Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II

THAHARAH

Dosen Pengampu : Nur Khakim,M.Pd

Oleh Kelompok 1 :

Clariza Prima Suryaningtyas : (20168200049)

Merry Meifa : (20168200037)

SEKOLAH TINGGI KEILMUWAN ILMU PENDIDIKAN

KUSUMANEGARA KAMPUS B (BINTARA)

2016-2017
Daftar isi

Cover

Daftar isi ................................................................................................................... ii

Kata Pengantar ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Makna Thaharah..................................................................................................3

2.2 Dalil Yang Membahas tentang Thaharah ............................................................6

2.3 Syarat Wajib Thaharah .......................................................................................7

2.4 Saranah Melakukan Thaharah .............................................................................8

2.5 Bentuk-Bentuk Thaharah ...................................................................................10

a.Wudhu ................................................................................................................10

b.Tayamun .............................................................................................................10

c.Wajib Mandi .......................................................................................................13

d. Istinja’ ...............................................................................................................15

2.6 Pengertian Hadas dan Najis ...............................................................................17

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ..............................................................................................................18

Daftar isi

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang di berikan oleh dosen pembimbing
dalam mata kuliah Fiqih. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
pemimpin paling mulia, manusia yang paling baik akhlaknya yaitu Nabi
Muhammad SAW , kepada keluarganya, para sahabat serta pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Amin

Makalah ini berjudul “Thaharah” yang nantinya akan memberikan pemahaman


kepada pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan thaharah. . Mungkin
penulis tidak bisa membuat makalah ini sesempurna mungkin. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat penulis harapkan dari para pembaca. Khususnya dari dosen
yang telah membimbing penulis dalam mata kuliah ini.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada dosen pembimbing saya yang
telah memberikan arahan dan juga kepada orang-orang di sekitar saya yang telah
membantu saya dalam mendapatkan sumber-sumber materi yang bisa saya
jadikan pedoman untuk menyelesaikan makalah ini.

Bekasi, 13 Maret 2017

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani.


Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci
sebelum mereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya
tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindari dari kotoran atau debu yang
menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja membatalkan
rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.

Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa
bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun
bersuci lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu
“Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.

Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari hadas
dan najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat
syahnya seorang muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan
pengertian tersebut sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari
fungsi thaharah. Taharah sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan
kebersihan dan kesucian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis bermaksud untuk


memaparkan penjelasan lebih rinci tentang thaharah, menjelaskan bagaimana
fungsi thaharah dalam menjalan ibadah kepada Allah, serta menjelaskan manfaat
thaharah yang dapat umat muslim peroleh. Dengan demikian umat muslim akan
lebih tahu makna bersuci dan mulai mengamalkannya untuk peningkatan kualitas
ibadah yang lebih baik.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa makna dari thaharah ?

2. Apa saja dalil-dalil dari thaharah ?

3. Apa saja syarat wajib tharah?

4. Ada berapa pembagian air dan jelaskan ?

5. Jelaskan pengertian dari wudu’, tayamum, dan mandi ?

6. Jelaskan rukun-rukun , tayamum, dan mandi ?

7. Apa pentingnya thaharah ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna Thaharah

Taharah menurut bahasa berasal dari kata ‫( طهور‬Thohur), artinya bersuci atau
bersih.

Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil
dan bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda
yang terbawa di badan.

Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain Nabi
SAW juga bersabda:

‫والسالم الصالة عليه قال‬: ‫ص َالةِ ِم ْفتَاح‬


َّ ‫َارة ال‬ َّ ‫أ َل‬، ‫التَّ ْك ِبيْر َوتَحْ ِريْم َها‬، ‫التَّ ْس ِليْم َوتَحْ ِليْل َها‬
َ ‫طََ ه‬

“Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan

perhiasannya adalah salam.”

Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
Dalam hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw,
menganjurkan agar kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.

Firman Allah Swt :

َ‫يض َع ِن َويَ ْسأَلونَك‬ ِ ‫سا َء فَا ْعت َِزلوا أَذًى ه َو ق ْل ْال َم ِح‬
َ ِِّ‫يض فِي الن‬ ِ ‫طه ْرنَ َحتَّى ت َ ْق َربوه َّن َوال ْال َم ِح‬
ْ َ‫فَإِذَا ي‬
َ َ ‫ّللا أ َ َم َركم َحيْث ِم ْن فَأْتوه َّن ت‬
َ‫ط َّه ْرن‬ َ َ ‫( ْالمت‬٢٢٢)
َّ ‫ط ِ ِّه ِرينَ َوي ِحب الت َّ َّوا ِبينَ ي ِحب‬
َّ ‫ّللاَ ِإ َّن‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan


mencintai orang-orang yang suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)

Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.

‫)مسلم رواه( االيمان من النظافة‬

Artinya : “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”(HR.Muslim)

3
“Thaharah adalah mengerjakan sesuatu, yang mana ibadah shalat tidak akan sah
tanpa melaksanakan hal tersebut”. (mabaadiul Fiqh juz 3, Umar Abdul Jabbar : 8).
Yang dimaksud mengerjakan sesuatu di atas yaitu bersesuci. Yang mana bersesu-
ci ini terbagi ke dalam dua bagian lagi. Yang pertama yaitu bersuci dari hadas dan
yang kediua bersesuci dari kotoran atau najis. Yang dimasud bersuci dari hadas
itu sendiri yaitu berwudu’, mandi besar, dan juga tayamum sebagai pengganti dari
wu-du’. Sedangkan yang dimaksud dari bersuci dari kotoran ataupun najis itu
sendiri yaitu istinja’, dan menghilangkan najis dari badan, pakaian dan tempat.

Sedangakan alat untuk bersesuci titu sendiri ada beberapa macam diantaranya
yaitu air, debu, batu, disamak. Melalui macam-macam alat bersesuci itu sendiri
maka telah dijelaskan oleh ulama bahwasanya alat bersesuci air itu sendiri terbagi
menjadi tiga bagian. Yaitu air thahhir muthahhir (air mutlak), air thahhir ghairu
muthahhir, dan air mutanajjis. Namun di dalam kitab lain di jelaskan pula bahwa
air itu terbagi menjadi empat bagian yaitu air thahhir muthahhir, air thahhir ghairu
muthahhir, air mutanajjis, dan air musyammas.

Air thahhir muthahhir (air mutlak) yaitu setiap air yang turun dari langit ataupun
keluar dari bumi yang mana keluarnya tersebut tetap seperti asal kejadiannya serta
salah satu sifatnya air tidak berubah sebab ada sesuatu yang mencampurinya.
(Mabaadiul Fiqh juz 4, Umar Abdul Jabbar : 3). Diantara macam-macam air
thahhir muthahhir yaitu :

1. Air hujan.

2. Air laut.

3. Air sungai.

4. Air sumur.

5. Air mata air (sumber).

6. Air es (salju).

7. Air embun.

4
Air thahhir ghairu muthahhir yaitu air yang suci namun air tersebut tidak dapat
digunakan untuk bersuci. Diantara contoh yang termasuk dalam kategori air
thahhir ghairu muthahhir yaitu air kopi, air the, dan sebagainya, ataupun air hujan
yang mana dalam air hujan itu dicampuri dengan air teh lalu salah satu sifat airnya
berubah maka air itu sendiri juga bisa dikatakan air thahhir ghairu muthahhir.
Yaitu air yang hukumnya suci dalam artian boleh diminum namun tidak dapat
digunakan untuk bersuci atau menghilangkan hadas.

Air mutanajjis yaitu setiap yang yang mana di dalam air tersebut kejatuhan
(terkena) najis. Air semacam ini sama sekali tidak bisa digunakan untuk ber suci
menghilangkan hadas) bukan hanya itu air yang semacam ini juga tidak boleh
diminum dan semacamnya. Jika air itu sampai kepada dua qullah atau lebih maka
jika ada najis yang jatuh ke dalamnya maka hukumnya di perinci lagi.

1.Jika najis yang jatuh ke dalamnya sampai merubah salah satu sifatnya air maka
air itu dihukumi sebagai air yang mutanajjis atau air yang sudah tidak bisa lagi
dipakai untuk bersuci.

2.Jika najis itu jatuh kedalamnya namun tidak sampai merubah salah satu sifatnya
air maka air itu dihukumi suci. (Fathul Qorib, Muhammad bin Qosim Al-Ghazi :
3-4 ).

Namun jika air itu tidak sampai 2 qullah maka air itu dihukumi sebagai air yang
mutanajjis secara mutlak.

Air musyammas yaitu air yang kena sinar matahari sampai panas. (terjemah
khulashah kifayatul akhyar, Moh. Rifa’I : 11). Air yang semacam ini dihukumi
suci dikarenakan tidak terkena najis. Namun air ini dihukumi makruh untuk
digunakan. Dalam sutu riwayat diterangkan : “Nabi SAW. Melarang Aisyah
menggunakan air musyammas, beliau bersabda : air itu bisa menimbulkan
belang”.

Air musta’mal yaitu : setiap air yang telah digunakan untuk bersuci. Air sejenis ini
termasuk juga kedalam jenis air thahhir ghairu muthahhir. Yaitu air ini tetap
dihukumi suci namun sudah tidak bisa digunakan untuk bersuci lagi.

5
2.2 Dalil yang Membahas tentang Thoharoh

 Q.S. Al- Baqarah : 222

َ‫ب ا ْل ُمت َ َط ِه ِر ْين‬


ُّ ‫ب الت َّ َّوابِ ْينَ َويُ ِح‬
ُّ ‫إِنَّ هللاَ يُ ِح‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan


orang-orang yang menyucikan diri”.

 Hadits Nabi

)‫ ( رواه المسلم‬.‫صالَة ًبِ َغي ِْر َط ُه ْو ًرا‬


َ ُ ‫الَ يَ ْقبَ ُل هللا‬

Artinya: “ Allah tidak menerima shalat seseorang yang tidak dalam keadaan
suci”. (H.R. Muslim)

)122 : ‫ (البقرة‬. ‫ان هللا يحب التوابين ويحب المتطهرين‬

Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan


menyukai orang-orang yang bersuci.
(Al-Baqarah : 122).

)‫عن ابي سعيد الخدرى "الطهور ش ْط ُر اإل ْي َمان" (رواه المسلم‬


Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman

. Q.S. Al-A’raf ayat 82:

.... ‫يَت َ َطه َُّرونَ اُنَاس إِنَّ ُهم‬

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan


diri.”

. Q.S. Al-Mudatsir ayat 4-5:

‫الرج َز َو فَ َط ِهر ثِيَابَكَ َو‬


ُّ ‫فَاه ُجر‬

6
“Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan jauhilah perbuatan yang kotor dan
dosa.”

. Q.S. Al-Baqarah ayat 222:

ُّ ‫ال ُمتَ َط ِه ِرينَ يُ ِح‬


ُّ ‫ب َو الت َّ َّوابِينَ يُ ِح‬
َّ‫ب للاَ إِن‬

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-


orang yang menyucikan diri”

d. H.R. Muslim dari Abu Said al-Khudri:

‫اْلي َمان شَط ُر ال َّط ُهو ُر‬


ِ (‫)الخدرى سعيد ابي عن مسلم رواه‬

“Kebersihan itu sebagian dari iman.”

2.3 Syarat wajib Thaharah

Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal
yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan
perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :

1. Islam

2 Berakal

3. Baligh

4. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).

5. Tidak lupa

6. Tidak dipaksa

7. Berhenti darah haid dan nifas

8. Ada air atau debu tanah yang suci.

7
9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

2.4 Sarana Melakukan Thaharah

Firman Allah:

‫صالة َ تَ ْق َربوا ال آ َمنوا الَّذِينَ أَي َها يَا‬


َّ ‫َارى َوأ َ ْنت ْم ال‬
َ ‫سبِيل َعابِ ِري إِال جنبًا َوال ت َقولونَ َما ت َ ْعلَموا َحتَّى سك‬ َ
َ ‫سفَر َعلَى أَ ْو َم ْر‬
‫ضى ك ْنت ْم َو ِإ ْن ت َ ْغتَسِلوا َحتَّى‬ َ ‫سا َء ال َمسْتم أ َ ْو ْالغَائِ ِط ِمنَ ِم ْنك ْم أ َ َحد َجا َء أ َ ْو‬
َ ِِّ‫َما ًء ت َِجدوا فَلَ ْم الن‬
‫ص ِعيدًا فَت َ َي َّمموا‬
َ ‫ط ِيِّبًا‬ َ ‫ّللاَ ِإ َّن َوأ َ ْيدِيك ْم ِبوجوهِك ْم فَا ْم‬
َ ‫سحوا‬ َّ َ‫ورا َعف ًّوا َكان‬
ً ‫غَف‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu solat, sedang kamu dalam

keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
menghampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan berjunub), terkecuali sekadar
berlalu sahaja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau dalam bermusafir
atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah
yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun. ”

(Surah Al-Nisa’, 4:43)

Berdasarkan firman Allah diatas dapat disimpulkan bahwa sarana yang dapat
digunakan untuk bersuci adalah sebagai berikut :

1. Air dapat digunakan untuk mandi, wudu, dan membersihkan benda-benda


yang terkena najis.

Sedangkan air untuk bersuci sendiri di bagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
fungsinya, yaitu :

a. Air suci dan mensucikan

Adalah air yang dapat digunakan untuk bersuci, baik menghilangkan hadas
maupun najis, dan airnya tidak berubah warna maupun zatnya. Misal air hujan, air

8
sungai, air sumur, air laut, air salju, air embun dan air sumber lain yang keluar
dari mata air.

b. Air suci tetapi tidak mensucikan

Air ini halal diminum, tetapi tidak dapat mensucikan hadas dan najis.

Yang termasuk air suci tetapi tidak mensucikan adalah:

1) Air yang berubah salah satu sifatnya, seperti: air teh, air kopi, air susu, dsb

2) Air yang kurang dari 2 kollah(jika persegi panjang maka ukurannya adalah1
¼ hasta/±216 liter)

3) Air buah-buahan, seperti: air kelapa, perasan anggur dsb

c. Air suci tetapi makhruh hukumnya

Yaitu air yang terjemur sinar matahari dalam wadah selain emas dan perak

d. Air mutanajis

Adalah air yang terkena najis. Apabila airnya kurang dari 2 kollah, terkena najis,
maka hukumnya menjadi najis. Akan tetapi jika airnya lebih dari 2 kollah, maka
hukumnya tidak najis dan bisa digunakan untuk bersuci selama tidak berubah
warna, bau, maupun rasanya.

2. Tanah, boleh menyucikan jika tidak digunakan untuk sesuatu fardhu dan
tidak bercampur dengan sesuatu.

3. Debu, dapat digunakan untuk tayamum sebagai pengganti wudu atau mandi.

4. Batu bata, tisu atau benda atau benda yang dapat untuk menyerap bisa
digunakan untuk istinjak.

9
2.5 Bentuk Thaharah

Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah taharah /
suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci menyucikan)
dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin adalah membersihkan jiwa dari
pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan
ria.

Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk yaitu :
wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak

Thaharah Batin adalah membersihkan diri dari berbagai macam kemusyrikan dan
kemaksiatan

>> menguatkan tauhid dan beramal shalih

 Thaharah Lahir adalah bersuci dari kotoran, hadats dan najis-najis.

>> berwudhu’, mandi atau tayamum (ketika sedang tidak ada air), serta
membersihkan najis dari pakaian, badan, dan tempat shalat

Menggunakan Air: asal hukum air adalah suci dan menyucikan dari segala hadats
dan kotoran meskipun sudah berubah rasa, warna atau baunya oleh sebab sesuatu
yang bersih. Akan tetapi apabila perubahan air itu disebabkan oleh benda najis,
maka hukumnya menjadi najis (tidak bisa lagi digunakan bersuci)
Contoh: mata air, air sumur, air sungai, air hujan, salju, embun, dan air laut.

Menggunakan Debu yang Suci: sebagai ganti dari thaharah dengan menggunakan
air, dikarenakan sebab – sebab tertentu yang dibenarkan oleh syari’at

a. Wudhu

Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh
anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan
tujuan menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT
dalam surat Al Maidah ayat 6.

10
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
solat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah
kepalamu dan basuhlah kakimu sampai mata kaki.”(QS Al maidah :6)

Syarat Wudu :

Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut.

a. Beragama Islam

b. Sudah mumayiz

c. Tidak berhadas besar dan kecil

d. memakai air suci lagi mensucikan

e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota wudu,


seperti cat, getah dsb.

Rukun Wudu:

Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.

a. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka.

b. Membasuh seluruh muka

c. Membasuh kedua tangan sampai siku

d. Mengusap atau menyapu sebagian kepala.

e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan

f. Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir

Sunah Wudu

Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu diperhatikan hal-hal


yang disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain sebagai berikut.

a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu

11
b. Membaca ta’awuz dan basmalah

c. Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa

d. Membasuh dan membersihkan lubang hidung

e. Menyapu seluruh kepala

f. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki

g. Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri.

h. Membasuh anggota wudu tiga kali.

i. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam

j. Membaca do’a sesudah wudu.

Do’a sesudah wudu.

‫له شريك ال وحده هللا االِّ ٰاله ال ان اشهد‬. ‫ان اشهد و‬


ِّ ‫ورسوله عبده مح ِّمدا‬. ‫واجعلني الت ِّ ِّوابين من اجعلني الله ِّم‬
‫منالمتط ِّهرين‬

Artinya : “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, yang
tida sekutu bagi-Nya, Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya
dan utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang
yang bertobat, dan jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang
bersuci.”

Hal yang membatalkan wudu:

§ Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan


hal-hal seperti berikut.

§ Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau
dubur(anus), baik berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah,
mazi, mani dan sebagainya)

§ Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.

§ Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.

12
§ Tidur dengan nyenyak

§ Hilang akal

b. Tayamum

Secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci karena tidak
ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut istilah adalah
menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan sampai siku
dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi
wajib karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit.

ayammum disyari’atkan dalam islam berdasarkan dalil al-Qur’an, sunnah dan


Ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.

Adapun dalil dari Al Qur’an adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla,

‫ضى ك ْنت ْم َو ِإ ْن‬ َ ‫سا َء َال َمسْتم أ َ ْو ْالغَائِ ِط ِمنَ ِم ْنك ْم أ َ َحد َجا َء أَ ْو‬
َ ‫سفَر َعلَى أَ ْو َم ْر‬ َ ِِّ‫الن‬

‫ص ِعيدًا فَتَيَ َّمموا َما ًء ت َِجدوا فَلَ ْم‬ َ ‫سحوا‬


َ ‫طيِِّبًا‬ ْ َ‫ِم ْنه َوأَ ْيدِيك ْم بِوجوهِك ْم ف‬
َ ‫ام‬

“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air

atau berhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu”. (Qs. Al Maidah: 6).

Adapun dalil dari Sunnah, sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dari
sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu ‘anhu,

‫ص ِعيد‬ َ ‫شر ال َما َء َي ِجد لَم َو ِإن المس ِل ِم وضوء ال‬


َّ ‫ط ِيِّب ال‬ َ ‫ِسنِين َع‬

“Tanah yang suci adalah wudhunya muslim, meskipun tidak menjumpai air

sepuluh tahun”.(Abu Daud 332, Turmudzi 124 dan dishahihkan al-Albani)

Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah


melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak
wajib mengulang sekalipun waktu salat masih ada.

13
Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah
sebagai berikut.

Syarat Tayamum:

Syarat tayamum adalah sebagai berikut :

a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan
tayamum.

b. Sudah masuk waktu salat

c. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan

d. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh

e. Menggunakan tanah atau debu yang suci.

Rukun Tayamum:

- Niat

- Mengusap debu ke muka

- Mengusap debu ke dua tangan sampai siku

- Tertib

Sunah Tayamum:

Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunah-


sunah tayamum sebagai berikut.

a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum

b. Membaca ta’awuz dan basmalah

c. Menepiskan debu yang ada di telapak tangan

d. Merenggangkan jari-jari tangan

e. Menghadap kiblat

14
f. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri

g. Membaca do’a (seperti do’a sesudah wudu)

Hal yang membatalkan Tayamum:

Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :

o Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum

o Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)

o Murtad (keluar dari agama Islam)

c. Mandi Wajib

Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi
wajib adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki dengan disertai niat mandi wajib di dalam hati.

Firman Allah Swt :

َّ ‫( فَا‬٦)
‫ط َّهروا جنبًا ك ْنت ْم َو ِإ ْن‬

Artinya : “.......dan jika kamu junub maka mandilah.” (QS Al Maidah)

Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut :

‫لى تعا هلل فرضا الكبر الحدث لرفع الجنابة غسل نويت‬

Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena Allah
Ta’ala.’

Rukun mandi wajib:

Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib,
diantaranya sebagai berikut :

· Niat mandi wajib

· Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata.

15
· Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya air ke

badan.

Sunah Mandi Wajib:

Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain :

¶ Menghadap kiblat

¶ Membaca basmalah

¶ Berwudu sebelum mandi

¶ Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan

¶ Menggosok badan dengan tangan.

Beberapa Penyebab Diwajibkan Mandi Wajib

Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi wajib:

* Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang tidur
maupun dalam keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia bermimpi tidak disertai
keluarnya mani, maka ia tidak wajib mandi.

* Selesainya haid bagi perempuan.

* Selesai melahirkan.

* Selesai nifas, yakni darah yang keluar sesudah melahirkan.

* Meninggalnya seseorang (jenazah).

d. Istinja’

Pengertian istinja’ Menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas atau bebas. Sedangkan
menurut istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia yaitu

16
dubur dan qubul(anus dan penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang keluar
dari keduanya. Istinja’ hukumnya wajib.

Hal-hal yang dilarang ketika buang air:

o Dilarang menjawab suara adzan

o Dilarang menjawab salam

o Bila bersin hendaknya memuji Allah dalam hati saja, tidak boleh menjawab
dengan suara keras

o Dilarang mengucapkan kalimat-kalimat dzikir

o Dilarang sambil makan, minum dan sebagainya

Alat-alat yang digunakan untuk istinja’:

¶ Air

¶ Batu (jika tidak ada air)

¶ Kertas atau tissue (jika tidak ada air)

¶ Daun-daunan yang tidak biasa dimakan (jika tidak ada air)

Tata cara istinja’:

§ Ada air dapat dibersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih. Membasuh
tempat keluarnya najis dengan air hingga bersih

§ Jika tidak Sekurang-kurangnya dengan 3 buah batu atau 3 sisi sebuah batu. Jika
tidak ada batu dapat digunakan benda-benda lain asal keset atau keras.

2.6. Pengertian hadas dan najis

a. Hadas

Pengertian Hadas:

17
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah
sesuatu yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan
diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah.

Bermacam hadas dan cara mensucikannya:

Menurut fiqih, hadas dibagi menjadi dua yaitu :

1) Hadas kecil

Hadas kecil adalah adanya sesuatu yag terjadi dan mengharuskan seseorang
berwudu apabila hendak melaksanakan salat. Contoh hadas kecil adalah sebagai
berikut :

o Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur.

o Tidur nyenyak dalam kondisi tidak duduk.

o Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa pembatas.

o Hilang akal karena sakit atau mabuk.

2) Hadas besar

Hadas besar adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi
besar atau junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai berikut :

o Bersetubuh (hubungan suami istri)

o Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain

o Keluar darah haid

o Nifas

o Meninggal dunia

2. Najis

Pengertian Najis:

18
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah
adalah sesuatu yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan,
karena menjadikan tidak sahnya melaksanakan suatu Macam-macam Najis dan
Cara Mensucikannya:

Berdasarkan berat dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam. Najis tersebut
adalah Mukhafafah, Najis Mutawasitah, dan Najis Muqalazah.

- Najis Mukhafafah

Najis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis mukhafafah yaitu air
kencing bayi laki-laki yang berumur tidak lebih dua tahun dan belum makan apa-
apa kecuali air susu ibunya. Cara mensucikan najis mukhafafah cukup dengan
mnegusapkan/ memercikkan air pada benda yang terkena najis.

- Najis Mutawasitah

Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis mutawasitah antara lain
air kencing, darah, nanah, tina dan kotoran hewan. Najis mutawasitah terbagi
menjadi dua bagian, yaitu :

დ Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi, zat, bau, warna dan
rasanya tidak nyata. Misalnya air kencing yang telah mengering. Cara
mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis
tersebut.

დ Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan baunya. Cara
mensucikannya dengan menyirkan air hingga hilang zat, warna, rasa dan baunya.

- Najis Mugalazah

Najis mugalazah adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi. Adapun cara
mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang mensucikan air suci yang
mensucikan (air mutlak) atau membasuh benda atau tempat yang terkena najis
sampai tujuh kali. Kali yang pertama dicampur dengan tanah atau debu sehingga
hilang zat, warna, rasa, dan baunya.

19
20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang


(kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat,
dan benda-benda yang terbawa di badan. Taharah merupakan anak kunci dan
syarat sah salat. Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan
perempuan.

Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam dan
sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air
suci, tanah, debu serta benda-benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk
mandi dan berwudhu, debu dan tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak
ditemukan air, sedangkan benda lain seperti batu, kertas, tisur dapat digunakan
untuk melakukan istinja’.

Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat
sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk
berkomunikasi dengan Allah Swt. Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari
yaitu membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika
hendak melaksanakan suatu ibadah.

21
Daftar isi

http://kumpulanmakalah-mey.blogspot.co.id/2015/03/makalah-tentang-
thaharah.html

http://jumaidi07.blogspot.co.id/2014/12/makalah-thaharah.html

22

Anda mungkin juga menyukai