THAHARAH
Oleh Kelompok 1 :
2016-2017
Daftar isi
Cover
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
a.Wudhu ................................................................................................................10
b.Tayamun .............................................................................................................10
d. Istinja’ ...............................................................................................................15
Kesimpulan ..............................................................................................................18
Daftar isi
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang di berikan oleh dosen pembimbing
dalam mata kuliah Fiqih. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
pemimpin paling mulia, manusia yang paling baik akhlaknya yaitu Nabi
Muhammad SAW , kepada keluarganya, para sahabat serta pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Amin
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada dosen pembimbing saya yang
telah memberikan arahan dan juga kepada orang-orang di sekitar saya yang telah
membantu saya dalam mendapatkan sumber-sumber materi yang bisa saya
jadikan pedoman untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa
bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun
bersuci lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu
“Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari hadas
dan najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat
syahnya seorang muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan
pengertian tersebut sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari
fungsi thaharah. Taharah sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan
kebersihan dan kesucian
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Taharah menurut bahasa berasal dari kata ( طهورThohur), artinya bersuci atau
bersih.
Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil
dan bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda
yang terbawa di badan.
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain Nabi
SAW juga bersabda:
“Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan
Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
Dalam hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw,
menganjurkan agar kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.
َيض َع ِن َويَ ْسأَلونَك ِ سا َء فَا ْعت َِزلوا أَذًى ه َو ق ْل ْال َم ِح
َ ِِّيض فِي الن ِ طه ْرنَ َحتَّى ت َ ْق َربوه َّن َوال ْال َم ِح
ْ َفَإِذَا ي
َ َ ّللا أ َ َم َركم َحيْث ِم ْن فَأْتوه َّن ت
َط َّه ْرن َ َ ( ْالمت٢٢٢)
َّ ط ِ ِّه ِرينَ َوي ِحب الت َّ َّوا ِبينَ ي ِحب
َّ ّللاَ ِإ َّن
3
“Thaharah adalah mengerjakan sesuatu, yang mana ibadah shalat tidak akan sah
tanpa melaksanakan hal tersebut”. (mabaadiul Fiqh juz 3, Umar Abdul Jabbar : 8).
Yang dimaksud mengerjakan sesuatu di atas yaitu bersesuci. Yang mana bersesu-
ci ini terbagi ke dalam dua bagian lagi. Yang pertama yaitu bersuci dari hadas dan
yang kediua bersesuci dari kotoran atau najis. Yang dimasud bersuci dari hadas
itu sendiri yaitu berwudu’, mandi besar, dan juga tayamum sebagai pengganti dari
wu-du’. Sedangkan yang dimaksud dari bersuci dari kotoran ataupun najis itu
sendiri yaitu istinja’, dan menghilangkan najis dari badan, pakaian dan tempat.
Sedangakan alat untuk bersesuci titu sendiri ada beberapa macam diantaranya
yaitu air, debu, batu, disamak. Melalui macam-macam alat bersesuci itu sendiri
maka telah dijelaskan oleh ulama bahwasanya alat bersesuci air itu sendiri terbagi
menjadi tiga bagian. Yaitu air thahhir muthahhir (air mutlak), air thahhir ghairu
muthahhir, dan air mutanajjis. Namun di dalam kitab lain di jelaskan pula bahwa
air itu terbagi menjadi empat bagian yaitu air thahhir muthahhir, air thahhir ghairu
muthahhir, air mutanajjis, dan air musyammas.
Air thahhir muthahhir (air mutlak) yaitu setiap air yang turun dari langit ataupun
keluar dari bumi yang mana keluarnya tersebut tetap seperti asal kejadiannya serta
salah satu sifatnya air tidak berubah sebab ada sesuatu yang mencampurinya.
(Mabaadiul Fiqh juz 4, Umar Abdul Jabbar : 3). Diantara macam-macam air
thahhir muthahhir yaitu :
1. Air hujan.
2. Air laut.
3. Air sungai.
4. Air sumur.
6. Air es (salju).
7. Air embun.
4
Air thahhir ghairu muthahhir yaitu air yang suci namun air tersebut tidak dapat
digunakan untuk bersuci. Diantara contoh yang termasuk dalam kategori air
thahhir ghairu muthahhir yaitu air kopi, air the, dan sebagainya, ataupun air hujan
yang mana dalam air hujan itu dicampuri dengan air teh lalu salah satu sifat airnya
berubah maka air itu sendiri juga bisa dikatakan air thahhir ghairu muthahhir.
Yaitu air yang hukumnya suci dalam artian boleh diminum namun tidak dapat
digunakan untuk bersuci atau menghilangkan hadas.
Air mutanajjis yaitu setiap yang yang mana di dalam air tersebut kejatuhan
(terkena) najis. Air semacam ini sama sekali tidak bisa digunakan untuk ber suci
menghilangkan hadas) bukan hanya itu air yang semacam ini juga tidak boleh
diminum dan semacamnya. Jika air itu sampai kepada dua qullah atau lebih maka
jika ada najis yang jatuh ke dalamnya maka hukumnya di perinci lagi.
1.Jika najis yang jatuh ke dalamnya sampai merubah salah satu sifatnya air maka
air itu dihukumi sebagai air yang mutanajjis atau air yang sudah tidak bisa lagi
dipakai untuk bersuci.
2.Jika najis itu jatuh kedalamnya namun tidak sampai merubah salah satu sifatnya
air maka air itu dihukumi suci. (Fathul Qorib, Muhammad bin Qosim Al-Ghazi :
3-4 ).
Namun jika air itu tidak sampai 2 qullah maka air itu dihukumi sebagai air yang
mutanajjis secara mutlak.
Air musyammas yaitu air yang kena sinar matahari sampai panas. (terjemah
khulashah kifayatul akhyar, Moh. Rifa’I : 11). Air yang semacam ini dihukumi
suci dikarenakan tidak terkena najis. Namun air ini dihukumi makruh untuk
digunakan. Dalam sutu riwayat diterangkan : “Nabi SAW. Melarang Aisyah
menggunakan air musyammas, beliau bersabda : air itu bisa menimbulkan
belang”.
Air musta’mal yaitu : setiap air yang telah digunakan untuk bersuci. Air sejenis ini
termasuk juga kedalam jenis air thahhir ghairu muthahhir. Yaitu air ini tetap
dihukumi suci namun sudah tidak bisa digunakan untuk bersuci lagi.
5
2.2 Dalil yang Membahas tentang Thoharoh
Hadits Nabi
Artinya: “ Allah tidak menerima shalat seseorang yang tidak dalam keadaan
suci”. (H.R. Muslim)
6
“Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan jauhilah perbuatan yang kotor dan
dosa.”
Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal
yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan
perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
1. Islam
2 Berakal
3. Baligh
5. Tidak lupa
6. Tidak dipaksa
7
9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.
Firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu solat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
menghampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan berjunub), terkecuali sekadar
berlalu sahaja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau dalam bermusafir
atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah
yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun. ”
Berdasarkan firman Allah diatas dapat disimpulkan bahwa sarana yang dapat
digunakan untuk bersuci adalah sebagai berikut :
Sedangkan air untuk bersuci sendiri di bagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
fungsinya, yaitu :
Adalah air yang dapat digunakan untuk bersuci, baik menghilangkan hadas
maupun najis, dan airnya tidak berubah warna maupun zatnya. Misal air hujan, air
8
sungai, air sumur, air laut, air salju, air embun dan air sumber lain yang keluar
dari mata air.
Air ini halal diminum, tetapi tidak dapat mensucikan hadas dan najis.
1) Air yang berubah salah satu sifatnya, seperti: air teh, air kopi, air susu, dsb
2) Air yang kurang dari 2 kollah(jika persegi panjang maka ukurannya adalah1
¼ hasta/±216 liter)
Yaitu air yang terjemur sinar matahari dalam wadah selain emas dan perak
d. Air mutanajis
Adalah air yang terkena najis. Apabila airnya kurang dari 2 kollah, terkena najis,
maka hukumnya menjadi najis. Akan tetapi jika airnya lebih dari 2 kollah, maka
hukumnya tidak najis dan bisa digunakan untuk bersuci selama tidak berubah
warna, bau, maupun rasanya.
2. Tanah, boleh menyucikan jika tidak digunakan untuk sesuatu fardhu dan
tidak bercampur dengan sesuatu.
3. Debu, dapat digunakan untuk tayamum sebagai pengganti wudu atau mandi.
4. Batu bata, tisu atau benda atau benda yang dapat untuk menyerap bisa
digunakan untuk istinjak.
9
2.5 Bentuk Thaharah
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah taharah /
suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci menyucikan)
dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin adalah membersihkan jiwa dari
pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan
ria.
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk yaitu :
wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak
Thaharah Batin adalah membersihkan diri dari berbagai macam kemusyrikan dan
kemaksiatan
>> berwudhu’, mandi atau tayamum (ketika sedang tidak ada air), serta
membersihkan najis dari pakaian, badan, dan tempat shalat
Menggunakan Air: asal hukum air adalah suci dan menyucikan dari segala hadats
dan kotoran meskipun sudah berubah rasa, warna atau baunya oleh sebab sesuatu
yang bersih. Akan tetapi apabila perubahan air itu disebabkan oleh benda najis,
maka hukumnya menjadi najis (tidak bisa lagi digunakan bersuci)
Contoh: mata air, air sumur, air sungai, air hujan, salju, embun, dan air laut.
Menggunakan Debu yang Suci: sebagai ganti dari thaharah dengan menggunakan
air, dikarenakan sebab – sebab tertentu yang dibenarkan oleh syari’at
a. Wudhu
Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh
anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan
tujuan menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT
dalam surat Al Maidah ayat 6.
10
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
solat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah
kepalamu dan basuhlah kakimu sampai mata kaki.”(QS Al maidah :6)
Syarat Wudu :
a. Beragama Islam
b. Sudah mumayiz
Rukun Wudu:
Sunah Wudu
11
b. Membaca ta’awuz dan basmalah
Artinya : “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, yang
tida sekutu bagi-Nya, Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya
dan utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang
yang bertobat, dan jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang
bersuci.”
§ Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau
dubur(anus), baik berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah,
mazi, mani dan sebagainya)
12
§ Tidur dengan nyenyak
§ Hilang akal
b. Tayamum
Secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci karena tidak
ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut istilah adalah
menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan sampai siku
dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi
wajib karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit.
ضى ك ْنت ْم َو ِإ ْن َ سا َء َال َمسْتم أ َ ْو ْالغَائِ ِط ِمنَ ِم ْنك ْم أ َ َحد َجا َء أَ ْو
َ سفَر َعلَى أَ ْو َم ْر َ ِِّالن
“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
atau berhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu”. (Qs. Al Maidah: 6).
Adapun dalil dari Sunnah, sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dari
sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu ‘anhu,
“Tanah yang suci adalah wudhunya muslim, meskipun tidak menjumpai air
13
Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah
sebagai berikut.
Syarat Tayamum:
a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan
tayamum.
Rukun Tayamum:
- Niat
- Tertib
Sunah Tayamum:
e. Menghadap kiblat
14
f. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
o Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)
c. Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi
wajib adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki dengan disertai niat mandi wajib di dalam hati.
َّ ( فَا٦)
ط َّهروا جنبًا ك ْنت ْم َو ِإ ْن
لى تعا هلل فرضا الكبر الحدث لرفع الجنابة غسل نويت
Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena Allah
Ta’ala.’
Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib,
diantaranya sebagai berikut :
15
· Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya air ke
badan.
Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain :
¶ Menghadap kiblat
¶ Membaca basmalah
Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi wajib:
* Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang tidur
maupun dalam keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia bermimpi tidak disertai
keluarnya mani, maka ia tidak wajib mandi.
* Selesai melahirkan.
d. Istinja’
Pengertian istinja’ Menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas atau bebas. Sedangkan
menurut istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia yaitu
16
dubur dan qubul(anus dan penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang keluar
dari keduanya. Istinja’ hukumnya wajib.
o Bila bersin hendaknya memuji Allah dalam hati saja, tidak boleh menjawab
dengan suara keras
¶ Air
§ Ada air dapat dibersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih. Membasuh
tempat keluarnya najis dengan air hingga bersih
§ Jika tidak Sekurang-kurangnya dengan 3 buah batu atau 3 sisi sebuah batu. Jika
tidak ada batu dapat digunakan benda-benda lain asal keset atau keras.
a. Hadas
Pengertian Hadas:
17
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah
sesuatu yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan
diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah.
1) Hadas kecil
Hadas kecil adalah adanya sesuatu yag terjadi dan mengharuskan seseorang
berwudu apabila hendak melaksanakan salat. Contoh hadas kecil adalah sebagai
berikut :
2) Hadas besar
Hadas besar adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi
besar atau junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai berikut :
o Nifas
o Meninggal dunia
2. Najis
Pengertian Najis:
18
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah
adalah sesuatu yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan,
karena menjadikan tidak sahnya melaksanakan suatu Macam-macam Najis dan
Cara Mensucikannya:
Berdasarkan berat dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam. Najis tersebut
adalah Mukhafafah, Najis Mutawasitah, dan Najis Muqalazah.
- Najis Mukhafafah
Najis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis mukhafafah yaitu air
kencing bayi laki-laki yang berumur tidak lebih dua tahun dan belum makan apa-
apa kecuali air susu ibunya. Cara mensucikan najis mukhafafah cukup dengan
mnegusapkan/ memercikkan air pada benda yang terkena najis.
- Najis Mutawasitah
Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis mutawasitah antara lain
air kencing, darah, nanah, tina dan kotoran hewan. Najis mutawasitah terbagi
menjadi dua bagian, yaitu :
დ Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi, zat, bau, warna dan
rasanya tidak nyata. Misalnya air kencing yang telah mengering. Cara
mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis
tersebut.
დ Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan baunya. Cara
mensucikannya dengan menyirkan air hingga hilang zat, warna, rasa dan baunya.
- Najis Mugalazah
Najis mugalazah adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi. Adapun cara
mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang mensucikan air suci yang
mensucikan (air mutlak) atau membasuh benda atau tempat yang terkena najis
sampai tujuh kali. Kali yang pertama dicampur dengan tanah atau debu sehingga
hilang zat, warna, rasa, dan baunya.
19
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam dan
sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air
suci, tanah, debu serta benda-benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk
mandi dan berwudhu, debu dan tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak
ditemukan air, sedangkan benda lain seperti batu, kertas, tisur dapat digunakan
untuk melakukan istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat
sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk
berkomunikasi dengan Allah Swt. Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari
yaitu membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika
hendak melaksanakan suatu ibadah.
21
Daftar isi
http://kumpulanmakalah-mey.blogspot.co.id/2015/03/makalah-tentang-
thaharah.html
http://jumaidi07.blogspot.co.id/2014/12/makalah-thaharah.html
22