Anda di halaman 1dari 9

ISSN (Print) : 2443-1141

ISSN (Online) : 2541-5301


PENELITIAN

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


pada Balita di Wilayah Pesisir Desa Kore
Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima
Sri Wahyuningsih1, Sitti Raodhah2*, Syahrul Basri3

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Wilayah Pesisir. Pokok permasalahan yang di bahas ada-
lah mengenai faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah pesisir
Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima tahun 2014
Jenis Penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional . Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh balita yang bertempat tinggal di wilayah Pesisir Desa Kore Kecamatan
Sanggar Kabupaten Bima tahun 2014. Tehnik pengambilan sampel menggunakan metode simple ran-
dom sampling dimana teradpat 70 orang balita sebagai sampel dalam penelitian ini.
Berdasarkan analisis chi-square didapatkan bahwa (1) Ada hubungan penggunaan jenis bahan
bakar biomassa dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar
Kabupaten Bima tahun 2014 (p =0,001) (2) Ada hubungan Luas ventilasi dengan kejadian Infeksi Salu-
ran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita balita di wilayah pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabu-
paten Bima tahun 2014 (p =0,000) (3) Ada hubungan Kepadatan Hunian dengan kejadian Infeksi Salu-
ran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten
Bima tahun 2014 (p = 0,000) (4) Tidak ada hubungan Perilaku merokok dengan kejadian Infeksi Salu-
ran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah Pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten
Bima tahun 2014 (p = 0,084)

Kata Kunci : Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Biomassa, Luas Ventilasi, Kepadatan Hunian,
Perilaku merokok

Pendahuluan Undang-undang dasar 1945 dan Undang-undang


Pembangunan dibidang kesehatan sebagai nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Untuk
bagian dari pembangunan nasional yang ditata mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi
dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan untuk setiap penduduk, pelayanan keseh atan harus
mencapai derajat kesehatan yang optimal dan dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu dalam
produktif sebagai perwujudan dari kesejahteraan pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan
umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan kesehatan keluaraga maupun pelayanan kesehatan
masyarakat (Depkes RI, 2006).
* Korespondensi: odha.uin@gmail.com Upaya pemerintah untuk terus memperluas
1,2,3
Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri cakupan pembangunan kesehatan dan meningkat-
Alauddin Makassar
V O LU M E 3 , N O. 2, M EI — AG U ST U S 2 0 1 7 HIG IEN E 98

kan kualitas pelayanan kesehatan, harus disertai tahun 1990 menjadi 51 kematian per 1000 ke-
upaya mendorong kemandirian individu, keluarga lahiran hidup pada tahun 2011(WHO, 2012). World
dan masyarakat untuk sehatSebagai upaya Health Organization (WHO) memperkirakan in-
mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, sidensi ISPA di negara berkembang 0,29% (151 juta
Pemerintah telah menyusun berbagai program jiwa) dan negara industri 0,05% (5 juta jiwa) (WHO,
pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain 2012). ISPA menempati urutan pertama penyakit
kegiatan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) yang diderita pada kelompok bayi dan balita di In-
baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan donesia. Prevalensi ISPA di Indonesia adalah 25,5%
rehabilitatif di semua aspek lingkungan kegiatan dengan morbiditas pneumonia pada bayi 2,2% dan
pelayanan kesehatan (WHO, 2003). pada balita 3%, sedangkan mortalitas pada bayi
Dalam Repelita VI, Penyehatan perumahan 23,8% dan balita 15,5% (Depkes, 2007).
dan lingkungan merupakan salah satu kegiatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di-
pokok dalam program penyehatan lingkungan pem- awali dengan panas disertai salah satu atau lebih
ukiman sebagai kelanjutan dari Pelita V. gejala, tenggorokan terasa sakit atau nyeri saat
Penyehatan perumahan dan lingkungan itu sendiri menelan, pilek, batuk kering atau berdahak. Period
diutamakan pada daerah yang mempunyai resiko prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bu-
tinggi terhadap kemungkinan penularan penyakit, lan terakhir. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi
seperti Diare, TB Paru, Kecacingan, Demam adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua
Berdarah Dengue (DBD), dan Infeksi saluran (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat
Pernafasan Akut (ISPA) dengan mencegah adanya (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas
rumah-rumah yang tidak memenuhi syarat 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan
kesehatan. provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence
WHO menuturkan, ISPA merupakan salah ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%)
satu penyebab kematian tersering pada anak di tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%) (Riskesdes
negara yang sedang berkembang. Infeksi Saluran 2013).
Pernafasan Akut ini menyebabkan empat dari 15 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ter-
juta perkiraan kematian pada anak berusia di sebar di seluruh Provinsi NTB dengan rentang prev-
bawah 5 tahun pada setiap tahunnya dan sebanyak alensi yang sangat bervariasi (14,5–42,8%). Preva-
dua pertiga dari kematian tersebut terjadi pada lensi di atas 30% ditemukan di 4 Kabupaten/Kota,
bayi. Penyakit ISPA masih merupakan salah satu yaitu Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Bima, Dom-
masalah kesehatan masyarakat yang utama. pu dan Kota Bima (Riskesdes Provinsi NTB, 2007)
Dari tahun ke tahun, prevalensi ISPA di In- Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di-
donesia tetap tinggi, yaitu sekitar 21,6% di daerah awali dengan panas disertai salah satu atau lebih
perkotaan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga gejala, tenggorokan terasa sakit atau nyeri saat
(SKRT) menunjukkan jumlah balita penderita pneu- menelan, pilek, batuk kering atau berdahak. Period
monia menurun dari 804.937 pada tahun 1999 prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bu-
menjadi 479.283 pada tahun 2000. Namun dari lan terakhir. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi
tahun 2000 hingga 2003 jumlah balita penderita adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua
ISPA cenderung menetap di angka yang sama meski (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat
pemerintah telah mencanangkan program pember- (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas
antasan ISPA. 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan
Secara global, tingkat kematian balita men- provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence
galami penurunan sebesar 41%, dari tingkat esti- ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%)
masi 87 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%) (Riskesdes
99 HIG IEN E V O LU M E 3 , N O. 2, M EI — AG U ST U S 2 0 1 7

2013). ayah dan ibunya. Penelitian Winarni, dkk (2010), ada


Pencemaran udara di dalam rumah banyak pengaruh perilaku merokok orang tua dan anggota
terjadi di negara-negara berkembang. Diperkirakan keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan
setengah dari rumah tangga di dunia memasak kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Pusk-
dengan bahan bakar yang belum diproses seperti esmas Sempor II.
kayu, sisa tanaman dan batubara sehingga akan Perumahan yang tidak di lengkapi dengan
melepaskan emisi sisa pembakaran di dalam ru- ventilasi udara yang baik akan menyebabkan sir-
angan tersebut. Pembakaran pada kegiatan rumah kulasi udara tidak lancar dan suhu ruangan tidak
tangga dapat menghasilkan bahan pencemar antara sesuai. Apabila suhu ruangan tidak sesuai maka
lain asap, debu, grid (pasir halus) dan gas seperti CO akan menyebabkan terjadinya radiasi panas yang
dan NO. langsung kearah tubuh, atau hilangnya panas tubuh
Tingkat polusi yang dihasilkan bahan bakar karena udara dingin. Faktor lingkungan rumah sep-
menggunakan kayu jauh lebih tinggi dibandingkan erti ventilasi juga berperan dalam penularan ISPA,
bahan bakar menggunakan gas. Sejumlah penelitian dimana ventilasi dapat memelihara kondisi udara
menunjukkan paparan polusi dalam ruangan yang sehat bagi manusia.
meningkatkan risiko kejadian ISPA pada anak-anak. Berdasarkan uraian di atas menunjukan bah-
Hasil Penggunaan bahan bakar biomassa, wa banyak faktor yang dapat menjadi penyebab
menghasilkan antara lain CO, NOx, SO2, Ammonia, terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA.
HCL dan Hidrokarbon antara lain Formal Dehide, Infeksi saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan
Benzena dan Benzo (a) pyrene merupakan karsino- salah satu penyakit dengan angka kesakitan dan
gen potensial dan partikulat (SPM : Suspended angka kematian yang cukup tinggi, maka perlu dil-
Partikulate Mater ), Hidrokarbon dan CO di hasilkan akukan penanganan yang terpadu, terarah yang di
dalam kadar tinggi. Zat-zat yang dihasilkan dari tujukan pada perbaikan mutu lingkungandan pe-
penggunaan bahan bakar Biomassa merupakan zat- rumahan.
zat yang berbahaya bagi kesehatan yang dapat me- Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwa
nyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
contohnya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). ISPA, yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan
Berdasarkan hasil observasi awal peneiti, di angka kematian. Hal inilah yang mendasari penulis
wilayah Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten untuk meneliti faktor-faktor mempengaruhi
Bima masih banyak masyarakat yang menggunakan kejadian ISPA pada balita di Desa Kore Kecamatan
Bahan bakar biomassa sebagai bahan bakar utama, Sanggar Kabupaten Bima.
Hal ini di karenakan jauhnya akses dari Wilayah
pesisir menuju Kota, selain itu faktor kondisi sosial Metode Penelitian
ekonomi juga menjadi penyebab masih banyaknya Jenis dan Lokasi
masyarakat yang menggunakan biomassa untuk Jenis penelitian ini adalah survei Analitik
memasak. dengan pendekatan Cross Sectional design yang
Selain berasal dari Asap pembakaran Bahan bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat,
bakar Biomassa pemcemaran udara dalam rumah yaitu faktor - faktor yang berhubungan dengan
juga dapat bersal dari Paparan Asap rokok. Ber- kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada
dasarkan laporan Badan Lingkungan Hidup Amerika Balita, yaitu suatu rancangan study epidemiologi
mencatat tidak kurang dari 300 ribu anak anak beru- yang mempelajari hubugan penyakit dan paparan
sia 1 sampai 5 tahun menderita bronchitis dan (Faktor Penelitian) secara serentak dalam waktu
pneumonia, karena turut menghisap asap rokok yang bersamaan (Notoadmodjo,2005)
yang dihembuskan orang di sekitarnya terutama Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Kore
V O LU M E 3 , N O. 2, M EI — AG U ST U S 2 0 1 7 HIG IEN E 100

Kecamatan SanggarKabupaten Bima tahun 2014. kedalam kotak, kotak dikocok lalu keluar 1 buah
Pemilihan lokasi ini di dasarkan atas pertimbangan gulungan, dilihat angkanya, misalkan angka 15 yang
tingginya kejadian Infeksi saluran Pernafasan Akut terpilih maka elemen terpilih, nomor yang telah
(ISPA) dan kurangnya Penelitian tentang kejadian terpilih tidak dimasukkan kembali kedalam kotak,
Infeksi saluran Pernafasan Akut (ISPA) di wilayah kemudian ulangi sampai memenuhi jumlah sampel.
pesisir. Metode Pengumpulan Data
Pendekatan Penelitian Data sekunder di peroleh dari data yang
Pendekatan penelitian yang di gunakan dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Bima dan dari
yaitu pendekatan “Cross Sectional” yang bertujuan data sekunder puskesmas Sanggar serta dari kanto
untuk melihat hubungan sebab akibat, yaitu faktor Desa Kore Kecamatan Sanggar Sebagai data Demo-
- faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi grafi lokasi penelitian.
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita. Data primer di peroleh dari hasil observasi
Populasi dan Sampel langsung dengan mendatangi orang tua balita un-
Populasi penelitian ini adalah semua balita tuk mendapatkan informasi lebih rinci dan melalui
yang bertempat tinggal di wilayah pesisir Desa Kore wawancara dengan menggunakan Kuisioner.
Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima. Sampel dari Tehnik pengolahan dan analisis data
penelitian ini adalah sebagian balita yang ber- Analisis Univariat di lakukan untuk
tempat tinggal di wilayah pesisir Desa Kore Keca- mendapatkan gambaran umum variabel yang di
matan Sanggar Kabupaten Bima. Rumus perhi- teliti. Dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap varia-
tungan besar sampel yang digunakan dalam bel yang di gunakan dalam penelitian sehingga
penelitian ini adalah Slovin dengan tingkat ke- akan terlihat gambaran distribusi frekuensi dalam
percayaan atau ketepatan yang di inginkan (0,1. bentuk tabel.
Dari hasil pehitungan didapatkan sampel sebesar Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat
70 orang hubungan antara variabel bebas dan variabel teri-
Tehnik pengambilan sampel pada penelitian kat. Dengan menghitung rasio prevalensi. Analisis
ini menggunakan metode simple random sampling ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square
yaitu pengambilan sampel secara random atau dimana dasar pengambilan keputusan penerimaan
acak. Cara memilih element anggota sampel Hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α =
dengan cara lotere, yaitu besar populasi sebanyak 0,05) sebesar 95% .
240 orang, di ambil sesuai jumlah sampel. Pertama-
tama kertas di gunting sebnyak jumlah populasi Hasil
yaitu 240, kemudian digulung dan dimasukkan

Tabel 1. Hubungan penggunaan bahan bakar biomassa dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah
Pesisir Desa Kore Kec Sanggar Kab Bima tahun 2014

Kejadian ISPA
Jenis Menderita Tidak Menderita Total Hasil Uji Statistik
Biomassa
n % n % N %
Kayu 26 70,0 21 41,67 47 67,31
Sekam 11 30,0 9 23,3 20 36,61 0,001
Jerami 3 10,0 0 0 3 6,08
Total 40 55 30 35 70 100
Sumber : Data Primer, 2014
101 HIG IEN E V O LU M E 3 , N O. 2, M EI — AG U ST U S 2 0 1 7

Tabel 2. Hubungan Luas Ventiasi dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Pesisir Desa Kore
Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima tahun 2014

Kejadian ISPA
Luas Ventilasi Menderita Tidak Menderita Total Hasil Uji
Statistik
n % n % N %
Tidak Memenuhi Syarat 32 36,7 11 53,3 43 55,0
Memenuhi Syarat 8 63,3 19 46,7 27 45,0 0,000
Total 40 70 30 30 70 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 3. Hubungan Kepadatan Hunian dengan kejadian ISPA pada balitadi Wilayah Pesisir Desa
Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima tahun 2014
Kejadian ISPA
Menderita Tidak Men- Total Hasil Uji
Kepadatan Hunian Statistik
derita
n % n % N %
Tidak Memenuhi Syarat 23 56,7 13 43,3 36 50,0
Memenuhi Syarat 13 43,3 21 56,7 34 50,0 0,000
Total 36 60 34 40 70 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 4. Hubungan perilaku merokok dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Pesisir Desa
Kore Kec amatan Sanggar Kabupaten Bima tahun 2014
Kejadian ISPA
Perilaku Merokok Menderita Tidak Menderita Total Hasil Uji
Statistik
n % n % N %
Ada 28 53,35 14 46,7 42 53,3
Tidak Ada 12 46,7 16 53,3 28 46,7 0,084
Total 40 70 30 30 70 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan en Bima tahun 2014.


uji chi square diperoleh nilai p = 0,001,(< 0,05), yang Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square
menunjukkan adanya hubungan antara jenis bio- diperoleh nilai p = 0,000, yang menunjukkan adanya
massa yang digunakan dengan kejadian ISPA pada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadi-
balita di Wilayah Pesisir Desa Kore Kecamatan Sang- an ISPA pada balita di Wilayah pesisir Desa Kore
gar Kabupaten Bima Tahun 2014. Kecamatan Sanggar kabupaten Bima tahun 2014.
Berdasarkan hasil uji satistik dengan menggunakan Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan
uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 ( < 0,05 ) uji chi square diperoleh nilai p = 0,084, yang menun-
yang menunjukkan adanya hubungan antara luas jukkan tidak ada hubungan antara perilaku merokok
ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita di Wila- dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
yah pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupat- (ISPA) pada balita di Wilayah Peissir Desa Kore Keca-
V O LU M E 3 , N O. 2, M EI — AG U ST U S 2 0 1 7 HIG IEN E 102

matan Sanggar Kabupaten Bima tahun 2014. massa dapat menyebabkan serangan jantung, pen-
yakit paru-paru dan dapat merusak DNA manusia.
Pembahasan Berdasarkan hsil penelitian Sulviani
Jenis Biomassa yang di Gunakan (2012), hasil analisis statistik dengan uji chi square
Dari hasil Uji statistik menunjukkan ada untuk hubungan antara jenis bahan bakar dengan
hubungan antara penggunaan jenis bahan bakar kejadian ISPA pada Balita di wilayah Kerja Pusk-
biomassa dengan kejadian ISPA pada balita, dengan esmas Ralla, di dapatkan nilai p (0,039) lebih kecil
nilai p = 0,001, hal ini membuktikan bahwa balita dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat hub-
yang tinggal dirumah yang menggunakan bahan ungan yang signifikan antara jenis bahan bakar
bakar biomassa jenis apapun berisiko menderita dengan kejadian ISPA, pada rumah yang
ISPA dibandingkan yang tidak menggunakan bahan menggunakan bahan bakar biomassa dihuni oleh
bakar biomassa. 50 balita (61,7%) yang menderita ISPA, sedangkan
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 50 pada rumah yang menggunakan bahan bakar non
responden (83,52%) memiliki dapur yang terletak di biomassa dihuni oleh 31 Balita (43,7%) yang men-
dalam rumah, Letak dapur yang berada dalam ru- derita ISPA (Sulviani, 2012).
mah memudahkan asap menyebar ke penjuru ru- Luas Ventilasi
mah, dimana asap yang dihasilkan dari Pembakaran Ventilasi merupakan tempat proses
biomassa menghasilkan asap yang berbahaya bagi penyediaan udara segar ke dalam rumah dan tem-
kesehatan. Asap adalah partikel zat karbon yang pat pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan
ukurannya kurang dari 0,5 πm, sebagai akibat tertutup secara alamiah maupun mekanis. Terse-
dari pembakaran yang tidak sempurna yang dianya udara segar / bersih dalam rumah atau ru-
menghasilkan karbon yang dapat menyebabkan angan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita. suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi
Efek pencemaran udara terhadap saluran pernafa- yang baik maka akan dapat menimbulkan keadaan
san dapat menyebabkan pergerakan silia hidung yang dapat merugikan kesehatan (Susilawaty dkk.,
menjadi lambat dan kaku sehingga tidak dapat 2014).
membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi Ventilasi rumah mempunyai banyak
oleh bahan pencemar, Produksi lendir akan fungsi, salah satu fungsinya adalah untuk menjaga
meningkat menyebabkan penyempitan dan ru- agar aliran udara didalam rumah tetap segar, hal ini
saknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan untuk menjaga keseimbangan oksigen yang diper-
yang menyebabkan kesulitan bernafas akibat ben- lukan oleh penghuni rumah tersebut. Kurangnya
da asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen
dikeluarkan dari saluran pernafasan, keadaan ter- dalam rumah yang berarti kadar karbondioksida
sebut akan memudahkan terjadinya Infeksi Saluran yang bersifat racun bagi penghuninya meningkat
Pernafasan (Mukono,1977) (Susilawaty dkk., 2014).
Ada 3 jenis Biomassa yang di gunakan re- Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
sponden di wilayah pesisir yakni Kayu Bakar, Sekam pada umumnya di sebabkan oleh bakteri dan virus,
dan Jerami, Jenis Biomassa yang paling banyak di dimana proses penularannya melalui udara,
gunakan oleh responden adalah kayu bakar. Ber- dengan adanya ventilasi yang baik maka udara yang
dasarkan hasil penelitian Intensitas keberadaan telah terkontaminasi kuman akan mudah di ganti-
anak saat memasak sangat tinggi yakni sebanyak kan dengan udara yang segar.
58 Balita (96,65%) selalu berada di sekitar orang Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa
tuanya memasak. Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan luas ventilasi dengan kejadian Infeksi
Profesor Loft partikel dari asap pembakaran bio- Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita dimana
103 HIG IEN E V O LU M E 3 , N O. 2, M EI — AG U ST U S 2 0 1 7

diperoleh nilai p = 0,000 atau p > 0,05. menurun di ikuti oleh peningkatan CO2 ruangan dan
Berdasarkan hasil penelitian Felisia Ferra dampak dari peningkatan CO2 ruangan adalah
Kustanti, di Kecamatan Wiyung Kota Surabaya, penurunan kualitas udara dalam rumah. Jumlah
dengan desain cross sectional, berdasarkan hasil uji orang yang tinggal dalam satu rumah dapat
chi square Pengaruh kondisi rumah terhadap keja- mempengaruhi penyebaran Penyakit menular da-
din ISPA di Kecamatan Wiyung Kota Surabaya, untuk lam kecepatan transmisi mikroorganisme.
variabel luas ventilasi di peroleh nilai p = 0,39, Kepadatan penghuni rumah yang terlalu tinggi dan
secara statistik dapat dikatakan tidak ada hubungan kurangnya ventilasi menyebabkan kelembaban da-
yang signifikan antara luas ventilasi dengan kejadian lam rumah juga meningkat,dan dapat meningkatkan
ISPA di Kecamatan Wiyung Kota Surabaya. Hal ini faktor polusi dalam rumah yang telah ada (Depkes,
juga sejalan dengan penelitian Marhamah, RI, 2001).
A.Arsumar Arsin dan Wahidin dengan desain Hal ini sejalan dengan penelitian Sahriani
penelitian cross sectional, berdasrkan hasil uji chi (2010) yang menyimpulkan ada hubungan antara
square, Faktor yang berhubungan dengan kejadian kamarisasi dengan kejadiam ISPA pada balita
ISPA pada Balita di Desa Bontongan Kabupaten En- dengan nilai p =0,001
rekang, di peroleh nilai p= 0,0526 untuk hubungan Perilaku Merokok
luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada Balita Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
secara statistik dikatakan ada hubungan antara Luas hubungan perilaku merokok dengan kejadian Infeksi
Ventilasi dengan kejadian ISPA pada Balita di Desa Saluran pernafasan Akut (ISPA) pada balita diaman
Bontongan Kabupaten Enrekang. diperoleh nilai p =0,084.
Kepadatan Hunian Berdasarkan hasil penelitian terdapat
Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa sebanyak 32 (43,35%) anggota keluarga responden
ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian yang merokok, dan rata-rata tempat merokok ang-
Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA) pada balita gota keluarga yang merkok adalah di dalam rumah.
dimana diperoleh nilai p= 0,000 atau p > 0,05. Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah
Berdasarkan Permenkes, 829/ MENKES/ akan memperbesar risiko anggota keluarga men-
SK/ VII/ 1999, Kepadatan hunian dikatakan memen- derita sakit, seperti gangguan pernafasan, memper-
2
uhi syarat apabila luas ruangan tidur 8m untuk dua buruk Asma dan memperberat penyakit angine pec-
orang. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai toris serta dapat meningkatkan risiko untuk
dengan jumlah penghuninya akan mempunyai dam- mendapatkan serangan ISPA khususnya pada Balita.
pak kurangnya oksigen dalam ruangan sehingga Paparan Asap rokok merupakan penyebab
daya tahan tubuh penghuninya menurun. Berdasar- signifikan masalah kesehatan seperti ISPA dan pen-
kan hasil Penelitian di lapangan, kepadatan hunian yakit yang menyerang saluran pernafasan lainnya,
yang memenuhi syarat lebih dominan dibandingkan sebatang rokok yang di bakar akan mengeluarkan
yang tidak memenuhi syarat, hal ini dikarenakan 4000 bahan kimia seperti nikotin, gas carbon
karakteristik dari rumah penduduk yang cukup luas. monoksida, nitrogen oksida, hydrogen cianida, am-
Kepadatan hunian rumah akan meningkat- monia, Acrolein, Acetilen, benzol dehide, Urethane,
kan suhu ruangan yang di sebabkan oleh penge- Methanol, Peryline dan lain-lain.
luaran panas badan yang akan meningkatkan kelem- Berdasarkan hasil penelitian yang dil-
baban akibat uap air dari pernafasan tersebut. akukan, balita sering berada tepat di samping ang-
Dengan demikian semakin banyak penghuni rumah gota keluarga yang merokok. Paparan Asap rokok
dan maka semakin cepat udara ruangan mengalami bukan hanya menjadi penyebab langsung kejadian
pencemaran gas atau bakteri. Dengan banyaknya ISPA pada balita, tetapi menjadi faktor tidak lang-
penghuni, maka kadar oksigen dalam ruangan akan sung yang diantaranya dapat melemahhkan daya
V O LU M E 3 , N O. 2, M EI — AG U ST U S 2 0 1 7 HIG IEN E 104

tahan tubuh balita. Asap rokok dapat menurunkan Bima tahun 2014
kemampuan makrofag membunuh bakteri. Asap
rokok juga diketahui dapat merusak ketahanan Daftar Pustaka
lokal paru, seperti kemampuan pembersihan
Aprinda, Dwi. (2007).Hubungan tingkat kesehatan
mukosiliaris, maka adanya anggota keluarga yang Rumah dengan kejadian ISPA pada anak
merokok terbukti merupakan faktor risiko yang Balita di desa Labuhan Kecamatan Labuhan
dapat menimbulkan gejala gangguan pernafasan Badas Kabupaten Sumbawa
pada anak balita. Azwar , Azrul. (1990). Pengantar Ilmu Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian meta analisis Lingkungan. Jakarta : Mutiara
yang dilakukan Starchan dan cook menyimpulkan Dekes RI. (2000). Informasi Tentanng ISPA pada
bahwa hubungan orang tua perokok dan penyakit Balita. Jakarta : Pusat Penyuluhan Kesehatan
saluran nafas bawah akut pada bayi sangat mung- Masyarakat

kin. Paparan asap rokok ligkungan (salah satu ang- Frinck, Heinz (1993). Ilmu Konstruksi Bangunan 2,
Yogyakarta : Kanisius
gota keluarga) setelah bayi lahir menyebabkan pen-
ingkatan risiko penyakit pernafasan akut pada anak Ike Suhandayani. (2007). Faktor yang berhubungan
dengan kejadian ISPA di Puskesmas Pati Ka-
(Rad Marsy, 2000).
bupaten Pati
Berdasarkan hasil Penelitian Mukono di
Keman, S. (2005). Kesehatan Perumahan dan Ling-
Puskesmas Pati 1 tahun 2006, dengan desain case
kungan Pemukiman. Jurnal Kesehatan Ling-
control berdasarkan hasil analisis bivariat, kungan Vol.2 No.1 : 29-42
keberadaan anggota keluarga yang merokok
Kassamsi, (2008). Hubungan kondisi ventilasi dan
dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut penggunaan kayu bakar dengan kejadian
(ISPA) pada balita di peroleh nilai p = 0,000 dan OR ispa pada balita di wilayah kerja Puskesmas
= 4,63 (95% CI = 2,04 – 10,52), secara statistik Rembon kecamatan rembon kabupaten Ta-
na Toraja. Skripsi sarjana tidak diterbit-
dapat dikatakan ada hubungan yang bermakna
kan,FKM-Universitas hasanuddin
antara keberadaan anggota keluarga yang merokok
Likyanto, Karim. (2012). Hubungan sanitasi Rumah
dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
dengan Kejadian ISPA pada Balita di wilayah
(ISPA) pada Balita. Kerja Puskesmas Marisa kecamatan Marisa
Kabupaten Pohuwatu
Kesimpulan Marhamah, A.Arsunan Arsin, Wahidudin. (2012).
Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Faktor yang berhubungan dengan Kejadian
pesisir Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten ISPA pada anak Balita di Desa Bontongan
Kabupaten Enrekang
Bima tahun 2014 dan pengolahan data dengan
menggunakan analisis statistik dapat disimpulkan Mukono. (2006). Faktor- faktor yang berhubungan
dengan kejadian ISPA pada Balita di Wilayah
terdapat hubungan Penggunaan Jenis Bahan bakar
Kerja Puskesmas Pati 1
Biomassa, luas ventilasi dan kepadatan hunian
Mukono. (1997). Pencemaran udara dan
dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pengaruhnya terhadap Gangguan saluran
(ISPA) pada Balita di wilayah Pesisir Desa Kore pernapasan. Surabaya : Yayasan Sarana Cip-
Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima tahun 2014. ta
Tidak Ada hubungan antara Perilaku merokok Notoatmodjo. S. (2005). Metodologi Penelitian
dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kesehatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta
(ISPA) pada Balita dengan nilai p = 0,084 di Wilayah Nur, Achmad. (2003). Hubungan sanitasi Rumah
pesisir Deas kore Kecamatan Sanggar Kabupaten secara fisik dengan kejadian Ispa pada Balita
di kelurahan Panjaringan sari kecamatan
105 HIG IEN E V O LU M E 3 , N O. 2, M EI — AG U ST U S 2 0 1 7

Rungkut Kota Surabaya Sulviani. (2012). Hubungan antara jenis bahan bakar
dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah
Profil Desa Kore, 2013.
Kerja Puskesmas Ralla
Rad Marssy. (2007). Bahaya Asap Rokok terhadap
Sukmawati. (2010). Hubungan Status Gizi,Berat ba-
Bayi dan Anak. http://radmarssy.wordpress.
dan Lahir (Bbl), Imunisasi Dengan Kejadian
* 2 Februari 2014 +.
Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA) pada
Rasmaliah, (2004). Infeksi saluran pernfasan akut balita di Wilayah kerja Puskesmas Tunikama-
(ISPA) dan penanggulangannya *online+ li- seng Kabupaten Maros
brary usu.ac.id/download/fkm/fkm-
Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Ce-
rasmaliah9.pdf * diakses 15 Maret 2014+
takan keduabelas. Alfabeta. Bandung
Ribka Rerung Layuk, Nur Nasry Noer, Waidudin
Susilawaty, Andi., Jastam, Muh. Saleh., Basri,
(2012). Faktor yang berhubungan dengan
Syahrul., Amansyah, Munawir. (2014). Dasar-
Kejadian ISPA pada Balita di Lembang Batu
dasar Kesehatan Lingkungan (Seri Integrasi
Sura’
Islam Kesehatan). Pustaka Almaidah : Makas-
Riskesdes Provinsi Nusa Tenggara Barat,(2007) sar
Riskesdes, Badan Penelitian dan Pengembangan Vina, Mairuhu. Agus Bintara Birawida, Syamsuar
kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2013) Manyyuleu. (2012). Faktor yang berhub-
ungan dengan kejadian ISPA pada Balita di
Saleh, L . (2006). Faktor resiko penggunaan bahan
Pulau Barrang Lompo kecamatan Ujung
bakar biomassa terhadap tuberculosis paru di
Tanah Kota Makassar
kec galesong selatan kabupaten takalar.
Tesis Pasca Sarjana Unhas Winarni, (2010). Faktor yang berhubungan dengan
Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Sempor II
WHO. (2012). Acute Respiratory Infections (Update
September 2009). (Online)http://
www.who.int/vaccine_research/diseases/ari/
en/index.html Diakses 2 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai