Anda di halaman 1dari 5

MANUSIA MENURUT AGAMA HINDU DAN ISLAM

Menurut Agama Islam

Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya
manusia. Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam

1. Sebagai Hamba Allah


Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai
seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara
menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai seorang
hamba, seorang manusia juga wajib menjalankan ibadah seperti shalat wajib , puasa
ramadhan (baca puasa ramadhan dan fadhilahnya ), zakat (baca syarat penerima zakat
dan penerima zakat) , haji ( syarat wajib haji ) dan melakukan ibadah lainnya dengan
penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut
ini
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus … ,” (QS:98:5).
2. Sebagai al- Nas
Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran
cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain
atau dalam masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan,
adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya (baca
keutamaan menyambung tali silaturahmi ). Sebagaimana yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT berikut
“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada
keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta
satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu. ” (QS: An Nisa:1).
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).
3. Sebagai khalifah Allah
Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.(baca fungsi
alqur’an bagi umat manusia )
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu.
Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. … ”(QS Shad:26).
Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung
jawabannya kelak di hari akhir.
4. Sebagai Bani Adam
Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi
kesalahpahaman bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang
disebutkan oleh Charles Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk
menghormati nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam
Alqur’an Allah SWT berfirman
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf
26-27).
5. Sebagai al-Insan
Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al
insan merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta
kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya (baca hukum menuntut
ilmu ). Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud berikut ini
“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami
cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al
Hud:9).
6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia
memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan
makanan, berkembang biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup
pada umumnya. Sama seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan,
hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami kematian,
bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya harus dapat
dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat
menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat
memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama
penciptaannya.
Menurut Agama Hindu

Dalam agama Hindu, kelahiran sebagai manusia adalah sebuah anugerah yang paling
berharga. Menyia-nyiakan kelahiran manusia adalah sebuah kesalahan yang besar.

Wujud sebagai manusia adalah sebagai wujud yang paling tinggi. Hanya dalam wujud
ini seseorang bisa menemukan kebahagiaan dan pembebasan dari kelahiran selanjutnya. Ini
bisa dicapai melalui bakti kepada Tuhan dan melakukan perbuatan baik.

Manusia sangat berbeda dengan tanaman dan hewan. Secara fisik dan psikis, manusia
adalah derajat yang tertinggi dalam rantai kehidupan di dunia ini. Begitulah pentingnya
dilahirkan menjadi manusia dalam pandangan Agama Hindu. Manusia diberikan kelebihan
yaitu mampu berpikir dan memilah milih baik buruk.

Kita sendiri sering kali bertanya, seperti apa tujuan hidup ini? untuk apa kita hidup?
dan sebagainya. Agama Hindu percaya inti kehidupan manusia adalah berbuat baik. Ada
empat poin yang mesti diperhatikan untuk menjalani kehidupan manusia. Semuanya tertuang
dalam Catur Purusa Artha (Empat tujuan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat).
Berikut empat poin Catur Purusa Artha itu.

1. Dharma
Hal pertama yang paling penting dalam hakikat kehidupan manusia adalah ajaran-
ajaran suci yang mengatur manusia untuk mencapai kesejahteraan dan ketentraman
bathin (Dharma). Hal ini menjadi pegangan hidup umat Hindu untuk diamalkan dalam
aspek kehidupan sehari-hari. Dharma menyangkut dengan pikiran, ucapan dan
perbuatan yang mempengaruhi kehidupan seorang umat Hindu.
Dalam kitab Sarasamuscaya juga dinyatakan bahwa segala yang diajarkan oleh sruti
dan smerti adalah dharma. Oleh karena itu, Dharma menduduki tempat yang paling
penting dalam kehidupan ini. Bahkan dalam kitab manu samhita dikatakan Weda
Pramanakah sreya sadhanam dharmah (1), yang artinya di dalam ajaran suci weda
dharma dikatakan sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan.
2. Artha
Artha yaitu harta benda. Harta benda dan kekayaan memang memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Bahkan harta benda tidak terpisahkan dalam hidup.
Tanpa Artha yang memadai, hidup akan terasa sulit. Tidak heran jika banyak tidan
kejahatan yang terjadi hanya karena Artha yang kurang. Jadi memiliki artha yang
layak/memadai merupakan salah satu penunjang untuk berbuat dharma.
Hanya saja, untuk mendapatkan Artha, harus dilakukan dengan berdasarkan dharma
yang telah ditetapkan. Artha yang dimiliki juga harus untuk kepentingan dharma pula.
Meski demikian, Artha bukanlah tujuan hidup manusia. Artha hanya sarana untuk
mencapai tujuan dan kebahagiaan hidup.
3. Kama
Hakikat yang ketiga adalah Kama (nafsu atau keinginan). Hal ini dipercaya dapat
memberikan kepuasan atau kesejahteraan hidup manusia. Rasa puas juga merupakan
kebutuhan setiap manusia.
Dalam agama Hindu, manusia diketahui memiliki dasendriya atau 10 indriya. Sikap
seperti ini sering diumpamakan seperti kuda liar yang harus dikendalikan. Meski
demikian, Kama harus diperoleh dengan dharma. Jika tidak, maka Kama sama sekali
tidak memiliki arti dalam kehidupan manusia.
4. Moksa
Hakikat yang ketiga adalah Kama (nafsu atau keinginan). Hal ini dipercaya dapat
memberikan kepuasan atau kesejahteraan hidup manusia. Rasa puas juga merupakan
kebutuhan setiap manusia.
Dalam agama Hindu, manusia diketahui memiliki dasendriya atau 10 indriya. Sikap
seperti ini sering diumpamakan seperti kuda liar yang harus dikendalikan. Meski
demikian, Kama harus diperoleh dengan dharma. Jika tidak, maka Kama sama sekali
tidak memiliki arti dalam kehidupan manusia.
MAKALAH AGAMA KRISTEN PROTESTAN
“HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN AGAMA
HINDU DAN ISLAM”

Disusun oleh:
Nama :
NIM :

GEREJA KAMPUS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018

Anda mungkin juga menyukai