PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
merubah anggapan mengenai adat istiadat dan tradisi yang berlaku dalam masyarakat.
Sebagian masyarakat Jawa yang masih memegang teguh tradisi, sebagian masyarakat
lainnya lebih fleksibel dalam melaksanakan tradisi. Fleksibel dalam pengertian
selamatan yang diadakan disesuaikan dengan kemampuan, waktu, biaya, dan tenaga.
Sehingga selamatan kehamilan sampai dengan kelahiran yang diadakan tidak begitu
rumit baik mengenai ubarampenya maupun prosesi pelaksanaannya dengan tidak
merubah tujuan dari diadakannya selamatan tersebut.
Pada dasarnya, selamatan kehamilan sampai dengan kelahiran mempunyai
tujuan agar proses kehamilan sampai dengan kelahiran dapat berjalan lancar tanpa
halangan dan bayi yang dilahirkan diberikan keselamatan. Seperti asal katanya slamet
maka selamatan juga mempunyai tujuan agar semua prosesi dapat selamat, selamat
dari halangan yang membahayakan ibu hamil dan bayinya, dan selamat dari
gangguan makhluk halus yang suka mengganggu.
Awal manusia hidup adalah pada masa kandungan ibu, pada masa itu
kehidupan bayi dan ibu menjadi perhatian besar. Kehidupan mereka diatur dengan
sebuah tatacara dan upacara yang sedapat mungkin dipatuhi oleh ibu yang
mengandung dan suaminya. Ibu hamil harus memperhatikan larangan dan pantangan
demi keselamatan bayi dan dirinya. Sang suami atau keluarga mengadakan selamatan
dan sesaji, demi keselamatan mereka, tatacara selamatan (wilujengan) dilakukan
sejak kandungan. Selamatan kehamilan yang masih dilakukan diantaranya adalah
selamatan mitoni (tujuh bulan kehamilan). Bayi pada usia ini sudah dalam posisi siap
dilahirkan dengan posisi kepala dibawah. Meortjipto (1995: 52) menjelaskan bahwa
pada usia tujuh bulan bayi telah dituakan usianya dan dianggap normal, sehingga bayi
dalam kandungan tujuh bulan biasanya lahir dengan selamat.
Setelah bayi lahir, keluarga mengadakan selamatan dengan tatacara yang
diatur masyarakat lingkungannya. Upacara selamatan tersebut seperti: penguburan
(ari-ari), brokohan (selamatan pada hari pertama kelahiran), sepasaran (selamatan
hari kelima dan pemberian nama bayi), selapanan (selamatan pada hari ketigapuluh
2
lima hari). Bahkan ada beberapa masyarakat yang melaksanakan upacara selamatan
sampai bayi berusia satu tahun atau yang dinamakan setahunan.
Rangkaian upacara dari masa kehamilan hingga kelahiran bayi ini masih
dilestarikan di Desa Purwogondo, Kecamatan kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Desa
Purwogondo dipilih peneliti karena di desa tersebut merupakan tempat tinggal
peneliti. Berdasarkan pengamatan peneliti, tampaknya jika dibandingkan desa lain
dalam menjalankan ritual atau tradisi selamatan Desa Purwogondo lebih konsisten
dan lengkap dalam melaksanakannya. Di Desa Purwogondo, keluarga yang punya
hajat melakukan selamatan kelahiran dengan urutan rangkaian upacara lebih lengkap
dibandingkan keluarga di desa lain. Dimana rangkaiannya yaitu mitoni, brokohan,
sepasaran, dan selapanan, sedangkan desa lain biasanya hanya terlaksana salah satu.
Penelitian tentang rangkaian upacara dari masa kehamilan hingga kelahiran bayi ini
perlu diketahui makna dan fungsinya bagi masyarakat.
3
1. Menjelaskan makna yang terkandung dari acara sepasaran
2. Menjelaskan tata cara pelaksanaan acara sepasaran
3. Menjelaskan siapa saja pelaku yang terlibat dalam acara sepasaran
4. Menjelaskan apa saja peralatan yang dibutuhkan dalam acara sepasaran
5. Menjelaskan doa apa yang dibacakan dalam acara sepasaran
1.4.Manfaat
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka analisis ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui makna yang terkandung dari acara sepasaran
2. Mengetahui tata cara pelaksanaan acara sepasaran
3. Mengetahui siapa saja pelaku yang terlibat dalam acara sepasaran
4. Mengetahui Apa saja peralatan yang dibutuhkan dalam acara sepasaran
5. Mengetahui Doa apa yang dibacakan dalam acara sepasaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Makna yang Terkandung dalam acara Sepasaran
Bagi orang yang mengadakan jagong bayen, pada malam sepasaran ini tamu
yang datang biasanya lebih banyak daripada malam-malam sebelumnya. Karena
malam itu merupakan terakhir daripada serangkaian selamatan jagong bayen. Pada
4
malam itu, bayi yang diselamati tidak ditidurkan hingga pagi hari melainkan
dipangku. Sebab menurut kepercayaan sementara orang, bayi yang baru saja puput,
menjadi incaran roh jahat yang biasanya disebut sarap-sawan, oleh karena itu bayi
dijaga dengan cara dipangku.
Di samping itu ujung kaki tempat tidur si ibu yang sedang melahirkan
diletakkan sliro dan tumbak sewu. Tumbak sewu adalah sapu lidi yang dibalik
sehingga ujung-ujungnya berada di atas. Pada ujung-ujung sapu itu ditancapkan
dlingo, bangle, kencur, kunir, temu, cabe merah, bawang merah, bawang putih.
Sedang sliro (liro) yaitu peralatan untuk menenun secara tradisional. Sliro ini
biasanya dibuat dari kayu pohon kelapa (kayu yang keras), yang bentuknya pipih
panjang dengan ukuran lebar ±5 cm, panjang 2 m, dan tebal ±2 cm, kedua ujungnya
agak runcing. Sliro yang diletakkan pada tempat tidur ibu itu, dicoreng-coreng
dengan kapur dan arang sehingga penuh dengan coretan hitam dan putih. Maksud
yang terkandung dalam perbuatan itu ialah untuk menolak roh-roh jahat yang akan
mengganggu bayi dan ibunya.
5
ada juga yang memang datang sendiri. Salah satu wujud kerjasama terlihat ketika
membuat tumpeng robyong. Ibu-ibu membagi tugas, ada yang mengurus beras,
janganan, dan ayam. Yang akhirnya nanti bekerja sama untuk membuat tumpeng,
janganan, dan segala yang dibutuhkan dalam acara agar menjadi utuh.
6
2.2.Tata Cara Pelaksanaan Acara Sepasaran
Acara ini biasanya dilakukan oleh ibu-ibu sekitar rumah keluarga yang
mempunyai hajat. Mereka bersama-sama untuk membuat hidangan kenduri dan
bancakan. Biasanya di sini ibu-ibu bekerja secara ikhlas menurut kesadaran dirinya.
Mereka bekerja seperti itu karena berkeyakinan bahwa suatu hari nanti jika dirinya
mempunyai hajat, akan dibantu dan disengkuyung gantian oleh orang yang mereka
bantu.
7
tangkainya kemudian dicuci sampai besih. Setelah bersih, sayuran direbus hingga layu dan
ditiriskan.
8
Keterangan gambar : Pembagian Bancakan
9
Setelah hidangan siap di bungkus dalam plastik dan sekiranya bapak-bapak
sudah pulang dari tempat bekerja sekitar pukul empat sore, kenduri dimulai. Dimulai
dengan sambutan dari ayah sang bayi. Dan kemudian diserahkan kepada muddin
(alim ulama kampung) untuk didoakan. Dari hasil pengamatan langsung, kurang
lebih seperti ini.
10
Keterangan gambar : Pelaksanaan Acara Kenduri Sepasaran
Dari sambutan Ayah bayi, dapat disimpulkan bahwa ayah bayi mengucapkan
terimakasih karena telah menghadiri kenduri sepasaran dan pengumuman nama bayi
yaitu Hilbram Rusdianto. Kemudian Muddin mengambil alih acara kenduri nak
mendoakan bayi agar kelak menjadi anak yang sholeh dan dapat berguna untuk
sesama dan negara. Bapak- bapak yang hadir lainnya mengamini doa yang
dipanjatkan oleh Muddin supaya dikabulkan oleh Yang Mahakuasa.
11
3. Yang terlibat dalam acara kenduri ini selanjutnya, adalah bapak-bapak yang beliau-
beliau tinggal di daerah yang mempunyai hajat. Acara kenduri ini bermaksud untuk
bersyukur kepada Allah SWT dengan cara berdoa bersama dan pembagian makanan
berkat. Selain itu juga, sebagai ajang perkenalan nama bayi yang telah lahir.
12
2.5.Doa yang Dibacakan dalam Acara Sepasaran
Lain lagi dalam acara kendurian yang dihadiri bapak-bapak, setelah yang
mempunyai hajat membuka acara lalu berterimakasih kepada tamu yang telah hadir,
setelah itu acara diserahkan kepada muddin atau ulama di daerah tersebut. Doa yang
dibacakan muddin tersebut adalah “Kyai among nyai among, ngaturaken
pisungsung kagem para leluhur ingkang sami nurunaken jabang bayine…. (diisi
nama anak/orang yang diwetoni) mugi tansah kersa njangkung lan njampangi
lampahipun, dados lare/tiyang ingkang tansah hambeg utama, wilujeng rahayu,
mulya, sentosa lan raharja. Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan bejo kang
teko. Kabeh saka kersaning Gusti”. Yang memiliki arti sebagai berikut (Kyai
among nyai among, perkenankan menghaturkan persembahan untuk para
leluhur yang menurunkan jabang bayi ….(sebut namanya), semoga selalu
membimbing, mengarahkan setiap langkahnya, agar menjadi orang yang
berbudi pekerti luhur, selamat dan mulia dunia akhirat. Selamat selalu didapat,
13
sukses dan keberuntungan selalu datang. Semua atas izin Tuhan. Lalu semua
tamu undangan akan serentak untuk mengaminkan doa tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Acara sepasaran adalah serangkaian acara adat kelahiran bayi untuk
menggambarkan rasa syukur atas keselamatan bayi dan ibu yang telah melahirkan.
Yang mana dilakukan ketika bayi sudah berumur lima hari. Acara ini mempunyai
berbagai fungsi yaitu fungsi ritual, fungsi sosial, fungsi ekonomi, serta fungsi
pelestari tradisi.
Acara sepasaran terdiri dari berbagai tahapan, yang pertama adalah
rewang. Rewang di sini adalah acara membuat hidangan dalam acara sepasaran yang
dilakukan oleh ibu-ibu di sekitar rumah yang punya hajat tersebut. Setelah hidangan
tersedia, lalu dilanjutkan dengan acara bancakan. Acara bancakan yang dihadiri oleh
anak-anak kecil di sekitar rumah yang mempuyai hajat. Dalam acara bancakan
tersebut dikenalkan nama bayi yang baru lahir tersebut, lalu keluarga yang
mempunyai hajat mendoakan bayi yang serentak diaminkan oleh anak-anak kecil
yang datang. Lalu dibagikan nasi bancakan yang wadahnya dipincuk dengan daun
pisang.
Setelah acara bancakan, lalu dilanjutkan dengan acara kenduri yang dihadiri
oleh bapak-bapak di sekitar rumah orang yang mempunyai hajat. Setelah acara
dibuka oleh yang punya hajat, lalu acara diserahkan kepada muddin atau sesepuh
ulama di kampung orang yang mengadakan hajat tersebut. Lalu muddin tersebut
memperkenalkan nama bayi yang baru saja lahir lalu dilanjutkan dengan doa yang
berharap agar bayi yang baru saja lahir tersebut sukses dan selamat dunia akherat.
Setelah acara kenduri selesai lalu dibagikan oleh oleh kepada tamu undangan berupa
nasi kenduri.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://sabdalangit.wordpress.com
http://jumro.blogspot.co.id/2013/03/sepasaran-tradisi-budaya-jawa-untuk.html
http://alidamsuki.blogspot.co.id/2013/06/contoh-laporan-penelitian-tradisi.html
15