Makalah Teknik Dan Manajemen Sistem Irig
Makalah Teknik Dan Manajemen Sistem Irig
Disusun oleh :
Nama: Suci Ristiyana
NIM : 13/353693/PTP/1287
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Secara umum makalah ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pendanaan yang
dilakukan baik pemerintah ataupun organisasi di tingkat petani.
1.1 MANFAAT
Manfaat dari makalah ini adalah dapat diketahui pendanaan kegiatan yang telah
diberikan atau dilakukan sehingga tujuan yang sebelumnya di rencanakan bisa tercapai
dengan maksimal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 PERTANIAN
Faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kelangsungan budidaya komoditas
pertanian adalah ketersediaan lahan. Pemanfaatan lahan di DIY sebagian besar
digunakan untuk lahan pertanian dengan luas mencapai 225,87 ribu hektar atau 70,9
persen, terdiri dari lahan sawah sebesar 56,49 ribu hektar dan lahan bukan sawah
sebesar 169,69 ribu hektar. Sementara, lahan non lahan pertanian mencapai 92,69 ribu
hektar atau 29,1 persen dari luas DIY.
Berdasarkan wilayahnya, distribusi lahan sawah terbanyak terdapat di Kabupaten
Sleman dan Bantul dengan luas masing masing mencapai 22,79 ribu hektar dan 15,45
ribu hektar. Untuk lahan bukan sawah, distribusi terbesar terletak di Kabupaten
Gunungkidul dengan luas mencapai 104,12 ribu hektar. Di wilayah Gunungkidul lahan
yang digunakan untuk pertanian bukan sawah seluas 70%. Luas lahan pertanian dan
bukan pertanian di DIY pada tahun 2011 dijelaskan pada Tabel 3.1 (Anonim, 2013).
3
Tabel 3.1. Luas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian di DIY 2011 (ha)
Kabupaten/ Kota Lahan Pertanian Lahan non Jumlah
Sawah Lahan Kering pertanian
Kulonprogo 10.304 35.027 13.296 56.627
Bantul 15.453 13.442 21.790 50.685
Gunungkidul 7.865 104.117 36.554 148.536
Sleman 22.786 16.624 18.072 57.282
Yogyakarta 83 187 2.980 3.250
DIY 56.491 169.397 92.682 315.580
Sumber: yogyakarta.bps.go.id
5
Irigasi dan Sekretariat Tetap Komisi Irigasi yang anggotanya terdiri dari unsur
Pemerintah Daerah, IP3A, Akademisi, LSM dan tokoh masyarakat/ pemerhati bidang
keirigasian. Sistem irigasi sangat penting guna mengatur ketersediaan air bagi tanaman
padi. Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya
pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air. Dengan ketersediaan air yang
cukup melalui saluran irigasi, akan menghasilkan produktivitas padi lebih efektif
sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.( Anonim, 2013).
Di dalam pengaturan ketersediaan air terlebih pada saluran sekunder tidak lepas
dengan peran serta Gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) didalamnya.
Karena itu diperlukan suatu pemberdayaan bagi GP3A guna meningkatkan kinerja
dalam pengelolaan ketersediaan air irigasi seperti yang telah diatur dan dijelaskan
dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2001 tentang Pedoman
Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air. Pemberdayaan masyarakat
merupakan suatu alternatif strategi pengelolaan pembangunan memprasyaratkan adanya
keterlibatan langsung masyarakat, baik secara perorangan sebagai warga masyarakat
maupun secara lembaga, dalam seluruh proses pengelolaan pembangunan, baik pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi hasil-hasil pembangunan
Dinas Pertanian Provinsi DIY juga ikut serta dalam pemberdayaan kepada para
anggota P3A dimana sebagian besar adalah bantuan pendanaan dimana digunakan
sebagai peningkatan sarana dan prasarana pertanian di tingkat tersier. Berikut adalah
bantuan pendanaan yang diberikan oleh Dinas Pertanian bagi para anggota P3A dalam
bentuk bantuan sosial: (deptan, 2013)
1. Kabupaten Kulon Progo
a. Bantuan sosial pengembangan optimasi lahan mendukung tanaman pangan pada
kegiatan prasarana dan sarana pertanian.
b. Bantuan sosial pengembangan embung kegiatan konservasi air dan antisipasi
anomali iklim mendukung holtikultura pada kegiatan prasarana dan sarana
pertanian (2013).
