Panduan Praktikum Kesehatan Kerja II - D4K3 2015 PDF
Panduan Praktikum Kesehatan Kerja II - D4K3 2015 PDF
KESEHATAN KERJA II
TIM PENYUSUN :
A. PENDAHULUAN
Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan
partisipasi seluruh praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan.
Dengan demikian, kepatuhan setiap praktikan terhadap uraian panduan pada bagian
ini akan sangat membantu mewujudkan praktikum yang aman.
B. PEDOMAN K3 DI LABORATORIUM
1. Potensi Bahaya
a. Bahaya Listrik
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan :
1) Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop kontak dan
circuit breaker) dan cara menyala-matikannya. Jika melihat ada
kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan pada
asisten
2) Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya
listrik (sengatan listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel
jala-jala yang terkelupas dll.
3) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada
diri sendiri atau orang lain
4) Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau
sisa air wudhu
5) Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum
D. SANKSI
Pengabaian uraian panduan di atas dapat dikenakan sanksi tidak lulus mata kuliah
praktikum/praktek yang bersangkutan.
E. LAIN-LAIN
Dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui fungsi ventilasi paru-paru manusia dengan mengukur
parameter Vital Capacity (VC), Force Vital Capacity (FVC) dan Force
Expiratory Volume 1st second (FEV1)
2. Membuat rekaman spirometri dan laporan hasil rekaman
B. STANDAR
Kriteria kelainan fungsi paru berdasarkan Permenaker No 25/MEN/VII/2008
tentang Pedoman Diagnosis Dan Penilaian Cacat Pada Kecelakaan Dan Penyakit
Akibat Kerja.
C. DASAR TEORI
Pemeriksaan fungsi pernafasan manusia yang sangat dianjurkan adalah pemeriksaan
spirometri, yaitu pemeriksaan terhadap volume atau kapasitas vital paru-paru (Vital
capacity/VC), volume atau kapasitas vital paksa paru-paru (Forced Vital
Capacity/FVC) dan volume udara yang dihembuskan secara paksa selama satu detik
pertama (Forced Expiratory Volume 1st second (FEV1)
Indikasi pemeriksaan fungsi pernafasan atau faal paru-paru dengan pemeriksaan
spirometri tidak hanya dapat digunakan untuk pemeriksaan klinik saja, namun juga
dapat digunakan untuk kepentingan penelitian epidemiologis dan skrining penilaian
kesehatan atau pemeriksaan fisiologis paru-paru.
Spirometri memiliki peranan penting dalam pemantauan fungsi paru-paru, namun
demikian pemberian aba-aba pemeriksa, sikap/posisi probandus, cara probandus
melakukan perintah pemeriksa serta kepatuhan probandus sangat penting untuk
keberhasilan dan akurasi hasil pengukuran.
Oleh sebab itu perlu diperhatikan prinsip-prinsip pemeriksaan sebagai berikut :
1. Harus memberikan penjelasan dan mendemonstrasikan maneuver melakukan
pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung dan celah bibir yang
mengatup mouthpiece
2. Melakukan inspirasi (tarik nafas) sedalm-dalamnya dan dengan tanpa ragu
segera buanglah nafas secara cepat, keras dan sekuatnya (FVC)
3. Pengukuran dilakukan untuk parameter VC dan FVC
4. Manuever dilakukan 3 kali dan direkam serta dicetak
D. PERALATAN DAN BAHAN
1. Peralatan yang digunakan
a. Spirometer digital beserta seperangkap aksesorisnya
b. Penjepit hidung
c. Mouthpiece
d. Timbangan badan
e. Microtoise untuk mengukur tinggi badan
2. Bahan yang digunakan
a. Kuesioner atau daftar pertanyaan yang berisi identitas probandus beserta
riwayat kerja, pengalaman, keluhan dan sebagainya yang kemungkinan
menjadi penyebab terjadinya kelainan fungsi pernafasan apabila didapatkan
kelainan dari hasil pemeriksaan
b. Kertas untuk mencetak hasil pemeriksaan
E. PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Tahap Persiapan
a. Probandus dari unit kerja yang sudah ditentukan
b. Probandus harus kooperatif dengan pemeriksa
c. Probandus telah mendapat istirahat 24 jam atau pada pagi hari ketika akan
mulai bekerja atau siang hari dan setelah istirahat paling sedikit 15 menit
sebelum diukur
d. Probandus 2 jam sebelum diukur bebas rokok dan tidak dalam keadaan perut
Kenyang
e. Probandus dalam keadaan sehat tidak ada flu/infeksi saluran nafas bagian
atas seperti radang tenggorokan, sariawan dan harus hati-hati dengan
probandus yang mempunyai penyakit hernia dan asma karena dapat
merangsang timbulnya sesak nafas karena kelelahan
f. Untuk probandus wanita tidak dalam keadaan hamil
g. Semua pakaian terutama baju dan ikat pinggang dikendorkan terlebih dahulu
h. Sikap/posisi probandus adalah duduk tegak di atas kursi tanpa sandaran
lengan agar tidak mengaanggu gerakan saat diukur atau berdiri yang penting
konsisten
i. Sebaiknya probandus berlatih menggunakan spirometer dengan baik dan
benar terlebih dahulu sebelum diukur dan melaksanakannya dibawah aba-
aba dari pemeriksa tanpa kertas perekam dari spirometer, dan sesudah cukup
baik istirahat 15 menit untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan yang
direkam dengan kertas perekam.
j. Untuk penelitian terhadap tenaga kerja sebaiknya dilakukan pemeriksaan
kembali setelah 8 jam bekerja
2. Tahap pelaksanaan
Probandus diwawancarai dengan memakai kuesioner yang sudah disiapkan,
kemudian diukur tinggi badan dan berat badan. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan spirometri.
a. Memasukkan data probandus
1) Masukkan tanggal dan temperature
2) Masukkan ID
3) Masukkan umur (Age), usia yang diukur 6 s/d 99 tahun
4) Masukkan Height, tinggi badan yang diukur 90 s/d 220 cm
5) Masukkan weight, berat badan yang diukur 10 s/d 200 kg
6) Sex, jenis kelamin untuk laki-laki angka 1 dan untuk wanita angka 2
b. Proses pemeriksaan
1) Pengukuran VC
- Tekan tombol VC
- Beri pengarahan pada probandus, pasang penjepit hidung dan
mouthpiece di mulut
- Tekan tombol start
- Probandus bernafas biasa (tidal breathing) melalui mouthpiece/mulut
kira-kira 2-3 kali
- Setelah terdengar bunyi tit, tekan tombol enter
- Probandus segera menarik nafas sedalam-dalamnya terus menerus
sampai maksimum, lalu hembuskan/ekspirasi biasa terus menerus
sampai habis
- Setelah selesai tekan tombol stop
- Periksa kurva hasil rekaman, bila hasil rekaman meragukan,
pengukuran diulang lagi.
- Harga Normal :
- VC Laki-laki : 5600 ml
- VC wanita : 3100 ml
- VC WANITA 20-25% < LAKI-LAKI
2) Pengukuran FVC
- Tekan tombol FVC
- Beri pengarahan pada probandus, pasang penjepit hidung dan
mouthpiece di mulut
- Tekan tombol start
- Probandus bernafas biasa (tidal breathing) melalui mouthpiece/mulut
kira-kira 2-3 kali
- Setelah terdengar bunyi tit, tekan tombol enter
- Probandus segera menarik nafas sedalam-dalamnya terus menerus
sampai maksimum, lalu hembuskan dengan hentakan cepat, keras,
sekuat-kuatnya terus menerus sampai habis.
- Setelah selesai tekan tombol stop
- Periksa kurva hasil rekaman, bila hasil rekaman meragukan,
pengukuran diulang lagi
3. Penilaian Cacat
Penilaian cacat pada penyakit paru akibat kerja didasarkan kepada hasil
penentuan pemeriksaan spirometri dan derajat sesak sebagai berikut:
Tabel 2. Penilaian Cacat Pada Penyakit Paru
Derajat sesak VEP 1 Presentase cacat fungsi
(fungsional disability)
0 > 2,5 L -
1 Ringan 1,6 – 2,5 L 25 %
2 Sedang 1,1 – 1,5 L 50 %
3 Berat 0,5 – 1 L 75 %
4 Sangat Berat < 0,1 L 100 %
Sumber : Permenaker No 25/MEN/VII/2008
A. TUJUAN
Membuat audiogram hasil pemeriksaan audiometri tenaga kerja dengan memberikan
nada murni pada hantaran udara baik dalam pemeriksaan awal maupun pemeriksaan
berkala.
B. STANDAR
ANSI 3. 9-1969, R-1973 tentang spesifikasi audiometer
Permenaker No 25/MEN/VII/2008 tentang Pedoman Diagnosis Dan Penilaian Cacat
Pada Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja.
C. DASAR TEORI
Dalam evaluasi program konservasi pendengaran di tempat kerja
dilakuakn pemeriksaan audiometri dengan standar minimal yaitu memberikan nada
murni pada hantaran udara. Pemeriksaan tersebut disebut juga audiometri
monitoring (pemantauan audiometri) yang hanya melakukan pengukuran pada
hantaran udara saja. Pemantauan audiometri dimaksudkan untuk menentukan
tingkat ambang dengar secara akurat dan praktis dan bukan merupakan pemeriksaan
diagnostik. Pemantauan auiometri dilakukan dengan memberikan nada murni
frekuensi tertentu pada hantaran udara sehingga dapat ditentukan tingkat suara
terendah yang masih dapat didengar (tingkat ambang dengar). Pemberian
signal/nada murni tersebut dilakukan pada satu telinga, umumnya telinga kanan
terlebh dahulu dan selanjutnya telinga kiri.
Manfaat pemeriksaan audiometri monitoring :
1. Sebagai bagian dari program pemeriksaan awal, sehingga perusahaan
mempunyai data awal tingkat ambang dengar tenaga kerja yang akan
ditempatkan di tempat bising sebagai dasar evaluasi untuk pemeriksaan berkala.
2. Menentukan efektivitas program konservasi pendengaran. Jika hasil
pemeriksaan kebisingan tidak menunjukkan peningkatan tingkat paparan bising
dan hasil audiometri tidak ada perubahan, maka disimpulkan program
konservasi pendengaran tersebut efektif.
Tingkat intensitas suara minimum yang dapat didengar oleh telinga
orang muda sehat adalah 20 mikropaskal, hal ini dikenal sebagai tingkat akustik 0
dB. Pada audiometri digunakan tingkat referensi lain yang dieknal sebagai tingkat
ambang dengar 0 dB. Pada frekuensi ± 3000Hz, tingkat ambang dengar lebih tinggi
10 dB di atas tingkat akustik. Hasil pemeriksaan normal berada dalam kisaran ≤ 25
dB pada seluruh frekuensi. Bila terdapat kecenderungan hasil pemeriksaan melebihi
25 dB terutama pada frekuensi 500 Hz atau 1000 Hz, kemungkinan terdapat latar
belakang kebisingan ruang pemeriksaan yang terlalu bising. Bila terdapat perbedaan
> 40 dB antara telinga kanan dan kiri, maka dilakukan prosedur masking untuk
menentukan tingkat ambang dengar sebenarnya.
Audiogram orang yang menderita tuli akibat bising awal menunjukkan
tingkat ambang dengar normal pada frekuensi 500 – 2000 Hz (frekuensi rendah) dna
penurunan tingkat ambang dengar pada frekuensi 3000 – 6000 Hz (frekuensi tinggi)
dengan puncaknya pada frekuensi 4000 Hz, kemudian kembali membaik pada
frekuensi 8000 Hz. Frekuensi rendah menunjukkan kuatnya pembicaraan dan
frekuensi tinggi memberikan kejelasan pembicaraan. Pada tuli akibat bising mereka
tidak bermasalah dengan kerasnya suara tetapi mereka tidak dapat mendengar
kejelasan pembicaraan khususnya konsonen t, k dan p.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Berikan instruksi kepada orang yang diperiksa untuk memberikan respon
dengan menekan tombol respon atau mengangkat tangan setiap mendengar
nada melalui earphone.
b. Tempatkan earphone sesuai dengan liang telinga (warna merah pada telinga
kanan dan warna biru pada telinga kiri).
c. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/power
d. Dahulukan telinga yanglebih baik pendengarannya atau telinga kanan
(tekan tombol nada warna merah untuk memeriksa telinga kanan)
e. Mulai pemeriksaan di frekuensi 1000 Hz dengan menekan/memutar tombol
frekuensi sesuai dengan 1000 Hz.
f. Tekan tombol nada mulai 0 dB dan tingkatkan intensitas secara bertahap
dengan menekan/memutar tombol tombol intensitas, lepaskan tombol nada
bila terdapat respon
g. Turunkan intensitas 10 dB lebih rendah danberikan nada pendek (1 detik
penekanan tombol nada)
h. Jika terdapat respon, ulangi prosedur diatas sehingga orang yang diperiksa
tidak memberikan respon
i. Tingkatkan intensitas 5 dB lebih tinggi dan berikan nada pendek (tiga) kali
j. Jika terdapat 1 respon, ulangi prosedur diatas sehingga orang yang diperiksa
memberikan 2 respon dari 3 nada pendek yang diberikan
k. Turunkan intensitas 5 dB lebih rendah dan berikan nada pendek (tiga) kali
l. Tingkat intensitas terendah yang memberikan 2 respon dari 3 nada pendek
yang diberikan diambil sebagai tingkat ambang dengar
m. Catat tingkat ambang dengar pada audiogram dengan spidol (tanda
lingkaran merah untuk telinga kanan, tanda silang biru untuk telinga kiri)
n. Periksa tingkat ambang dengar pada frekuensi 2000, 3000, 4000, 6000 Hz
dengan prosedur yang sama, kemudian ulangi pemeriksaan pada frekuensi
1000 Hz
o. Pemeriksaan ulang pada frekuensi 1000 Hz harus memberikan tingkat
ambang dengar yang sama. Jika tidak, harus dilakukan pemeriksaan ulang
p. Periksa tingkat ambang dengar pada frekuensi 500 Hz dengan prosedur
yang sama
q. Periksa telinga sebelahnya dengan prosedur yang sama
r. Lepaskan earphone. Jika ditemukan kelainan pendengaran, harus dilakukan
pemeriksaan ulang dan catat tingkat ambang dengar rata-rata di audiogram
3. Interpretasi Audiogram
a. Frekuensi percakapan adalah 500, 1000, 2000, dan 3000 Hz
b. Untuk menentukan ambang dengar rata-rata (pure Tone Average/PTA),
jumlahkan nilai ambang dengar pada frekuensi percakapan tersebut
kemudian dibagi 4
c. Gambaran patogenomonik audiogram ketulian akibat bising dilihat pada
frekuensi 4000 Hz berbentuk takik (V)
d. Diharapkan semua tes audiogram tenaga kerja dalam batas normal, artinya
tidak ada ambang dengar yang lebih dari 25 dB terutama pada frekuensi 500
hz dan 1000 Hz, jika ada kemungkinan background noise terlalu tinggi.
e. Penandaan pada audiochart :
- Untuk hantaran udara, untuk telinga kanan tanda O warna merah dan
untuk telinga kiri tanda X warna biru
- Untuk hantaran tulang, untuk telinga kanan tanda > dan untuk telinga kiri
tanda <
4. Kriteria Audiogram
a. Untuk membuat data base line (pre employment) diharapkan ambang dengar
rata- rata frekuensi percakapan tidak melebihi 25 dB
b. Untuk tujuan monitoring :
1) Perubahan ambang dengar rata-rata dibanding dengan audiogram
sebelumnya dianggap signifikan bila lebih besar dari 10 dB pada
frekuensi 500, 1000, 2000, 3000, dan 4000 Hz
2) Pergeseran ambang dengar bermakna signifikan bila lebih 10 dB pada
frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz. Standar Threshold Shift adalah 10 dB
3) Pergeseran ambang dengar bermakna signifikan bila lebih dari 15 dB
pada salah satu dari frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz
F. PENILAIAN KECACATAN
1. Evaluasi kecacatan pada NIHL
Dalam menghitung cacat akibat bisisng (NIHL) diperlukan audiogram nada
murni pada saat mulai bekerja di lingkungan bising dan audiogram yang
terakhir. Bila audiogram pada saat mulai bekerja pada lingkungan bising tidak
ada, maka dianggap ambang pendengaran yang dulu adalah 25 dB. Juga
diperlukan untuk pekerja untuk koreksi terhadap penurunan akibat pertambahan
umur (koreksi pesbicusis) dimana tiap kenaikan 1 tahun setelah umur 40 tahun
ambang pendengaran ditambah 0,5 dB. Dengan catatan tidak lebih dari 12,5
dB.
Tabel 3. Kriteria Nilai Ambang Pendengaran
Kriteria Nilai Ambang Dengar Keterangan
(dB)
Normal ≤ 25 Dalam pembicaraan biasa
tidak ada kesukaran
mendengar suara perlahan
Tuli Ringan 25 – 40 Dalam pembicaraan biasa
terdapat kesukaran
mendengar
Tuli sedang 40 – 55 Seringkali terdapat
kesukaran untuk mendengar
pembicaraan biasa
Tuli sedang berat 55 – 70 Kesukaran mendengar suara
pembicaraan kalau tidak
dengan suara keras
Tuli berat 70 – 90 Hanya dapat mendengar
suara yang sangat keras
Tuli sangat berat > 90 Sama sekali tidak
mendengar pembicaraan
Sumber : Permenaker No 25/MEN/VII/2008
Tingkat cacat :
American Medical Association (AMA) Committee on Medical Rating of
Physical Imparment, menyatakan bahwa cacat total pendengaran, apabila
ambang dengar diatas 92 dB. Jadi ambang tertinggi ialah 93 dB dan batas
terendah untuk tuli ialah 25 dB.
2. Derajat Ketulian
Tabel derajat ketulian berdasarkan Tingkat Pendengaran sebagai berikut :
Tabel 4. Derajat Ketulian Berdasarkan Tingkat Pendengaran
Ambang Nilai Ketulian Penampilan
Pendengaran
(dB)
>81 5 (Tuli sangat berat Kedua telinga tidak dapat
2 telinga) mendengar kata yang diucapkan
61 – 80 4 (Tuli berat 2 Tidak dapat mendengar
telinga) percakapan kecuali diteriakkan
pada sisi telinga
41 – 60 3 (Tuli sedang 2 Tidak dapat mendengar
telinga) percakapan kecuali dengan suara
keras jarak kurang dari 3 meter
26 – 40 2 (Tuli ringan 2 Tidak dapat mendengar
telinga) percakapan kecuali dengan suara
keras
Satu telinga dg 1 (Tuli satu telinga) Ketulian hanya terjadi pada satu
nilai ambang telinga
dengar >25
Kedua telinga 0 normal Kedua telinga nilai ambang
ambang dengar ≤ dengar normal
25
Sumber : WHO 1992
G. PELAPORAN
1. Identifikasi : meliputi identifikasi perusahaan, tenaga kerja, petugas, peralatan,
kondisi dan waktu pelaksanaan.
2. Peralatan dan bahan : meliputi alat dan bahan yang digunakan
3. Teknik pelaksanaan : meliputi standar operasional prosedur baik alat, metode,
manual atau pedoman yang telah ditentukan.
4. Hasil pengujian : berupa audiogram yang menunjukkan tingkat ambang dengar
tenaga kerja. Audiogram berkala digunakan untuk menilai efektivitas program
konservasi pendengaran (misalnya alat pelindung telinga). Bial terdapat kelainan
pendengaran pada pemeriksaan audiometric monitoring, sebaiknya tenaga kerja
dikonsulkan ke dokter ahli THT untuk penatalaksanaan selanjutnya.
5. Interpretasi : Bila terdapat penurunan rerata daya dengar > 10 dB pada frekuensi
tinggi atau > 15 dB pada salah satu frekuensi dbandingkan dengan data awal,
maka hal tersebut menunjukkan adanya gangguan pendengaran akibat paparan
bising. Pada tenaga kerja sebaiknya diberikan konseling, evaluasi ulang
penggunaan alat pelindung telinga, dan pada kasus berat ditempatkan pada
tempat kerja yang tidak bising.
LAMPIRAN 1
KRITERIA PENILAIAN
KEDISIPLINAN
NILAI
KETERLAMBATAN PENAMPILAN
PRETEST/POSTEST
KEDATANGAN (MENIT)
0 100 Rapi 85
1 - 15 88 Kurang Rapi 65
16 - 30 75 Tidak Rapi 25
31 - 45 63
45 - 60 50
61 - 75 48
76 - 90 35
91 - 105 23
106 - 120 10
KETERANGAN :
1. Kedisiplinan adalah keterlambatan kedatangan dihitung per 15 menit.
2. Penampilan
a. Rapi : Jika peserta mengenakan baju/kemeja berkerah, celana
panjang dan sepatu dengan rapi
b. Kurang Rapi : Jika sebagian atribut peserta tidak sesuai dengan yang di
jelaskan di point RAPI (memakai kaos berkerah atau
sepatu sandal)
c. Tidak Rapi : Jika peserta tidak mengenakan sepatu, tidak mengenakan
baju berkerah (kaos), dan tidak mengenakan celana
panjang
3. Nilai Pretes/Postest adalah nilai yang diperoleh mahasiswa setelah melaksanakan
Pretest/Postest.
KRITERIA PENILAIAN PRAKTIKUM
PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2014
KRITERIA PENILAIAN
KEDISIPLINAN
KETERLAMBATAN TINGKAT
PENAMPILAN KEAKTIFAN
KEDATANGAN PEMAHAMAN
(MENIT)
61 – 75 48
76 – 90 35
91 – 105 23
106 – 120 10
Nilai Praktek :
KRITERIA PENILAIAN
Tidak Tidak
≤ 60 ≤ 60 Kurang ≤ 60 Jawab Salah ≤ 60
Rapi Aktif
Tidak
0
Menjawab
Nilai :
Penampilan (bobot 1) + Keaktifan (bobot 1) + Cara Penyajian (bobot 1) + Tanya Jawab (bobot 2)
5
KETERANGAN :
1. Penampilan
a. Rapi : Jika peserta mengenakan baju/kemeja berkerah, celana
panjang dan sepatu dengan rapi.
b. Kurang Rapi : Jika sebagian atribut peserta tidak sesuai dengan yang di
jelaskan di point RAPI (memakai kaos berkerah atau
sepatu sandal)
c. Tidak Rapi : Jika peserta tidak mengenakan sepatu, tidak mengenakan
baju berkerah (kaos), dan tidak mengenakan celana
panjang
2. Keaktifan
a. Aktif : Jika praktikan 75 – 90 % berperan aktif dalam
presentasi dari awal sampai akhir
b. Kurang Aktif : Jika praktikan 60% - 74 % berperan aktif dalam
presentasi dari awal sampai akhir
c. Tidak Aktif : Jika praktikan ≤ 60 % berperan aktif dalam presentasi
dari awal sampai akhir
3. Cara penyampaian
a. Sangat Baik : Jika praktikan
1. Menyampaikan materi sesuai dengan tema,
2. Cara penyajian materi dengan bahasa yang benar,
3. Ketepatan menggunakan media dan ketepatan
menggunakan waktu.
b. Baik : Jika penyajian praktikan tidak sesuai dengan point Sangat
rapi.
c. Kurang : Jika praktikan tidak menjawab atau hanya menyampaikan satu
dari point Sangat Baik.
4. Tanya Jawab
a. Jawab Benar : Jika praktikan menjawab dengan benar 75- 100 %
b. Jawab Kurang Benar : Jika praktikan menjawab dengan benar jawaban
60 – 74 %
c. Jawab Salah : Jika praktikan menjawab dengan kebenaran ≤ 60 %
d. Tidak Menjawab : Jika praktikan tidak menjawab semua pertanyaan
KRITERIA PENILAIAN MAKALAH
PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2015
KRITERIA PENILAIAN
Kedisplinan Isi
Hari Keterlambatan Jumlah Lembar
Ketajaman Analisa
Pengumpulan
0 85-100 ≥25 85-100 Sangat Baik 100
1 80 24 84
2 75 23 83 Baik 85
3 70 22 82 Kurang Baik 70
4 65 21 81
5 60 20 80 Salah 0
6 55 19 79
7 50 18 78
8 40 17 77
9 30 16 76
10 20 15 75
>10 10 14 73
Tidak 0 13 70
mengumpulkan 12 68
11 66
10 64
9 61
8 56
7 51
6 45
5 38
4 38
3 30
2 20
1 10
0 0
Keterangan :
1. Penilaian dilakukan setelah makalah dikumpulkan
2. Kedisiplinan adalah keterlambatan hari pengumpulan laporan
3. Jumlah lembar adalah jumlah lembar laporan yang dikumpulkan mulai dari halaman depan
hingga daftar pustaka
4. Isi adalah pembandingan antara hasil yang diperoleh dengan standar perundang-undangan
dan teori yang sesuai referensi
5. Penilaian 85-100, adalah hasil penilaian prerogative asisten masing-masing
Nilai :
Kedisiplin an(bobot1) JumlahLembar (bobot1) Isi(bobot 2)
4