Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH
KELOMPOK
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian konseling
Konseling itu berasal dari kata counsel, yang diambil dari bahasa Latin yaitu
counsilium yang artinya bersama atau bicara bersama. Yang dimaksud bicara
bersama disini yaitu pembicaraan antara konselor (counselor) dengan seorang atau
beberapa klien (counselee).
Banyak para ahli yang mengemukakan definisi tentang konseling, tetapi dari
masing-masing ahli memiliki penekanan sendiri-sendiri. Seperti Carl Rogers,
seorang psikolog humanistik yang berpandangan bahwa konseling merupakan
hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self
(diri) pada pihak klien. Rogers lebih menekankan pada perubahan sistem self
klien sebagai tujuan konseling.
Hackney dan Cormier (1979) lebih menekankan pada pihak fungsi pihak-
pihak yang terlibat. Menurut Hackney dan Cormier konselor adalah tenaga terlatih
yang memiliki kemauan untuk membantu klien.
Kemudian Petrofesa (1978) dalam bukunya The Authentic Counselor,
konseling adalah proses yang melibatkan seseorang profesional yang berusaha
membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self-understanding),
membuat keputusan dan pemecahan masalah.
B. Tujuan konseling
1. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku disini yang dimaksudkan adalah hubungan
dengan orang lain, situasi keluarga, prestasi akademik, pengalaman
pekerjaan, dan semacamnya. Menurut Rogers (Shertzer&Stone, 1980)
bahwa salah satu hasil konseling adalah bahwa pengalaman-pengalaman
tidak dirasa menakutkan, individukecemasannya berkurang, dan cita-
citanya hampir lebih harmonis dengan persepsi tentang dirinya dan
nampak lebih berhasil. Jadi, perubahan tersebut bersifat permanen.
2. Kesehatan mental yang positif
Ada yang berpendapat bahwa tercapainya tujuan konseling karena
pemeliharaan dan pencapaian kesehatan mental yang positif. Jika tujuan
kesehatan mental ini tercapai maka individu mencapai integrasi,
penyesuaian, dan identifikasi positif dengan yang lainnya. Menurut
Thorne (Shertzer&Stone, 1980) bahwa tujuan utama konseling adalah
menjaga kesehatan mental dengan mencegah atau membawa
ketidakmampuan meyesuaikan diri atau gangguan mental. Ada pendapat
baru dari Patterson (Shertzer&Stone, 1980) bahwa karena tujuan
konseling adalah pemeliharaan, pemulihan kesehatan mental yang baik
atau harga diri, maka situasi-situasi konseling haruslah ditandai dengan
tidak adanya ancaman. Kell dan Mueller (Shertzer&Stone, 1980)
menyatakan bahwa promosi dan pengembangan rasa persamaan, serta
saling memberi dan menerima penghargaan antara sesama manusia
merupakan tujuan konseling.
3. Pemecahan masalah
Biasanya orang- orangh menganggap bahwa tujuan konseling
sebagai pemecahan masalah. Menurut Krumboltz (Shertzer&Stone,
1980)bahwa alasan utama eksistensi konseling didasarkan pada fakta
bahwa orang-orang mempunyai masalah-masalah yang tidak sanggup
mereka pecahkan sendiri. Tujuan utama konseling adalah membantu
setiap klien dalam memecahkan suatu masalah. Kemudian ia
menyatakan bahwa konselor behavioral terutama membantu klien
merubah perilaku sesuai keinginannya. Krumboltz selanjutnya membuat
tiga kategori tujuan-tujuan behavioral: merubah perilaku salah-suai,
mempelajari proses pengambilan keputusan, dan mencegah masalah-
masalah.
4. Keefektifan personal
Tujuan meningkatkan keefektifan personal berhubungan erat
dengan pemeliharaan kesehatan mental yang baik dan perubahan tingkah
laku. Blocher memperkenalkan dua tujuan konseling. Pertama,
konseling ingin memaksimalkan kemungkinan kebebasan individual
dalam keterbatasan-keterbatasan yang berlaku bagi dirinya dan
lingkungannya. Kedua, konseling ingin memaksimalkan keefektifan
individual dengan memberinya kesanggupan mengontrol lingkungannya
dan response-response pada dirinya yang ditimbulkan oleh lingkungan.
5. Pengambilan keputusan
Ada yang berpendapat bahwa tujuan konseling adalah
memungkinkan individu mengambil keputusan-keputusan dalam hal-hal
yang sangat penting bagi dirinya. Keputusan tersebut merupakan pilihan
dari klien sendiri, tidak ditentukan oleh konselor. Klien belajar
mengestimasi konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi dalam
pengorbanan pribadi, waktu, tenaga, uang, resiko, dll.
C. Prinsip Konseling
1. Konseling merupakan kegiatan yang sangat penting dalam keseluruhan
program bimbingan disekolah, atau merupakan bagianintegral dengan
bimbingan.
2. Program konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga
( misalnya sekolah ), kebutuhan individu dan masyarakat.
3. Dalam konseling terlibat dua individu yaitu konselor dan klien yang
memproses penyelesaian masalah melalui serangkaian interview.
4. Konseling merupakan proses belajar yang mengarah pada suatu
perubahan yang fundamental dalam diri klien terutama dalam perubahan
sikap dan tindakan.
5. Konseling lebih banyak menekankan pada masalah sikap daripada
tindakan.
6. Konseling berlangsung pada situasi pertemuan dan jalianan hubungan
yang khas.
7. Konseling lebih menekankan pada penghayatan amosional dari pada
intelektual.
8. Konseling sebagai kegiatan yang profesional, dilaksanakan oleh orang-
orang yang telah memiliki persyaratan profesional baik dalam
pengetahuan maupun kepribadiannya. Oleh karena itu tenaga ahli yang
memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam bidang bimbingan
dan konseling.
9. Konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis
kelamin, suku bangsa, agama dan status sosial ekonomi.
10. Dalam konseling perbedaan konseling harus dipahami dan
dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan memberikan
bantuan atau konseling pada individu-individu tertentu.
11. Konseling pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya
dirumah, sekolah serta yang berkaitan dengan kontak sosial dan
pekerjaan.
12. Tujuan akhir konseling adalah kemandirian setiap individu maka dari itu
layanan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan klien agar
mampu mengarahkan dirinya dalam menghadapi kesulitan atau masalah
yang dihadapinya.
13. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan
oleh klien hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan
atau desakan diri konselor.
14. Permasalahan khusus yang dialami klien harus ditangani oleh ( dan
kalau perlu dialihtangankan kepada ) tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan khusus tersebut.
1. Pentingnya 7T
2. Perlunya pendampingan
3. Kebutuhan gizi ibu
4. Beban kerja ibu
5. Program KB
6. Senggama pada saat kelahiran.
7. Kunjungan ulang
1. Tanda-tanda persalinan
2. Tempat persalinan
3. Pentingnya persalinan di fasilitas kesehatan
Merupakan proses alamiah, teapi meskipun proses alamiah, tidak semua ibu
bersalin mampu beradaptasi dengan persalinan terutama pada kala 1 yang
merupakan nyeri hebat bagi si ibu. Karena pada tahap ini resiko komplikasi yang
dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi.Lancarnya persalinan ditentukan oleh
faktor psikologis.
Konseling tahap I
Konseling tahap II
1. Mengajari cara meneran yang baik.
2. Menganjurkan ibu untuk meneran pada saat his.
3. Memberikan semangat dan dukungan.
Konseling Tahap IV
6. Konseling KB