan kunci Curve/Data
Akan muncul data hasil pengukuran pada LCD.
4) Jika ingin dicetak, takan tombol Print/Stop (lampu menyala) secara
otomatis alat akan mencetak data.
5) Setelah selesai lampu akan mati secara otomatis.
2. SPIROMETER MIR SPIROBANK-2
a. Persiapan Alat
1) Hidupkan PC yang digunakan untuk pembacaan alat
2) Lalu sambungkan alat dengan menggunakan kabel data yang
disediakan
3) Double klik icon WINSPIRO
4) Klik pada toolbar CONFIGURATION
5) Klik OPTION pada jendela configuration
6) Lakukan setting pada lembar general
- Bahasa
- Satuan pengukuran : cm/kg
- Set turbine : reuseable
7) Lakukan setting pada lembar COMMUNICATION
- Port komunikasi : USB
- Klik TEST USB, untuk diagnose koneksi alat ke PC
8) Setelah setting selesai, klik tombol APLLY lalu OK
9) Alat telah siap untuk digunakan untuk pengukuran
b. Pengujian
1) Klik ICON PATIENT, kemudian pilih ikon NEW
2) Isi kolom yang bertanda * dengan data pasien, kolom lain bisa
dilewati
3) Kemudian simpan data pasien tersebut dengan mengklik icon SAVE
4) Pilih data dari pasien yang diisikan tadi dengan dikolom pencarian
lalu klik nama tersebut untuk menampilkan
5) Pilih tipe pengukuran pada toolbar : VC, FVC
6) Lakukan instruksi pada layar PC
7) Data yang diambil pada pasien akan otomatis tersimpan pada PC,
sehingga dapat dicetak atau dibaca ulang untuk penggunaan
selanjutnya
G. ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN
Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan Tabel Kelainan fungsi paru, penilaian
derajat sesak dan Penilaian Cacat menurut Permenaker No. 25/MEN/XII/2008
tentang Pedoman Diagnosis Dan Penilaian Cacat Pada Kecelakaan Dan Penyakit
Akibat Kerja
1. Kelainan fungsi paru
Tabel 1. Kelainan Fungsi Paru
Kriteria Restriksi Obstruksi
(KVP% atau (VEP1/KVP% atau
KVP/Prediksi%) VEP1%(VEP1/prediksi)
Normal > 80% >75 %
Ringan 60 – 79% 60 – 74 %
Sedang 30 – 59% 30 – 59 %
Berat < 30% < 30%
Sumber : Permenaker No 25/MEN/VII/2008
a. Restriksi adalah Kerusakan jaringan paru-paru, misalnya pada penderita
Pneumonia, Peneumonokiosis
b. Obstruksi adalah penyumbatan saluran nafas misalnya pada penderita asma,
bronchitis khronis

2. Penilaian derajat sesak


Derajat O : Tidak sesak kecuali exercise berat
Derajat I : Sesak ringan, rasa napas pendek bila berjalan cepat mendatar
atau mendaki
Derajat II : Sesak sedang, berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain
sama umur karena sesak atau harus berhenti untuk bernapas
saat berjalan mendatar
Derajat III : Sesak berat, berhenti untuk bernapas setelah berjalan 100
meter/beberapa menit, berjalan mendatar
Derajat IV : Sangat berat terlalu sesak untuk keluar rumah, sesak saat
mengenakan/melepaskan pakaian

3. Penilaian Cacat
Penilaian cacat pada penyakit paru akibat kerja didasarkan kepada hasil
penentuan pemeriksaan spirometri dan derajat sesak sebagai berikut:
Tabel 2. Penilaian Cacat Pada Penyakit Paru
Derajat sesak VEP 1 Presentase cacat fungsi
(fungsional disability)
0 > 2,5 L -
1 Ringan 1,6 – 2,5 L 25 %
2 Sedang 1,1 – 1,5 L 50 %
3 Berat 0,5 – 1 L 75 %
4 Sangat Berat < 0,1 L 100 %
Sumber : Permenaker No 25/MEN/VII/2008

Penilaian dilakukan setelah penderita mendapat terapi maksimal (bronkodilator)


selama 3 bulan dengan hasil menetap.
Cara menetapkan penilaian kecacatan fungsi (Functional disability) ditentukan
dengan menilai secara subyektif keluhan sesak napas dan penilaian obyektif
dengan pemeriksaan spirometri
⃰ AUDIOMETRI ⃰

A. TUJUAN
Membuat audiogram hasil pemeriksaan audiometri tenaga kerja dengan memberikan
nada murni pada hantaran udara baik dalam pemeriksaan awal maupun pemeriksaan
berkala.

B. STANDAR
ANSI 3. 9-1969, R-1973 tentang spesifikasi audiometer
Permenaker No 25/MEN/VII/2008 tentang Pedoman Diagnosis Dan Penilaian Cacat
Pada Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja.

C. DASAR TEORI
Dalam evaluasi program konservasi pendengaran di tempat kerja
dilakuakn pemeriksaan audiometri dengan standar minimal yaitu memberikan nada
murni pada hantaran udara. Pemeriksaan tersebut disebut juga audiometri
monitoring (pemantauan audiometri) yang hanya melakukan pengukuran pada
hantaran udara saja. Pemantauan audiometri dimaksudkan untuk menentukan
tingkat ambang dengar secara akurat dan praktis dan bukan merupakan pemeriksaan
diagnostik. Pemantauan auiometri dilakukan dengan memberikan nada murni
frekuensi tertentu pada hantaran udara sehingga dapat ditentukan tingkat suara
terendah yang masih dapat didengar (tingkat ambang dengar). Pemberian
signal/nada murni tersebut dilakukan pada satu telinga, umumnya telinga kanan
terlebh dahulu dan selanjutnya telinga kiri.
Manfaat pemeriksaan audiometri monitoring :
1. Sebagai bagian dari program pemeriksaan awal, sehingga perusahaan
mempunyai data awal tingkat ambang dengar tenaga kerja yang akan
ditempatkan di tempat bising sebagai dasar evaluasi untuk pemeriksaan berkala.
2. Menentukan efektivitas program konservasi pendengaran. Jika hasil
pemeriksaan kebisingan tidak menunjukkan peningkatan tingkat paparan bising
dan hasil audiometri tidak ada perubahan, maka disimpulkan program
konservasi pendengaran tersebut efektif.
Tingkat intensitas suara minimum yang dapat didengar oleh telinga
orang muda sehat adalah 20 mikropaskal, hal ini dikenal sebagai tingkat akustik 0
dB. Pada audiometri digunakan tingkat referensi lain yang dieknal sebagai tingkat
ambang dengar 0 dB. Pada frekuensi ± 3000Hz, tingkat ambang dengar lebih tinggi
10 dB di atas tingkat akustik. Hasil pemeriksaan normal berada dalam kisaran ≤ 25
dB pada seluruh frekuensi. Bila terdapat kecenderungan hasil pemeriksaan melebihi
25 dB terutama pada frekuensi 500 Hz atau 1000 Hz, kemungkinan terdapat latar
belakang kebisingan ruang pemeriksaan yang terlalu bising. Bila terdapat perbedaan
> 40 dB antara telinga kanan dan kiri, maka dilakukan prosedur masking untuk
menentukan tingkat ambang dengar sebenarnya.
Audiogram orang yang menderita tuli akibat bising awal menunjukkan
tingkat ambang dengar normal pada frekuensi 500 – 2000 Hz (frekuensi rendah) dna
penurunan tingkat ambang dengar pada frekuensi 3000 – 6000 Hz (frekuensi tinggi)
dengan puncaknya pada frekuensi 4000 Hz, kemudian kembali membaik pada
frekuensi 8000 Hz. Frekuensi rendah menunjukkan kuatnya pembicaraan dan
frekuensi tinggi memberikan kejelasan pembicaraan. Pada tuli akibat bising mereka
tidak bermasalah dengan kerasnya suara tetapi mereka tidak dapat mendengar
kejelasan pembicaraan khususnya konsonen t, k dan p.

D. PERALATAN DAN BAHAN


1. Audiometer nada murni dengan hantaran udara
2. Audiogram (kertas pencatat berupa grafik dengan garis horizontal dari kiri ke
kanan mulai dari frekuensi 500 – 8000 Hz dan garis vertikal dari atas ke bawah
yang menunjukkan tingkat intensitas suara dalam dB). Tingkat ambang dengar
yagn dicatat adalah tingkat intensitas terendah yang masih dapat didengar.
3. Tempat/Ruang pemeriksaan yang kedap suara/tenang
4. Spidol merah dan biru
E. PROSEDUR KERJA
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan tenaga kerja yang akan diperiksa :
1) Hindari paparan bising (termasuk music) selama 16 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan.
2) Lakukan pemeriksaan telinga luar apakah ada sumbatan (contoh :
serumen). Bila terdapat sumbatan harus dibersihkan terlebih dahulu
(konsultasikan ke dokter THT)
3) Ditanyakan apakah ada gangguan pendengaran dan adakah perbedaan
kemampuan mendengar pada kedua telinga
4) Duduk dalam ruangan kedap suara (≤ 40 dB) atau duduk dalam ruangan
tenang (≤ 40 dB) menghadap ke arah yang berlawanan dengan operator.
b. Persiapan peralatan dan bahan
1) Audiometri set telah terkalibrasi
2) Tersedianya audiogram dalam jumlah yang cukup (sesuai dengan
jumlah tenaga kerja yang akan diperiksa)
3) Tersedianya alat tulis (spidol merah dan biru)
4) Tersedianya sumber listrik untuk peralatan audiometri
c. Persiapan metode
1) Tersedianya SOP (standar Operational Prosedur)
2) Tersedianya data audiogram dasar (baseline data)

2. Tahap Pelaksanaan
a. Berikan instruksi kepada orang yang diperiksa untuk memberikan respon
dengan menekan tombol respon atau mengangkat tangan setiap mendengar
nada melalui earphone.
b. Tempatkan earphone sesuai dengan liang telinga (warna merah pada telinga
kanan dan warna biru pada telinga kiri).
c. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/power
d. Dahulukan telinga yanglebih baik pendengarannya atau telinga kanan
(tekan tombol nada warna merah untuk memeriksa telinga kanan)
e. Mulai pemeriksaan di frekuensi 1000 Hz dengan menekan/memutar tombol
frekuensi sesuai dengan 1000 Hz.
f. Tekan tombol nada mulai 0 dB dan tingkatkan intensitas secara bertahap
dengan menekan/memutar tombol tombol intensitas, lepaskan tombol nada
bila terdapat respon
g. Turunkan intensitas 10 dB lebih rendah danberikan nada pendek (1 detik
penekanan tombol nada)
h. Jika terdapat respon, ulangi prosedur diatas sehingga orang yang diperiksa
tidak memberikan respon
i. Tingkatkan intensitas 5 dB lebih tinggi dan berikan nada pendek (tiga) kali
j. Jika terdapat 1 respon, ulangi prosedur diatas sehingga orang yang diperiksa
memberikan 2 respon dari 3 nada pendek yang diberikan
k. Turunkan intensitas 5 dB lebih rendah dan berikan nada pendek (tiga) kali
l. Tingkat intensitas terendah yang memberikan 2 respon dari 3 nada pendek
yang diberikan diambil sebagai tingkat ambang dengar
m. Catat tingkat ambang dengar pada audiogram dengan spidol (tanda
lingkaran merah untuk telinga kanan, tanda silang biru untuk telinga kiri)
n. Periksa tingkat ambang dengar pada frekuensi 2000, 3000, 4000, 6000 Hz
dengan prosedur yang sama, kemudian ulangi pemeriksaan pada frekuensi
1000 Hz
o. Pemeriksaan ulang pada frekuensi 1000 Hz harus memberikan tingkat
ambang dengar yang sama. Jika tidak, harus dilakukan pemeriksaan ulang
p. Periksa tingkat ambang dengar pada frekuensi 500 Hz dengan prosedur
yang sama
q. Periksa telinga sebelahnya dengan prosedur yang sama
r. Lepaskan earphone. Jika ditemukan kelainan pendengaran, harus dilakukan
pemeriksaan ulang dan catat tingkat ambang dengar rata-rata di audiogram

3. Interpretasi Audiogram
a. Frekuensi percakapan adalah 500, 1000, 2000, dan 3000 Hz
b. Untuk menentukan ambang dengar rata-rata (pure Tone Average/PTA),
jumlahkan nilai ambang dengar pada frekuensi percakapan tersebut
kemudian dibagi 4
c. Gambaran patogenomonik audiogram ketulian akibat bising dilihat pada
frekuensi 4000 Hz berbentuk takik (V)
d. Diharapkan semua tes audiogram tenaga kerja dalam batas normal, artinya
tidak ada ambang dengar yang lebih dari 25 dB terutama pada frekuensi 500
hz dan 1000 Hz, jika ada kemungkinan background noise terlalu tinggi.
e. Penandaan pada audiochart :
- Untuk hantaran udara, untuk telinga kanan tanda O warna merah dan
untuk telinga kiri tanda X warna biru
- Untuk hantaran tulang, untuk telinga kanan tanda > dan untuk telinga kiri
tanda <
4. Kriteria Audiogram
a. Untuk membuat data base line (pre employment) diharapkan ambang dengar
rata- rata frekuensi percakapan tidak melebihi 25 dB
b. Untuk tujuan monitoring :
1) Perubahan ambang dengar rata-rata dibanding dengan audiogram
sebelumnya dianggap signifikan bila lebih besar dari 10 dB pada
frekuensi 500, 1000, 2000, 3000, dan 4000 Hz
2) Pergeseran ambang dengar bermakna signifikan bila lebih 10 dB pada
frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz. Standar Threshold Shift adalah 10 dB
3) Pergeseran ambang dengar bermakna signifikan bila lebih dari 15 dB
pada salah satu dari frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz

F. PENILAIAN KECACATAN
1. Evaluasi kecacatan pada NIHL
Dalam menghitung cacat akibat bisisng (NIHL) diperlukan audiogram nada
murni pada saat mulai bekerja di lingkungan bising dan audiogram yang
terakhir. Bila audiogram pada saat mulai bekerja pada lingkungan bising tidak
ada, maka dianggap ambang pendengaran yang dulu adalah 25 dB. Juga
diperlukan untuk pekerja untuk koreksi terhadap penurunan akibat pertambahan
umur (koreksi pesbicusis) dimana tiap kenaikan 1 tahun setelah umur 40 tahun
ambang pendengaran ditambah 0,5 dB. Dengan catatan tidak lebih dari 12,5
dB.
Tabel 3. Kriteria Nilai Ambang Pendengaran
Kriteria Nilai Ambang Dengar Keterangan
(dB)
Normal ≤ 25 Dalam pembicaraan biasa
tidak ada kesukaran
mendengar suara perlahan
Tuli Ringan 25 – 40 Dalam pembicaraan biasa
terdapat kesukaran
mendengar
Tuli sedang 40 – 55 Seringkali terdapat
kesukaran untuk mendengar
pembicaraan biasa
Tuli sedang berat 55 – 70 Kesukaran mendengar suara
pembicaraan kalau tidak
dengan suara keras
Tuli berat 70 – 90 Hanya dapat mendengar
suara yang sangat keras
Tuli sangat berat > 90 Sama sekali tidak
mendengar pembicaraan
Sumber : Permenaker No 25/MEN/VII/2008
Tingkat cacat :
American Medical Association (AMA) Committee on Medical Rating of
Physical Imparment, menyatakan bahwa cacat total pendengaran, apabila
ambang dengar diatas 92 dB. Jadi ambang tertinggi ialah 93 dB dan batas
terendah untuk tuli ialah 25 dB.

2. Derajat Ketulian
Tabel derajat ketulian berdasarkan Tingkat Pendengaran sebagai berikut :
Tabel 4. Derajat Ketulian Berdasarkan Tingkat Pendengaran
Ambang Nilai Ketulian Penampilan
Pendengaran
(dB)
>81 5 (Tuli sangat berat Kedua telinga tidak dapat
2 telinga) mendengar kata yang diucapkan
61 – 80 4 (Tuli berat 2 Tidak dapat mendengar
telinga) percakapan kecuali diteriakkan
pada sisi telinga
41 – 60 3 (Tuli sedang 2 Tidak dapat mendengar
telinga) percakapan kecuali dengan suara
keras jarak kurang dari 3 meter
26 – 40 2 (Tuli ringan 2 Tidak dapat mendengar
telinga) percakapan kecuali dengan suara
keras
Satu telinga dg 1 (Tuli satu telinga) Ketulian hanya terjadi pada satu
nilai ambang telinga
dengar >25
Kedua telinga 0 normal Kedua telinga nilai ambang
ambang dengar ≤ dengar normal
25
Sumber : WHO 1992

3. Penilaian Tingkat Kecacatan


a. Tingkat pendengaran (Hearing Threshold Level)
Rata-rata tingkat bunyi terendah yang masih dapat terdengar pada frekuensi
500, 1000, 2000 dan 3000 Hz.
b. Tingkat Ketulian
Tingkat pendengaran dikurangi 25 dB (Low Fance)
c. Prosentase Ketulian
Koreksi Presbicusys untuk perhitungan prosentase ketulian : sesudah umur
40 tahun, setiap kenaikan 1 tahun Low Fance naik 0,5 dB.
No Umur (Tahun) Koreksi Low Fance (dB)
1 < 40 25,0
2 41 25,5
3 42 26
4 43 26,5
5 44 27,0
… ……. ……
24 >64 37
Perhitungan prosentase ketulian :
1) Monoaural ( 1 telinga)
Tingkat pendengaran dikurangi Low Fance terkoreksi kemudian
dikalikan 1,5%
2) Biaural ( 2 telinga)
Prosentase Ketulian Monoaural yang lebih baik dikalikan 5 ditambah
Prosentase Ketulian Monoaural lainnya dibagi 6.
Contoh : Prosentase Ketulian Telinga Kanan 3%, Prosentase Ketulian
Kiri 2%, maka Prosentase Ketulian 2 Telinga (Biaural) sebesar (5 x 2% +
3%) : 6 = 2,166%

G. PELAPORAN
1. Identifikasi : meliputi identifikasi perusahaan, tenaga kerja, petugas, peralatan,
kondisi dan waktu pelaksanaan.
2. Peralatan dan bahan : meliputi alat dan bahan yang digunakan
3. Teknik pelaksanaan : meliputi standar operasional prosedur baik alat, metode,
manual atau pedoman yang telah ditentukan.
4. Hasil pengujian : berupa audiogram yang menunjukkan tingkat ambang dengar
tenaga kerja. Audiogram berkala digunakan untuk menilai efektivitas program
konservasi pendengaran (misalnya alat pelindung telinga). Bial terdapat kelainan
pendengaran pada pemeriksaan audiometric monitoring, sebaiknya tenaga kerja
dikonsulkan ke dokter ahli THT untuk penatalaksanaan selanjutnya.
5. Interpretasi : Bila terdapat penurunan rerata daya dengar > 10 dB pada frekuensi
tinggi atau > 15 dB pada salah satu frekuensi dbandingkan dengan data awal,
maka hal tersebut menunjukkan adanya gangguan pendengaran akibat paparan
bising. Pada tenaga kerja sebaiknya diberikan konseling, evaluasi ulang
penggunaan alat pelindung telinga, dan pada kasus berat ditempatkan pada
tempat kerja yang tidak bising.
LAMPIRAN 1

KRITERIA PENILAIAN PRETEST/POSTEST


PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2015

KRITERIA PENILAIAN
KEDISIPLINAN
NILAI
KETERLAMBATAN PENAMPILAN
PRETEST/POSTEST
KEDATANGAN (MENIT)

0 100 Rapi 85
1 - 15 88 Kurang Rapi 65
16 - 30 75 Tidak Rapi 25
31 - 45 63
45 - 60 50
61 - 75 48
76 - 90 35
91 - 105 23
106 - 120 10

Nilai : Kedispilinan (bobot 1) + Penampilan (bobot 1) + Nilai Tes (bobot 2)


4

KETERANGAN :
1. Kedisiplinan adalah keterlambatan kedatangan dihitung per 15 menit.
2. Penampilan
a. Rapi : Jika peserta mengenakan baju/kemeja berkerah, celana
panjang dan sepatu dengan rapi
b. Kurang Rapi : Jika sebagian atribut peserta tidak sesuai dengan yang di
jelaskan di point RAPI (memakai kaos berkerah atau
sepatu sandal)
c. Tidak Rapi : Jika peserta tidak mengenakan sepatu, tidak mengenakan
baju berkerah (kaos), dan tidak mengenakan celana
panjang
3. Nilai Pretes/Postest adalah nilai yang diperoleh mahasiswa setelah melaksanakan
Pretest/Postest.
KRITERIA PENILAIAN PRAKTIKUM
PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2014

KRITERIA PENILAIAN

KEDISIPLINAN

KETERLAMBATAN TINGKAT
PENAMPILAN KEAKTIFAN
KEDATANGAN PEMAHAMAN
(MENIT)

0 100 Rapi 85 Aktif 85 Sangat baik 100

1 – 15 88 Kurang Rapi 65 Kurang Aktif 65 Baik 80


16 – 30 75 Tidak Rapi 25 Tidak Aktif 25 Sedang 60
31 – 45 63 Kurang 40
45 – 60 50

61 – 75 48

76 – 90 35

91 – 105 23

106 – 120 10

Nilai Praktek :

Kedisiplin an(bobot1)  Penampilan (bobot1)  Keaktifan (bobot1)  TingkatPemahaman(bobot 2)


5
KETERANGAN :
1. Kedisiplinan adalah keterlambatan kedatangan dihitung per 15 menit
2. Penampilan
a. Rapi : Jika peserta mengenakan baju/kemeja berkerah, celana
panjang dan sepatu dengan rapi
b. Kurang Rapi : Jika sebagian atribut peserta tidak sesuai dengan yang di
jelaskan di point RAPI (memakai kaos berkerah atau
sepatu sandal)
c. Tidak Rapi : Jika peserta tidak mengenakan sepatu, tidak mengenakan
baju berkerah (kaos), dan tidak mengenakan celana
panjang
3. Keaktifan
a. Aktif : Jika praktikan ≥80% berperan aktif dalam kegiatan
praktikum dari awal sampai akhir
b. Kurang Aktif : Jika praktikan 60% - ≤80% berperan aktif dalam kegiatan
praktikum dari awal sampai akhir
c. Tidak Aktif : Jika praktikan 0% - ≤60% berperan aktif dalam kegiatan
praktikum dari awal sampai akhir
4. Tingkat Pemahaman
a. Sangat Baik : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak
100%
b. Baik : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak
80%
c. Sedang : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak
60%
d. Kurang : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak
40%
KRITERIA PENILAIAN LAPORAN
PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2014
KRITERIA PENILAIAN
Kesalahan Kedisplinan Jumlah Isi
Format Hari Keterlambatan Lembar Ketajaman Analisa
Pengumpulan
0 85-100 0 85-100 ≥25 85-100 Sangat 100
1 84 1 80 24 84 Baik
2 83 2 75 23 83 Baik 85
3 82 3 70 22 82 Kurang 70
4 81 4 65 21 81 Baik
5 80 5 60 20 80 Salah 0
6 78 6 55 19 79
7 76 7 50 18 78
8 74 8 40 17 77
9 72 9 30 16 76
10 70 10 20 15 75
11 68 >10 10 14 73
12 66 Tidak 0 13 70
13 64 mengump 12 68
ulkan
14 62 11 66
15 60 10 64
16 57 9 61
17 54 8 56
18 51 7 51
19 48 6 45
20 45 5 38
21 42 4 38
22 39 3 30
23 36 2 20
24 33 1 10
25 30 0 0
26 27 Keterangan :
27 24 1. Penilaian dilakukan setelah revisi pertama
28 21 2. Kesalakan format adalah kesalahan penulisan yang tidak sesuai
29 18 dengan pedoman format yang diberikan
30 15 3. Kedisiplinan adalah keterlambatan hari pengumpulan laporan
>30 10 4. Jumlah lembar adalah jumlah lembar laporan yang dikumpulkan
Salah 0 mulai dari halaman depan hingga daftar pustaka
semua 5. Isi adalah pembandingan antara hasil yang diperoleh dengan
standar perundang-undangan dan teori yang sesuai referensi
6. Penilaian 85-100, adalah hasil penilaian prerogative asisten masing-
masing
Nilai Laporan :
Kesalahanformat(bobot1)  Kedisiplin an(bobot1)  JumlahLembar (bobot1)  Isi(bobot 2)
5
KRITERIA PENILAIAN PRESENTASI
PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2014

KRITERIA PENILAIAN

PENAMPILAN KEAKTIFAN CARA TANYA JAWAB


PENYAMPAIAN
Sangat
Rapi 75 - 90 Aktif 75 – 90 75 - 90 Jawab Benar 75 – 90
baik

Kurang Kurang Jawab Kurang


60 – 74 60 – 74 Baik 60 - 74 60 – 74
Rapi Aktif Benar

Tidak Tidak
≤ 60 ≤ 60 Kurang ≤ 60 Jawab Salah ≤ 60
Rapi Aktif
Tidak
0
Menjawab

Nilai :

Penampilan (bobot 1) + Keaktifan (bobot 1) + Cara Penyajian (bobot 1) + Tanya Jawab (bobot 2)
5

KETERANGAN :
1. Penampilan
a. Rapi : Jika peserta mengenakan baju/kemeja berkerah, celana
panjang dan sepatu dengan rapi.
b. Kurang Rapi : Jika sebagian atribut peserta tidak sesuai dengan yang di
jelaskan di point RAPI (memakai kaos berkerah atau
sepatu sandal)
c. Tidak Rapi : Jika peserta tidak mengenakan sepatu, tidak mengenakan
baju berkerah (kaos), dan tidak mengenakan celana
panjang
2. Keaktifan
a. Aktif : Jika praktikan 75 – 90 % berperan aktif dalam
presentasi dari awal sampai akhir
b. Kurang Aktif : Jika praktikan 60% - 74 % berperan aktif dalam
presentasi dari awal sampai akhir
c. Tidak Aktif : Jika praktikan ≤ 60 % berperan aktif dalam presentasi
dari awal sampai akhir
3. Cara penyampaian
a. Sangat Baik : Jika praktikan
1. Menyampaikan materi sesuai dengan tema,
2. Cara penyajian materi dengan bahasa yang benar,
3. Ketepatan menggunakan media dan ketepatan
menggunakan waktu.
b. Baik : Jika penyajian praktikan tidak sesuai dengan point Sangat
rapi.
c. Kurang : Jika praktikan tidak menjawab atau hanya menyampaikan satu
dari point Sangat Baik.
4. Tanya Jawab
a. Jawab Benar : Jika praktikan menjawab dengan benar 75- 100 %
b. Jawab Kurang Benar : Jika praktikan menjawab dengan benar jawaban
60 – 74 %
c. Jawab Salah : Jika praktikan menjawab dengan kebenaran ≤ 60 %
d. Tidak Menjawab : Jika praktikan tidak menjawab semua pertanyaan
KRITERIA PENILAIAN MAKALAH
PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2015
KRITERIA PENILAIAN
Kedisplinan Isi
Hari Keterlambatan Jumlah Lembar
Ketajaman Analisa
Pengumpulan
0 85-100 ≥25 85-100 Sangat Baik 100
1 80 24 84
2 75 23 83 Baik 85
3 70 22 82 Kurang Baik 70
4 65 21 81
5 60 20 80 Salah 0
6 55 19 79
7 50 18 78
8 40 17 77
9 30 16 76
10 20 15 75
>10 10 14 73
Tidak 0 13 70
mengumpulkan 12 68
11 66
10 64
9 61
8 56
7 51
6 45
5 38
4 38
3 30
2 20
1 10
0 0
Keterangan :
1. Penilaian dilakukan setelah makalah dikumpulkan
2. Kedisiplinan adalah keterlambatan hari pengumpulan laporan
3. Jumlah lembar adalah jumlah lembar laporan yang dikumpulkan mulai dari halaman depan
hingga daftar pustaka
4. Isi adalah pembandingan antara hasil yang diperoleh dengan standar perundang-undangan
dan teori yang sesuai referensi
5. Penilaian 85-100, adalah hasil penilaian prerogative asisten masing-masing

Nilai :
Kedisiplin an(bobot1)  JumlahLembar (bobot1)  Isi(bobot 2)
4

Anda mungkin juga menyukai