Anda di halaman 1dari 13

STRUKTUR BETON PRATEGANG

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Spesifikasi Material


Spesifikasi material yang digunakan pada struktur jembatan properti yang
digunakan dapat dilihat sebagai berikut :
a. Berat jenis beton : 24 KN/m3
b. Mutu Beton Girder : 40 Mpa
c. Mutu Beton Diafragma dan pelat : 25 Mpa
4.2 Peraturan Pembebanan
4.2.1 Beban Mati
Untuk beban mati yang bekerja pada struktur antara lain :
a. Girder
b. Diafragma
4.2.2 Beban Mati tambahan (SDL)
a. Pelat Lantai
b. Aspal
c. Trotoar
d. Parapet
4.2.3 Beban Hidup
Adapun beban hidup yang bekerja pada struktur jembatan yaitu beban
moving load truk sebesar 500 KN, Pejalan kaki (Pedestrians).
4.2.4 Beban Angin
Beban angin pada struktur jembatan dengan arah horizontal (EWs)

4.3 Kombinasi Pembebanan


Peninjauan dan penghitungan beban pada perancangan jembatan ini antara
lain :

KELOMPOK 3 1
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Sumber : SNI 1725-2016 , Pembebanan untuk jembatan.

KELOMPOK 3 2
STRUKTUR BETON PRATEGANG

4.4 Pembebanan Pada Strutkur Atas


4.4.1. Beban Mati
Beban mati yang bekerja pada struktur atas antara lain :
a. Girder H-170
Luasan Girder = 0.6835 m2
Berat jenis beton = 24 kN/m3
Qdl = 0.6835 x 24
= 16,404 kN/m
b. Diafragma 15/60cm
Luasan Diafragma = 0.15 m x 0.60 m
= 0.09 m2
Berat jenis beton = 24 kN/m3
Qdl = 0.09 x 24
= 2.16 kN/m
4.4.2. Beban Mati tambahan
Beban mati tambahan yang akan bekerja pada struktur atas antara lain
sebagai berikut :

a. Aspal + Overlay
Berat jenis aspal = 22 kN/m3
Tebal Aspal = 10 cm = 0.1 m
Qaspal = 22 kN/m3 x 0.1 m
= 2,2 kN/m2
b. Trotoar
Tebal = 20 cm = 0.2 m
Berat Jenis Beton = 24 kN/m3
Qtrotoar = 24 kN/m3 x 0,2 m
= 4,8 kN/m2

KELOMPOK 3 3
STRUKTUR BETON PRATEGANG

c. Parapet
Tinggi = 1,2 m
Tebal = 0,2 m
Berat Jenis Beton = 24 kN/m3
Qparapet = 24 kN/m3 x 1,2m x 0,2m
= 5,76 kN/m
d. Genangan Air Hujan
Tebal = 5 cm = 0.05 m
γw = 9.81 KN/m3
QGenangan = 0.05 x 9.81
= 0.4095 kN/m2
e. Pelat Lantai
Tebal = 20 cm = 0.2 m
Berat jenis beton = 24 kN/m3
Qplat = 0.2 x 24
= 4.8 kN/m2
Berikut hasil rekapitulasi beban SDL :
Rekapitulasi SDL
Beban yang
Beban yang bekerja diterima
Aspal 2.2 kN/m2
Trotoar 4.8 kN/m2
Genangan 0.4095 kN/m2
Plat lantai 4.8 kN/m2
12.2095 kN/m2

Parapet 5.76 kN/m

Interior Eksterior
2
7.4095 kN/m 10.0095 kN/m2

KELOMPOK 3 4
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Girder Eksterior = 10.0095 kN/m2 x 0.8 m


= 8.0076 kN/m
Girder Interior = 7.4095 kN/m2 x 2.3 m
= 17.04185 kN/m
Parapet
Pada Ujung Bentang = 5.76 kN/m x 2.5m
= 14.4 kN
Pada Tengah Bentang = 5.76 kN/m x 5m
= 28.8 kN
4.4.3. Beban Hidup
Terdapat beban hidup yang bekerja distruktur atas, antara lain :
a. Beban Lajur “D”
UDL (Uniformly Distributed Load) atau BTR (Beban Terbagi Rata-
rata) mempunyai intensitas q(kpa) yang besarnya tergantung pada
panjang total L yang dibebani dan dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut :
Jika L ≤ 30 m , q = 9.0 kpa
15
Jika L > 30 m , q = 9.0 (0.5 + ) 𝑘𝑝𝑎
𝐿

Sedangkan KEL (KNife Edge Load) atau BGT (Beban Garus


Terpusat) memiliki intensitas 49 kN/m. Berdasarkan Bentang
jembatang 35m maka digunakan rumus untuk mencari nilai q.
Maka :
15
q = 9.0 (0.5 + ) 𝑘𝑝𝑎
𝐿

= 8.25 kpa

KELOMPOK 3 5
STRUKTUR BETON PRATEGANG

b. Beban Truk
Pembebanan Truk menggunakan acuan menurut SNI 1725:2016,
dengan menggunakan truk seberat 500 kN, Dengan Konfigurasi
beban sebagai berikut :

c. Gaya Rem (Tb)


Menurut acuan SNI 1725:2016, Gaya rem harus diambil yang
terbesar dari :
 25% dari berat gandar truk desain atau,
 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata
BTR.
Maka :
 = 25 % dari berat gandar truk desain
= 25% x 225 kN.

KELOMPOK 3 6
STRUKTUR BETON PRATEGANG

= 56,25 kN.
 = 5% dari berat truk rencana + BTR
Lebar Badan Jalan = 6,9 m
Panjang Bentang Jembatan = 35m
Luas jalan raya = 6,9m x 35 m
= 241.5 m2
BTR = 8.25 kpa = 8.25 kN/m2
= 8.25 x 241.5
= 1992,375 kN
= 5% dari berat truk rencana + BTR
= 5% x (500+1992,375)
= 124.619 kN
d. Beban Pejalan kaki (Pedestrians)
Menurut SNI 1725:2016, Semua komponen trotoar yang lebih lebar
dari 600 mm harus direncanakan untuk memikul beban pejalan kaki
dengan intensitas 5 kPa dan dianggap bekerja secara bersamaan
dengan beban kendaraan pada masing-masing lajur kendaraan. Jika
trotoar dapat dinaiki maka beban pejalan kaki tidak perlu dianggap
bekerja secara bersamaan dengan beban kendaraan. Jika ada
kemungkinan trotoar berubah fungsi dimasa depan menjadi lajur
kendaraan, maka beban hidup kendaraan harus diterapkan pada jarak
250 mm dari tepi dalam parapet untuk perencanaan komponen
jembatan lainnya. Dalam hal ini, faktor beban dinamis tidak perlu
dipertimbangkam.

4.4.4. Beban Angin


Tekanan angina horizontal ditentukan pada pasal ini, diasumsikan disebabkan
oleh angina rencana dengan kecepatan dasar (Vb) sebesar 90 hingga 126
km/jam.
Tinggi jembatan berada pada ketinggian 30 mdpl, dan berada pada lahan
terbuka.

KELOMPOK 3 7
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Maka :
Vo = 13,2 karena termasuk lahan terbuka.
Asumsi V10 = VB dikarenakan tidak ada data yang lebih baik.
Z = 30m = 30000 mm
Zo = 70 karena termasuk lahan terbuka

𝑉10 𝑍
Vdz = 2,5 Vo( )ln( )
𝑉𝐵 𝑍𝑜
100 30000
= 2,5 (13,2)(100)ln( 70
)

= 199.9950 km/jam

Beban angin pada struktur (EWs)


Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/mm pada
bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan
pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok atau gelagar.
a. Rangka,Kolom, dan Pelengkung
Angin tekan = 0.0024 , Angin hisap = 0.0012
b. Balok
Angin tekan = 0.0024 , Angin hisap = N/A
c. Pada Permukaan Datar
Angin tekan = 0.0019 , Angin hisap = N/A
Maka :
a. Rangka, Kolom dan Pelengkung
Angin tekan
𝑉𝑑𝑧
Pd = Pb ( 𝑉𝑏 )2
199.9950 2
= 0.0024 ( 100
)

= 0.0096 mpa
Angin hisap
𝑉𝑑𝑧
Pd = Pb ( 𝑉𝑏 )2
199.9950 2
= 0.0012 ( )
100

= 0.0048 mpa

KELOMPOK 3 8
STRUKTUR BETON PRATEGANG

b. Balok
Angin tekan
𝑉𝑑𝑧
Pd = Pb ( 𝑉𝑏 )2
199.9950 2
= 0.0024 ( 100
)

= 0.0096 mpa

c. Pada Permukaan Datar


Angin tekan
𝑉𝑑𝑧
Pd = Pb ( 𝑉𝑏 )2
199.9950 2
= 0.0019 ( )
100

= 0.0076 mpa
Total Angin tekan = 0.0316 mpa
Total Angin hisap = 0.0048 mpa

4.5 Perancangan Abutment


4.5.1. Penentuan Dimensi Abutment
Pembuatan Abutment berdasarkan SNI 2451 : 2008 , dengan memodifikasi
tinggi badan dari abutment yang sudah ada, abutment yang akan dimodifikasi
yaitu abutment dengan bentang 25m dengan tinggi total 2,665 m, dan akan
dimodifikasi untuk bentang 35m dengan tinggi yang dicari berdasarkan
perbandingan segitiga untuk acuan ketinggian sebagai berikut :

𝐴𝐵 𝐵𝐶
=
𝐷𝐸 𝐶𝐸
𝐵𝐶 𝑥 𝐷𝐸
𝐴𝐵 =
𝐶𝐸

KELOMPOK 3 9
STRUKTUR BETON PRATEGANG

35 𝑥 2.665
𝐴𝐵 =
25
𝐴𝐵 = 3.731 𝑚
Berikut Dimensi dengan ketinggian 3.731 m

KELOMPOK 3 10
STRUKTUR BETON PRATEGANG

4.5.2. Pembebanan Struktur Atas


Beban yang terjadi pada struktur atas adalah sebagai berikut :
a. Beban mati
1) Girder H-170
2) Diafragma
b. Beban mati tambahan
1) Aspal
2) Trotoar
3) Genangan
4) Plat Lantai
c. Beban hidup
d. Beban angin

KELOMPOK 3 11
STRUKTUR BETON PRATEGANG

KESIMPULAN

Jembatan merupakan suatu struktur yang digunakan sebagai media


penghubung antar daerah yang terpisahkan oleh rintangan dan merupakan
prasarana transportasi yang penting. Jembatan beton prategang atau yang dikenal
dengan PSC Bridge merupakan salah satu jenis jembatan dengan material
konstruksi beton pratekan atau beton yang berisi kabel baja. Struktur jembatan ini
terdiri dari gabungan berbagai komponen struktural seperti girder, abutment,
railing dan pelat lantai. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai jembatan beton
pratekan , dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

a. Jembatan beton prategang sering juga disebut beton pratekan dimana


material konstruksinya merupakan beton yang berisi kabel baja yang
bertujuan untuk memberikan tegangan awal berupa tegangan tarik
terhadap beton akibat sifat beton yang tidak mampu menahan gaya tarik
dan pengaplikasian jenis jembatan ini pada rekayasa konstruksi tertentu,
misalnya pada konstruksi jembatan segmen.
b. Langkah-langkah perencanaan jembatan beton prategang ini meliputi:
1) Perencanaan properti penampang dan material
2) Tentukan batas-batas material
3) Tentukan propeti tendon
4) Perhitungan gaya prategang
5) Penentuang jumlah tendon
6) Penentuan posisi baris tendon
7) Presentase tegangan leleh yang timbul
8) Gaya prategang yang terjadi akibat jacking
9) Perhitungan tegangan efektif

KELOMPOK 3 12
STRUKTUR BETON PRATEGANG

10) Cek tengangan ijin di kondisi akhir


c. Dari hasil analisis desain penampang di dapat nilai tengan yang melebihi
tegangan ijin nya. Maka perlu desain penampang ulang.

KELOMPOK 3 13

Anda mungkin juga menyukai