Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA II (KLINIK)
PEMERIKSAAN TERHADAP URIN

OLEH:
Nama : Dwi Nindya Sari
NIM : 08121006033
Dosen Pembimbing : 1. Dra. Budi Untari, MSi, Apt
2. Dr. rer.nat. Mardiyanto, MSi,Apt
Asisten Pembimbing : Tri Wahyuningsih

LABORATORIUM ANALISA FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014-2015
PRAKTIKUM V
PEMERIKSAAN TERHADAP URIN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu memahami prinsip pemeriksaan terhadap urin sebagai
salah satu muatan kompetensi dalam bidang keahlian biokimia klinik.

II. PRINSIP KERJA


Pemeriksaan terhadap urin berdasarkan volume, warna, kekeruhan,
keasamaan (pH), bau, berat jenis, uji protein dengan asam asetat, serta uji buih
dengan NaOH.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan
sulfur,garam-garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna kekuning-
kuningan, meskipun secara normal banyak variasinya. Mempunyai bau yang khas
untuk speciesyang berbeda. Jumlah urin yang diekskresikan tiap harinya
bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air, temperatur lingkungan, musim
dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).
Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan
(filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat – zat
(augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses
reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal.
Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap
nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah dalam sistem
kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk
mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma
(Roberts, 1993).
Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama akan
berwarna kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Ph urin berkisar
antara 4,8 – 7,5 dan akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein
serta urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat
jenis urin yakni 1,002 – 1,035 g/ml (Uliyah, 2008).
Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di
dalam urin terkandung bermacam – macam zat, antara lain (1) zat sisa
pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat warna
empedu yang memberikan warna kuning pada urin, (3) garam, terutama NaCl,
dan (4) zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat –
obatan serta juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya
hormon (Ethel, 2003).
Zat tertentu yang terdapat didalam urin, meskipun dalam keadaan normal
zat tersebut tidak tampak. Seperti glukosa, asaton, albumin, darah dan nanah.
Berbagai keadaan ketidaknormalan komponen urin adalah : (a) Glikosuria, yaitu
terdapatnya glukosa dalam air kemih. Hal ini merupakan gejala terlalu banyak
makan gula, meningkatkan aktifitas kelenjar adranal yang mengakibatkan banyak
penguraian glikogen dan pembebasan glukosa dari hati, hipoinsulin, yaitu
berkurangnya jumlah insulin (b) Aseonaria, adalah terdapatnya senyawa keton
dalam urin karena terlalu banyak mengkonsumsi lemak atau jumlah karbohidrat
yang tersedia untuk pembakaran berkurang. Aseton juga terbentuk saat keadaan
lapar. (c) Proteinuria, adalah salah satu keadan dimana satu macam protein plasma
yang terdapat dalam urin. Seperti terdapatnya albumin dalam urin (albuminaria).
Hal ini menunjukan gejala penyakit (d) hematuria, yaitu terdapatnya darah dala
urin karena infeksi pada ginjal atau salah satu air kemih (Walungi, 1990).
Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat
setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna
urin normal kuning pucat sampai kuning. Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini
dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya umur. Berat jenis urin dewasa berkisar
pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi 1.002-
1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain,
yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga tergantung
dari bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang
memusingkan. Bau merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau
mencerna obat-obatan tertentu. urin yang normal rata-rata 1-2 liter / hari.
Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua
substansi dalam urin meningkat) sehingga mempermudah pembentukan batu. pH
urin dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh
konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi
kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat
lebih asam (Evelyn 1993).

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat: 1. Tabung Reaksi 6. Pipet tetes
2. Rak tabung reaksi 7. Kertas PH stick
3. Bunsen 8. Kertas Lakmus
4. Beaker glass 9. Urinometer
5. Gelas ukur 10. Drupple plat
Bahan: 1. Sampel urin (pagi, siang, malam, puasa, diabetes, setelah makan)
2. Asam asetat
3. NaOH

V. PROSEDUR KERJA
1. Pemeriksaan volume, warna, kekeruhan, dan bau
Masukkan masing-masing sampel urin
(pagi, siang, malam, puasa, diabetes,
setelah makan) ke dalam gelas ukur
atau beaker glass

Baca

Volume masing-masing sampel urin


dan lihat warna, kekeruhan serta cium
bau masing-masing sampel urin

Catat

Hasil pengamatan dan bandingkan


hasilnya
2. Pemeriksaan Berat Jenis

Masukkan Siapkan 6 gelas ukur


masing-masing sampel urin
(pagi, siang, malam, puasa, diabetes,
setelah makan) ke dalam ¾ gelas ukur

Celupkan

Urinometer pada masing-masing gelas


ukur dan baca volume

Catat
Hasil pengamatan dan bandingkan
hasilnya

3. Pemeriksaan Keasaman (PH)


Teteskan masing-masing sampel urin
(pagi, siang, malam, puasa, diabetes,
setelah makan) ke drupple plat

Celupkan

Kertas lakmus pada masing-masing


sampel urin
Lihat

Sifat asam-basanya dan ukur PH


dengan kertas PH stick

Catat

Hasil pengamatan dan bandingkan


hasilnya

4. Uji Klinis
Masukkan masing-masing sampel urin
(pagi, siang, malam, puasa, diabetes,
setelah makan) ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan

5 tetes asam asetat pada masing-


masing sampel urin
Dilakukan

Prosedur yang sama tetapi


ditambahkan 5 tetes NaOH

Amati

Perubahan yang terjadi dan


bandingkan hasil pengamatan

VI. DATA HASIL PENGAMATAN


Jenis Urin
No Jenis Uji Pagi Siang Malam Puasa Diabetes Setelah
Makan
1 Volume 82 ml 98 ml 475 ml 230 ml 230 ml
2 Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
pekat terang muda muda muda terang
3 Kekeruhan Agak Keruh Keruh Keruh Bening Bening
keruh
4 Keasaman Asam Asam Netral Asam Asam Asam
PH= 6 PH= 6 PH= 7 PH= 6 PH= 5 PH= 6
5 Bau Amonia Amonia Amonia Amonia Amonia Amonia
6 Berat Jenis 1016 1020 1007 1005 1012 1025
7 + 5 tetes Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Asam ada ada ada ada ada ada
Asetat kristal kristal kristal kristal kristal kristal
8 + 5 tetes Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ada
NaOH ada ada ada ada ada sedikit
buih buih buih buih buih partikel
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan terhadap urin dengan
beberapa macam uji, yaitu : pengukuran volume dan berat jenis, pengamatan
warna, kekeruhan, bau, keasaman (pH), uji kandungan protein dalam urin dengan
asam asetat, dan uji buih dan kandungan amonia dengan NaOH.
Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan
kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan
kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin yang
dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan
gangguan faal ginjal. Besarnya volume urine seseorang amat tergantung pada
intake cairan (makan/minum), kehilangan cairan (keringat), suhu badan, suhu
sekitarnya. Rata-rata didaerah tropic volume urin dalam 24 jam antara 800-1300
ml untuk orang dewasa. Volume urine malam hari dapat lebih banyak daripada
siang hari pada keadaan Glomerulo Tubulair Diseases yang berat, gangguan pada
absorbs usus, adison diseases.
Pada pengukuran volume, sampel urin yang memiliki volume paling
banyak adalah urin malam dengan volume 475 ml. Dalam keadaan normal ,
volume urine pada siang hari lebih banyak daripada volume urin pada malam hari.
Hal ini dikarenakan sampel urin pagi dan siang tidak diambil seluruhnya sehingga
volume tidak dapat diketahui secara pasti. Banyak sekali faktor yang
mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan
dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata
didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang
dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka
keadaan itu disebut poliuri. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka
keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah
-muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana
jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada
shock dan kegagalan ginjal. Pada urin puasa dan diabetes memiliki volume yang
sama 230 ml, seharusnya volume urin diabetes lebih banyak daripada puasa yang
sedikit asupan makanan dan minumnya. Pada penderita diabetes terjadi poliuria.
Karena karena glikosuria atau adanya glukosa dalam urin akan menginduksi
diuresis osmotik.
Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis, makin
besar diuresis makin muda warna urin. Biasanya warna normal urin berkisar
antara kuning muda dan kuning tua. Warna urin disebabkan oleh beberapa macam
zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Warna urin dinyatakan dengan tidak
berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah,
coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan
urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh
kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu.Warna normal
urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa
macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan
perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam
jumlah besar, seperti Urobilin menyebabkan warna coklat. Semua sampel urin
berwarna normal yaitu kuning muda kecuali pada urin pagi yang berwarna lebih
pekat dikarenakan adanya kandungan vitamin C dari suplemen yang dikonsumsi
pada malam hari sebelum tidur, sedangkan pada urin siang warna kuning terang.
Pengamatan kekeruhan dilakukan dengan cara mengamati warna urin
dengan cara menerawang ke arah datangnya sinar. Hasilnya, urin pagi, siang,
malam dan puasa terlihat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih.
Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit
yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat
amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh
pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus ataupun bakteri.
Pemeriksaan terhadap bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi
penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung
berbau manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya
cenderung berbau menyengat. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik
yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan, obat-
obatan, dan buah-buahan seperti pada ketonuria. Sampel urin menunjukkan bau
yang agak menyengat seperti bau amonia. Bau amoniak disebabkan perombakan
ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet.
Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan
protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
Bobot jenis urin berhubungan erat dengan dieresis. Semakin kecil atau
rendah bobot jenis, maka semakin besar diuresis, dan sebaliknya. Bobot jenis urin
adalah 1,005 – 1,026 pada suhu kamar. BJ rendah biasanya dijumpai pada
penyakit ginjal seperti glomerunofritis , defisiensi ADH , gangguan metabolik
pada DM , hidrasi berat berkepanjangan , sebaliknya BJ urin tinggi di jumpai pada
keadaan puasa dan glukosuria. Pada pengukuran berat jenis, berat jenis sampel
urin yang diperoleh adalah hanya berdasarkan suhu karena kadar gula dan protein
tidak diketahui sehingga berat jenis yang didapat belum berat jenis yang
sebenarnya. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003-1,030.
Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal
pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih,
menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada
penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari
1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis
dan kegagalan ginjal yang menahun. Berat jenis urine tertinggi terdapat pada urine
pertama pagi hari, sedangkan berat jenis terendah terdapat dalam urine yang
dihasilkan 1 jam setelah intake cairan yang cukup banyak.
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa,
kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal
berkisar antar 4,5 - 8,0 dengan rata-rata 6. Selain itu penetapan pH pada infeksi
saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh
Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan
kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan
urin bersifat basa. PH pada masing-masing sampel urin menunjukkan pH yang
normal yaitu 6 tetapi urin malam lebih bersifat netral hal ini dipengaruhi oleh
makanan, sedangkan urin diabetes bersifat lebih asam karena terjadi ketosis.
Pembacaan pH hendaknya segera dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena
urine yang lama cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi
amonia). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus dan
pH-meter. PH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan;
bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang
makan berikutnya. Urin pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-
obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat
mempengaruhi pH urin.
Uji kandungan protein dengan pemberian asam asetat dilakukan untuk
mencapai atau mendekati titik isoelektrik protein, yang dipanasakan akan
membentuk presipitat yang terlihat berupa kekeruhan. Semua sampel tidak
menunjukkan adanya endapan, berarti tidak ada protein dalam urin. Adanya
protein dalam urine disebut proteinuria.Biasanya, hanya sebagian kecil protein
plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan
ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam
atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.
Sampel diuji dengan NaOH untuk uji buih dan kandungan amonia.
Seluruh sampel larut saat ditambahkan 5 tetes NaOH, akan tetapi pada sampel
urin setelah makan, terdapat partikel-partikel kecil yang melayang-layang dalam
larutan sampel. Dan juga tidak ada buih yang terbentuk pada saluruh sampel.

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dari percobaan ini, dapat


disimpulkan bahwa:
1. Jumlah urin malam lebih banyak daripada jumlah urin siang dikarenakan
sampel urin pagi dan siang tidak diambil seluruhnya sehingga volume tidak
dapat diketahui secara pasti.
2. Semua sampel urin berwarna normal yaitu kuning muda kecuali pada urin
pagi yang berwarna lebih pekat dikarenakan adanya kandungan zat obat
yang dikonsumsi pada malam hari sebelum tidur, sedangkan pada urin siang
warna kuning terang.
3. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut
nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun
mengendap.
4. Semua sampel berbau ammonia (normal). Bau urin normal disebabkan oleh
asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan
oleh makanan, obat-obatan, dan buah-buahan seperti pada ketonuria.
5. Bobot jenis urin berhubungan erat dengan diuresis. Semakin kecil atau
rendah bobot jenis, maka semakin besar diuresis, dan sebaliknya.
6. PH dari seluruh sampel termasuk normal. Penetapan pH diperlukan pada
gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang
keadaan dalam badan.
7. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik
isoelektrik protein, yang dipanasakan akan membentuk presipitat yang
terlihat berupa kekeruhan.
8. Seluruh sampel larut saat ditambahkan 5 tetes NaOH dan juga tidak ada
buih yang terbentuk pada sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check


Up): Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor: Jakarta.
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.
Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Roberts, M. 1993. Biology Princeple and Processes, 1 sted. Thomas Nelson and
Sons Ltd. London.
Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba Medika:
Jakarta.
Wulangi, Kartolo. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB: Bandung.
LAMPIRAN

Pengukuran volume urin


malam Sampel urin yang akan Uji keasaman dengan
diuji kertas lakmus

Penambahan asam asetat Sampel urin pagi dan siang


ke sampel urin

Sampel urin
yang digunakan

Kertas PH stick
● Pemerikasaan Unsur Sedimen

Menggunakan asam asetat Menggunakan NaOH

● Pengukuran Berat Jenis

Menggunakan Urinometer

Anda mungkin juga menyukai