c. Bantuan sosial untuk pengembangan jaringan irigasi mendukung tanaman pangan
pada prasarana dan sarana pertanian (2013).
d. Bantuan sosial pengembangan jaringan irigasi pada kegiatan sarana dan prasarana
(2012).
e. Bantuan sosial pembangunan embung/ dam parit mendukung tanaman pangan
pada kegiatan sarana dan prasarana pertanian (2012).
f. Bantuan sosial pembangunan embung/ dam parit mendukung tanaman
holtikultura pada kegiatan sarana dan prasarana pertanian (2012).
g. Bantuan sosial untuk pengelolaan irigasi partisipatif pada kegiatan sarana dan
prasarana pertanian (2012).
h. Bantuan sosial pembangunan embung/ dam parit kegiatan konservasi air dan
antisipasi anomali iklim mendukung tanaman pangan pada kegiatan sarana dan
prasarana pertanian (2012).
i. Bantuan sosial pengembangan optimasi lahan pendukung tanaman pangan pada
kegiatan sarana dan prasarana pertanian (2012).
j. Bantuan sosial kegiatan penyediaan sarana dan prasarana pertanian (2012).
k. Bantuan sosial kegiatan pengelolaan lahan dan air (2010).
2. Kabupaten Bantul
a. Bantuan sosial kegiatan sarana dan prasarana pertanian (2013).
b. Bantuan kegiatan perluasan areal dan pengelolaan lahan pertanian program
penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian (2012).
6
c. Bantuan kegiatan pengelolaaan air irigasi untuk pertanian program penyediaan
dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian (2012).
d. Bantuan penyediaan dan perbaikan infrastruktur pertanian kegiatan pengelolaan
lahan dan air (2012).
e. Bantuan sosial kegiatan pengelola lahan dan air (2010).
4. Kabupaten Sleman
a. Kegiatan fasilitasi lahan pertanian berkelanjutan Dinas Pertanian (2010).
b. Kegiatan pengelolaan lahan program peningkatan ketahanan pangan (2010).
c. Rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT), rehabilitasi jaringan
irigasi desa (JIDES), pengembangan irigasi permukaan, pengembangan sumur
resapan, pengelolaan irigasi partisipatif (PIP), Pembuatan embung/dam parit dan
pengarusutamaan gender kegiatan pengelolaan lahan dan air (2010).
d. Reklamasi lahan pasca bencana Merapi (2011).
e. Rehabilitasi infrastruktur dan fasilitas irigasi pertanian untuk korban letusan
merapi (2012).
f. Bantuan sosial kegiatan sarana dan prasarana ( 2013).
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
1. Pendanaan yang dilakukan oleh pemerintah biasanya diberikan dalam bentuk
bantuan sosial berupa dana pembangunan fasilitas penunjang pertanian
7
2. Pada tingkat P3A iuran rutin guna memperoleh pendanaan bagi organisasi
biasanya dilakukan dengan iuran rutin yang biasa disebut IPAIR
3. Pengelolaan dana yang berasal dari pemerintah diserahkan langsung kepada
organisasi petani baik GP3A atau P3A dalam pelaksanaannya.
4. Dana swadaya yang berasal dari IPAIR digunakan dalam pelaksanaan
pemeliharaan jaringan bila terjadi kerusakan kerusakan dalam skala kecil.
5. GP3A juga diberi kewenangan untuk mengelola dana-dana stimulan baik dari
DAU maupun dana LOAN melalui dana APBN
3.2 SARAN
Pemerintah telah secara baik memberikan pendanaan kepada P3A namun
alangkah lebih baik jika ada suatu pendampingan dalam pengelolaannya sehingga dana
yang dikucurkan lebih mengena dan dapat termangfaatkan dengan baik. Selain itu
masyarakat juga harus diberikan pengarahan secara mendalam mengenai operasi dan
pemeliharaan saluran irigasi, sehingga dapat meminimalisir kerusakan kerusakan yang
ada di saluran hal ini juga bisa menjadi salah satu cara penghematan dana dalam
perbaikan saluran irigasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ambler, J.S. 1990. Irigasi di Indonesia : Dinamika Kelembagaan Petani. LP3ES.Jakarta.
8
Anonim. 2013. Peraturan Daerah Kabupaten Sragen. http://goo.gl/eho4q2. Diakses pada
tanggal 12 November 2013.
Rachman, Benny. 2009. Kebijakan Sistem Kelembagaan Pengelolaan Irigasi. Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.