1 PB PDF
1 PB PDF
Abstract
Civic Education has a strategic role in strengthening multiculturalism in
Indonesia. However, the contents of civic learning at the elementary level up to
university level are showing lack of phenomenon that explores the multicultural
values based on local wisdom (local genius). This research is a literature study
by finding reference theories relevant to the cases or problems found. The
reference theory obtained by method of literature study was presented as the
foundation. It was found that: (1) The primordially knowledge, attitude and
behavior of Indonesian society are kinds of things that impede Civics Education
as a medium for strengthening multiculturalism in Indonesia; (2) Civic
Education has great potential to become the foundation for multicultural
strengthening in Indonesia with attention to innovation and development of the
content, as well as the learning model. (3) Civic Education has a philosophical
meaning as the foundation of ligature strength in the establishment of pluralism
multicultural mentalities in order to realize national goals and nation’s
modernization without abandoning the local wisdom.
196
Pendidikan Kewarganegaraan: usaha …. Arif Prasetyo dan margi Wahono
197
Jurnal Civics Volume 14 Nomor 2, Oktober 2017
198
Pendidikan Kewarganegaraan: usaha …. Arif Prasetyo dan margi Wahono
199
Jurnal Civics Volume 14 Nomor 2, Oktober 2017
lembaga negara, badan peradilan, terutama digunakan adalah ceramah dan tanya
kemerdekaan Indonesia, kerja sama jawab (Budimansyah, 2010).
internasional, dan kajian terhadap Pancasila Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
itu sendiri (Santoso et al., 2015, pp. 89–90). 25 Tahun 2000 maka Pemerintah melalui
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, Departemen Pendidikan Nasional melakukan
Kurikulum PPKn 1994 pengorganisasian penyusunan standar nasional untuk seluruh
materi dilakukan bukan atas dasar rumusan mata pelajaran yang ada di Indonesia, adapun
butir-butir nilai Pedoman Penghayatan dan komponen-komponen yang disusun oleh
Pengamalan Pancasila (P4), tetapi atas dasar pemerintah tersebut adalah (1) standar
konsep nilai yang diambil dari inti P4 dan kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) materi
sumber resmi lainnya yang ditata dengan pokok, dan (4) indikator pencapaian. Dengan
menggunakan pendekatan spiral meluas atau dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
spiral of concept development (Winataputra, tersebut, maka terjadi pergantian nama dan
2012, p. 4) . Pendekatan ini kurikulum juga terhadap mata pelajaran yang
mengartikulasikan sila-sila Pancasila dengan semula Pendidikan Pancasila dan
jabaran nilainya untuk setiap jenjang Kewarganegaraan (PPKn) menjadi
pendidikan dan kelas serta catur wulan dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan
setiap kelas. Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang
Sehingga materi pembahasan dalam lebih dikenal dengan sebutan KBK pada
PPKn ini memiliki ruang lingkup pertama, tahun 2004. Materi pembahasan dalam mata
nilai, moral dan norma serta perilaku yang pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini
diharapkan terwujud dalam kehidupan memiliki ruang lingkup mengenai persatuan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bangsa dan negara, Nilai dan norma (agama,
sebagaimana dimaksud dalam P4. Kedua, kesusilaan, kesopanan dan hukum), Hak
Kehidupan ideologi politik ekonomi, sosial, Asasi Manusia, Kebutuhan hidup warga
budaya, pertahanan, dan keamanan serta negara, Kekuasaan dan politik, masyarakat
perkembangan ilmu pengetahuan dan demokratis, Pancasila dan konstitusi negara,
teknologi dalam wadah kesatuan negara globalisasi; namun materi ini mengusung misi
kesatuan Republik Indonesia yang pendidikan nilai dan moral (Santoso et al.,
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 2015)
(Santoso et al., 2015, pp. 89–90). Proses pengembangan Kurikulum
Hal ini dikarenakan dalam kurikulum Berbasis Kompetensi ini menggunakan
1994 untuk PPKn diartikan sebagai mata asumsi bahwa siswa yang akan belajar telah
pelajaran yang digunakan sebagai wahana memiliki pengetahuan dan keterampilan awal
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai yang dibutuhkan untuk menguasai
luhur dan moral yang berakar pada budaya kompetensi tertentu. Oleh karenanya
bangsa Indonesia. Kurikulum 1994 lebih pengembangan kurikulum 2004
mengarahkan peserta didik untuk menguasai memperhatikan prinsip-prinsip berikut; (1)
materi pengetahuan. Materi pengetahuan berorientasi pada pencapaian hasil dan
diberikan pada peserta didik sesuai dengan dampaknya (outcome oriented), (2) berbasis
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada Standard Kompetensi dan Kompetensi
sebelumnya. Metode belajar di kelas yang Dasar, (3) Bertolak dari Kompetensi Lulusan,
200
Pendidikan Kewarganegaraan: usaha …. Arif Prasetyo dan margi Wahono
201
Jurnal Civics Volume 14 Nomor 2, Oktober 2017
202
Pendidikan Kewarganegaraan: usaha …. Arif Prasetyo dan margi Wahono
yang plural secara demokratis, dan keyakinan akan nilai-nilai ajaran keagaman,
membentuk mosaik yang indah (cultural gender, dan perbedaan usia.
pluralism: mozaik analogy) dalam satu Multikulturalisme tidah hanya
semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Garcia, memperjuangkan kesetraan kesukubangsaan
1982, pp. 37–42). dari sebuah kelompok masyarakat, gender,
Multikulturalisme merupakan istilah ras, dan usia saja, tetapi lebih dari itu
yang digunakan untuk menjelaskan tentang multikulturalisme adalah sebuah perjuangan
pandangan seseorang tentang keragaman bagi mereka yang tersisihkan oleh sebuah
kehidupan di dunia, ataupun kebijakan sistem yang besar yang lebih mengutamakan
kebudayaan yang menekankan tentang homogenitas dari suatu kelompok masyarakat
penerimaan terhadap adanya keragaman, dan yang ada. Selain itu, multikulturalisme juga
berbagai macam budaya (multikultural) yang dapat dipakai secara deskriptif untuk
ada dalam kehidupan masyarakat menyebut sebuah tatanan masyarakat yang
menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, memiliki keanekaragaman budaya di
kebiasaan, dan politik yang mereka percayai. dalamnya.
Munculnya Pendidikan multikultural Kesadaran tentang pentingnya
(multicultural education) merupakan mempelajari dan menghayati
merupakan respon adanya kenyataan bahwa multikulturalisme sudah muncul sejak negara
Indonesia mempunyai berbagai keragaman di Republik Indonesia terbentuk dan digunakan
dalam masyarakatnya. Untuk menghadapi oleh pendiri bangsa Indonesia. Hal ini
tuntutan akan perubahan zaman yang sangat dikemukakan oleh Suparlan (Sanaky, 2005, p.
cepat akan multikulrutalisme maka yang 1) bahwa multikulturalisme sudah digunakan
dilakukan ialah menyiapkan generasi penerus untuk mendesain kebudayaan bangsa
bangsa Indonesia agar di masa yang akan Indonesia. Tetapi, bagi bangsa Indonesia
datang mampu menjadi bangsa yang mapan masa kini konsep multikulturalisme menjadi
dalam hal menyikapi multikulrutalisme yang sebuah konsep baru dan asing. Kesadaran
ada di Indonesia. Karena bangsa Indonesia terhadap konsep multikulturalisme yang
tidak segera menyikapi hal itu, maka bukan dibentuk oleh pendidiri bangsa semenjak
tidak mungkin masalah-masalah yang timbul zaman pra kemerdekaan hilang bagaikan
sebagai dampak keberagaman di Indonesia ditelan bumi ketika masa Orde Baru.
akan semakin muluas, konflik SARA yang Kesadaran tersebut dipendam atas nama
pernah melanda Indonesia tidak menutup persatuan dan stabilitas negara yang
kemungkinan akan terulang kembali. kemudian muncul paham mono-
Multikulturalisme merupakan sebuah kulturalisme yang menjadi tekanan utama dan
ajaran akan pentingnya menghargai akhirnya semuanya memaksakan pola
perbedaan dan kesederajatan. Perbedaan ”penyeragaman” berbagai aspek, sistem
individu maupun perbedaan kelompok dilihat sosial, politik dan budaya, sehingga sampai
sebagai sebuah kekayaan dari perbedaan saat ini wawasan multikulturalisme bangsa
kebudayaan yang ada. Di dalam perbedaan Indonesia masih sangat rendah.
terdapat kesederajatan, kesederajatan Pengembangan kompetensi bagi warga
menekankan terutama pada sisi perbedaan- negara yang bercirikan multikultural mutlak
perbedaan askriptif, seperti perbedaan suku dilakukan bahkan telah menjadi bagian tak
bangsa dan kebudayaan yang terdapat terpisahkan dalam upaya pengembangan
didalamnya, ciri-ciri fisik dari setiap individu, warga negara multikultural. Kompetensi
203
Jurnal Civics Volume 14 Nomor 2, Oktober 2017
204
Pendidikan Kewarganegaraan: usaha …. Arif Prasetyo dan margi Wahono
205