BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
A. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan unutuk pasien pneumonia.
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian pneumonia.
2. Mengetahui bagaimana anatomi dan isiologi pneumonia.
3. Mengetahui etiologi pneumonia.
4. Mengetahui patofisilogi pneumonia.
5. Mengetahui klasifikasi pneumonia..
6. Mengetahui penatalaksanaan pneumonia.
7. Mengetahui diagnosis pneumonia.
8. Mengetahui komplikasi pneumona.
9. Mengrtahui asuhan keperawatan pneumonia.
1.4. Manfaat
A. Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui secara dalam mengenai pneumonia dan dapat mengetahui
asuhan keperawatan nya.
B. Bagi Lingkungan
BAB II
LANDASAN TEORI
Hidung
Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di
belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan
sistem respirasi dan pencernaan.
Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea,
dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring
merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:
1. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum,
membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis Cartilago tyroidea
à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas
adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah
adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago
cricoidea.Membrana Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum.
Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis
ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago
arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak
dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane
cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada
setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea
I
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea.
Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder
yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas
ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea
di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati.
Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea,
yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-
otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
Respirasi
Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat
keluar-masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.
Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan
dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh
sinus udara cranialis.
Gambaran klinis
Laring dapat tersumbat oleh:
benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada reaksi alergi,
infeksi, misalnya difteri,
tumor, misalnya kanker pita suara.
Trachea atau batang tenggorok
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni)
atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang
mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang
berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus
kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi
darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan
kelobus atas dan bawah.Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi
bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot
polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat
bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah
sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan
oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru
memilki :
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4. Basis, Terletak pada diafragma.
Paru-paru juga dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam
rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi
atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus
yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus
alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
2.5 Patofisiologi
Pneumonia terbagi dalam berbagai jenis berdasarkan dengan penyebab, natomik, dan
berdasarkan asal penyakit ini didapat, seperti :
1. Berdasarkan penyebab
a. Pneumonia lipid
b. Pneumonia kimiawi
c. Pneumonia karena extrinxik allergic alveolitis
d. Pneumonia kerana obat
e. Pneumonia karena radiasi
f. Pneumonia dengan penyebab tak jelas
2. Berdasarkan anatomik
a. Pneumonia lobaris
Merupakan pneumonia yang terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan
bila kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
b. Pneumonia interstisial
Merupakan pneumonia yang dapat terjadi didalam dinding alveolar
c. Bronchopneumonia
Merupakan pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh
eksudat mukopuren untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus.
3. Berdasarkan asal penyakit
a. Pneumonia komunitas atau community acquired pneumonia adalah pneumonia yang
didapatkan dari masyarakat.
b. Pneumonia nosokomial atau hospitality acquired pneumonia yang berarti penyakit itu didapat
saat pasien berada dirumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
2.7 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Tindakan kewaspadaan isolasi untuk pasien dengan penurunan imun
Posisikan pasien untuk mencegah aspirasi
Untuk mencegah VAP
Hindari volume lambung yang berlebihan
Pilih intubasi oral dari pada nasal
Pemeliharaan sirkuit ventilator secara cermat
Suksion subglotis kontinu
Variasi/rotasi postural
Gunakan sukralfat daripada penyekat H2 untuk profilaksis (masih kontroversial)
Bilas mulut dengan klorheksidin
2. Penatalaksaan infeksi akut
Oksigen dan hidrasi bila ada indikasi
Pertimbangkan isolasi respirasi
Hospitalisasi diindikasikan bila
Usia diatas 65 tahun, tunawisma, dirawat dirumah sakit karena pneumonia ditahun yang lalu
Denyut nadi > 140/menit, frekuensi respirasi > 30/menit hipotensi.
Temperatur > 38,30C
Penurunan status mental, sianosis
Imunosupresi, kondisi penyerta
Mikroorganisme risiko tinggi (mis, infeksi pseudomonas yang terbaru)
SDP < 4000 atau > 3000/µL
Tekanan parsial oksigan dalam darah arteri (PaO2) < 60 atau PaCO2 > 50
Foto ronsen dada dengan keterlibatan banyak lobus atau progresi cepat
Menarik napas dalam dan batuk, fisioterapi dada bila tersedia
Antibiotik untuk pneumonia bakteri, parasit, atau jamur (bukan virus)
Perlindungan empiris paling sering digunakan pada pasien rawat jalan; pewarnaan gram pada
sputum dapat menjadi panduan terapi pada pasien rawat inap tetapi mungkin perlu diubah
bila kultur dengan sensitivitas telahtersedia (48 samapi 72 jam).
Pilihan antibiotik empiris bervariasi berdasar pada pasien rawat jalan versus rawat inap, usia,
faktor risiko pasien, dan pengkajian pasien; pilihan antibiotika empiris yang umum
dirangkum dalam tabel dibawah.
1. Chest X-ray: teridentifikasi adanya penyebaran (misalnya: lobus dan bronkhial); dapat juga
menunjukan multipel abses/infiltrat, empiema (staphylococcus); penyebaran atau lokasi
infiltrat (bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral), pneumonia
mycoplasma chest X-ray mungkin bersih.
2. Analisis gas darah (analysis blood gasses-ABGs) dan pulse oximetry: abnormalitas mungkin
timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
3. Pewarna Gram/culture sputum dan darah: didapatkan dengan needly biopsy, apirasi
transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan
organisme penyabab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti
diplococcus pneumonia, staphylococcus aureus, A. Hemolytic streptococcus , dan hemophilus
influenzae.
4. Periksa darah lengkap (complete blood count-): leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai
pemeriksaan darah putih (white blood coun-WBC) rendah pada infeksi virus
5. Tes serologi : membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik
6. LED: meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar):
tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun, hipoksemia
8. Elektrolit :sodium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin mungkin meningkat
2.9 Komplikasi
Ny. R umur 25 tahun agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan PNS alamat Jl. Husni
Tamrin No 24 b pasar jambi. klien masuk RS pada tgl 30 september 2012 ruang paru kelas 1,
klien msuk RS dengan keluhan demam sudah 5 hari, menggigil, klien juga mengtakan nyeri
dada pleuritik, batuk produktif, sputum hijau dan purulen. pada saat pengkajian klien
mengatakan nyeri dada pada saat batuk skala nyeri 8, intesitas nyeri setiap 20 menit, hidung
memerah, retraksi interkostal, penggunaan otot bantu pernapasan dan timbul sianosis, badan
lemas dan teraba panas, malaise, dari hasil pemeriksaan fisik TD 130/90 mmHg, suhu 39 C,
nadi 100 x/menit, dari hsil labor didapatkan Hb. 10.0 gr%, leukosit 15000 ml.
ASKEP PNEUMONIA
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Alamat : JL. Husni Tamrin No 24 b Pasar Jambi
B. Riwayat Penyakit
- Keluhan Utama: Demam sudah 5 hari
- Keluhan Tambahan: klien menyatakan ada nyeri dada pleuritik.
2. ANALISA DATA
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekret mukus yang kental.
b) Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan kapasitas pengangkutan
oksigen dalam darah.
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan batuk produktif.
d) Hipertermi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh terhadap infeksi.
e) Infeksi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh primer.
f) Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi pada parenkim paru-paru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama
kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi
pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga
kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti :
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung