Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia
yang bersifat universal dan unik secara individual. Hidup adalah serangkaian
kehilangan dan pencapaian. Seorang anak yang mulai berjalan mencapai
kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia dengan perubahan visual
dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan dirinya.
Kematian suatu bagian kehidupan yang takdapat dihindari dan bagian
yang paling sulit untuk diterima. Setiap orang meninggal dengan unit dan
oleh karenanya harus dirawat secara unit; karena itu perawat harus
mengembangkan dan mempertahankan hubungan kebutuhan-perseptif positif
dengan pasien dan keluarga yang akan memungkinkan pasien meninggal
dalam keadaan nyaman dan dengan terhormat.
Manusia dapat mengantisipasi kematian. Hal ini dapat menyebabkan
banyak reaksi termasuk ansietas, perencanaan, menyangkal, mencintai,
kesepian, pencapaian, dan kurang pencapaian. Kematian dapat merupakan
suatu pengalaman yang luar biasa sehingga dapat mempengaruhi seseorang
menjelang ajal dan keluarga, teman, dan pemberi asuhan mereka. Cara
seseorang meninggal mencerminkan gaya kehidupan orang tersebut, latar
budaya keluarga, keyakinan, dan sikap tentang kehidupan dan kematian.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari tentang tahapan menjelang ajal/ kematian.
2. Mempelajari tanda-tanda kematian
3. Mempelajari bagaimana cara merawat jenazah
4.Mempelajari asuhan keperawatan menjelang ajal dan kematian.
5. Memahami etika dalam bersikap kepada pasien sekarat dan keluarganya

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PERAWATAN TERMINAL

1. Definisi
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana menurut akal
sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu
dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.

2. Tujuan
Ketika tidak mungkin untuk mencegah pasien meninggal, dan
perawatan medis tidak mungkin lagi atau tidak lagi bermanfaat, perawat
memberikan perawatan penunjang pada pasien dan keluarga. Tujuan utama
perawatan ini adalah untuk :
 Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
 Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun
keluarga, dengan sedikit mungkin penderitaan
 Membantu pasien meninggal dengan damai
 Memberikan kenyamanan bagi keluarga

Penting bagi perawat yang merawat pasien menjelang ajal menyadari


perasaan merekan sendiri tentang kematian dan tentang pasien mereka. Sulit
untuk melihat orang yang telah anda rawat meninggal. Khususnya sulit bila
anak atau orang muda yang meninggal. Maka dari itu kita sebgai perawat
perlu saling memberi kenyamanan dan mendukung dalam perawatan
terhadap orang menjelang ajal.

3. Indikasi
Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang semakin
mendekati ajal atau kematian, yang secara logis tidak akan sembuh.

2
B. SEKARAT (DYING) DAN KEMATIAN (DEATH)
Sekarat (dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagi hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Kematian secara klinis merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan aktivitas listrik otak terhenti. Dengan perkataan lain, kematian
merupakan kondisi terhentinya fungsi jantung, paru-paru, dan kerja otak secara
menetap. Sekarat dan kematian memiliki proses atau tahapan yang sama seperti
pada kehilangan dan berduka. Tahapan tersebut sesuai dengan tahapan Kubler-
Ross, yaitu diawali dengan penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan
penerimaan.

Tahapan menjelang ajal

Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari Amerika, menjelaskan secara


mendalam respon individu dalam menghadapi kematian. Secara umum ia
membedakan respon tersebut menjadi lima fase, yaitu penyangkalan dan isolasi,
marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan. Berdasarkan pandangannya,
Kubler-Ross menyatakan bahwa respon tersebut.

• Tidak selamanya berurutan secara tetap


• Dapat tumang tindih
• Lama tiap tahap bervariasi
• Perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat.

Ada lima fase menjelang kematian menurut Kubler-Ross:


1. Penyangkalan dan isolasi. Karakteristiknya antara lain:
 Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, “ tidak, bukan saya. Itu
tidak mungkin.”
 Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua
orang kecuali dia.

3
 Merepresi kenyataan
 Mengisolasi diri dari kenyataan
 Tidak memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.
 Mensupresi kenyataan
 Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya
 Gelisah dan cemas

Tugas perawat pada tahap ini adalah:


 Membina hubungan saling percaya
 Memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan dirinya
 Melakukan dialog di saat klien siap, dan menghentikannya ketika klien
tidak mampu menghadapi kenyataan
 Mendengarkan klien dengan penuh perhatian

2. Marah, karakteristiknya antara lain:


 Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.
 Menunjukkan kemarahan, kebencian, perasaan gusar, dan cemburu.
 Emosi tidak terkendali.
 Apapun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri
individu.
 Menyalahkan takdir
 Kemungkinan akan mencela setiap orang dan segala hal yang berlaku. 6
Tugas perawat adalah:
 Menerima kondisi klien.
 Berhati-hati dalam memberikan penilaian, mengenali kemarahan dan emosi
yang tidak terkendali.
 Membiarkan klien mengungkapkan kemarahannya.
 Menjaga agar tidak terjadi kemarahan dekstruktif dan melibatkan keluarga.

3. Tawar-menawar. Karakteristiknya antara lain:


 Kemarahan mulai mereda
 Melakukan tawar-menawar/barter, misalnya untuk menunda kematian.
 Mempunyai harapan dan keinginan

4
 Terkesan sudah menerima kenyataan
 Berjanji pada tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik
 Cenderung membereskan segala urusan
 Tugas perawat adalah: sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien
terpenuhi

4. Depresi. Karakteristiknya antara lain:


 Mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan sekarang akan
kehilangan nyawa sendiri.
 Cenderung tidak banyak bicara, sering menangis.
 Klien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai.

Tugas perawat adalah:


 Duduk tenang disamping klien.
 Member klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya.
 Tidak terus-menerus memaksa klien melihat sisi terang suatu keadaan.
 Memberi dukungan dan perhatian pada klien (misalnya, sentuhan
tangan dan usapan pada rambut) .

5. Penerimaan. Karakteristiknya antara lain:


 Mampu menerima kenyataan
 Merasakan kedamaian dan ketenangan.
 Respon verbal “ biarlah maut cepat mengambilku, karena aku sudah
siap.”
 Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu.
 Sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak.
 Tahap ini bukan tahap yang bahagia, namun lebih mirip perasaan yang
hampa
Tugas perawat adalah:
 Mendampingi klien
 Menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa Anda akan
mendampinginya sampai akhir.
 Membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya.

5
Upaya yang dapat perawat lakukan ketika klien melalui kelima tahap tersebut adalah
menjadi katalisator agar klien dapat mencapai tahap akhir. Upaya tersebut antara lain
dilakukan dengan mengenali dan memenuhi kebutuhan klien, mendorong dan
memberikan klien kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan emosinya secara
bebas, selalu siap membantu klien, dan menghormati perilaku klien.

Dampak sakit
Penyakit yang diderita klien dapat berdampak khusus pada klien maupun keluarga.

Klien
 Menderita sampai saat kematian tiba; memerlukan bantuan dan dukungan
dalam melewati masa-masa tersebut.
 Memutuskan perawatan yang akan dijalani
 Mendapatkan dukungan untuk setiap keputusan yang diambilnya. Dengan
kata lain ada kecenderungan keluarga untuk memenuhi semua keinginannya.

Keluarga
 Berpartisipasi aktif dalam perawatan untuk penyembuhan klien.
 Memperoleh dukungan dan perhatian selama proses berduka.
 Pandangan tentang kematian. Seiring waktu, pandangan masyarakat tentang
kematian telah mengalami perubahan. Dahulu kematian cenderung dianggap
sebagai hal yang menakutkan dan tabu. Kini, kematian telah dipandang
sebagai hal yang wajar dan merupakan proses normal kehidupan.

Dulu
 Tragis dan memilukan
 Tabu untuk dibicarakan
 Menimbulkan sindrom kesedihan dan ketakutan
 Selamanya tidak disukai.
 Anak-anak tidak perlu mengetahui
Timbul karena perilaku buruk, pertengkaran, pembalasan, dan hukuman.

6
Sekarang
 Menjadi hal yang patut dibicarakan.
 Harus disertai dengan “niyahah”.
 Merupakan prose salami kehidupan
 Tidak menakutkan
 Lebih rasional dan bijak dalam menghadapinya.
 Merupakan proses yang progresif.
 Sesuatu yang harus dihadapi

Tanda-tanda kematian
Tanda-tanda kematian terbagi dalam tiga tahap, yakni menjelang kematian,saat
kematian, dan setelah kematian.

1. Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi:

a. Penurunan tonus otot


o Gerakan ekstremitas berangsur-angsur menghilang, khususnya pada kaki
dan ujung kaki
o Sulit berbicara
o Tubuh semakin melemah
o Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
o Otot rahang dan muka mengendur
o Rahang bawah cenderung turun
o Sulit menelan, refleks gerakan menurun
o Mata sedikit terbuka

b. Sirkulasi melemah
o Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung pasien
terasa dingin dan lembap
o Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu, atau pucat
o Nadi mulai tidak teratur, lemah dan cepat
o Tekanan darah menurun
o Peredaran darah perifer terhenti

7
c. Kegagalan fungsi sensorik
o Sensasi nyeri menurun atau hilang
o Pandangan mata kabur/berkabut
o Kemampuan indera berangsur-angsur menurun
o Sensasi panas, lapar, dingin dan tajam menurun

d. Penurunan /kegagalan fungsi pernapasan


o Mengorok (death rattle)/ bunyi napas terdengar kasar
o Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
o Pernapasan Cheyne Stokes

2. Saat kematian
a) Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak
berfungsinya paru, jantung dan otak)
b) Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c) Hilangnya kontrol atas sfingter kandung kemih dan rectum (inkontinensia)
akibat peredaran darah yang terhambat; kaki dan ujung hidung menjadi
dingin.
d) Hilangnya kemampuan pancaindera; hanya indera pendengaran yang paling
lama dapat berfungsi
e) Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi menunjukkan terhentinya
aktivitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian.

3. Setelah kematian. Fase ini ditandai dengan:

a. Livor mortis (lebam mayat)


Merupakan bercak merah-ungu(livide) pada bagian terbawah tubuh karena
penumpukan eritrosit pada lokasi terenda akibat pengaruh gravitasi, kecuali
bagian tubuh ynang tertekan alas keras. Mulai tampak 20-30 menit pascamati,
makin lama makin luas dan lengkap, akhirnya menetap setelah 8-12 jam.

b. Rigor mortis (kaku mayat)


Terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energy tidak terbentuk dan

8
aktin-miosin menggumpal sehingga otot menjadi kaku. Pemeriksaan kaku mayat
dilakukan pada persendian, mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya
sentripetal(dari luar ke dalam), menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan
selama 12 jam, kemudian menghilang sesuai urutan terbentuknya. 7
Faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat diantaranya aktivitas fisik
prakematian, suhu tubuh yang tinggi, tubuh kurus, suhu lingkungan tinggi. Kaku
mayat merupakan tanda pasti kematian dan dapat digunakan untuk menentukan
saat kematian.

c. Algor mortis (penurunan suhu tubuh)


Terjadi karena proses pemindahan panas dari tubuh yang panas ke lingkungan
yang lebih dingin dengan cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi.
Penurunan suhu tubuh lebih cepat terjadi pada suhu sekeliling yang rendah,
lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh kurus, posisi telentang,
tidak berpakaian/tipis, umumnya orang tua dan anak kecil. Berguna untuk
penghitungan saat kematian.

d. Dekomposisi (pembusukan)
Merupakan proses degradasi jaringan akibat autolysis dan kerja bakteri.
Pembusukan mulai tampak kira-kira 24 jam pascamati berupa perubahan warna
kehijauan pada perut kanan bawah yang secara bertahap menyebar ke seluruh
perut dan dada, menyertai terciumnya bau busuk. Pembuluh darah bawah kulit
akan melebar, hijau kehitaman, kemudian kulit ari terkelupas/menggelembung,
lama-lama gas menyebabkan pembengkakan tubuh menyeluruh, terutama pada
jaringan longgar. Rambut dan kuku mudah dicabut, seluruh wajah membengkak
warna ungu kehijauan. Kira-kira 36-48 jam pascamati akan dijumpai larva lalat.

e. Adiposera (lilin mayat)


Adalah perubahan postmortem berupa terbentuknya bahan yang berwarna
keputihah, lunak, atau berminyak, berbau tengik dalam jaringan lunak tubuh
pascamati. Terbebtuk di sembarang lemak tubuh, tetapi lemak superficial yang
pertama kali terkena. Adiposera akan membuat tubuh utuh hingga bertahun-tahun
sehingga identifikasi mayat dan luka masih dapat dilakukan lama setelah
kematian.

9
f. Mumifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga
terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan.
Jaringan berubah menjadi keras dan kering, keriput, gelap, dan tidak membusuk.
Terjadi pada suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang
dehidrasi dan waktu yang lama (12-14) minggu.

Perawatan Jenazah
1. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
2. Singkirkan pakaian.
3. Lepaskan semua alat kesehatan.
4. Bersihkan tubuh dari noda dan kotoran.
5. Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat pergelangannya
(bergantung dari kepercayaan atau agama)
6. Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
7. Tutup kelopak mata, jika tidak ada tutup, bisa menggunakan kapas basah.
8. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk di
bawah dagu.
9. Letakkan alas di bawah glutea.
10. Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup demgan kain tipis.
11. Catat semua milik pasien dan berikan pada keluarga.
12. Beri kartu atau tanda pengenal.
13. Bungkus jenazah dengan kain panjang.

Perawatan jenazah yang akan diotopsi


1. Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan.
2. Beri label pada pembungkus jenazah.
3. Beri label pada alat protesis yang digunakan.
4. Tempatkan jenazah pada lemari pendingin. 5
Perawatan terhadap keluarga
1. Dengarkan ekspresi keluarga
2. Beri kesempatan keluarga untuk bersama dengan jenazah beberapa saat.
3. Siapkan ruangan khusus untun berduka.

10
4. Bantu keluarga untuk membuat keputusan dan perencanaan pada jenazah.
5. Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka.

C ASUHAN KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN KEMATIAN


1. Pengkajian
Pada kasus ini perawat mengkaji seluruh data baik subjektif maupun objektif yang
berhubungan dengan proses menjelang ajal dan kematian. Ini bisa dipelajari dari
tanda-tanda yang muncul dari proses tersebut sesuai dengan tahapannya.
Pengkajian dilakukan secara cermat dengan mengamati tanda-tanda klinis kilen
antara lain:
Fisik
Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang, mendekati, dan saat kematian.
6,8

• Menjelang kematian
Adanya tanda klinis saat menghadapi kematian (sekarat) :
a. Hilangnya tonus otot
b. Relaksasi otot wajah
c. Kesulitan untuk berbicara
d. Kesulitan menelan
e. Penurunan aktifitas gastrointestinal
f. Melemahnya tanda sirkulasi
g. Terjadi sianosis pada ekstremitas
h. Kulit teraba dingin
i. Nadi lambat & lemah
j. Penurunan TD
k. Pernafasan tdk teratur melalui mulut
l. Pandangan kabur
m. Menurunnya tingkat kesadaran

• Mendekati kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati pada klien meliputi:
a. Pupil berdilatasi
b. Refleks menghilang

11
c. Frekuensi nadi meningkat, kemudian menurun
d. Pernapasan Cheyne Stokes
e. Tidak bisa bergerak
f. Klien mengorok atau bunyi napas terdengar kasar
g. Tekanan darah menurun

• Kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang dapat diamati pada klien meliputi:
a. Pernapasan, nadi dan tekanan darah terhenti
b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c. Pergerakan otot sudah tidak ada
d. Pada ensefalogram datar (garis otak) berarti aktivitas listrik otak terhenti

2. Diagnosis
Serangkaian diagnosis untuk memenuhi kebutuhan psikologis maupun psikososial
dapat diterapkan pada klien yang mendekati kematian, bergantung pada hasil
pengkajiannya. Beberapa diagnosis yang mungkin sesuai untuk klien tersebut
adalah Ketakutan, keputusasan, dan Ketidakberdayaan.

3. Perencanaan dan implementasi

1. Ketakutan

Intervensi umum
• kaji faktor penyebab
• kurangi atau hilangkan faktor penyebab
• dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya
• beri masukan tentang perasaan yang diungkapkan klien
• dorong klien untuk menggumakan mekanisme koping yang efektif
• dorong klien untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain
• dorong klien untuk menghadapi ketakutannya
• hadirkan suasana yang tidak mengancam secara emosional
• identifikasi aktivitas yang dapat menyalurkan energy emosionalnya guna
mengurangi ketakutan klien

12
Rasional
• perasaan aman akan meningkat ketika individu bercermin dari individu lain
yang telah berhasil mengatasi situasi menakutkan yang serupa
• individu pendukung dan mekanisme koping merupakan sarana yang penting
untuk mengurangi kecemasan
• meminimalkan stimulus lingkungan dapat membantu mengurangi ketakutan
• dialog yang jujur dan terbuka dapat membantu upaya pemecahan masalah yang
konstruktif dan dapat memberikan harapan
• aktivitas fisik membantu mengarahkan dan meredakan ketegangan.

2. Keputusasaan

Intervensi umum:
• bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaanya
• dengarkan klien dengan saksama dan perlakukan ia sebagai seorang individu
• tunjukkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan keraguan, ketakutan
dan kekhawatirannya
• dorong klien untuk menceritakan bagaimana harapan menjadi ketidakpastian
dalam hidupnya dan saar-saat ketika harapan telah mengecewakannya
• bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan dan hal-hal yang
mereka anggap sebagai humor
• bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan
• bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan
• hargai klien sebagai pengambil keputusan yang kompeten; hargai keinginan dan
keputusan yang di ambil klien
• dorong klien menggunakan teknik relaksasi sebelum menghadapi peristiwa
stress yang telah diperkirakan sebelumnya
• ajarkan klien untuk menjadi manusia yang terbaik hari ini dan menghargai setiap
waktu yang ada
• libatkan keluaga dan orang-orang terdekat kilen dalam rencana perawatan
• hargai dan dukung harapan klien terhadap tuhan dan bantu ia mengekspresikan
keyakinan spiritualnya.

13
Rasional
• harapan terkait dengan bantuan yang diberikan orang lain.
• Harapan terbukti berkaitan langsung dengan kualitas hubungan seseorang
dengan orang lain.
• Harapan dianggap mampu mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, dan
spiritual individu.
• Mempertahankan peran dan tanggung jawab keluarga penting untuk
menumbuhkan harapan dan koping.
• Hiburan, humor, dan mengingat kembali kenangan-kenangan lama dapat
meningkatkan harapan pada individu yang menderita penyakit terminal
• Harapan yang diberikan oleh anggota keluarga dapat menularkan pada klien.
• Individu yang pernah mengalami keputusasaan tidak dapat membayangkan
sesuatu apapun yang dapat dilakukan atau berharga untuk dilakukan, tidak pula
membayangkan hal di luar peristiwa yang tengah terjadi.
• Individu dapat berkoping dengan bagian hidupnya yang ia pandang sebagai
keputusasaan jika ia mampu menyadari bahwa ada banyak factor dalam hidupnya
yang penuh dengan harapan hidup.

4. Evaluasi

Meskipun penyelesaian proses duka cita membutuhkan waktu beberapa bulan


atau tahun, sebagian besar klien berada di bawah perawatan perawat hanya dalam
waktu singkat.perawat mungkin menjadi frustasi ketika klien atau keluarganya
mulai mengespresikan dukacita, klien meninggalkan institusi perawatan
kesehatan atau meninggal. Berduka adalah proses individual, resolusi kehilangan
tidak mengikuti urutan proses. Penring artinya bagi klien untuk mendiskusikan
atau berbagi pengalaman dengan orang terdekat. Tujuan yang ditetapkan bersama
klien dan keluarganya menjadi dasar untuk evaluasi; misalnya, jika salah satu
tujuan adalah agar klien mengomunikasikan rasa cinta dan kasihnya kepada
keluarga, maka perawat mengepaluasi apakah hal ini telah terjadi dalam bentuk
verbal atau tertulis. Perawat juga mengamati kualitas interaksi.

14
Tujuan Tindakan evaluasi Hasil yang diharapkan
 Klien mengalami peredaan dari maladaftif berduka atau menunjukkan
tidak terdapatnya reaksi emosional dalam 2 bulan
 Observasi klien yang mendiskusikan kehilangan dengan orang terdekat
 Observasi perilaku klien, minta klien menceritakan perasaan kehilangan.
 Klien menghargai kesadaran tentang kehilangan dalam satu minggu
 Klien mengekspresikan pikiran dan perasaan yang berhubungan dengan
kehilangan dalam 2 minggu.

Amati penampilan dan kebiasaan berdandang klien


 Klien mencapai kembali rasa harga diri dalam 2 bulan

Amati keinginan klien untuk berinteraksi dengan orang lain


 Klien mempertahankan penampilan yang rapi dan berdandang dengan
baik.
 Klien memulai diskusi dengan perawat dan keluarga tentang masa depan
 Klien kembali menjalani rutinitas kehidupan sehari-hari dalam 2 minggu

Amati keterlibatan klien dalam aktivitas perawatan diri


 Minta klien untuk mendiskusikan rencana
 Evaluasi tingkat partisipasi klien dalam aktivitas
 Evaluasi tingkat partisivasi klien dalam aktivitas social dengan keluarga
 Klien menjalankan kembali aktivitas perawatan diri
 Klien mengungkapkan keputusan tentang perawatan
 Klien berpartisipasi lebih banyak dalam aktivitas sosial

Perawatan klien menjelang ajal mengharuskan perawat mengevaluasi tingkat


kenyamanan klien dengan penyakit dan kualitas hidupnya.keberhasilan evaluasi
bergantung sebagian pada ikatan yang terbentuk dengan klien. Kecuali klien
mempercayai perawat, mengepresikan dari perasaan dan kekhawatiran yang
sebenarnya tidak mungkin terjadi. Tingkat kenyamanan klien dievaluasi dengan
dasar hasil seperti penurunan nyeri, control gejala, pemeliharaan fungsi system
tubuh, penyelesaian tugas yang belum terselesaikan, dan ketenangan emosional.

15
BAB III

ROLE PLAY

A. Judul : Sikap Perawat Pada Klien Yang Dalam Kondisi Sekarat &
Keluarganya

B. Sinopsis:

Nn. AD dan kakanya Tn. AE yang berumur 18 dan 21 th. Pada hari
minggu pergi kerumah neneknya dengan mobil pribadinya. Mobil tersebut
dikemudikan oleh Tn.B . mobil tersebut mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan Nn. D mengalami luka berat, sedangkan kakaknya kritis
hingga akhirnya meninggal dunia. Tim tenaga kesehatan berusaha merawat
pasien dan membimbing pasien yang sekarat dengan baik. Dan berusaha
menenangkan keluarga pasien.

C. Pemeran : (kelompok A)

1. Aderia Damayanti sebagai ibu pasien


2. Ahmad Soni Saputra sebagai dokter
3. Amzein Megian sebagai perawat B
4. Anesia Putri sebagai Nn. AD (adik pasien sekarat)
5. Annisa Muryadewi sebagai perawat A
6. Arif Syaepudin sebagai pasien sekarat
7. Awal Ludin sebagai ayah pasien

(kelompok B)

8. Danu Priambodo sebagai ayah pasien


9. Dela Wahyu Kusuma sebagai ibu pasien
10. Diah Ayu Sari sebagai Nn. AD (adik pasien sekarat)
11. Diki Aryadi sebagai perawat B
12. Dwi Koernia Putri sebagai perawat A
13. Edi Julianto sebagai pasien sekarat
14. Edo Andika sebagai dokter

16
D. Skenario

Nn. AD : “Suster….suster….”

Perawat A : “Ada apa mbak ?”

Nn. AD : “Apa yang terjadi dengan saya sus?”

Perawat A :“Maaf mbak, mbak dan kakak mbak baru saja mengalami
kecelakaan”.

Nn.AD :”Kakak saya dimana sus? Gimana kondisi dia saya mau
ketemu sus”

Perawat A : “Kakak mbak sekarang di ruang IGD, dia dalam kondisi


kritis”

Nn.AD :“Gak mungkin sus…tolong bawa saya ketemu sama kakak


saya sus” (menangis , belum bisa menerima kenyataan)

Perawat A :“Tenang mbak, tenang... kondisi mbak masih belum stabil ”

Nn.AD :“mana mungkin saya bisa tenang sus, kakak saya kritis sus”

Diruang IGD . . .

Pasien sekarat : (Napasnya tinggal satu-satu)

Perawat B : “ Dokter….dokter..!!! pasien kita sekarat ”

Dokter : (datang keruang IGD sambil berlari-lari dan langsung


memeriksa pasien) “Bimbing pasien secara muslim”
(memerintahkan perawat)

Perawat B : “Baik dok” (membisikkan kalimat tauhid ke telinga pasien)


“ikuti saya ya mas ‘lailahailallah’

Pasien sekarat : (Mengikuti dengan napas berat dan kesulitan dengan


terbatah-batah) “laaa iii laah”

Perawat B : “coba lagi ya mas ikuti saya. Lailahailallah”

Pasien sekarat :”Laaaaa i la ha (kesulitan) la i lahailallah” (pasien


menghembuskan napas terakhirnya)

Perawat B :”inailahiwainalilahirojiun” (menutup rapat mata pasien)

17
Kemudian datang orang tua pasien

Ayah pasien :“Bagaimana keadaan anak saya dok…? ”

Dokter :“Maaf pak, kami sudah berusaha sebisa mungkin, tapi Tuhan
berkehendak lain, anak bapak tidak bisa diselamatkan karena
lukanya sangat parah”

Keluarga pasien menangis dengan merintih..

Perawat :“Maaf Pak, Bu sabar ya… semua ini cobaan dari Tuhan..
Bapak dan Ibu harus tabah menghadapi cobaan ini “

keluarga pasien langsung pergi ke ruang dimana anak perempuannya dirawat

Ibu : “Nak…”

Nn.AD : “Mama….”

Ibu :(Memeluk anaknya ) “ Tenang nak,,tenang…”

Ayah :“Sabar nak, semua ini sudah jalan terbaik dari Tuhan untuk
kita”

Ibu :“kamu harus sabar nak, kamu harus kuat, semua ini pasti ada
hikmahnya, ada papa dan mama yang akan mendampingimu”.

Nn.AD :“Kakak mana ma, gimana keadaan dia sekarang ?”

Ibu :“ Kakak kamu….” (kemudian menangis dan lari keluar dari


ruangan)

Nn.AD : “Pa, kakak kenapa pa ?”

Ayah :(Terdiam dan langsung keluar ruangan)

Nn.AD : “Suster, kakak saya baik-baik aja kan sus?”

Perawat :“tenang mbak, mbak tenang dulu, kami akan mnceritakan


semuanya”

Nn.AD : “ Sebenarnya ada apa sih sus?”

18
Perawat :“ Maaf sebelumnya mbak, mbak harus bisa menerima
semuanya, kami sudah berusaha sebisda mungkin, tapi Tuhan
berkehendak lain, kakak mbak tidak bisa kami selamatkan”.

Nn.AD : “Apa sus? Suster pasti bohong kan? Mana kakak saya sus,
saya mau ketemu dia”

Perawat :“Saya tau mbak, ini pasti berat buat mbak, tapi kakak mbak
sudah tidak ada lagi mbak harus bisa terima”.

Nn.AD : “gak mungkin sus, gak mungkin”

Perawat : “Mbak yang sabar ,mbak harus bisa menerima semua ini,dan
sebaiknya sekarang mbak istirahat dulu”.

Nn.AD :“ Tapi sus...”

Perawat : “Sekarang mbak tarik napas dulu dan keluarkan perlahan-


lahan”.

Nn.AD : (diam dan kemudian menarik napas)

Perawat : “Sekarang mbak istirahat saja dulu karena keadaan mbak


masih lemah”.

Nn.AD : “ iya sus” (sudah mulai tenang)

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh
suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
Tujuan utama perawatan ini adalah untuk :
• Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
• Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun keluarga,
dengan sedikit mungkin penderitaan
• Membantu pasien meninggal dengan damai
• Memberikan kenyamanan bagi keluarga
Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang semakin mendekati
ajal atau kematian, yang secara logis tidak akan sembuh.

B. Saran
Dalam pengerjaan makalah ini, kami sangat bersyukur karena telah dibimbing
dengan sangat baik, namun agar lebih efektif, kiranya diberikan waktu yang lebih
efisien sehingga diperoleh hasil yang lebih memuaskan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anshul. 2008. Perawatan Pasien Sekarat. In


www.sweetadvice02.blogspot.com. Last Update 20 Oktober 2009 Diposkan oleh
Mustamin Smafy di 19.56 (diakses, 20 Maret 2014)

Erik. 2009. Konsep Pasien Terminal. in www.erik-acver-


qincai.blogspot.com. Lats Update 20 Oktober 2009

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3, cet.1 Jilid 2.


Jakarta: Media Aesculapius

Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2007. Buku Ajar KDM
Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC

Porter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol 1. Jakarta:
EGC

Tucker, Susan Martin dkk.1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Wahyuningsih dan Subekti. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai