Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Menilik balik pada kehidupan masyarakat baik itu masyarakat perkotaan


maupun pedesaan masing-masing memiliki budaya yang unik. Kebudayaan itu sendiri
adalah sebuah proses maupun kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat secara berulang-
ulang dan diyakini keberadaannya. Kebudayaan identik dengan proses atau suatu
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu permasalahan yang menarik untuk
dikaji adalah kebudayaan yang ada di daerah pedesaan. Di pedesaan memiliki banyak
kebudayaan dan kepercayaan yang sampai saat ini masih diyakini dan masyarakatnyapun
juga antusias menjadi bagian dari pelaksana kebudayaan tersebut sehingga menjadi
tradisi yang melekat pada masyarakat, bahkan yang menjadi karakteristik masyarakat
pedesaan adalah mereka tetap mempertahankan dan tidak ingin menghapuskan
kebudayaan yang telah diyakini oleh masyarakat setempat walaupun zaman semakin
modern.
Masyarakat Jawa memegang teguh kepercayaan tentang daur hidup. Daur
hidup dipandang sebagai bagian dari kehidupan ritual yang menandai tingkatan usia
dan kedewasaan seseorang. Upacara daur hidup dilakukan semenjak seseorang masih
di dalam kandungan sampai akhir hayatnya. Masyarakat Jawa mengenal ada lima
daur hidup yaitu, (1) adat istiadat saat manusia dalam kandungan, (2) adat-istiadat
saat manusia lahir, (3) adat-istiadat remaja yang meliputi sunatan dan tetesan, (4)
adat-istiadat perkawinan, dan (5) adat-istiadat kematian (Ekowati, 2008 : 206). Setiap
daur hidup dianggap sebagai sesuatu yang penting dalam masa kehidupan manusia.
Biasanya pada setiap daur hidup masyarakat Jawa sering memberikan apresiasi yang
berupa upacara adat.
Perkembangan jaman berperan pula dalam merubah pola pikir masyarakat.
Bagi orang-orang yang berpendidikan dan paham dengan agama, sedikit demi sedikit

1
merubah anggapan mengenai adat istiadat dan tradisi yang berlaku dalam masyarakat.
Sebagian masyarakat Jawa yang masih memegang teguh tradisi, sebagian masyarakat
lainnya lebih fleksibel dalam melaksanakan tradisi. Fleksibel dalam pengertian
selamatan yang diadakan disesuaikan dengan kemampuan, waktu, biaya, dan tenaga.
Sehingga selamatan kehamilan sampai dengan kelahiran yang diadakan tidak begitu
rumit baik mengenai ubarampenya maupun prosesi pelaksanaannya dengan tidak
merubah tujuan dari diadakannya selamatan tersebut.
Pada dasarnya, selamatan kehamilan sampai dengan kelahiran mempunyai
tujuan agar proses kehamilan sampai dengan kelahiran dapat berjalan lancar tanpa
halangan dan bayi yang dilahirkan diberikan keselamatan. Seperti asal katanya slamet
maka selamatan juga mempunyai tujuan agar semua prosesi dapat selamat, selamat
dari halangan yang membahayakan ibu hamil dan bayinya, dan selamat dari
gangguan makhluk halus yang suka mengganggu.
Awal manusia hidup adalah pada masa kandungan ibu, pada masa itu
kehidupan bayi dan ibu menjadi perhatian besar. Kehidupan mereka diatur dengan
sebuah tatacara dan upacara yang sedapat mungkin dipatuhi oleh ibu yang
mengandung dan suaminya. Ibu hamil harus memperhatikan larangan dan pantangan
demi keselamatan bayi dan dirinya. Sang suami atau keluarga mengadakan selamatan
dan sesaji, demi keselamatan mereka, tatacara selamatan (wilujengan) dilakukan
sejak kandungan. Selamatan kehamilan yang masih dilakukan diantaranya adalah
selamatan mitoni (tujuh bulan kehamilan). Bayi pada usia ini sudah dalam posisi siap
dilahirkan dengan posisi kepala dibawah. Meortjipto (1995: 52) menjelaskan bahwa
pada usia tujuh bulan bayi telah dituakan usianya dan dianggap normal, sehingga bayi
dalam kandungan tujuh bulan biasanya lahir dengan selamat.
Setelah bayi lahir, keluarga mengadakan selamatan dengan tatacara yang
diatur masyarakat lingkungannya. Upacara selamatan tersebut seperti: penguburan
(ari-ari), brokohan (selamatan pada hari pertama kelahiran), sepasaran (selamatan
hari kelima dan pemberian nama bayi), selapanan (selamatan pada hari ketigapuluh

2
lima hari). Bahkan ada beberapa masyarakat yang melaksanakan upacara selamatan
sampai bayi berusia satu tahun atau yang dinamakan setahunan.
Rangkaian upacara dari masa kehamilan hingga kelahiran bayi ini masih
dilestarikan di Desa Purwogondo, Kecamatan kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Desa
Purwogondo dipilih peneliti karena di desa tersebut merupakan tempat tinggal
peneliti. Berdasarkan pengamatan peneliti, tampaknya jika dibandingkan desa lain
dalam menjalankan ritual atau tradisi selamatan Desa Purwogondo lebih konsisten
dan lengkap dalam melaksanakannya. Di Desa Purwogondo, keluarga yang punya
hajat melakukan selamatan kelahiran dengan urutan rangkaian upacara lebih lengkap
dibandingkan keluarga di desa lain. Dimana rangkaiannya yaitu mitoni, brokohan,
sepasaran, dan selapanan, sedangkan desa lain biasanya hanya terlaksana salah satu.
Penelitian tentang rangkaian upacara dari masa kehamilan hingga kelahiran bayi ini
perlu diketahui makna dan fungsinya bagi masyarakat.

1.2.Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah

Untuk mengarahkan pokok permasalahan secara spesifik sehingga tidak


menyimpang dari apa yang menjadi problematika dalam analisis ini, maka analisis ini
dibatasi hanya pada pembahasan mengenai sepasaran.
Berdasarkan uraian dari latarbelakang masalah diatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah makna yang terkandung dari acara sepasaran?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan acara sepasaran?
3. Siapa saja pelaku yang terlibat dalam acara sepasaran?
4. Apa saja peralatan yang dibutuhkan dalam acara sepasaran?
5. Apa doa apa yang dibacakan dalam acara sepasaran?
1.3.Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka analisis ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

3
1. Menjelaskan makna yang terkandung dari acara sepasaran
2. Menjelaskan tata cara pelaksanaan acara sepasaran
3. Menjelaskan siapa saja pelaku yang terlibat dalam acara sepasaran
4. Menjelaskan apa saja peralatan yang dibutuhkan dalam acara sepasaran
5. Menjelaskan doa apa yang dibacakan dalam acara sepasaran

1.4.Manfaat
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka analisis ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui makna yang terkandung dari acara sepasaran
2. Mengetahui tata cara pelaksanaan acara sepasaran
3. Mengetahui siapa saja pelaku yang terlibat dalam acara sepasaran
4. Mengetahui Apa saja peralatan yang dibutuhkan dalam acara sepasaran
5. Mengetahui Doa apa yang dibacakan dalam acara sepasaran

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Makna yang Terkandung dalam acara Sepasaran

Sepasar adalah perhitungan waktu Jawa yang lamanya 5 hari. Selamatan


sepasaran adalah selamatan yang diadakan pada waktu bayi berumur 5 hari. Namun
demikian ada kalanya sementara orang yang mengadakan selamatan sepasaran
menunggu apabila tali pusat putus (puput puser), yang biasanya terjadi pada waktu si
bayi berumur 5 hari. Oleh karena itu sementara orang menyebut selamatan sepasaran
itu dengan istilah puputan atau cuplak puser.

Bagi orang yang mengadakan jagong bayen, pada malam sepasaran ini tamu
yang datang biasanya lebih banyak daripada malam-malam sebelumnya. Karena
malam itu merupakan terakhir daripada serangkaian selamatan jagong bayen. Pada

4
malam itu, bayi yang diselamati tidak ditidurkan hingga pagi hari melainkan
dipangku. Sebab menurut kepercayaan sementara orang, bayi yang baru saja puput,
menjadi incaran roh jahat yang biasanya disebut sarap-sawan, oleh karena itu bayi
dijaga dengan cara dipangku.

Di samping itu ujung kaki tempat tidur si ibu yang sedang melahirkan
diletakkan sliro dan tumbak sewu. Tumbak sewu adalah sapu lidi yang dibalik
sehingga ujung-ujungnya berada di atas. Pada ujung-ujung sapu itu ditancapkan
dlingo, bangle, kencur, kunir, temu, cabe merah, bawang merah, bawang putih.
Sedang sliro (liro) yaitu peralatan untuk menenun secara tradisional. Sliro ini
biasanya dibuat dari kayu pohon kelapa (kayu yang keras), yang bentuknya pipih
panjang dengan ukuran lebar ±5 cm, panjang 2 m, dan tebal ±2 cm, kedua ujungnya
agak runcing. Sliro yang diletakkan pada tempat tidur ibu itu, dicoreng-coreng
dengan kapur dan arang sehingga penuh dengan coretan hitam dan putih. Maksud
yang terkandung dalam perbuatan itu ialah untuk menolak roh-roh jahat yang akan
mengganggu bayi dan ibunya.

Sepasaran memiliki fungsi ritual karena didalamnya terdapat berbagai ritual


yang tujuan utamanya adalah memperoleh keselamatan bagi ibu dan bayinya. Fungsi
ini disampaikan Moertjipto (1995: 105) bahwa upacara berfungsi spiritual karena
dalam pelaksanaan upacara selalu berhubungan dengan permohonan manusia untuk
memohon keselamatan kepada para leluhur dan TuhanNya.

Sepasaran juga memiliki fungsi sosial. Fungsi ini berhubungan dengan


interaksi antar masyarakat ketika ada selamatan kehamilan. Fungsi sosial dalam
selamatan ini, Kerjasama, yaitu ketika ada keluarga yang mengadakan sepasaran,
maka tetangga maupun saudara membantu memasak dan menyiapkan ubarampe
(rewang). Dalam rewang ini terkandung nilai kemasyarakatan berupa sifat saling
bekerja sama. Ada yang sengaja dimintai tolong untuk membantu dalam selamatan,

5
ada juga yang memang datang sendiri. Salah satu wujud kerjasama terlihat ketika
membuat tumpeng robyong. Ibu-ibu membagi tugas, ada yang mengurus beras,
janganan, dan ayam. Yang akhirnya nanti bekerja sama untuk membuat tumpeng,
janganan, dan segala yang dibutuhkan dalam acara agar menjadi utuh.

Sepasaran juga dapat mempererat hubungan silaturahmi antar orang yang


terlibat di dalamnya. Selamatan ini juga memberikan kesempatan untuk saling
menyapa, bahkan berbicara lebih banyak. Salah satu kegiatan yang menimbulkan
interaksi dan komunikasi antar orang adalah ketika acara sepasaran. Sepasaran
merupakan kesempatan untuk saling bertemu dan berbincang-bincang. Sebelum acara
dimulai, bapak-bapak datang dan saling berjabat tangan dan saling menyapa.

Sepasaran juga mempunyai fungsi ekonomi terlihat dari meningkatnya


penghasilan warga. Orang rewang yang dimintai tolong untuk membantu biasanya
mendapat upah berupa uang, teh dan gula. Warga yang mempunyai warung,
dagangan akan semakin laku karena dalam selamatan mitoni, brokohan, sepasaran
maupun selapanan memerlukan banyak bahan dan bahan itu dapat dibeli di warung
atau pasar.

Sepasaran merupakan warisan leluhur yang dilaksanakan secara turun


menurun oleh masyarakat Desa Purwogondo, yang bertujuan memohon keselamatan
bagi ibu dan bayinya. Acara tersebut senantiasa dipelihara dan dilestarikan agar tidak
mengalami kepunahan, karena dalam selamatan tersimpan banyak nilai moral dan
simbol-simbol kehidupan yang baik.

6
2.2.Tata Cara Pelaksanaan Acara Sepasaran

Tata cara acara dibagi menjadi 3 acara yaitu :

1. Acara Persiapan (Rewang)

Acara ini biasanya dilakukan oleh ibu-ibu sekitar rumah keluarga yang
mempunyai hajat. Mereka bersama-sama untuk membuat hidangan kenduri dan
bancakan. Biasanya di sini ibu-ibu bekerja secara ikhlas menurut kesadaran dirinya.
Mereka bekerja seperti itu karena berkeyakinan bahwa suatu hari nanti jika dirinya
mempunyai hajat, akan dibantu dan disengkuyung gantian oleh orang yang mereka
bantu.

Keterangan Gambar : Menyiangi sayuran untuk gudhangan

Rewang diawali dengan persiapan bahan-bahan untuk kenduri dan bancakan.


Mulai dari membeli bahan di pasar sampai pada tahap penataan ubarampe di tempat
yang digunakan untuk kenduri. Persiapan tersebut dilakukan pada pagi hari. Pembagian
kerja dari ibu-ibu rewang pun jelas. Ada ketua yang berkewajiban memberikan tugas kepada
ibu ibu rewang yang lainnya. Pada gambar diatas tampak seorang ibu sedang menyiangi
sayuran untuk membuat gudhangan. Sayuran yang digunakan untuk gudhangan
antara lain kangkung, kacang panjang, kecambah dan kubis. Sayuran dipisahkan dari

7
tangkainya kemudian dicuci sampai besih. Setelah bersih, sayuran direbus hingga layu dan
ditiriskan.

Keterangan Gambar : Membuat bumbu dan pelas gudhangan


Sambil gudhangan ditiriskan, ibu-ibu yang lain menyiapkan bumbu dan pelas
sebagai pelengkap gudhangan. Bumbu gudhangan terbuat dari parutan kelapa.
Parutan kelapa tersebut kemudian dicampurkan dengan garam, bawang putih, dan
daun jeruk. Bahan baku pelas adalah kedelai. Pertama-tama kedelai direndam
semalaman. Jadi, sehari sebelum rewang kedelai sudah direndam dahulu. Setelah itu
ditumbuk dan diberi bumbu. Bumbu untuk pelas antara lain bawang putih, kencur,
micin, dan daun jeruk yang dihaluskan. Setelah halus, dicampurkan menjadi satu
dengan kedelai yang sudah ditumbuk tadi. Tahapan setelah itu adalah campuran
bumbu dan kedelai direbus hingga matang.
2. Acara Bancakan
Acara bancakan merupakan salah satu rangkaian acara dalam acara
sepasaran. Acara ini merupakan bentuk rasa syukur atas berkat dan keselamatan yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada sang bayi dan juga ibunya. Biasanya
acara ini didatangi oleh anak-anak di sekitar rumah yang mempunyai hajat. Dalam
acara ini dimaksudkan juga bahwa, untuk memperkenalkan akan ada teman baru
untuk anak-anak di sekitar rumah yang mempunyai hajat tersebut.

8
Keterangan gambar : Pembagian Bancakan

Keterangan Gambar : Nasi Bancakan


Dalam acara ini sebelum pembagian bancakan, biasanya akan dibacakan doa
dan pengharapan oleh salah satu keluarga yang mempunyai hajat. Lalu serentak
anak-anak kecil akan mengaminkannya dan mengiyakan perkataan si pendoa
tersebut. Setelah itu akan dibagikan makanan bancakan tersebut, setiap orang
mendapat satu porsi dengan wadah daun pisang yang dipincuk. Hidangan tersebut
bersisi nasi gudhangan, dengan potongan telur, serta potongan ikan teri kecil sebesar
jari orang dewasa.
3. Acara Kenduri Sepasaran

9
Setelah hidangan siap di bungkus dalam plastik dan sekiranya bapak-bapak
sudah pulang dari tempat bekerja sekitar pukul empat sore, kenduri dimulai. Dimulai
dengan sambutan dari ayah sang bayi. Dan kemudian diserahkan kepada muddin
(alim ulama kampung) untuk didoakan. Dari hasil pengamatan langsung, kurang
lebih seperti ini.

“Bismillahirohmanirohim, Assalamu’alaikum wr wb. Bapak-bapak, kula


sakulawarga ngaturaken agunging panuwun ingkang tanpa upami bilih panjenengan
sedaya kersa rawuh ing kenduri sepasaran putra kula Hilbram Rusdianto ingkang
lair kalawingi, Jum’at 16 Desember 2017. Acara salajengipun kula pasrahaken
kaliyan Bapak Muddin. Wassalamu’alaikum wr wb.”

10
Keterangan gambar : Pelaksanaan Acara Kenduri Sepasaran

Dari sambutan Ayah bayi, dapat disimpulkan bahwa ayah bayi mengucapkan
terimakasih karena telah menghadiri kenduri sepasaran dan pengumuman nama bayi
yaitu Hilbram Rusdianto. Kemudian Muddin mengambil alih acara kenduri nak
mendoakan bayi agar kelak menjadi anak yang sholeh dan dapat berguna untuk
sesama dan negara. Bapak- bapak yang hadir lainnya mengamini doa yang
dipanjatkan oleh Muddin supaya dikabulkan oleh Yang Mahakuasa.

2.3. Pelaku yang Terlibat dalam Acara Sepasaran


1. Dalam acara sepasaran yang terlibat dari awal acara adalah ibu-ibu di sekitar
rumah yang mempunyai peran untuk rewang atau membuat hidangan dalam acara
kenduri dan bancakan. Dalam peran ini ibu-ibu biasanya dipimpin oleh salah satu
orang dari keluarga yang mempunyai hajat, untuk membagi tugas. Ada yang belanja
kebutuhan di pasar, ada yang memasak di dapur, dan lain sebagainya.
2. Selanjutnya, peran anak-anak kecil di sekitar rumah yang mempunyai hajat. Anak-
anak kecil ini datang saat pembagian nasi bancakan. Diwaktu pembagian itu biasanya
juga dikenalkan siapa nama bayi yang telah lahir, dan anak-anak kecil itu diberi
nasehat-nasehat yang intinya untuk menemani anak yang mempunyai hajat tersebut.
Agar tidak dinakali atau dijahati.

11
3. Yang terlibat dalam acara kenduri ini selanjutnya, adalah bapak-bapak yang beliau-
beliau tinggal di daerah yang mempunyai hajat. Acara kenduri ini bermaksud untuk
bersyukur kepada Allah SWT dengan cara berdoa bersama dan pembagian makanan
berkat. Selain itu juga, sebagai ajang perkenalan nama bayi yang telah lahir.

2.4.Peralatan yang Dibutuhkan dalam Acara Sepasaran


Dalam acara sepasaran alat yang dibutuhkan adalah :
1. Daun pisang untuk wadah nasi bancakan yang dipincuk.
2. Tampah untuk wadah besar untuk wadah nasi gudhangan dan segala
kelengkapannya, sebelum dibagikan ke anak-anak
3. Lidi untuk menusuk bawang dan cabe di tengah tampah yang berisi nasi
bancakan
4. Lidi kecil sekitar 5 cm yang ujungnya lancip, berguna untuk membuat
wadah pincuk
5. Centong untuk membagi nasi bancakan dan nasi kenduri
6. Serta peralatan masak lainnya.
7. Tumbak sewu adalah sapu lidi yang dibalik sehingga ujung-ujungnya
berada di atas. Pada ujung-ujung sapu itu ditancapkan dlingo, bangle,
kencur, kunir, temu, cabe merah, bawang merah, bawang putih
8. Sliro (liro) yaitu peralatan untuk menenun secara tradisional. Sliro ini
biasanya dibuat dari kayu pohon kelapa (kayu yang keras), yang ben-
tuknya pipih panjang dengan ukuran lebar ±5 cm, panjang 2 m, dan tebal
±2 cm, kedua ujungnya agak runcing. Sliro yang diletakkan pada tempat
tidur ibu itu, dicoreng-coreng dengan kapur dan arang sehingga penuh
dengan coretan hitam dan putih. Maksud yang terkandung dalam
perbuatan itu ialah untuk menolak roh-roh jahat yang akan mengganggu
bayi dan ibunya.

12
2.5.Doa yang Dibacakan dalam Acara Sepasaran

Dalam acara bancakan yang dihadiri oleh anak-anak kecil, biasanya si


keluarga yang membagikan bancakan akan berharap dan berdoa untuk bayi yang baru
saja lahir tersebut yang intinya meminta keselamatan dan kesuksesan di dunia
akherat, menjadi anak yang sholeh/sholehah, lalu diaminkan secara serentak oleh
anak-anak kecil yang datang dalam acara bancakan tersebut. Doa tersebut biasanya
berbunyi “le nduk, iki aku mbancaki anakku (nama bayi) ben pinter sekolahe,
ewang ewangana, yen awan jak en dolan, yen bengi jak en turu, muga-muga ben
bagas waras panjang umur” yang berarti “nak, ini saya membancaki anak saya
(nama bayi) biar pintar sekolahnya, bantulah dia, kalau siang ajaklah bermain,
kalau malam ajaklah tidur, semoga sehat selalu dan panjang umur” lalu serentak
yang menghadiri acara bancakan tersebut mengaminkan doa dan pengharapan
tersebut.

Lain lagi dalam acara kendurian yang dihadiri bapak-bapak, setelah yang
mempunyai hajat membuka acara lalu berterimakasih kepada tamu yang telah hadir,
setelah itu acara diserahkan kepada muddin atau ulama di daerah tersebut. Doa yang
dibacakan muddin tersebut adalah “Kyai among nyai among, ngaturaken
pisungsung kagem para leluhur ingkang sami nurunaken jabang bayine…. (diisi
nama anak/orang yang diwetoni) mugi tansah kersa njangkung lan njampangi
lampahipun, dados lare/tiyang ingkang tansah hambeg utama, wilujeng rahayu,
mulya, sentosa lan raharja. Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan bejo kang
teko. Kabeh saka kersaning Gusti”. Yang memiliki arti sebagai berikut (Kyai
among nyai among, perkenankan menghaturkan persembahan untuk para
leluhur yang menurunkan jabang bayi ….(sebut namanya), semoga selalu
membimbing, mengarahkan setiap langkahnya, agar menjadi orang yang
berbudi pekerti luhur, selamat dan mulia dunia akhirat. Selamat selalu didapat,

13
sukses dan keberuntungan selalu datang. Semua atas izin Tuhan. Lalu semua
tamu undangan akan serentak untuk mengaminkan doa tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Acara sepasaran adalah serangkaian acara adat kelahiran bayi untuk
menggambarkan rasa syukur atas keselamatan bayi dan ibu yang telah melahirkan.
Yang mana dilakukan ketika bayi sudah berumur lima hari. Acara ini mempunyai
berbagai fungsi yaitu fungsi ritual, fungsi sosial, fungsi ekonomi, serta fungsi
pelestari tradisi.
Acara sepasaran terdiri dari berbagai tahapan, yang pertama adalah
rewang. Rewang di sini adalah acara membuat hidangan dalam acara sepasaran yang
dilakukan oleh ibu-ibu di sekitar rumah yang punya hajat tersebut. Setelah hidangan
tersedia, lalu dilanjutkan dengan acara bancakan. Acara bancakan yang dihadiri oleh
anak-anak kecil di sekitar rumah yang mempuyai hajat. Dalam acara bancakan
tersebut dikenalkan nama bayi yang baru lahir tersebut, lalu keluarga yang
mempunyai hajat mendoakan bayi yang serentak diaminkan oleh anak-anak kecil
yang datang. Lalu dibagikan nasi bancakan yang wadahnya dipincuk dengan daun
pisang.
Setelah acara bancakan, lalu dilanjutkan dengan acara kenduri yang dihadiri
oleh bapak-bapak di sekitar rumah orang yang mempunyai hajat. Setelah acara
dibuka oleh yang punya hajat, lalu acara diserahkan kepada muddin atau sesepuh
ulama di kampung orang yang mengadakan hajat tersebut. Lalu muddin tersebut
memperkenalkan nama bayi yang baru saja lahir lalu dilanjutkan dengan doa yang
berharap agar bayi yang baru saja lahir tersebut sukses dan selamat dunia akherat.
Setelah acara kenduri selesai lalu dibagikan oleh oleh kepada tamu undangan berupa
nasi kenduri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Upacara Tradisional


daerah Jawa Timur. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat
Sejarah Dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi Daerah 1983-1984,
Surabaya September 1984
Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. 2000. Upacara Tradisonal Masyarakat Jawa.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Hardjowirogo, Marbangun. 1979. Adat Istiadat Jawa: Sedari Seseorang Masih
dalam Kandungan hingga Sesudah ia Tiada lagi. Bandung: Penerbit Patma
Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
Purwadi. 2005: Upacara Tradisional Jawa Menggali Untaian Kearifan Lokal.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Retnoningsih, Dinka. 2014. Kajian Folklor Rangkaian Upacara Adat Kehamilan
Sampai dengan Kelahiran Bayi di Desa Borongan ,Kecamatan Polanharjo,
Kabupaten Klaten. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta

https://sabdalangit.wordpress.com
http://jumro.blogspot.co.id/2013/03/sepasaran-tradisi-budaya-jawa-untuk.html
http://alidamsuki.blogspot.co.id/2013/06/contoh-laporan-penelitian-tradisi.html

[1] Wawancara Bu Sri, Masyarakat desa Purwogondo, 20/12/2017, Jam 16.00, di


Warung Bu Sri.
[2] Wawancara Ibu Warsinah, Masyarakat desa Purwogondo, 20/12/2017, Jam 17.00,
di Rumah Pak Trilopo.

15

Anda mungkin juga menyukai