Anda di halaman 1dari 16

FARMAKOLOGI

MAKALAH VITAMIN B7 (BIOTIN)

Disusun Oleh :

1. Dwi Puspita Sindi PO.71.24.2.17.0.14


2. Emi Latifah Sukasna PO.71.24.2.17.015

Dosen Pembimbing : Dian Lestari, SST, M.Bmd

PRODI D.IV KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018-2019

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat, ridho dan hidayah dari Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Farmakologi yang berjudul “ VITAMIN B7 (BIOTIN) ”.

Tidak lupa sholawat beriring salam dihanturkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah membawa kita semua ke zaman yang terang benderang seperti
sekarang. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Terutama kepada dosen pembimbing kami,
Ibu Dian Lestari, SST, M.Bmd. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna
seutuhnya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Terakhir pesan dari kami semoga makalah ini dapat
dipahami dan selanjutnya dapat dimanfaatkan di bidang pendidikan dan dunia kerja, serta
bermanfaat untuk pembangunan kesehatan bangsa ini.

Palembang, April 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar…………………………………………………………………….. i
Daftar isi…………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………….………………………………. 1
C. Tujuan……………………………………………...………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Vitamin B7……………………………………….……………. 3
1. Pengertian Vitamin B7…………………………………….………… 3
2. Struktur Vitamin B7…………………………………………………. 3
B. Sifat Fisika dan Kimia Vitamin B7………………………………………... 4
C. Kebutuhan mikronutrient Vitamin B7 pada anak, dewasa, dan ibu hamil .. 5
1. Menurut Institute of Medicine………………………………………. 5
2. Menurut Kementerian Kesehatan RI………………………………... 5
D. Farmakokinetik pada Vitamin B7…………………………………………. 6
E. Farmakodinamik pada Vitamin B7…………………………………………7
F. Interaksi Farmakokinetik Vitamin B7…………………………………….. 7
1. Interaksi aditif atau sinergis ……………………………………….. 7
2. Interaksi antagonis atau berlawanan………………………………... 7
G. Interaksi Farmakodinamik Vitamin B7…………………………………… 8
H. Manfaat Vitamin B7…………………………………………………….… 8
I. Sumber Vitamin B7…………………………………………………….…. 9
J. Dosis Vitamin B7…………………………………………………………. 9
K. Sediaan Vitamin B7……………………………………………………….. 9
L. Defisiensi dan Hipervitaminosis Vitamin B7…………………………….. 10
M. Efek Samping dan Upaya Penanganan Efek Samping pada Vitamin B7.... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………... 12
B. Saran………………………………………………………………….......... 12
Daftar Pustaka…………………………………………………………………….. iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam makanan dalam
jumlah sedikit dan dibutuhkan jumlah yang besar untuk proses metabolisme yang
normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan lemak. Vitamin yang larut dalam lemak
adalah vitamin A, D, E, dan K dan vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B dan
C (Dorland: 2006).
Vitamin (Bahasa Inggris:vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa
organik kimia berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme
setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin merupakan suatu
molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan
pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia
dalam jumlah yang cuk up, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang
dikonsumsi. (Rhina Abdullah:2011)
Kata vitamin berasal dari kata vital yang artinya hidup, dan amin yang artinya
senyawa yang mengandung gugus N. Dari berbagai hasil penelitian, tidak semua
vitamin mengandung gugus N, jadi kata vitamin sudah tidak sesuai lagi dengan
kondisi yang sebenarnya, tetapi sampai saat ini masih tetap saja dipakai. Vitamin
adalah senyawa organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi
biologis yang lain bagi makhluk hidup. Vitamin tidak disintesis dalam tubuh, kecuali
vitamin K. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi harus ada yang mengandung
vitamin. Jika tubuh kekurangan vitamin akan mengakibatkan penyakit atau defisiensi
atau avitaminosis. (Abdul Hadi:2013)
Ada 13 jenis vitamin yang bisa dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu
vitamin yang larut dalam lemak, terdiri dari vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan
vitamin K; dan vitamin yang larut dalam air tidak tersimpan dalam tubuh dalam
jangka waktu yang lama yang artinya vitamin jenis ini perlu dikonsumsi secara
teratur. Kebanyakan vitamin jenis ini adalah vitamin B yang berperan sebagai energi
untuk metabolisme. Thiamin, Riboflavin, Niacin, Pyridoxine, Folic Acid dan vitamin
C juga termasuk jenis ini (Koes Irianto: 2009)

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Vitamin B7?


2. Bagaimana sifat fisika dan kimia Vitamin B7?
3. Bagaimana kebutuhan mikronutrien Vitamin B7 pada anak, dewasa, dan ibu hamil?
4. Bagaimana farmakokinetik Vitamin B7?
5. Bagaimana farmakodinamik Vitamin B7?
6. Bagaimana interaksi farmakokinetik Vitamin B7?

1
7. Bagaimana interaksi farmakodinamik Vitamin B7?
8. Bagaimana manfaat Vitamin B7?
9. Bagaimana sumber Vitamin B7?
10. Bagaimana dosis dan tata cara Vitamin B7?
11. Bagaimana sediaan suplemen Vitamin B7?
12. Bagaimana defisiensi dan hipervitaminosis Vitamin B7?
13. Bagaimana efek samping dan upaya penanganan efek samping pada Vitamin B7?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Vitamin B7
2. Untuk mengetahui sifat Fisika dan Kimia Vitamin B7
3. Untuk mengetahui kebutuhan mikronutrien Vitamin B7 pada anak, dewasa, dan ibu
hamil
4. Untuk mengetahui farmakokinetik Vitamin B7
5. Untuk mengetahui farmakodinamik Vitamin B7
6. Untuk mengetahui bagaimana interaksi farmakokinetik Vitamin B7
7. Untuk mengetahui bagaimana interaksi farmakodinamik Vitamin B7
8. Untuk mengetahui manfaat Vitamin B7
9. Untuk mengetahui sumber Vitamin B7
10. Untuk mengetahui dosis dan tata cara Vitamin B7
11. Untuk mengetahui Sediaan Vitamin B7
12. Untuk mengetahui defisiensi dan hipervitaminosis Vitamin B7
13. Untuk mengetahui efek samping dan upaya penanganan efek samping pada
Vitamin B7

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Vitamin B7
1. Pengertian Vitamin B7
Vitamin B7 ditemukan pada tahun 1930 setelah melakukan investigasi terhadap
kejadian 'egg white injury'. Dari seluruh kelompok vitamin B lainnya, vitamin B7 berbeda
karena kita juga dapat memperolehnya dari bakteri usus, mikrobiota. Inilah mengapa
vitamin ini juga dikenal dengan sebutan biotin. Walaupun vitamin ini dihasilkan oleh
bakteri usus, jumlah yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan kita sehari-hari. Oleh
karena itu, kita perlu mendapatkannya dari makanan. (Hall RJ: 2013).
Biotin pertama kali ditemukan dan diisolasi oleh Kogl (1942) dan struktur biotin
dijelaskan oleh du Vigneaud. Disebut juga sebagai anti egg white injuri factor, yaitu
faktor yang memperbaiki keadaan defisiensi yang dibuat pada hewan yang diberi dengan
putih telur banyak. (Girindra:1990)
Biotin juga dikenal sebagai Vitamin B7 dan Vitamin H, adalah vitamin B kompleks
yang larut dalam air, dimana berperan penting dalam membantu metabolisme protein
dalam tubuh dan proses glukosa. Vitamin B7 juga dikenal sebagai vitamin H, “H” berasal
dari bahasa Jerman untuk “rambut” dan “kulit”, Hair und Haut. Biotin mengalir dalam
perdedaran darah dan untuk jumlah yang banyak atau tidak berguna, Biotin
dieliminas/dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Dengan kata lain, tubuh tidak membangun
cadangan untuk vitamin B7, sehingga kita harus memenuhi vitamin B7 setiap harinya.
(Christian Nordqvist, 2014)
2. Struktur Vitamin B7

Vitamin B7 rumus kimianya C10H16N2O3S. Dengan nama IUPAC 5-[(4S)-2-oxo-


1,3,3a,4,6,6a-hexahydrothieno[3,4-d]imidazol-4-yl]pentanoic acid. Serta dengan
berbagai nama kimia, seperti biotin, d-biotin, vitamin H. (NIH V.S:2006)

3
B. Sifat Fisika dan Kimia Vitamin B7

Nama properti Nilai properti


Berat molekul 244,309 g / mol
XLogP3-AA 0,3
Hitungan Donor Ikatan Hidrogen 3
Hitungan Akseptor Ikatan Hidrogen 4
Jumlah Obligasi yang Dapat Diputar 5
Massa tepat 244.088 g / mol
Massa Monoisotopic 244.088 g / mol
Area Permukaan Kutub Topologis 104 A ^ 2
Hitungan Atom Berat 16
Biaya Formal 0
Kompleksitas 298
Hitungan Atom Isotop 0
Jumlah Atom Stereocenter yang Ditentukan 3
Hitungan Atom Stereocenter tidak terdefinisi 0
Jumlah Stereocenter Obligasi yang Ditentukan 0
Jumlah Stereocenter Obligasi tidak terdefinisi 0
Hitungan Unit Berikat Covalently 1
Senyawa Digeneralisasikan Iya

Kelarutan:
Biotin sedikit larut dalam air dan alkohol (garamnya cukup larut).
(Ilmu Farmasi Remington:1970)

4
C. Kebutuhan Mikronutrien Vitamin B7 pada anak, dewasa, dan ibu hamil
1. Menurut Institute of Medicine
Institute of Medicine telah menetapkan asupan yang memadai (AI) untuk biotin.
Mendapatkan jumlah ini dari diet, dengan atau tanpa suplemen, harus cukup untuk
mendukung kesehatan yang baik.

Kategori Biotin: Asupan yang Memadai


(AI)

0-6 bulan 5 mikrogram / hari


7-12 bulan 6 mcg / hari
1-3 tahun 8 mcg / hari
4-8 tahun 12 mcg / hari
9-13 tahun 20 mcg / hari
14-18 tahun 25 mcg / hari
19 tahun ke atas 30 mcg / hari
Wanita hamil 30 mcg / hari
Wanita menyusui 35 mcg / hari
2. Menurut Kementerian Kesehatan RI

5
3. Setiap harinya, kita disarankan untuk mengonsumsi biotin sebanyak 50 μg. Untuk menjaga
kesehatan kulit, rambut, dan kuku, konsumsi sebanyak 1 mg per hari dapat dilakukan dalam
jangka waktu pendek. (Brewer S :2002)

Mikronutrien (zat gizi mikro) adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
jumlah sedikit, namun mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan hormon,
aktivitas enzim serta mengatur fungsi sistem imun dan sistem reproduksi. Yang termasuk
mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Makromineral adalah mineral yang dibutuhkan
tubuh sebanyak minimal 100 mg per hari (contoh: kalsium, fosfor), sedangkan mikromineral
(trace elements) adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kurang dari 100 mg per
hari (contoh: seng, besi. Mikronutrien diperoleh dari luar tubuh seperti dari makanan atau
suplemen, karena tubuh tidak mampu memproduksinya dalam jumlah yang cukup sesuai
dengan kebutuhan tubuh.

Meskipun hanya dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit, mikronutrien
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan zat gizi mikro dapat meningkatkan resiko
terserang penyakit menular, kematian akibat diare, campak, malaria dan paru-paru. Kondisi
tersebut merupakan bagian dari 10 penyebab utama kematian di dunia saat ini. WHO
mencatat bahwa lebih dari 2000 juta penduduk di dunia menderita kekurangan vitamin dan
mineral, terutama vitamin A, yodium, besi dan seng.

D. Farmakokinetik pada Vitamin B7


Suplemen biotik yang dikonsumsi secara oral sepenuhnya diserap, bahkan pada dosis
farmakologi yang tinggi (81,9 mikromol yang diambil secara oral atau 18,4 mikromol
yang diberikan secara intravena).

6
Biotin diserap oleh transporter multivitamin yang tergantung-sodium (SMVT) dalam
usus halus dan usus besar. Setelah transportasi dari usus ke sirkulasi sistem, biotin
diambil oleh hati dan kemudian melintasi darah otak ke sistem saraf pusat.
Tak lama setelah konsumsi oral, dosis tunggal biotin dosis tinggi (600 mikrogram dan
900 mikrogram) dihilangkan dari sirkulasi, yang menyebabkan peningkatan signifikan
dalam pengeluaran urin. Oleh karena itu, dosis rendah (300 mikrogram) setiap hari
selama satu minggu direkomendasikan untuk pemeliharaan kadar biotin yang lebih lama.
Sekitar setengah dari biotin yang diserap dimetabolisme menjadi bisnorbiotin dan
biotin sulfoksida sebelum dikeluarkan. Rasio molar biotin, bisnorbiotin, dan biotin
sulfodida adalah sekitar 3:2:1 dalam urin dan darah. Waktu paruh selama ekskresi biotin
adalah sekitar 1 jam 50 menit.
Dalam makanan biotin terdapat dalam bebas dan terikat. Dalam bentuk terikat biotin
mudah dipecah oleh enzim proteolipid, sebagian besar biotin yang diabsorbsi berasal dari
sintesa flora usus, maka biotin yg dieksresi melalui urin dan feses lebih banyak daripada
biotin yg dimakan.

E. Farmakodinamik pada Vitamin B7


Biotin memainkan peran mendukung kesehatan kulit, saraf, saluran pencernaan,
metabolisme, dan sel.
Biotin memiliki peran penting sebagai koenzim, artinya vitamin ini membantu enzim
untuk bekerja di dalam tubuh kita. Sebagai koenzim, biotin membantu empat buah enzim
yang semuanya bekerja untuk reaksi karboksilasi. Reaksi karboksilasi ini memiliki peran
penting dalam proses metabolisme energi, misalnya pembentukan glukosa dan asam
lemak, serta pemecahan asam amino. (Hall RJ:2013)

F. Interaksi Farmakokinetik Vitamin B7


Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah
obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya (BNF 58:2009).
1. Interaksi aditif atau sinergis
Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama diberikan
bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai contoh, alkohol menekan SSP, jika
diberikan dalam jumlah sedang dosis terapi normal sejumlah besar obat (misalnya
ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain), dapat menyebabkan mengantuk berlebihan.
Kadang-kadang efek aditif menyebabkan toksik (misalnya aditif ototoksisitas,
nefrotoksisitas, depresi sumsum tulang dan perpanjangan interval QT)
(Stockley:2008).
Pada biotin, interaksi aditif akan timbul jika biotin dikonsumsi bersamaan
dengan zinc, terutama untuk mengatasi kerontokan.
2. Interaksi antagonis atau berlawanan
Berbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa pasang obat dengan kegiatan
yang bertentangan satu sama lain. Misalnya kumarin dapat memperpanjang waktu
pembekuan darah yang secara kompetitif menghambat efek vitamin K. Jika asupan
vitamin K bertambah, efek dari antikoagulan oral dihambat dan waktu protrombin

7
dapat kembali normal, sehingga menggagalkan manfaat terapi pengobatan
antikoagulan (Stockley:2008).
Biotin akan memunculkan reaksi antagonis atau berkurang kadarnya dalam
tubuh, jika sedang mengonsumsi obat-obatan lain, terutama antibiotik dan antikejang
(antikonvulsan) seperti phenytoin dan primidone, dan minuman beralkohol.

G. Interaksi Farmakodinamik Vitamin B7


Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki efek
farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi
karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem
fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang
farmakologi obat-obat yang berinteraksi (BNF 58:2009).
Pada saat mengonsumsi biotin sebaiknya menghindari interaksi bersamaan dengan
susu, teh, dan kopi.

H. Manfaat Vitamin B7
Menurut Office of Dietary Supplements (ODS), biotin memiliki manfaat:
1. Menjaga kehamilan yang sehat
Kekurangan biotin ringan sering terlihat selama kehamilan. Ini dapat menyebabkan
perkembangan abnormal pada janin.
2. Kuku, rambut, dan kulit
Ada beberapa bukti bahwa biotin dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan kuku
dan meningkatkan kesehatan rambut dan kulit.
3. Menurunkan glukosa darah
Kemampuan biotin untuk menurunkan glukosa darah pada orang dengan diabetes
tipe 1 dan tipe 2 .
4. Mengontrol neuropati
Biotin dapat membantu mengurangi kerusakan saraf pada orang yang menderita
diabetes atau yang sedang menjalani cuci darah untuk penyakit ginjal.
5. Penyakit ganglia basal responsif biotin
Penyakit ganglia basal adalah kelainan bawaan yang jarang terjadi. Ini
mempengaruhi bagian dari sistem saraf yang mengontrol gerakan. Dapat
menyebabkan ketegangan otot, kekakuan otot, kelemahan otot, dan masalah lainnya.

Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA), yang menyediakan saran ilmiah untuk
membantu pembuat kebijakan, memiliki menegaskan bahwa manfaat kesehatan yang
jelas telah ditetapkan untuk asupan biotin dalam makanan di Indonesia bermanfaat
untuk:
1. Metabolisme makronutrien normal
2. Metabolisme yang menghasilkan energi normal
3. Pemeliharaan kulit normal dan selaput lendir
4. Fungsi normal sistem saraf
5. Perawatan rambut normal
6. Pengurangan Risiko Penyakit

8
I. Sumber Vitamin B7
Susu, hati, dan kuning telur merupakan sumber biotin yang paling utama. Kuning
telur merupakan sumber biotin yang baik, tetapi putih telur mengandung protein bernama
avidin yang dapat dapat mengikat biotin dengan kuat sehingga biotin tidak dapat diserap
oleh tubuh. Namun, avidin dapat dirusak melalui proses pemanasan, sehingga orang yang
mengalami defisiensi biotin adalah orang yang gemar mengonsumsi telur mentah dalam
jumlah banyak (6 butir perhari) dan dalam jangka waktu yang lama. Hal inilah yang
disebut kejadian 'egg white injury'; dasar penemuan biotin yang disebutkan di atas.
(Brody. T: 1999)
Biotin terjadi secara alami dalam banyak makanan. Bibit gandum, sereal gandum, roti
gandum, telur, produk susu, kacang tanah, kacang kedelai, salmon, dan ayam adalah
sumber biotin.

J. Dosis Vitamin B7
Dosis berikut telah dipelajari dalam penelitian ilmiah:
1. Dewasa
Oleh mulut:

Umum : Tidak ada tunjangan diet yang direkomendasikan (RDA) yang ditetapkan untuk
biotin. Asupan yang memadai (AI) untuk biotin adalah 30 mcg untuk orang dewasa di
atas 18 tahun dan wanita hamil, dan 35 mcg untuk wanita menyusui.

Kekurangan biotin : Hingga 10 mg setiap hari telah digunakan.


2. Anak-anak
Dengan mulut:
Umum : Tidak ada tunjangan diet yang direkomendasikan (RDA) yang ditetapkan
untuk biotin. Asupan adekuat (AI) yang memadai untuk biotin adalah 7 mcg
untuk bayi 0-12 bulan, 8 mcg untuk anak 1-3 tahun, 12 mcg untuk anak 4-8
tahun, 20 mcg untuk anak-anak 9-13 tahun, dan 25 mcg untuk remaja 14-18
tahun.
Kekurangan biotin : Hingga 10 mg setiap hari telah digunakan pada bayi.
(Fernandez-Mejia, C:2005)
3. Sampai saat ini, belum ditemukan efek negatif bagi kesehatan apabila
mengonsumsi biotin dalam dosis yang tinggi (200 mg secara oral atau 20 mg
melalui intravena). (Gropper SS, Smith JL:2012)

K. Sediaan dan Vitamin B7


Vitamin B7 tersedia dalam sediaan tablet salut selaput 250mcg/5000mcg/10000mcg,
selaput, dan suntik.

9
1. Tablet vitamin B7

2. Kapsul vitamin B7

L. Defisiensi dan Hipervitaminosis Vitamin B7


1. Defisiensi Vitamin B7
Seseorang akan mengalami defisiensi Vitamin B7, biasanya karena terlalu sering
mengonsumsi putih telur mentah dalam jumlah banyak dan dalam jangka waktu
lama. Vitamin B7 juga dibentuk oleh bakteri di dalam tubuh, sebab kekurangan
selanjutnya adalah vitamin B7 tidak mampu dibuat dikarenakan pada bayi belum
memiliki bakteri tersebut untuk membuat biotin. Sehingga bayi tersebut mengalami
defisiensi vitamin B7. Untuk itu tidak perlu antibiotik, hanya perlu pemberian tetes
pada bayi. Selain itu, pada orang dewasa sebab utama defisiensi vitamin B7 adalah
tidak adanya variasi konsumsi makanan bergizi dalam kesehariannya.
Berikut ini adalah akibat defisiensi vitamin B7:
a. Membuat rambut, kuku, dan kulit terganggu
b. Membuat kulit kusam
c. Proses metabolisme menurun
d. Berat badan tidak stabil
e. Kelainan jantung

10
f. Kelebihan gula darah
Berikut ini adalah penyakit akibat defisiensi vitamin B7:
a. Dermatitis (peradangan pada kulit)
b. Hyperesthetia (abnormal pada indra bayi) dan Paresthesia (kulit kesemutan dan
mati rasa)
c. Keratokonjugtivis (konjungtiva pada mata)
d. Anorexia (nafsu makan menurun drastis)
e. Anemia
f. Gangguan fungsi jantung

2. Hipervitaminosis Vitamin B7

a. Keracunan
Kelebihan biotin dapat membut keracunan di dalam tubuh, hal ini diakibatkan
karena tidak mampunya tubuh untuk menyerap banyaknya biotin yang masuk
sehingga biotin akan menyebar kemana saja, padahal bisa jadi tubuh itu belum
membutuhkan biotin.
b. Tubuh Menjadi Lemas
Biotin memang membantu untuk memperkuat kekebalan tubuh, sehingga
tubuh tidak mudah merasa lelah, tatapi jika tubuh terlalu banyak mengkonsumsi
biotin, justru tubuh akan merasa kesulitan untuk mengatur biotin sehingga tubuh
akan menjadi lemah.
c. Kulit Menjadi Rusak
Sejatinya biotin memang menjaga kesehatan kulit, namun jika kulit terlalu
banyak menerima biotin maka kulit akan rusak.
d. Rusaknya Metabolisme pada Tubuh
Hampir sama dengan tubuh menjadi lemas, metabolisme tubuh akan terganggu
jika terlalu banyak mengkonsumsi vitamin biotin.

M. Efek Samping dan Upaya Penanganan Efek Samping pada Vitamin B7


Biotin adalah aman bagi kebanyakan orang ketika diminum dengan tepat atau ketika
diaplikasikan pada kulit sebagai produk kosmetik yang mengandung 0,0001% hingga
0,6% biotin. Biotin ditoleransi dengan baik bila digunakan pada dosis yang dianjurkan.
Menurut Dr Shaemah Khan, dokter spesialis di American Osteophatiic Board of
Family Physiciansefek samping akibat overdosis biotin jarang terjadi, karena biotin
sangat mudah diekskresikan dalam urin dan kotoran, tubuh dapat dengan mudah
menyingkirkan keleihan biotin. Namun, dalam mengonsumsi suplemen rambt, kulit, dan
kuku meskipun dalam jumlah kecil, terkadang bisa brpengaruh pada hasil tes kesehatan
seseorang.
Food and Drug Administration AS (FDA) lebih lanjut memperingatkan bahwa efek
biotin pada pemantauan troponin jantung telah mengakibatkan setidaknya satu kematian
karena kesalahan hasil pemeriksaan.
Jadi, untuk menghindari efek samping pada biotin, sebaiknya mengonsumi biotin
sesuai kebutuhan dan dosis yang sudah diterapkan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata vitamin berasal dari kata vital yang artinya hidup, dan amin yang artinya
senyawa yang mengandung gugus N. Dari berbagai hasil penelitian, tidak semua vitamin
mengandung gugus N, jadi kata vitamin sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang
sebenarnya, tetapi sampai saat ini masih tetap saja dipakai. Vitamin adalah senyawa
organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi
makhluk hidup. Vitamin tidak disintesis dalam tubuh, kecuali vitamin K. Oleh karena itu,
makanan yang dikonsumsi harus ada yang mengandung vitamin. Jika tubuh kekurangan
vitamin akan mengakibatkan penyakit atau defisiensi atau avitaminosis. (Abdul
Hadi:2013)
Ada 13 jenis vitamin yang bisa dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu
vitamin yang larut dalam lemak, terdiri dari vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan
vitamin K; dan vitamin yang larut dalam air tidak tersimpan dalam tubuh dalam jangka
waktu yang lama yang artinya vitamin jenis ini perlu dikonsumsi secara teratur.
Kebanyakan vitamin jenis ini adalah vitamin B yang berperan sebagai energi untuk
metabolisme. Thiamin, Riboflavin, Niacin, Pyridoxine, Folic Acid dan vitamin C juga
termasuk jenis ini (Koes Irianto: 2009)
Salah satu vitamin yang dibutuhkan tubuh tersebut adalah biotin, yang juga
dikenal sebagai Vitamin B7 dan Vitamin H, adalah vitamin B kompleks yang larut dalam
air, dimana berperan penting dalam membantu metabolisme protein dalam tubuh dan
proses glukosa. Vitamin B7 juga dikenal sebagai vitamin H, “H” berasal dari bahasa
Jerman untuk “rambut” dan “kulit”, Hair und Haut. Biotin mengalir dalam perdedaran
darah dan untuk jumlah yang banyak atau tidak berguna, Biotin dieliminas/dikeluarkan
dari tubuh melalui urin. Dengan kata lain, tubuh tidak membangun cadangan untuk
vitamin B7, sehingga kita harus memenuhi vitamin B7 setiap harinya.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis
mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang. Baik dari segi
ketersediaan sumber materi, maupun dalam penulisan makalah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W., 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC

Hadi, Abdul. 2013. Pengertian dan Penjelasan tentang Biologi. Bandung: Tarsito

Hall RJ. 2013. Reversing Your hair Loss: A Practical Scientific Guide.

Girindra, Aisjah., 1990. BIOKIMIA I, edisi kedua. Jakarta: Gramedia.

NIH V.S National Library of Medicine. PubChem. 2006. Diakses 14 April 2019.

Publ Mack. Co. 1970. Ilmu Farmasi Remington edisi ke-14 hal. 1025. Easton, PA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Nomor 75 tentang Angka


Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia: 7-8. Lihat lampiran.

Fernandez-Mejia, C. J Nutr.Biochem. 2005. Efek farmakologis dari biotin., 16 (7): 424-427.


Lihat abstrak.

Brewer S. 2002. The Essential Guide to Vitamins, Minerals and Herbal Supplements.
London: Constable & Robinson Ltd.

Gropper SS, Smith JL. 2012. Advanced Nutrition and Human Metabolism. 6 editionth ed.
Belmont: Wadsworth Publishing;

Stockley. 2008. Stockley’s Drug Interactions, 8th Edition. Pharmaceutical Press. London.

Irianto, Koes. 2009. Memahami Vitamin & Mineral. Bandung: PT. Sarana Ilmu Pustaka.

Brody T. 1999. Nutritional Biochemystry. 2nd ed. Califfornia: Academic Press.

iii

Anda mungkin juga menyukai