Kelompok : 2
2018-2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sehingga Seorang Anak Dapat Ditelusuri ,Baik Melalui Ayah Atau Ibunya.
Hubungan Kekerabatan Atau Kekeluargaan Merupakan Hubungan Antara Pihak
Tiap Entitas Yang Memiliki Asal Usul Silsilah Yang Sama Baik
Memiliki Keturunan Biologis ,Social,Dan Budaya.
Hubungankekerabatan Iniadalah Salah Satu Prinsip Mendasar Untuk Mengelompo
kan Tiap Orang Kedalam Kelompok Social Peran Katagori Dan Silsilah.
Kekerabatan Merupakan Hubungan Kekeluargaan Seseorang Dengan Orang
Lain Yang Mempunyai Hubungan Darah Atau Keturunan Yang Sama Dalam Satu
Keluarga. Kekerabatan Suatu Lembaga Yang Berdiri Sendiri, Lepas Dari Ruang
Lingkup Yang Disebut Kekerabatan, Suatu Kesatuan Yang Utuh, Bulat Diantara
Anak Dan Ayah, Berlangsung Terus Menerus Tanpa Batas.1
1
Soekamto, Seorjono. Hukum Adat Indonesia. jakarta: PT Grafindo Persada,
2016,hlm.46.
3
Sistem kekerabatan menurut MeyerFortes adalah bahwasystem
kekerabatan suatu masyarakat dapatdipergunakan untu menggambar strukturso
cial dari masyarakat yang bersangkutan .suatun ikatan kekerabatan tertentu
,mungkin berfungsi sebagai sarana untuk mengikat individu-individu tertentu
kedalam suatu kelompok social,seperti misalnya keluarga atau atau keluarga
luas. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga
yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota
kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman,
bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Struktur-struktur kekerabatan mencakup
kekeluargaan dan bentuk kelompok yang merupakan perluasan keluarga seperti
suku atau klen.
2
Soekamto, Seorjono. Hukum Adat Indonesia. jakarta: PT Grafindo Persada,
2016,hlm.46.
4
2.2 Persekutuan Masyarakat Hukum adat
Dalam masyarakat tradisional Indonesia terdapat persekutuan-
persekutuan .Persekutuan terdiri dari orang-orang yang merupakan
persekutuan,yang bertindak sendiri dalam kehidupan hukum sebagai pendukung
hak dan kewajiban. Persekutuan hukum (rechtsgemeenschap) adalah perikatan
atau perkumpulan Antar manusia yang mempunyai anggota-anggota yang
merasa dirinya terikat satu-sama lainnya dalam satu kesatuan yang penuh
solidaritas, dimana dalam anggota-anggota tertentu berkuasa untuk bertindak
atas nama mewakili kesatuan itu dalam mencapai kepetingan atau tujuan
bersama.
3
Albar S Subari, Hamonangan Albariansyah,Suci Flambonita. Pokok-Pokok Hukum
Adat. Palembang: Universitas Sriwijaya, 2010,hlm.22.
5
2.3 Bentuk-Bentuk Persekutuan Hukum Masyarakat Adat
6
4Hukum adat perkawinan yang ideal dalam system perkawinan samendo
adalah apabila jodoh diambil dari kalangan sukunya sendiri.
4
Albar S Subari, Hamonangan Albariansyah,Suci Flambonita. Pokok-Pokok Hukum
Adat. Palembang: Universitas Sriwijaya, 2010,hlm.19.
7
3.Struktur Masyarakat Bilateral(Parental)
5
Albar S Subari, Hamonangan Albariansyah,Suci Flambonita. Pokok-Pokok Hukum
Adat. Palembang: Universitas Sriwijaya, 2010,hlm.20.
8
dibagi menjadi tiga pusat yang masing-masing menjadi pusatnya dibagi bentuk-
bentuk tetap dan bentuk peralihan, yaitu:
Persekutuan Daerah adalah suatu daerah tertentu yang terdiri dari beberapa
desa dan masing-masing desa mempunyai tata-susunan dan pemerintahan
sendiri yang dikepalai oleh pejabat-pejabat yang memegang kedudukan sejenis,
sehingga masing-masing desa dalam batas kemandirian (otonomi) tertentu
mengurus kepantingan rumah tangganya sendiri.
Dalam desa demikian itu, di samping suatu badan tataurusan pusat yang
berwibawa diseluruh wilayah desa itu, ada pula badan-badan tataurusan
setempat yang berwibawa dalam bidang masing-masing, untuk
menyelenggarakan segala hal yang perlu dalam pelaksanaan otonominya,
mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri-sendiri dan memeiliki
kewibawaannya selaku amanat dari badan tata urusan pusatnya.[11] (misal :
Kuria di Angkola dan Mandailing yang mempunyai hutan-hutan di daerahnya;
Marga di Sumatera Selatan dengan dusun-dusun di daerahnya)[12]
9
3.Perserikatan Desa (persekutuan beberapa desa),
Tentu saja tidak semua persekutuan hukum teritorials dapat ditetap kandengan
begitu saja termasuk kedalam salah satu golongan (type) tersebut,sebab ada
yang mempunyai bentuk-bentuk yang agak menyimpang dan adapula yang
berbentuk campuran, akan tetapi kebanyakan dari padanya jelassesuai dengan
tipe-tipe tadi.6
6
Albar S Subari, Hamonangan Albariansyah,Suci Flambonita. Pokok-Pokok Hukum
Adat. Palembang: Universitas Sriwijaya, 2010,hlm.25.
10
a. Tindakan-tindakan mengenai tanah, seperti mengatur penggunaan tanah,
menjual, gadai, perjanjian-perjanjian mengenai tanah, agar sesuai dengan hukum
adat.
b. Penyelenggaraan hukum yaitu pengawasan dan pembinaan hukum.
c. Sebagai hakim perdamaian desa.
d. Memelihara keseimbangan lahir dan batin
e. Campur tangan dalam bidang perkawinan
f. Menjalankan tugasnya pemerintahannya secara demokrasi dan
kekeluargaan
g. dan lain-lain
1.Suatu daerah atau kampong yang dipakai sebagai tempat kediaman oleh
hanya satu bagian golongan (clanded). Tidak ada golongan lain yang tinggal
didalam daerah itu. Daerah atau kampong-kampong yang berdekatan juga
dipakai sebagai tempat tinggal oleh hanya satu bagian clan.Teer Har menulis
bahwa susunan rakyat semacam itu barangkali terdapat didaerah pedalaman
dipulau-pulau Enggano, Buru, Seram dan Flores.
11
Didaerah pedalaman Irian Barat adalah clan-clan yang masing-masing
mendiami daerah sendiri-sendiri, akan tetapi dekat tepi laut adalah terdapat
beberapa golongan kecil, bernama keret yang berdiri sendiri dan masing-
masing mendiami tanah tertentu. Tempat-tempat kediaman para family
tersebut berada dalam daerah kampong yang dikepalai oleh seorang kepala
kampong. Kepala kampong inihanya mempunyai sedikit kekuasaan terhadap
orang-orang diluargolongannya sendiri.
8
Soekamto, Seorjono. Hukum Adat Indonesia. jakarta: PT Grafindo Persada,
2016,hlm.97.
12
clan lain, yang masuk kedaerah tersebut dan merebut kekuasaan pemerintah
dari clan yang asli itu. Kedua clan itu kemudian berdamai dan bersama-
samamerupakan kesatuan badan persekutuan daerah kekuasaan pemerintah
dipegang oleh clan yang datang kemudian, sedangkan clan yang asli
tetapmenguasai tanah-tanah didaerah itu sebagai wali tanah.
10
Soekamto, Seorjono. Hukum Adat Indonesia. jakarta: PT Grafindo Persada,
2016,hlm.97.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
Daftar Pustaka
15