Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP DASAR KONSELING

DISUSUN OLEH
KELOMPOK

1. NENENG PUJI ASRI (1815401008)


2. PUTRI NUZULIA (1815401012)

DOSEN PEMBIMBING : SARA HERLINA,.SST.M.Kes

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya yang
telah dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah Tantang Konsep Dasar Konseling .Selanjutnya tidak lupa salawat serta
salam kami panjatkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.
Selanjutnya tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini, yaitu para Dosen dan
teman- teman yang ikut berpartisipasi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami butuh saran
dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini, serta untuk pengetahuan penyusunan dimasa mendatang.

Pekanbaru, Maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah terlepas dari berbagai
masalah. Masalah yang menimpa manusia terkadang membuat manusia menjadi
frustasi, tak berdaya, nelangsa dan putus asa. Bahkan tak jarang orang yang begitu
banyak diterpa berbagai masalah hidup lebih memilih mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri karena tak kuasa menghadapi masalah tersebut. Hal ini
diakibatkan oleh tidak adanya pengetahuan, ilmu, serta pengalaman, dalam
menghadapi masalah. Oleh sebab itu manusia harus mendapat bimbingan agar
mampu membantu keluar dari masalah yang sedang dihadapinya, termasuk
bimbingan dalam hal pendidikan.
Pendidikan yang bermutu (Syamsu dan Juntika, 2008:4) adalah yang
mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang
administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang
pembinaan siswa (bimbingan dan konseling). Pendidikan yang hanya
melaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan mengabaikan bidang
bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil
dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan
dalam aspek psikososiospiritual. Karena bidang pembinaan siswa (bimbingan dan
konseling) terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta
didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui
interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personil yang paling bertanggung
jawab ini adalah guru pembimbing atau konselor. Jadi, betapa pentingnya peranan
bimbingan dan konseling dalam pendidikan, sehingga kita harus tahu terlebih
dahulu konsep-konsep dasar mengenai bimbingan dan konseling.
Namun disini, penyusun hanya akan mencoba menguraikan tentang konsep-
konsep dasar konseling tersebut. Sehingga mudah-mudahan akan mempermudah
pembaca dalam memahami konsep dasar konseling, serta menerapkannya dalam
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dengan merujuk pada latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di
atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian konseling?
2. Apa Tujuan Konseling
3. Bagaimanakah Prinsip konseling?
4. Bagaimanakah Langkah – Langkah Konseling Dalam Praktik
Kebidanan
5. Apa Saja Hambatan Hambatan Konseling Kebidanan
6. Bagaimana Bentuk Layanan Konseling dalam praktik Kebidanan
7. Bagaimana Pendekatan – Pendekatan Konseling

C. Tujuan Penulisan Makalah


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui Pengertian konseling?
2. Mengetahui Tujuan Konseling
3. Mengetahui Prinsip konseling?
4. Untuk Mengetahui Langkah – Langkah Konseling Dalam Praktik
Kebidanan
5. Untuk Mengetahui Hambatan Hambatan Konseling Kebidanan
6. Mengetahui Bentuk Layanan Konseling dalam praktik Kebidanan
Mengetahui Pendekatan – Pendekatan Konseling
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian konseling
Konseling itu berasal dari kata counsel, yang diambil dari bahasa Latin yaitu
counsilium yang artinya bersama atau bicara bersama. Yang dimaksud bicara
bersama disini yaitu pembicaraan antara konselor (counselor) dengan seorang atau
beberapa klien (counselee).
Banyak para ahli yang mengemukakan definisi tentang konseling, tetapi dari
masing-masing ahli memiliki penekanan sendiri-sendiri. Seperti Carl Rogers,
seorang psikolog humanistik yang berpandangan bahwa konseling merupakan
hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self
(diri) pada pihak klien. Rogers lebih menekankan pada perubahan sistem self
klien sebagai tujuan konseling.
Hackney dan Cormier (1979) lebih menekankan pada pihak fungsi pihak-
pihak yang terlibat. Menurut Hackney dan Cormier konselor adalah tenaga terlatih
yang memiliki kemauan untuk membantu klien.
Kemudian Petrofesa (1978) dalam bukunya The Authentic Counselor,
konseling adalah proses yang melibatkan seseorang profesional yang berusaha
membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self-understanding),
membuat keputusan dan pemecahan masalah.

B. Tujuan konseling
1. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku disini yang dimaksudkan adalah hubungan
dengan orang lain, situasi keluarga, prestasi akademik, pengalaman
pekerjaan, dan semacamnya. Menurut Rogers (Shertzer&Stone, 1980)
bahwa salah satu hasil konseling adalah bahwa pengalaman-pengalaman
tidak dirasa menakutkan, individukecemasannya berkurang, dan cita-
citanya hampir lebih harmonis dengan persepsi tentang dirinya dan
nampak lebih berhasil. Jadi, perubahan tersebut bersifat permanen.
2. Kesehatan mental yang positif
Ada yang berpendapat bahwa tercapainya tujuan konseling karena
pemeliharaan dan pencapaian kesehatan mental yang positif. Jika tujuan
kesehatan mental ini tercapai maka individu mencapai integrasi,
penyesuaian, dan identifikasi positif dengan yang lainnya. Menurut
Thorne (Shertzer&Stone, 1980) bahwa tujuan utama konseling adalah
menjaga kesehatan mental dengan mencegah atau membawa
ketidakmampuan meyesuaikan diri atau gangguan mental. Ada pendapat
baru dari Patterson (Shertzer&Stone, 1980) bahwa karena tujuan
konseling adalah pemeliharaan, pemulihan kesehatan mental yang baik
atau harga diri, maka situasi-situasi konseling haruslah ditandai dengan
tidak adanya ancaman. Kell dan Mueller (Shertzer&Stone, 1980)
menyatakan bahwa promosi dan pengembangan rasa persamaan, serta
saling memberi dan menerima penghargaan antara sesama manusia
merupakan tujuan konseling.
3. Pemecahan masalah
Biasanya orang- orangh menganggap bahwa tujuan konseling
sebagai pemecahan masalah. Menurut Krumboltz (Shertzer&Stone,
1980)bahwa alasan utama eksistensi konseling didasarkan pada fakta
bahwa orang-orang mempunyai masalah-masalah yang tidak sanggup
mereka pecahkan sendiri. Tujuan utama konseling adalah membantu
setiap klien dalam memecahkan suatu masalah. Kemudian ia
menyatakan bahwa konselor behavioral terutama membantu klien
merubah perilaku sesuai keinginannya. Krumboltz selanjutnya membuat
tiga kategori tujuan-tujuan behavioral: merubah perilaku salah-suai,
mempelajari proses pengambilan keputusan, dan mencegah masalah-
masalah.
4. Keefektifan personal
Tujuan meningkatkan keefektifan personal berhubungan erat
dengan pemeliharaan kesehatan mental yang baik dan perubahan tingkah
laku. Blocher memperkenalkan dua tujuan konseling. Pertama,
konseling ingin memaksimalkan kemungkinan kebebasan individual
dalam keterbatasan-keterbatasan yang berlaku bagi dirinya dan
lingkungannya. Kedua, konseling ingin memaksimalkan keefektifan
individual dengan memberinya kesanggupan mengontrol lingkungannya
dan response-response pada dirinya yang ditimbulkan oleh lingkungan.
5. Pengambilan keputusan
Ada yang berpendapat bahwa tujuan konseling adalah
memungkinkan individu mengambil keputusan-keputusan dalam hal-hal
yang sangat penting bagi dirinya. Keputusan tersebut merupakan pilihan
dari klien sendiri, tidak ditentukan oleh konselor. Klien belajar
mengestimasi konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi dalam
pengorbanan pribadi, waktu, tenaga, uang, resiko, dll.

C. Prinsip Konseling
1. Konseling merupakan kegiatan yang sangat penting dalam keseluruhan
program bimbingan disekolah, atau merupakan bagianintegral dengan
bimbingan.
2. Program konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga
( misalnya sekolah ), kebutuhan individu dan masyarakat.
3. Dalam konseling terlibat dua individu yaitu konselor dan klien yang
memproses penyelesaian masalah melalui serangkaian interview.
4. Konseling merupakan proses belajar yang mengarah pada suatu
perubahan yang fundamental dalam diri klien terutama dalam perubahan
sikap dan tindakan.
5. Konseling lebih banyak menekankan pada masalah sikap daripada
tindakan.
6. Konseling berlangsung pada situasi pertemuan dan jalianan hubungan
yang khas.
7. Konseling lebih menekankan pada penghayatan amosional dari pada
intelektual.
8. Konseling sebagai kegiatan yang profesional, dilaksanakan oleh orang-
orang yang telah memiliki persyaratan profesional baik dalam
pengetahuan maupun kepribadiannya. Oleh karena itu tenaga ahli yang
memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam bidang bimbingan
dan konseling.
9. Konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis
kelamin, suku bangsa, agama dan status sosial ekonomi.
10. Dalam konseling perbedaan konseling harus dipahami dan
dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan memberikan
bantuan atau konseling pada individu-individu tertentu.
11. Konseling pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya
dirumah, sekolah serta yang berkaitan dengan kontak sosial dan
pekerjaan.
12. Tujuan akhir konseling adalah kemandirian setiap individu maka dari itu
layanan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan klien agar
mampu mengarahkan dirinya dalam menghadapi kesulitan atau masalah
yang dihadapinya.
13. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan
oleh klien hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan
atau desakan diri konselor.
14. Permasalahan khusus yang dialami klien harus ditangani oleh ( dan
kalau perlu dialihtangankan kepada ) tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan khusus tersebut.

D. Langkah – Langkah Konseling Dalam Praktik Kebidanan


1. Langkah awal
Merupakan langkah penting dalam proses konseling dalam
kebidanan, keberhasilah langkah awal akan mempermudah langkah
berikutnya dalam proses konseling dalam kebidanan. Pada langkah awal
tugas bidan sebagai seorang konselor adalah sebagai berikut:
a. Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan sendiri
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri
c. Memnentukan alasan klien minta pertolongan
d. Membuat kontrak bersama
e. Mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan perbuatan klien
f. Mengidentifikasi masalah
g. Merumuskan tujuan bersama klien
2. Langkah inti
Langkah kedua dari proses konseling kebidanan adalah langkah inti
yang lahngkah pokok. Langkah ini menentikan apakah bantuan yang
diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan klien dan apakah
konseling berhasil dan baik. Tugas bidan pada langkah ini inti adalah
sebagai berikut :
a. Mengeksplorasikan setressor yang tepat
b. Mengdukung perkembangan kesadaran diri klien dan pemakaian
koping mekanisme yang konstruktif
c. Mengatasi penolakan prilaku maladaptif
d. Memeberikan beberapa berupa alternatif pilihan pemecahan
masalah
e. Melaksanakan alternative yang dipilih klien
f. Merencanakan tindak lanjut dari alternative pilihan
3. Langkah akhir
Setelah melakukan kegiatan pokok dalam proses kpnseling,
meskipun bidan bukan orang yang paling berhak untuk mengakhiri
proses konseling, akan tetapi bidan harus dapat melakukan terminasi
atau pengakhiran. Tugas bidan pada langkah akhir adalah:
a. Menciptakan realitas perpisahan
b. Membeicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan
c. Saling mengeksplorasi perasaan, kehilangan, sedih, marah, dan
perilaku lain
d. Mengevaluasi kegiatan dan tujuan konseling
Apabila masih diperlukan, melakukan rencana tindak lanjut dengan
membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
E. Hambatan-hambatan konseling kebidanan
1. Hambatan InternaL
Merupakan hambatan pribadi yang berasal dari diri bidan sebagai
konselor.Hambatan pribadi yang sering muncul adalah bidan kurang
percaya diri, kurang pengetahuan, dan keterampilan tentang konsling,
serta kjetidakmampuan dalam membentuk jejaring.
2. Hambatan Eksternal
Ini sering muncul pada organisasi yaitu dari mitra kerja bidan.
Persaingan-persaingan dalam pekerjaan, fasilitas(keuangan, alat
peraga,dsb), dan budaya seringkali menjadi faktor pemicu hambatan
eksternal dalam proses pemberiaan konseling.

Bentuk layanan konseling dalam praktek kebidanan

Konseling praktik kebidanan dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:

1. Konseling remaja dan kesehatan reproduksi remaja

Istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia

Dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Kesehatan reproduksi


remajaadalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem fungsi, dan proses
reproduksi remaja. Biasanya dipengaruhi oleh masalah menikah dan melakukan
hubungan seksual pada usia dini, akses pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan
gender, kekerasan seksual, dan pengaruh media massa. Kualitas sumber daya
manusia ditentukan oleh anak-anak dan remaja.Karena ini sangat berkualitas pada
kepribadian, kesehatan, maupun pendidikan.

Topik konseling remaja melipurti:

 Remaja dan kesehatan reproduksinya.


 Seksualitas.
 Infeksi menular seksual.
 Isu gender.
 Narkoba dan zat adiktif.

2. Konseling Ibu Hamil

Tingginya kematian ibu merupakan permasalahan, karena kematian ibu akan


berdampak pada seluruh keluarga. Ini dikarenakan adanya komplikasi dari
kehamilan. Di Indonesia angka kematian ibu sangat tinggi. Mengingat masih
tingginya AKI, diperlukan suatu kerja sama bidan dengan ibu. Salah satu upaya
yang dilakukan bidan adalah konseling.

 Konseling kunjungan pertama :

1. Pentingnya 7T
2. Perlunya pendampingan
3. Kebutuhan gizi ibu
4. Beban kerja ibu
5. Program KB
6. Senggama pada saat kelahiran.
7. Kunjungan ulang

 Kunjungan Kehamilan 36 minggu:

1. Kesehatan ibu dan janin


2. Tanda-tanda persalinan dini
3. Rencana persalinan
4. Persiapan bayi
5. Pentingnya kolostrum
6. Keuntungan ASI

 Kunjungan Kehamilan >36 minggu

1. Tanda-tanda persalinan
2. Tempat persalinan
3. Pentingnya persalinan di fasilitas kesehatan

3. Konseling Pada Ibu Bersalin

Merupakan proses alamiah, teapi meskipun proses alamiah, tidak semua ibu
bersalin mampu beradaptasi dengan persalinan terutama pada kala 1 yang
merupakan nyeri hebat bagi si ibu. Karena pada tahap ini resiko komplikasi yang
dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi.Lancarnya persalinan ditentukan oleh
faktor psikologis.

 Konseling tahap I

1. Masalah dalam persalinan


2. Tindakan selama persalinan
3. Menganjurkan ibu tidak menahan BAK
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat
5. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu.

 Konseling tahap II
1. Mengajari cara meneran yang baik.
2. Menganjurkan ibu untuk meneran pada saat his.
3. Memberikan semangat dan dukungan.

 Konseling Tahap III

1. Mengajari ibu untuk mesasi uterus.


2. Memberikan informasi ibu tentang pendarahan.

 Konseling Tahap IV

1. Memberikan informasi erawatan tentang alat kelamin.


2. Menganjurkan ibu sering mengganti pembalut.
3. Memberikan informasi dan memotifasi ibu utuk melakukan mobilisasi.
4. Memberikan informasi tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.

4. Koseling Ibu Nifas

 konseling pada ibu

1. proses masa nifas.


2. Keluhan umum 1-72 jam masa nifas.
3. Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu.
4. Tanda komplikasi masa nifas.
5. Kebersihan ibu.
6. Kolostrum dan pemberian ASI.
7. Teknik menyusui
8. Kebutuhan nutrisi ibu pada masa nifas.

5. Konseling pada bayi

1. Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada bayi.


2. Kebersihan bayi.
3. Perawatan tali pusat bayi.
4. Imunisasi.
5. Status kesehatan bayi.
6. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan bayi.

6. Konseling KB

1. Memperlakukan klien dengan baik.


2. Interaksi dengan klien.
3. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan.
4. Menyediakan metode yang diinginkan klien.
5. Membantu klien mengerti dan mengingat.
DAFTAR PUSTAKA

Latipun.1996.Psikologi Konseling.Malang; Universitas Muhammadiyah Malang


Prayitno, Amti Erman.2004.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta;
Rineka Cipta

Tohirin.2007.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis


integrasi).Jakarta; PT.Raja Grafindo Persada
sumber : Th. Endang purwoastuti, S.Pd,APP. dan Elisabeth Siwi Walyani,Amd.Keb.2015.
Komunikasi & Konseling KEBIDANAN.PT Pustaka baru.yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai