Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENYAKIT PMS ( RADANG PANGGUL )

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas 2

Disusun Oleh

1. Shelviana (A11601
2. Septia Fika Fatma (A11601
3. Umi salamah (A11601
4. Wahyu Rizki Amelia (A11601393)
5. Yunita Ekawati (A11601

Prodi S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi rahim (rahim), saluran tuba
(saluran yang membawa telur dari ovarium ke rahim) dan organ reproduksi
lainnya yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut bagian bawah. Ini
merupakan komplikasi serius dari beberapa penyakit menular seksual (PMS),
terutama klamidia dan gonore. PID dapat merusak saluran tuba dan jaringan di
dan dekatuterus dan ovarium. PID dapat menyebabkan konsekuensi serius,
termasuk kemandulan, kehamilan ektopik (kehamilan di tuba fallopi atau di
tempat lain diluar rahim), pembentukan abses, dan nyeri panggul
kronis.Seberapa sering PID? Setiap tahun di Amerika Serikat, diperkirakan
bahwa lebih dari 750.000 wanita mengalami sebuah episode PID akut. Lebih dari
75.000 wanita mungkin menjadi subur setiap tahun sebagai akibat dari PID, dan
sebagian besar kehamilan ektopik terjadi setiap tahun disebabkan konsekuensi
dari PID. Bagaimana perempuan mendapatkan PID? PID terjadi ketika bakteri
bergerak ke atas dari vagina perempuan atau leher rahim (membuka rahim)
keorgan-organ reproduksi nya. Banyak organisme yang berbeda dapat
menyebabkan PID, tapi banyak kasus yang berhubungan dengan gonore dan
klamidia, dua PMS bakteri yang sangat umum. Sebuah episode sebelum PID
meningkatkan risiko episode lain karena organ reproduksi dapat rusak selama
pertarungan awal infeksi. Seksual perempuan yang aktif pada tahun-tahun
melahirkan anak mereka adalah yang paling berisiko, dan mereka yang di bawah
umur 25 lebih mungkin untuk mengembangkan PID daripada mereka yang lebih
tua dari 25. Hal ini sebagiankarena leher rahim gadis remaja dan perempuan
muda tidak sepenuhnya matang, meningkatkan kerentanan mereka terhadap
PMS yang terkait dengan PID. Para mitra seks lebih seorang wanita, semakin
besar risikonya mengembangkan PID.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi abses pelvis?
2. Bagaimana etiologi abses pelvis?
3. Bagaimana patofisiologi abses pelvis?
4. Apa saja tanda dan gejala abses pelvis ?
5. Bagaimana gejala klinik abses pelvis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas maternitas yang telah diberikan.
2. Untuk mengetahui definisi dari penyakit infeksi pelvis.
3. Untuk mengetahui proses perjalanan penyakit infeksi pelvis.
4. Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi pelvis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.
Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim),
saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga
panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit
Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit
radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-
25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita
akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal.
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital
yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat
reproduksi wanita -- seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang
amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa.

B. Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran
genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu
dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit
radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan
Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan
sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS.
Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya
lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim,
serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah
menstruasi).
C. Faktor Risiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi
untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda
berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan
hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang
berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang
tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea),
namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga
tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya adalah:
1. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30
hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam
sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko
tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan
terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi
sebelumnya.
D. Tanda dan gejala
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri
ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah
menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.
Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita
dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan lain
adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam,
nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit kepala, malaise, nafsu
makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, dan sekret
vagina yang purulen.
Biasanya infeksi akan menyambut tuba fallopi. Tuba yang tersumbat
biasa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri
menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi
bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan
Perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ
perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium – ovarium panggul bisa terbentuk abses
(penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul,
gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi
bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai :
1. Tegang di bagian bawah.
2. Nyeri dan nyeri gerak pada serviks.
3. Dapat teraba tumor karena pembentukan abses.
4. Di bagian belakang rahim terjadi timbunan nanah.
5. Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak
( discomfort) di bagian bawah abdomen.
E. GEJALA KLINIK
A. Pemeriksaan fisik
1. Suhu tinggi disertai takikardi.
2. Nyeri suprasimfisis terasa lebih menonjol dari pada nyeri dikuadran atas
abdomen.
3. Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi “rebound
tenderness”, nyeri tekan, dan kekakuan otot perut sebelah bawah.
4. Tergantung dari berat dan lamanya keradangan, radang panggul dapat
pula disertai gejala ileus paralitik.
5. Dapat disertai metroragi, menoragi.

B. Pemeriksaan ginekologik

Pada pemeriksaan ginekologik didapatkan :

1. Pembengkakan dan nyeri pada labia didaerah kelenjar Bartholini.

2. Bila ditemukan flour albus purulen, umumnya akibat kuman N. gonore.


Sering kali juga disertai perdarahan-perdarahan ringan diluar haid, akibat
endometritis akuta.

3. Nyeri daerah parametrium, dan diperberat bila dilakukan gerakan-gerakan


pada servik.
4. Bila sudah terbentuk abses, maka akan teraba masa pada adneksa
disertai dengan suhu meningkat. Bila abses pecah, akan terjadi gejala-gejala
pelvioperitonitis atau peritonitis generalisata, tenesmus pada rectum disertai
diare.

5. Pus ini akan teraba sebagai suatu massa dengan bentuk tidak jelas,
terasa tebal dan sering disangka suatu subserous mioma.

6. Pemeriksaan inspekulo memberikan gambaran : keradangan akut serviks,


bersama dengan keluarnya cairan purulen.

7. Pecahnya abses tubo ovarial secara massif, memberikan gambaran yang


khas. Rasa nyeri mendadak pada perut bawah, terutama terasa pada tempat
rupture. Dalam waktu singkat seluruh abdomen akan terasa nyeri karena
timbulnya gejala perioritas generalisata. Bila jumlah cairan purulen yang
mengalir keluar banyak akan terjadi syok. Gejala pertama timbulnya syok
ialah mual dan muntah-muntah, distensi abdomen disertai tanda-tanda ileus
paralitik. Segera setelah pecahanya abses, suhu akan menuru atau
subnormal, dan beberapa waktu kemudian suhu meningkat tinggi lagi. Syok
terjadi akibat rangsangan peritoneum dan penyebaran endotoksin.

8. Anemi sering dijumpai pada abses pelvic yang sudah berlangsung


beberapa minggu.

F. Patofisiologi
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit
tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung
telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang
panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).

Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan


nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau
muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.

Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya


jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta
menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk
abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul,
gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa
terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Prawirohardjo Sarwono.2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba Gde Ida Bagus. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Arcan

Cunningham, Donald Mac,Gant. 1995. Obstetri Williams.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai