Oleh
Dina Friska Manalu
A24104066
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui :
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal lulus:
2
PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR KERING KELAPA
SAWIT SEBAGAI SUMBER BAHAN ORGANIK UNTUK
CAMPURAN MEDIA TANAM SAWI
(Brassica juncea)
Oleh
Dina Friska Manalu
A24104066
Skripsi
3
RINGKASAN
4
RIWAYAT HIDUP
5
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih dan
anugerahNya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
serta penulisan skripsi ini.
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian
pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB.
Skripsi ini berjudul Pemanfaatan Limbah Lumpur Kering Kelapa Sawit
Sebagai Sumber Bahan Organik Untuk Campuran Media Tanam Sawi
(Brassica juncea).
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ir. Fahrizal Hazra, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi pertama dan
Dr. Rahayu Widyastuti M.Sc selaku pembimbing skripsi kedua yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan telah meluangkan banyak waktu
hingga penulisan skripsi ini.
2. Keluargaku tersayang: Bapak, Mamak dan juga adik-adikku (Dedek,
Basar, Juli dan Astri) yang selalu mendoakan dan menyemangatiku.
Terima kasih buat cinta kasihnya. Aku sayang kalian semua.
3. Rocky DF Silalahi atas doa-doanya, kasih sayang, kesabaran, dukungan
dan bantuannya dalam penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
4. Pak Jito, Bu Asih, dan Bu Jul selaku laboran Bioteknologi Tanah, Fakultas
Pertanian, IPB dan buat mbak Nia yang telah banyak membantu selama
penelitian.
5. Pak Ade, Pak Herman, Pak Koyo, dan seluruh laboran Kesuburan Tanah,
Fakultas Pertanian, IPB atas bantuannya selama penelitian.
6. Pak Mamat, Pak Milin, dan seluruh pekerja yang ada di rumah kaca
Cikabayan.
7. Teman-teman BFC: Dwi Eka, Ekayana, Ester, Riris, Nana, Helena, Ronny,
Tian atas semangat, dukungan dan ketawa-ketawa bareng selama kuliah. I
miss u all.
8. Seluruh staf pekerja yang ada di PTPN VIII Kertajaya Banten Selatan
Seluruh
6
9. Teman-teman perwira 10: Gokma (makasih ya udah mau menemaniku di
lab), Riris dan Ester (makasih ya teman buat bantuan dan motivasinya
selama aku penelitian), Kak Imel, Melisa, Lisa, Laura, Obed, David,
Sahat, Agus, Gea, Patar, Bernard, Febri, Bang Jay, Bang Gun, Kak
Maurin, dan Sihol.
10. Teman-teman seperjuangan di lab Bioteknologi: Bena, Ester, Dwi Eka,
Sefti, Tipul, Ayat, Dian, Alin, dan Ardi makasih buat kerjasama, dukungan
dan masukan-masukannya. Terima kasih juga buat seluruh teman-teman
Tanah 41. I miss u all.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan PTPN
VIII Banten Selatan serta mahasiswa ITSL pada khususnya.
7
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 26
LAMPIRAN .................................................................................................... 44
9
DAFTAR TABEL
3. Dosis perlakuan untuk pupuk kimia dan limbah lumpur kering (LS) ........ 24
Lampiran
2. Analisis biologi tanah dan limbah lumpur kering kelapa sawit .................. 45
3. Analisis kimia tanah dan limbah lumpur kering kelapa sawit .................... 45
DAFTAR GAMBAR
10
No. Teks Halaman
Lampiran
I. PENDAHULUAN
11
1.1 Latar Belakang
diperoleh kesimpulan bahwa tanpa bahan organik, sistem pertanian akan bersifat
rapuh (fragile), mudah berubah hanya dengan perubahan lingkungan yang kecil
(Bergeret, 1987).
akan adanya pengaruh buruk terhadap kesehatan akibat pencemaran pupuk kimia,
untuk memperbaiki sifat fisika tanah (sebagai soil conditioner), bahan organik
dalam jumlah yang sedikit. Sifat fisik tanah yang baik akan menyebabkan
penyerapan unsur hara tanah oleh tanaman menjadi lebih mudah/lancar. Oleh
karena itu, penambahan bahan organik akan mengurangi jumlah unsur hara yang
12
perbaikan kesuburan tanah dan sekaligus dapat mendukung pelaksanaan program
perkebunan.
padat pabrik kelapa sawit sebagai penambah jumlah unsur hara dalam tanah.
perkembangannya sangat pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi,
produk samping atau limbah kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari
pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga bentuk yaitu padat, cair dan gas. Limbah padat
pabrik kelapa sawit dikelompokkan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari
proses pengolahan dan yang berasal dari proses basis pengolahan limbah cair
Limbah padat berasal dari proses pengolahan yang berupa tandan kosong
kelapa sawit (TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau
lumpur, dan bungkil TKKS. Lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau
busuk, tempat bersarangnya serangga lalat dan potensial menghasilkan air lindi
(leachate). Limbah padat kelapa sawit yang berasal dari pengolahan limbah cair
berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah. Kandungan
unsur hara kompos yang berasal dari limbah padat sekitar 0,4% N; 0,03 sampai
1.2 Tujuan
13
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh pemberian limbah
juncea) dan produktivitasnya serta dinamika total mikrob dan fungi dalam tanah.
1.3 Hipotesis
tanaman sawi (Brassica juncea) serta meningkatkan jumlah mikrob dan fungi
dalam tanah.
14
2.1 Limbah Lumpur Kelapa Sawit
untuk tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit juga memiliki keunggulan produktifitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber minyak nabati lainnya. Kelapa
Selain produksi minyak yang tinggi, produk samping atau limbah pabrik
kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas
tiga bentuk yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair kelapa sawit berasal dari
Pada umumnya, limbah cair kelapa sawit mengandung bahan organik yang
cukup tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air. Limbah padat
pabrik kelapa sawit dikelompokkan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari
proses pengolahan berupa tandan kosong kelapa sawit, cangkang atau tempurung,
buangan ini langsung dialirkan ke selokan, kolam, atau sungai di sekitar pabrik.
15
Komposisi limbah lumpur sawit (sludge) di pabrik kelapa sawit Kertajaya adalah
TDN 74.00
limbah lumpur sawit (sludge) dan serat merupakan substrat yang baik untuk
dari sludge dan serat cukup potensial untuk diolah lebih lanjut. Salah satu
akhirnya menyimpulkan bahwa limbah kelapa sawit merupakan bahan pakan yang
potensial, selain itu juga dapat mengatasi masalah polusi dan memberi nilai
16
2.2 Sawi (Brassica juncea)
2.2.1 Botani sawi
Sawi (Brassica juncea) merupakan tanaman semusim yang berdaun
lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tanaman sawi berbeda dengan
petsai (Brassica chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi
juga bisa ditanam di dataran rendah batang sawi lebih ramping dan lebih hijau
sedangkan batang petsai gemuk dan berkelompok dengan daun putih kehijauan.
Sawi yang banyak ditanam di Indonesia sebenarnya dikenal dengan nama caisim
(Nazaruddin, 2003).
Brassica (Genus) dan Brassica juncea (Spesies) (Bailey, 1963). Suku Cruciferae
merupakan sayuran paling populer dan diusahakan secara luas (Williams, 1993).
pendek, tegap dan daunnya lebar berwarna hijau tua. Daun-daunnya mempunyai
tangkai yang pipih (Suryono dan Rismunandar, 1981); akarnya tunggang serta biji
sawi berbentuk bulat pipih dan berwarna kuning kecoklatan (Rubatzky, 1999).
per hektar hanya 700 g. Sebelum dikebunkan biji sawi harus disemaikan dahulu.
Bibit yang sudah berdaun 4 helai dapat dipindahkan ke lahan (Nazaruddin, 2003).
a. Sawi putih
Sawi putih rasanya enak, daunnya lebar berwarna hijau tua, halus,
17
b. Sawi hijau
Sawi ini rasanya agak pahit, batangnya pendek dan tegap. Daunnya
c. Sawi huma
Tindall (1983) menyatakan bahwa daun sawi yang digunakan sebagai sayuran
dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air
yang cukup untuk penyiraman. Keadaan tanah yang diinginkan adalah tanah
gembur, kaya dengan bahan organik, dan drainase yang baik dengan derajat
keasaman (pH) 6-7. Sawi tidak cocok ditanam di tempat yang suhunya tinggi dan
tumbuh baik di atas ketinggian 700m atau lebih (MacDonald and Low, 1984).
18
Tabel 2. Kandungan zat gizi dalam 100 gram sawi (Briawan dan
Hardiansyah, 1990)
Protein 2.3 g
Lemak 0.3 g
Karbohirat 4.0 mg
Kalsium 220.0 mg
Phospor 38 mg
Besi 2.9 mg
Vitamin A 969.0 RE
Vitamin C 102.0 mg
Vitamin B1 0.09 mg
Air 92.2 g
Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Gejalanya
terlihat pada bekas-bekas gigitan, berupa robekan tidak merata di daun sawi atau
19
panen tidak dilakukan penyemprotan. Dan pestisida yang digunakan bukan yang
2.2.4 Panen
Tanaman sawi tergolong cepat panennya. Umur 30-40 hari setelah tanam
sudah memenuhi syarat untuk dikonsumsi bila pertumbuhannya kurang baik, sawi
rata-rata dipanen saat umur 2 bulan. Tanaman sawi dapat dipanen dengan cara
ditarik dari tanah atau dipotong sebelum tangkai bunganya tampak (Heyne, 1987).
Dari satu hektar sawi bisa diperoleh sekitar 100 kuintal sayur (Nazaruddin, 2003).
dan mati dan karenanya menyediakan sumber bahan organik selama bertahun-
tahun karena dapat didaur ulang untuk nutrisi tanaman (Rao, 1994).
besar, hanya sekitar 3-5 persen, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah
sangat besar (Allison, 1973). Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan
organik kasar dan bahan organik halus. Humus terdiri dari bahan organik halus
sumber bahan organik yang cukup penting dan telah banyak digunakan adalah sisa
20
Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya
kandungan air pada kapasitas lapang. Bahan organik mengandung sejumlah zat
tumbuh dan vitamin serta dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan juga
mikroorganisme tanah.
tanah hidup beragai jenis organisme yang dapat dibedakan menjadi jenis hewan
(fauna) dan tumbuhan (flora), baik yang berukuran mikro (tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang) maupun makro. Organisme yang hidup dalam tanah ini
ada yang bermanfaat, ada yang mengganggu, dan ada pula yang tidak bermanfaat
21
tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan (sekresi) zat perekat yang tidak mudah
larut dalam air. Dalam pembentukan struktur tanah ini fungi dan aktinomycetes
jauh lebih efisien (lebih dari 17 kali lebih efisien) daripada bakteri, tetapi bakteri
mempunyai banyak fungsi lain yang bahkan lebih penting daripada tanah.
2.4.1 Bakteri
dominan dan mungkin meliputi separuh dari biomassa mikroba dalam tanah (Rao,
kegiatan mikrobiologi dalam tanah karena jamur dan aktinomycetes tidak dapat
tumbuh dengan baik tanpa adanya oksigen. Beberapa reaksi yang terjadi dalam
Nitrobacter dan Nitrosomonas dan oleh karena itu kemoautrotrofi dari bakteri
dalam tanah erat sekali hubungannya dengan produksi pertanian (Rao, 1994)
2.4.2 Actinomycetes
umum yang dimiliki oleh bakteri dan jamur tetapi juga mempunyai ciri khas yang
cukup berbeda yang membatasinya menjadi satu kelompok yang jelas berbeda.
2.4.3 Fungi
seperti benang yang tersusun dari hifa individual. Segala faktor lingkungan yang
22
mempengaruhi penyebaran bakteri dan actinomycetes, juga mempengaruhi
penyebaran fungi dalam tanah. Kualitas dan kuantitas bahan organik yang ada
dalam tanah mempunyai pengaruh langsung terhadap jumlah fungi dalam tanah
23
2.5 Pengolahan Kelapa Sawit di PKS Kertajaya
mendapatkan kadar ALB (Asam Lemak Bebas) sesuai dengan yang diinginkan
pengempaan, pemurnian minyak kelapa sawit (CPO), dan pengolahan biji sawit.
1. Perebusan
menggunakan uap panas yang berasal dari ketel uap sebagai media panas
2. Perontokan Buah
3. Digesting
24
MINYAK HASIL PENGEMPAAN
SAND TRAP
VIBRATING SCREEN
DECANTER
LIMBAH
LUMPUR
CONTINOUS SETTING TANK SAWIT
STORAGE TANK
25
menjadi lebih mudah. Pengadukan dilakukan dalam digester dengan
mengalirkan uap panas pada suhu 950C melalui mantel digester untuk
4. Pengempaan
Tujuan dari proses ini adalah memisahkan minyak dari serabut dan
biji. Alat yang digunakan adalah screw press. Minyak yang diperoleh dari
sedangkan ampas kempa diolah lebih lanjut untuk mendapatkan inti sawit.
lalu dialirkan ke dalam tangki pemisah pasir (sand trap). Cairan minyak
kasar dipanaskan dan dijaga suhunya antara 90-950C dengan uap panas.
screenter dapat tangki minyak kasar (crude oil tank) yang digunakan
untuk menampung minyak yang telah disaring oleh saringan getar. Minyak
dinding bowl dan menempel lalu didorong dan dikikis oleh ulir ke bawah
26
pangkal. Padatan dialirkan ke conveyor pengering rotari untuk
dan lumpur sawit. Minyak yang telah dipisahkan pada CST ditampung
dalam tangki masakan minyak (oil tank) dan dipanasi untuk menjaga agar
drier) karena hasil oil purifier masih mengandung kadar air yang tinggi.
melalui oil cooler untuk menurunkan suhu minyak dari 60-800C menjadi
sekitar 400C. Dalam storage tank terdapat pipa pemanas yang berisi uap
kenaikan ALB.
27
Kemudian lumpur sawit ditampung dalam tangki lumpur sawit
pengentalan lumpur sawit karena lumpur sawit yang encer lebih mudah
dipisahkan minyaknya.
dan kotoran pada brush strainer. Minyak yang berat jenisnya lebih kecil
bergerak menuju poros dan dialirkan ke CST. Cairan dan ampas dialirkan
ke fat pit. Fat pit merupakan bak penampung yang menampung buangan
air dan kotoran dari CST, oil tank, sludge tank, dan sludge separator.
Proses pengambilan minyak masih dilakukan dalam bak ini dan hasilnya
siklon serat (fibrecyclone). Selanjutnya serat kering melalui air lock masuk
ke dalam conveyor bahan bakar menuju ketel uap untuk digunakan sebagai
bahan bakar ketel uap. Untuk biji yang bobotnya lebih besar jatuh ke
drum).
28
Biji yang masih ada seratnya dibersihkan terlebih dahulu di dalam
ke dalam silo biji melelui timba biji (nut elevator). Silo biji digunakan
di dalam silo biji dilakukan secara bertahap dengan suhu dari 800C, 600C,
dan 400C
cracker) inti dan cangkang yang lebih besar masuk ke dalam hydrocyclone
ringan akan naik ke bagian atas, sedangkan bagian cangkang akan terhisap
ke bawah dan akan masuk ke dalam bak air sekat kedua. Inti dari
hydrocyclone harus dikeringkan lagi di dalam silo inti ( kernel silo) untuk
memperoleh inti dengan kadar air antara 6-8%. Pengeringan ini dilakukan
dengan dengan udara yang ditiup oleh kipas melalui elemen pemanas yang
bertahap dari atas ke bawah 800C, 700C, 600C, 500C, dan 400C. Lama
pengeringan berkisar anatar 6-8 jam. Tujuan pengeringan inti adalah untuk
debu dan kotoran yang diangkut melalui kernel conveyor dan dibawa ke
29
winnowing fan. Inti yang telah dibersihkan oleh winnowing fan jatuh ke
untuk disimpan.
30
III. BAHAN DAN METODE
dan analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis sawi lokal,
Brassisca juncea. Dosis pupuk yang diberikan adalah 100 kg/ha SP 36, 100 kg
Urea dan 75 kg/ha KCl. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari air, larutan
dan limbah lumpur kelapa sawit yang telah dikeringkan. Alat yang digunakan di
penggaris, alat tulis, ayakan tanah, dan ember berukuran kecil, sedangkan alat
gelas piala, laminar flow, autoklaf, oven, incubator, flame, spektrofotometer, gelas
31
3.3 Metode Penelitian
A = Tanah
B = Tanah + 50% NPK
C = Tanah + 100% NPK
D = Tanah + 20% limbah lumpur kering
E = Tanah + 30% limbah lumpur kering
F = Tanah + 40% limbah lumpur kering
G = Tanah + 50% NPK + 20% limbah lumpur kering
H = Tanah + 50% NPK + 30% limbah lumpur kering
I = Tanah + 50% NPK + 40% limbah lumpur kering
J = Tanah + 100% NPK + 20% limbah lumpur kering
K = Tanah + 100% NPK + 30% limbah lumpur kering
L = Tanah + 100% NPK + 40% limbah lumpur kering
Yik = μ + σi + βj + εij
Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F (analisis ragam). Jika taraf
berbeda nyata, dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf
5%.
32
3.3.2 Persiapan Contoh Tanah
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tanah Latosol
Dramaga, Bogor. Contoh tanah diambil secara komposit dari kedalaman 0 sampai
20 cm. Contoh tanah dibersihkan dari sisa tanaman, batu dan kerikil. Contoh
diambil 10 gram untuk analisis sifat biologi tanah. Analisisnya antara lain
sebanyak dua kali yaitu awal (0 HST) dan akhir penelitian (21 HST). Parameter
sifat kimia yang diukur adalah pH, N-total, P-tersedia, C-organik, dan K-dd.
dari PT.PN VIII Kertajaya, Banten Selatan. Limbah pabrik kelapa sawit
dikelompokkan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dan yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal
dari proses pengolahan berupa tandan kosong Kelapa Sawit (TKKS), cangkang
atau tempurung, serabut atau serat, limbah lumpur dan bungkil. Limbah padat
33
yang digunakan dalam penelitian ini berupa limbah lumpur (sludge) yang telah
juncea yang diperoleh dari petani sawi daerah Situdaun. Tanaman sawi disemai
selama ± 2 minggu atau sampai tanaman ini mempunyai 3-4 helai daun.
3.3.6 Pemupukan
dalam polibeg. Pupuk yang diberikan adalah pupuk anorganik dan limbah lumpur
kering (LS). Pupuk anorganik dan LS diberikan secara bersamaan sebelum tanam
polibag. Kemudian tanah diinkubasi selama tiga hari. Pemberian pupuk urea, SP
36, KCL dan LS (Tabel 1) diberikan satu kali sebelum tanam pada tanaman sawi
sesuai dosis yang disajikan pada Tabel 3 di bawah ini. Dosis limbah lumpur
kering yang diberikan dihitung dari jumlah media tanahnya dalam polibag (3.8kg
BKM tanah).
34
Tabel 3. Dosis Perlakuan untuk Pupuk Kimia dan Limbah Lumpur Kering (LS)
Blanko 0 0 0 0 0 0
100 NPK 100 100 75 2,2 2,2 1,2
50% NPK 50 50 37,5 1,1 1,1 0,6
20% LS 0 0 0 0 0 0
30% LS 0 0 0 0 0 0
40% LS 0 0 0 0 0 0
100% NPK + 20% LS 100 100 75 2,2 2,2 2,2
100% NPK + 30% LS 100 100 75 2,2 2,2 2,2
100% NPK + 40% LS 100 100 75 2,2 2,2 2,2
50% NPK + 20% LS 50 50 37,5 1,1 1,1 0,6
50% NPK + 30% LS 50 50 37,5 1,1 1,1 0,6
50% NPK + 40% LS 50 50 37,5 1,1 1,1 0,6
3.3.7 Penanaman
Tanaman sawi yang telah berumur 15 hari siap dipindahkan ke dalam polibag
3.3.8 Pemeliharaan
1. Tinggi tanaman : tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung
35
2. Jumlah daun : Jumlah daun diukur dengan menghitung daun segar
3. Bobot basah tanaman : Bobot basah tanaman bagian atas diukur dengan
bagian atas tanaman dikeringkan dalam oven pada suhu 600C selama 2 x
36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat-sifat kimia dari Tanah Latosol yaitu tanah ini mempunyai pH yang
sangat masam (4.2), kandungan C-organik yang yang rendah (1.42%),dan N-total
yang sangat rendah (0.11%). Hasil analisis basa-basa yang dapat dipertukarkan
me/100g (rendah), K sebesar 0.13 me/100g (rendah). Secara keseluruhan tanah ini
Tanaman sawi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur dan
subur (Nazaruddin, 2003). Agar tanaman sawi dapat tumbuh dengan baik pada
tanah Latosol maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Usaha yang perlu dilakukan antara lain dengan penambahan bahan organik ke
dalam tanah.
37
Tabel 4. Pengaruh Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Sawi (Brassica juncea)
-----------------------------(cm)---------------------------
MST menunjukkan pengaruh yang nyata antara setiap perlakuan. Pada umur
tersebut karena adanya penambahan limbah lumpur kering ke dalam tanah adalah
sebesar 24.02%, 42.89%, dan 30.49% dan karena adanya pengaruh pupuk NPK.
dan LS 30%+NPK 50% memiliki tinggi tanaman yang tidak jauh berbeda jika
38
tanah adalah sebagai sumber unsur hara N, P , S, unsur mikro dan lain-lain
(Hardjowigeno, 2003).
35.00
30.00
Tinggi tanaman (cm)
25.00
1MST
20.00
2MST
15.00
3MST
10.00
5.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perlakuan
Ket :
1. Blanko 7. LS 20% + NPK 50%
2. LS 20% 8. LS 30% + NPK 50%
3. LS 30% 9. LS 40% + NPK 50%
4. LS 40% 10. LS 20% + NPK 100%
5. NPK 50% 11. LS 30% + NPK 100%
6. NPK 100% 12. LS 40% + NPK 100%
Pada minggu ketiga setelah tanam, nilai tinggi tanaman pada masing-
29.15 cm. Pada 3MST perlakuan LS 20% + NPK 50%, LS 30% + NPK 50%, dan
adanya penambahan limbah lumpur kering (LS) 20% + NPK 50%, LS 30% +
NPK 50% dan LS 40% + NPK 50%) ke dalam tanah terhadap blanko yaitu
21.42%, 19.92% dan 38.81%. Hal ini disebabkan karena hara yang terdapat dalam
39
limbah lumpur kering kelapa sawit tersebut tersedia bagi tanaman yang
selanjutnya meransang pertumbuhan tanaman dan unsur hara yang berasal dari
Dari hasil yang didapatkan bahwa pada 3 MST tanaman dengan pemberian
limbah lumpur kering sebanyak 30% dari media tanam (tanah)+NPK 100 %
suplai N ke dalam tanaman (De Datta, 1981). Bahan organik menjadi sumber
energi bagi mikrob sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikrob dalam tanah.
pengaruh yang nyata pada setiap perlakuan. Jumlah daun pada 3MST pada
perlakuan limbah lumpur kering (LS) 20% + NPK 100%, LS 30% + NPK 100%
dan LS 40% + NPK 100% berbeda nyata jika dibandingkan dengan blanko.
40
Tabel 5. Pengaruh pemupukan terhadap jumlah daun tanaman sawi (Brassica
juncea)
-------------------------(helai)------------------------------
(1998), bahwa limbah lumpur dan kotoran organik mengandung banyak nutrisi
daun terlihat nyata berbeda dibandingkan tanpa pemberian bahan organik. Hasil
terdapat pada perlakuan limbah lumpur kering 40 % dan limbah lumpur kering
40%+NPK 50% sebesar 7.17%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan tersebut
41
meningkatkan jumlah daun 30.36% terhadap blanko. Dari hasil analisis akhir,
tanah yang diberikan limbah lumpur kering memiliki kandungan N yang tinggi
dibandingkan dengan tanah yang hanya diberikan pupuk anorganik saja. Menurut
vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna
lebih hijau.
8
7
Jumlah Daun (helai)
6
5 1MST
4 2MST
3 3MST
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perlakuan
merupakan salah satu indikator terhadap tingginya produksi yang dihasilkan oleh
kering tanaman bagian atas sangat nyata berbeda jika dibandingkan dengan
blanko. Berikut adalah perbandingan bobot kering tanaman bagian atas antara
42
sebanyak 40% dari media tanam (3.8 kg BKM tanah/pot), limbah lumpur kering
40%+NPK 50% dan limbah lumpur kering 40%+NPK 100% yaitu 3.31 g ; 3.43
g ; dan 3.17 g.
terdapat pada limbah lumpur kering (LS) 40%+NPK 50%. Pada pemberian
limbah lumpur kering 40%+NPK 50% mampu meningkatkan rataan bobot kering
sebesar 3.63% terhadap pemberian limbah lumpur kering 40% saja, tetapi malah
pada perlakuan limbah lumpur kering 40%+NPK 100% nilai rataan bobot kering
tanaman menurun. Hal ini diduga disebabkan tingginya ketersediaan unsur hara
tersebut.
43
Tabel 6. Pengaruh pemupukan terhadap bobot basah tanaman bagian atas (bbtba)
dan bobot kering tanaman bagian atas (bktba)
Basah kering
----------------------------g /pot---------------------------
kelompok mikrob tanah. Peranan bakteri dalam pendaurulangan unsur hara seperti
44
tertinggi yang ada dalam tanah terdapat pada perlakuan tanah yang diberikan
limbah lumpur kering 20%+NPK 100% yaitu sebesar 176.94x105 Spk/g tanah
BKM. Hal ini dapat dikarenakan sebagian mikrob total dalam tanah membutuhkan
bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan jumlah mikrob dalam tanah.
Keterangan: * Angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata dengan uji Duncan pada 5%.
Dalam hal ini, jumlah mikrob tanah pada perlakuan limbah lumpur kering
40%+NPK 100% bukan merupakan yang tertinggi karena nitrogen dalam tanah
telah digunakan untuk pertumbuhan tanaman sawi. Soepardi (1983), menyatakan
bahwa tanah yang mempunyai C/N yang tinggi maka pelapukan bahan organik
45
lebih intensif sehingga jumlah mikrob tanah dan berkembang pesat dan
aktivitasnya juga akan meningkat karena tesedia nutrisi yang mendukung
pertumbuhan mikrob yang tinggi.
200
SPK (X 105)/g BKM tanah
160
120 0HST
10HST
80 21HST
40
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perlakuan
Ket :
1. Blanko 7. LS 20% + NPK 50%
2. LS 20% 8. LS 30% + NPK 50%
3. LS 30% 9. LS 40% + NPK 50%
4. LS 40% 10. LS 20% + NPK 100%
5. NPK 50% 11. LS 30% + NPK 100%
6. NPK 100% 12. LS 40% + NPK 100%
dari awal sebelum dilakukannya penanaman sawi sampai panen, walaupun pada
hidup pada rentang pH yang luas, dari yang sangat masam sampai yang sangat
alkalin.
diikuti dengan LS 20%+NPK 100% dan LS 40%. Banyaknya jumlah fungi pada
46
perlakuan-perlakuan tersebut, berbanding lurus dengan tingginya produksi yang
dihasilkan oleh tanaman sawi. Rao (1994) menyebutkan bahwa tanah yang baik
untuk ditanami tanaman pertanian mengandung banyak fungi karena fungi bersifat
aerobik.
60
SPK (104)/g BKM tanah
50
40
0HST
30 10HST
21HST
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perlakuan
dibandingkan dengan tanah tanpa pemberian limbah lumpur kering. Hal ini
disebabkan karena jumlah bakteri dalam limbah lumpur kering yang jauh lebih
47
16
14
mg CO2-C/kg/hari
12
10 0HST
8 10HST
6 21HST
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perlakuan
organik yang tinggi memilki total mikrob yang tinggi, sebaliknya tanah yang
memiliki C-organik yang rendah maka besar kemungkinan total mikrob dalam
4.4.1 N-total
penelitian bervariasi hasilnya dari yang rendah sampai yang tinggi. Tanah dengan
perlakuan blanko, NPK 50% dan NPK 100% saja memiliki kandungan N-total
yang rendah yang masing- masing nilainya sebesar 0.11; 0.8; daan 0.9%.
Menurut kriteria sifat-sifat kimia tanah PPT (1983), tanah dengan kadar N-total
meningkatkan kadar N-total dalam tanah. Hal ini dapat dibuktikan pada
48
penelitian ini, bahwa tanah dengan pemberian limbah lumpur kering (LS)
40%+NPK 100% memiliki N-total paling tinggi yaitu sebesar 0.86%. Tanah
total yang sangat tinggi menurut kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah Pusat
menyebutkan bahwa tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan
Unsur ini sering juga disebut sebagai kunci untuk kehidupan karena
Sutandi, 2004).
tanah Pusat Penelitian Tanah (1983) yaitu lebih kecil dari 10 ppm. Hal ini diduga
karena unsur P sangat mudah terfiksasi sehingga unsur ini menjadi tidak tersedia
adalah pH tanah. P yang mudah diserap oleh tanaman pada tanah yang
dari hasil analisis pH setelah tanam berkisar antara 4.0 – 5.2 (masam).
49
4.4.3 Kalium
rendah menurut kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah Pusat Penelitian Tanah
(1983) yaitu lebih kecil dari 0.3%. Hal ini diduga karena tanaman cenderung
mengambil unsur K dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan
tetapi tidak menambah produksi sehingga jumlah kalium dalam tanah menjadi
4.4.4 C-organik
Lampiran 4 , dapat dilihat bahwa kadar C-organik tanah di semua perlakuan yang
diberikan limbah lumpur kering tergolong tinggi sampai sangat tinggi yaitu
digunakan fungi harus berasal dari sumber anorganik (Pelczar dan Chan, 1986),
perlakuan limbah lumpur kering (LS) 40%+NPK 100% sebesar 68% jika
dibandingkan dengan tanah yang hanya diberikan NPK 100% . Hal ini
pengolahan kelapa sawit yang masih banyak unsur hara yang sangat dibutuhkan
50
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
NPK 100%.
tanaman tersebut.
penurunan.
5.2 Saran
lumpur kering kelapa sawit dengan menggunakan dosis yang berbeda dan
51
VI. DAFTAR PUSTAKA
Allison, F, E. 1973. Soil Organic Matter and Its Role In Crop Production. Elsevier
Scientific Publishing Company. Washington, D. C.
Davendra, C. 1977. Utilization of Feeding Stuffs from The Oil Palm Feeding
Stuffs for Livestock in south East Asia. Malaysian Agriculture
Research and Development Institute. Serdang-Selangor.
De Datta, S. K. 1981. Principes and Practices of Rice Production. John Willey and
Sons. New York.
52
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hutagalung, R dan Jalaluddin. 1982. Feeds for Farm Animal from The Oil Palm.
Dept. of Animal Science University. Serdang.
Kononova, M. M. 1966. Soil Organic Matter (Its nature, Its role in Soil Formation
and in Soil Fertility). Pergamon Press. NewYork.
MacDonald, I and J. Low. Fruit and Vegetables. 1984. Evans Brothers Limited.
London.
Utomo, B dan E. Widjaja. 2004. Limbah padat pengolahan minyak sawit sebagai
ssumber nutrisi ternak ruminansia. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kalimantan Tengah. Palangkaraya. (http://www.pustaka-
deptan.go.id/publikasi/p3231044.pdf). 07-Agustus-2008.
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk
Keperluan Survey dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. PPT.
Bogor.
Ryder, E.J. 1979. Leafy Salad Vagetables. The AVI Publishing Company, Inc.
Westport, Connecticut.
53
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tindall, H.D. 1983. Vegetables In The Tropics. Mc.Millan Press Ltd. Hongkong.
54
LAMPIRAN
55
Tabel Lampiran 1. Analisis kimia pupuk anorganik
Urea 40.24 %
SP-36 27.35 %
KCl 60 %
Keterangan: Hasil analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, IPB
Tabel Lampiran 2. Analisis biologi tanah dan limbah lumpur kering kelapa
sawit
Tabel Lampiran 3. Analisis kimia tanah dan limbah lumpur kering kelapa
sawit
Limbah
lumpur kering 4.1 0.40 0.06 0.76 2.58
56
Tabel Lampiran 4. Hasil analisis sifat kimia tanah setelah panen
57
Tabel Lampiran 5. Kriteria penilaian sifat kimia tanah berdasarkan PPT
(1983)
58
Gambar 1. Kolam pengering limbah lumpur kelapa sawit di PKS Kertajaya
59
Gambar 3. Pengaruh pemupukan 20% limbah lumpur kering (LS), 30%LS dan
40%LS terhadap tinggi tanaman Sawi (Brassica juncea)
dibandingkan dengan 50%NPK dan 100%NPK pada saat panen
60