Anda di halaman 1dari 13

DAPUR INDUKSI

Tentang Dapur Induksi


Secara umum tanur induksi digolongkan sebagai tanur peleburan (melting
furnace) dengan frekuensi kerja jala-jala (50 Hz) sampai frekuensi tinggi (10000 Hz)
dan tanur penahan panas (holding furnace) yang bekerja pada frekuensi jala-jala.

Tanur induksi listrik adalah tanur yang melebur logam dengan medan
elektromagnet yang dihasilkan oleh induksi listrik, baik yang berfrekuensi rendah
maupun yang berfrekuensi tinggi. Tanur induksi biasanya berbentuk crucible yang
dapat dimiringkan. Tanur ini dipakai untuk melebur baja paduan tinggi, baja perkakas,
baja untuk cetakan, baja tahan karat,dan baja tahan panas yang tinggi..

Penggunaan tanur induksi di industri pengecoran logam dewasa ini telah


semakin berkembang. Hal ini terutama karena tanur induksi menjanjikan beberapa
kelebihan antara lain:

1. Hasil peleburan bersih.


2. Mudah dalam mengatur/mengendalikan temperatur.
3. Komposisi cairan homogen.
4. Efisiensi penggunaan energi panas tinggi.
5. Dapat digunakan untuk melebur berbagai jenis material

Namun demikian terdapat pula hambatan/kendala yang perlu diperhatikan


yaitu:

1. Infestasi biaya beban tetap yang cukup besar menuntut loading yang tinggi.
2. Biaya operasi yang besar menuntut tingkat kegagalan yang rendah.
3. Dibutuhkan operator maupun teknisi berpengalaman dalam mengoperasikannya.
4. Tingkat bahaya besar, mengingat tanur ini menggunakan enerji listrik yang sangat
besar.
5. Biaya perawatan besar.
1.1. Bagian-Bagian Dapur Induksi
Secara umum konstruksi dari dapur induksi bentuknya tidak jauh beda dengan
dapur-dapur peleburan lainnya. Akan tetapi bagian-bagian dalam dapur induksi tentu
berbeda sesuai fungsi dan perannya.

Gambar 2. 2.1 Kostruksi dari dapur induksi

Gambar 2. 2.2 Kostruksi dari dapur induksi


Bagian - bagian dapur induksi terdiri dari
1. Spot : bias disebut juga dengan corong yang berfungsi sebagai tempat keluarnya
cairan logam yang sudah dileburkan.
2. Crusible : sebagai tempat pemanasan logam
3. Lining : lapisan pada diding bagian dalam yang tahan panas , berfungsi sebagai
krus.
4. Antena : memiliki peranan penting sebagai sensor kebocoran yang berfungsi untuk
mendeteksi kebocoran cairan logam pada lining (lapisan pada dinding bagian dalam
induction furnace), apabila terdapat kerusakan pada lining dikarenakan crack
(retak), erosi, serta lining tergerus yang menyebabkan cairan logam bisa keluar
menembus ke plat bajanya dan bisa terus melelehkannya serta cairan logam bisa
sampai terus merusak induktor tembaga yangdidalamnya terdapat air, maka akan
terjadi ledakan pada induction furnace.
5. Coil (Induktor) : komponen yang tersusun dari lilitan kawat berfungsi
menimbulkan arus listrik.
6. Refaktori : merupakan material yang mempunyai ketahanan dalam temperatur
tinggi d an material yang mampu mempertahankan sifatnya terhadap tegangan
mekanik maupun serangan kimia dari gas-gas panas, cairan logam dan slag
7. Dan komponen-komponen lainnya.

1.2. Prinsip Proses Peleburan Dengan Tanur Induksi

Tanur induksi bekerja dengan prinsip transformator dengan kumparan primer


dialiri arus AC dari sumber tenaga dan kumparan sekunder. Kumparan sekunder yang
diletakkan didalam medan mahnit kumparan primer akan menghasilkan arus induksi.
Berbeda dengan transformator, kumparan sekunder digantikan oleh bahan baku
peleburan serta dirancang sedemikian rupa agar arus induksi tersebut berubah menjadi
panas yang sanggup mencairkannya.
Sesuai dengan frekuensi kerja yang digunakan, tanur induksi dikatagorikan
sebagai tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz – 60 Hz) dengan kapasitas lebur diatas
1 ton/jam dan tanur induksi frekuensi menengah (150 Hz – 10000 Hz) untuk tanur
dengan kapasitas lebur rendah.
Frekuensi jala-jala pada tanur induksi frekuensi menengah diubah terlebih dahulu
dengan menggunakan thyristor menjadi freukensi yang lebih tinggi sebelum dialirkan
kekumparan primer.

Gambar 2.3.1. Skema tanur induksi frekuensi menengah

Secara umum tanur induksi terdiri dari 2 jenis yaitu:

a. Dapur induksi jenis saluran.


Jenis saluran inidigunakan sebagai holding furnace (hanya berfungsi untuk
menahan temperatur cairan agar tidak turun).

Gambar 2.3.2. Dapur induksi jenis saluran potongan melintang.


Prinsip pemanasan tanur induksi jenis saluran. Pemanasan hanya dilakukan
pada bagian saluran cairan. Bahan cair yang panas akan bergerak keatas, sedangkan
bahan cair yang dinggin bergerak kebawah mengisi saluran. Dengan demikian
cairan didalam tanur akan mengalami sirkulasi.

Gambar 2.3.3. Prinsip pemanasan dapur induksi jenis saluran.

b. Dapur Induksi jenis krus

Gambar 2.3.4 Dapur induksi jenis krus.

Untuk dapur jenis ini digunakan sebagai dapur peleburan. Tanur induksi
jenis krus dikonstruksi sedemikian rupa disesuaikan dengan ukuran dan jenis bahan
yang dilebur, sehingga terdapat tanur induksi frekuensi jala-jala, tanur induksi
frekuensi menengah dan tanur induksi frekuensi tinggi.
Gambar 2.3.5. Prinsip dapur induksi jenis krus.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih frekuensi kerja tanur
induksi adalah hubungannya dengan ukuran minimum bahan baku yang dapat ditembus
oleh frekuensi tersebut, sebagai berikut

Dimana :

δ = kedalaman penetrasi elektromagnetik [m].

K = Konstanta bahan baku.

f = Frekuensi kerja [Hz].

Ukuran minimum bahan baku yang dapat dilebur tanpa bantuan cairan adalah:
D = 3,5 x δ

Pada tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz), mengingat dimensi bahan baku
minimumnya sedemikian besar, maka peleburan pertama selalu dimulai dengan bahan
berukuran besar sebagai starting-block serta selalu disisakan sekurang-kurangnya 1/3
cairan didalam tanur untuk membantu proses peleburan berikutnya
Oleh Brown Bovery C. ditabelkan sebagai berikut :

Tabel 2.3.1 Ukuran minimum bahan baku

Pada tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz), mengingat dimensi bahan baku
minimumnya sedemikian besar, maka peleburan pertama selalu dimulai dengan bahan
berukuran besar sebagai starting-block serta selalu disisakan sekurang-kurangnya 1/3
cairan didalam tanur untuk membantu proses peleburan berikutnya.

1.3. Lining Tanur Induksi

Hal utama yang perlu sangat diperhatikan disamping prinsip pemanasan dan
pencairan pada penggunaan tanur induksi adalah lapisan bahan tahan panas (lining)
yang berfugsi sebagai krus. Kualitas lining ini sangat berperan terhadap fungsi,
keselamatan kerja, metalurgi peleburan dan efisiensi.

Beban-beban yang harus dapat diatasi oleh lining adalah:

a. Temperatur tinggi selama proses peleburan dan perubahan temperatur dari tinggi
kerendah yang sangat cepat (temperatur shock) dan berulang-ulang khususnya
ketika bahan baku dimuatkan.
b. Gaya-gaya mekanik yang dihasilkan oleh tekanan cairan, benturan bahan baku dan
gesekan baik ketika bahan masih beku ataupun telah mencair.
c. Efek-efek metalurgi dari reaksi-reaksi yang berlangsung antara lining dengan
bahan dan terak cair, unsur-unsur asing serta merusak yang berasal dari bahan baku
(Zn, Pb) yang pada temperatur peleburan besi berada dalam keadaan sangat cair
sehingga mampu menyusup diantara celah-celah lining.
Ketebalan lining tanur induksi berpengaruh pula terhadap efisiensi penggunaan
energi listrik karena lining yang terlalu tebal akan menghambat aliran induksi. Dengan
demikian lining harus dibuat setipis mungkin dengan tetap mempertimbangkan
keamanan tanur. Dewasa ini tergantung dari kapasitas muat tanur, ketebalan lining
adalah antara 80 mm sampai dengan 200 mm.

Lining tanur induksi terbuat dari bahan berbentuk serbuk kasar yang kering.
Bahan tersebut harus dapat terpasang dengan baik melapisi kumparan bagian dalam.
Kekuatan dari bahan lining tersebut baru diperoleh setelah bahan mengalami proses
sintering.

Proses sintering adalah proses pemanasan terhadap lining baru sehingga bahan
lining yang semula terdiri dari serbuk kasar, sebagian berubah menjadi bersifat keramik
yang tahan terhadap temperatur tinggi dan pengaruh-pengaruh kimiawi, sebagian
berupa padatan masif yang segera akan berubah menjadi keramik bila daerah keramik
telah menipis dan sebagian masih merupa serbuk yang mampu meredam getaran akibat
benturan oleh bahan baku serta meredam retakan lining.

Selama proses peleburan daerah keramik akan terus menerus terkikis oleh cairan,
namun demikian daerah padatan yang terletak tepat disebelahnya akan segera menjadi
keramik sehingga ketebalan daerah keramik ini relatif tetap. Hal mana terjadi pula
terhadap daerah padatan yang pada saat bagian terdepan berubah menjadi keramik
bagian lain segera digantikan oleh bagian bahan serbuk yang berubah menjadi padatan.

Dengan demikian pada akhirnya bagian lining yang akan habis adalah bagian
yang masih berupa serbuk. Artinya, bila bagian ini sudah habis maka lining tidak akan
mampu lagi untuk meredam getaran dan retakan. Hal ini menjadi indikator bahwa lining
harus segera diperbarui.
Penetrasi panas

Daerah
cairan

Permukaan keramik
Bahan lining padatan
Bahan lining tetap serbuk
Bahan isolator

Gambar 2.4.1 Lining setelah proses


sintering

Penetrasi panas

Daerah
cairan

Permukaan keramik
Bahan lining padatan
Bahan isolator

Gambar 2.4.1 Lining setelah digunakan berkali-kali

Ketebalan dari masing-masing daerah lining sesaat setelah proses sintering


selesai adalah relatif sama, dengan demikian lining dapat dinyatakan habis bila
ketebalannya tinggal 2/3 dari ketebalan semula.

Tiga daerah lining dan masing-masing fungsinya:


 Daerah keramik yang tahan terhadap temperatur tinggi dan pengaruh-pengaruh
kimiawi.
 Daerah padatan masif yang segera akan berubah menjadi keramik bila daerah
keramik telah menipis.
 Daerah serbuk yang mampu meredam getaran akibat benturan oleh bahan baku serta
meredam retakan lining.
Daerah
cairan
Permukaan keramik
Bahan lining padatan
Bahan lining tetap serbuk

1.4. Pemuatan bahan peleburan.


Proses peleburan dengan tanur induksi akan semakin efisien bila menggunakan
bahan baku yang masif (berukuran besar) dan kompak. Keuntungan yang diperoleh dari
bahan masif adalah :
1. Bahan yang dilewati oleh medan induksi lebih banyak sehingga menghasilkan
enerji panas yang lebih besar.
2. Permukaan bahan yang bersentuhan dengan udara sedikit sehingga mengurangi
efek oksidasi.
3. Bahan homogen dengan komposisi yang serupa sehingga mengurangi faktor
kesalahan peramuan.
4. Mengurangi kemungkinan bahan asing dan kotoran ikut terbawa pada saat
pemuatan sehingga lebih dapat menjamin pencapaian komposisi yang dikehendaki
serta mengurangi terak ataupun bahaya-bahaya lain yang ditimbulkannya.

Ketersediaan cairan didalam tanur juga akan dapat meningkatkan kecepatan.


peleburan.Maka dalam hal pemuatan bahan kedalam tanur indsuksi berlaku urutan
sebagai berikut:
 Tanur induksi frekuensi jala-jala:
1. Sarting blok untuk awal peleburan :
2. Sisa cairan, yaitu 1/3 dari kapasitas tanur untuk peleburan lanjutan.
3. Besi kasar.
4. Bahan daur ulang.
5. Besi bekas.
6. Baja bekas.
7. Baja bekas.
8. Bahan paduan, dimana paduan dengan kehilangan terbakar (melting loss) tinggi
dimuatkan paling akhir.

Poin 1 merupakan tuntutan wajib bagi tanur induksi frekuensi jaringan, sebab
tanpa starting block proses peleburan tidak dapat berlangsung. Sedangkan poin 2 adalah
upaya untuk meningkatkan efisiensi enerji peleburan. Poin 3 sampai 8 merupakan
urutan prioritas bila bahan-bahan tersebut digunakan

 Tanur induksi frekuensi menengah dan tinggi:

1. Sarting blok untuk awal peleburan (bila tersedia).


2. Besi kasar.
3. Bahan daur ulang.
4. Besi bekas.
5. Baja bekas.
6. Carburisher (bersama baja bekas).
7. Bahan paduan, dimana padfuan dengan kehilangan terbakar (melting loss) tinggi
dimuatkan paling akhir.

Poin 1 lebih baik dilakukan walaupun tanpa sarting blok proses peleburan
dengan tanur induksi frekuensi menengah sampai tinggi tetap dapat dilakukan.
Sedangkan poin 2 sampai 7 merupakan urutan prioritas bila bahan-bahan tersebut
digunakan.

2. KESIMPULAN
1. Dapur Induksi termasuk dalam dapur peleburan yang prinsi kerjanya menggunakan
induksi arus listrik.
2. Dapur Induksi mempunyai beberapa keuntungan yaitudapat meleburkan semua
jenis baja dan bahan material yang lainnya yang tidak dapat dileburkan oleh dapur-
dapur peleburan yang lain. Tempearur dapat diatur serta kebersihannya dan
karateristik memadai.
3. Disamping banyak keuntungan dari dapur induksi ada juga kerugiannya yaitu
dalam hal biaya dan pengoperasian yang sulit, sehingga dibutuhkan tenaga ahli
yang handal.
DAFTAR PUSTAKA

Mikel, P. Grover. Fundamental of Modern Manufacturing

http://ghulamzoldics.wordpress.com/

electric-mechanic.blogspot.com/2010/11/tungku-induksi.html

epository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22553/4/Chapter%20II.pdf

http://hapli.wordpress.com/foundry/peleburan-dengan-tanur-induksi/

http://mechanical90.blogspot.com/2010/03/jenis-jenis-tungku-peleburan-logam.html

Anda mungkin juga menyukai