Anda di halaman 1dari 5

Kota Banda Aceh secara administratif merupakan ibukota dari Provinsi Aceh.

Posisi
wilayah ini terletak pada 05030’ LU – 05035’ LU dan 95030’ BT – 99016’ BT. Ketinggian kota
berkisar antara -0,45 m sampai dengan +1,00 m diatas permukaan laut (dpl) dengan bentuk
permukaan lahannya relatif datar dan kemiringan lereng 2 - 8%. Dataran ini diapit oleh
perbukitan terjal di sebelah barat dan timur dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip
kerucut dengan mulut menghadap ke laut.

Wilayah ini berada pada pertemuan Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia
pada jarak 130 km dari garis pantai barat. Van Bemmelen (1970) mengemukakan bahwa
terdapat satu fitur khas yang mencirikan geantiklin Barisan di sepanjang Pulau Sumatera yaitu
Zona Sesar Semangko. Zona ini mengandung batuan-batuan vulkanik asam, aliran tufa pasir,
dan tufa mengandung batuapung. Hal ini disebabkan karena sesar ini terletak di daerah
orogenik dan kemungkinan besar batuan lelehan asam ini bersumber pada batuan granit yang
terletak dibawahnya (Katili, 1945). Para ahli berpendapat bahwa Sesar Semangko ini di
beberapa tempat adalah sesar mendatar. Kota Banda Aceh ini sendiri terletak diujung zona
sesar ini.

Gambar 1. Zona Sesar di Kota Banda Aceh


Sumber: http://www.ibnurusydy.com/ (2013)
Selain itu terdapat dua sesar aktif yang mengapit Kota Banda Aceh di sebelah barat dan
timur yaitu Sesar Aceh dan Sesar Seulimum. Sesar ini terbentuk akibat pengaruh tekanan
tektonik secara global dan lahirnya kompleks subduksi sepanjang tepi barat Pulau Sumatera
serta pengangkatan. Berdasarkan hal tersebut, maka Kota Banda Aceh sangat rawan terhadap
bencana geologis seperti gempa bumi dan tsunami. Wilayah ini sendiri merupakan dataran hasil
amblesan sejak zaman Pliosen, hingga terbentuk sebuah depresi yang didominasi oleh sedimen
lunak, sehingga akan terpengaruh kuat bila terjadi gempa bumi.

Bentuklahan asal proses fluvial di Kota Banda Aceh dapat ditemukan di Krueng Aceh.
Sungai ini hulunya berada di pegunungan sebelah barat. Krueng Aceh mempunyai panjang
lebih kurang 145 km dan beberapa anak sungai bermuara ke badan sungai tersebut, antara lain
Krueng Seulimum, Krueng Jrue, Krueng Keumireun, Krueng Inong, Krueng Leungpaga dan
Krueng Daroy. Kota Banda Aceh itu sendiri secara topografi merupakan dataran banjir Krueng
Aceh. Dataran ini menurut Moechtar et al. (2009) dicirikan oleh pola aliran yang jarang, datar,
dipengaruhi oleh endapan suspensi, dan memiliki akumulasi panjang dengan kecepatan
sedimentasi sangat rendah. Litologinya tersusun oleh fasies endapan rombakan dan rawa.

Gambar 2. Kenampakan Krueng Aceh di Kota Banda Aceh


Sumber: http://www.gettyimages.com/ (2009)

Krueng Aceh di Kota Banda Aceh terletak di bagian hilir, sehingga proses sedimentasi
lebih dominan. Proses erosi yang berkembang di daerah ini adalah erosi lateral atau horizontal.
Selain itu, terdapat kenampakan seperti meander sungai atau badan sungai yang berkelok-kelok
secara teratur dengan arah belokan hampir mencapai setengah lingkaran.
Geomorfologi daerah pesisir Kota Banda Aceh secara garis besar dibagi menjadi
pedataran yang terdapat di pesisir pantai utara dari Kecamatan Kuta Alam hingga sebagian
Kecamatan Kuta Raja, dan pesisir pantai yang terletak di wilayah barat atau sebagian
Kecamatan Meuraxa. Daerah pedataran di pesisir Kota Banda Aceh secara umum terbentuk
dari endapan marin yang merupakan satuan unit yang berasal dari bahan endapan (aluvial)
marin yang terdiri dari pasir, lumpur dan kerikil. Kelompok ini dijumpai di dataran pantai yang
memanjang sejajar dengan garis pantai dan berupa jalur-jalur beting pasir resen dan subresen.
Beting pasir resen berada paling dekat dengan laut dan selalu mendapat tambahan baru yang
berupa endapan pasir, sedangkan beting pasir subresen dibentuk oleh bahan-bahan yang berupa
endapan pasir tua, endapan sungai, dan bahan-bahan aluvial atau koluvial dari daerah
sekitarnya.
Gambar 3. Pantai Ulee Lheue di Sebelah Utara Banda Aceh dan Pantai Lhoknga di Sebelah
Barat Banda Aceh
Sumber: http://anekatempatwisata.com/ (2014)
Tipe pantai di Kota Banda Aceh dan sekitarnya berdasarkan prosesnya ialah marine
depositional coast. Tipologi ini ditandai dengai adanya gisik pantai yang merupakan akumulasi
material sedimen marin oleh arus atau gelombang laut. Materialnya bersifat lepas-lepas,
dengan ukuran yang bervariasi mulai dari kerakal, kerikil, dan pasir. Pantai-pantai tersebut
secara umum memiliki morfologi berupa teluk. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
pemusatan energi gelombang ke arah teluk, sehingga apabila terjadi gelombang tsunami dapat
menimbulkan kerusakan yang besar (Purwanto et al., 2008).

Beberapa perbukitan karst dapat ditemukan di sebelah barat Kota Banda Aceh.
Perbukitan tersebut terbentuk akibat adanya pengangkatan dasar laut di sekitar pantai yang
didalamnya terdapat terumbu karang, sehingga material penyusunnya berupa batugamping.
Ada 2 formasi di sekitar Banda Aceh yang memiliki batuan penyusun berupa batugamping,
yaitu Formasi Lhoknga dan Formasi Batugamping Raba. Formasi batugamping tersebut sama-
sama terbentuk pada kala Miosen (Bennett et al., 1991). Beberapa gua bawah tanah dan
speleothems (stalaktit, stalagmit, dan kolom) dapat dijumpai di daerah tersebut. Kenampakan
itu terbentuk akibat proses pelarutan oleh air hujan maupun air tanah pada batuan karbonat.

Gambar 3. Perbukitan Karst di Sekitar Pantai Lhoknga


Sumber: Majalah Geomagz (2014)
DAFTAR PUSTAKA
Bennett, J.D., Cameron, N.R., Djunuddin, A., dkk. 1991. Peta Geologi Banda Aceh, Sumatra,
Skala 1:250.000. Bandung: Puslitbang Geologi.

Katili, J.A. 1945. Pengantar Geologi Umum (Vulkanologi, Seismologi, dan Geoteknik) Jilid II.
Bandung: Balai Pendidikan Guru.

Moechtar, H., Subiyanto, dan Sugiyanto, D. 2009. "Geologi Aluvium dan Karakter Endapan
Pantai/Pematang Pantai di Lembah Krueng Aceh, Aceh Besar (Prov. NAD)." Jurnal
Sumber Daya Geologi. Vol. XIX (4): 272-283.

Purwanto, H.S., Listyani, T., Isjudarto, A., dan Kusumayudha, S.B. 2008. "Mewaspadai
Morfologi Teluk sebagai Zona Bahaya Tsunami." Jurnal Ilmiah MTG. Vol. I (1): 7 pp.

Van Bemmelen, R.W. 1970. The Geology of Indonesia. Vol. IA. Second Edition. The Hague:
Martinus Nijhoff.
TUGAS

KONDISI GEOMORFOLOGI KOTA BANDA ACEH


DAN SEKITARNYA

Disusun oleh :

Nama : Ikhwan Amri


NIM : 16/393473/GE/08221
Program Studi : Geografi dan Ilmu Lingkungan
Mata Kuliah : Geomorfologi Dasar
Dosen Pengampu : - Dr. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc.
- Dr. Danang Sri Hadmoko, M.Sc.

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017

Anda mungkin juga menyukai