Disusun Oleh :
01181324006
SURABAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Lembar pengesahan ini disusun sebagai bukti bahwa penulis telah membuat Asuhan Kebidanan
Persalinan dengan PEB di RSU Haji Surabaya, disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : RSU Haji Surabaya
Mahasiswa,
Mengetahui,
Kepala Ruangan
VK RSU.Haji
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Rumah Sakit
Rumah Sakit mendapat bantuan tenaga kesehatan untuk melayani pasiennya.
1.3.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Mempererat hubungan kerja sama dengan Rumah Sakit.
1.3.3 Manfaat Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang telah dipelajari kepada pasien dan
mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Preeklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan
adanya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, adapun gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 20 minggu (Obgynacea, 2009). Preeklamsia adalah timbulanya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah
persalinan (Mansjoer, 2006) Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria, penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga
dalam kehamilan, atau segera setelah persalinan. ( Prawirohardjo, 2008)
Genetik dapat merupakan faktor imunologi lain. Sibai menemukan adanya frekuensi
preeklampsi dan eklampsi pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklampsi, yang
menunjukkan suatu gen resesif autosom yang mengatur respons imun maternal. Faktor parental
juga sedang diteliti.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, sehingga penyakit
ini disebut dengan “The Diseases of Theories”. Menurut Bobak (2005) preeklamsia umumnya
terjadi pada kehamilan pertama, kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita diatas 40th,
namun ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya preeklamsia, faktor
tersebut adalah :
1. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkina terjadinya Preeklampsia. Ini
terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa.
2. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul lagi pada kehamilan
berikutnya. Secara Imunologik dan diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan
“Blocking Antibodies” terhadap antigen plasenta tidak sempurna, sehingga timbul respons
imun yang tidak menguntungkan terhadap Histikompatibilitas Plasenta. Pada kehamilan
berikutnya, pembentukan “Blocking Antibodies” akan lebih banyak akibat respos imunitas
pada kehamilan sebelumnya, seperti respons imunisasi.
Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada
penderita Preeklampsia-Eklampsia :
Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan bahwa sistem
imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada Preeklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa
sistem imunologi bisa menyebabkan Preeklampsia.
3. Faktor Hormonal
4. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia bersifat diturunkan
melalui gen resesif tunggal. Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetic pada
kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain:
5. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandung asam lemak essensial
terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis Prostaglandin akan menyebabkan “Loss
Angiotensin Refraktoriness” yang memicu terjadinya preeklampsia.
Perubahan pada diameter pembuluh darah yang mengganggu aliran darah keseluruhan organ
dan peningkatan tekanan darah fungsi tiap-tiap organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak
tertekan sekitar 40% - 60%. Rusaknya perfusi plasenta diawali dengan cepatnya umur
degeneratif dari plasenta dan kemungkinan IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) pada
janin. Hal tersebut penting mengingat rusaknya sintesis prostaglandin mungkin salah satu
faktor dalam PIH (Pregnancy Induced Hypertension ). Aktivitas uterus dan sensitivitas
oksitoksin harus dimasukkan dalam laporan ketika memberikan obat. Hal ini digunakan untuk
induksi / tambahan tenaga. Berkurangnya perfusi ginjal menurunkan kecepatan filtrasi
glomerulus dan mengakibatkan perubahan degeneratif pada glomerulus, protein, albumin
primer keluar bersama urine. Asam urat murni berkurang sodium dan air tertahan. Menurunnya
tekanan osmotik cairan plasma disebabkan oleh menurunnya tingkat serum albumin. Volume
intravaskuler berkurang sebab cairan berpindah keluar dari bagian intravaskuler yang
mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi, meningkatnya kekebalan darah dan edema
jaringan. Nilai hematokrit meningkat yang disebabkan oleh hilangnya cairan dari bagian
intravaskuler. Penurunan perfusi hati menyebabkan rusaknya fungsi hati. Edema hati dan
peredaran pembuluh darah dapat dialami oleh wanita hamil yang menyebabkan terjadinya nyeri
epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas salah satu sebagian dari tanda eklampsia yang
berat. Vasospasme arteri dan penurunan aliran darah keretina menyebabkan gejala-gejala pada
penglihatan seperti skotoma (buta) dan kabur. Kondisi pada patologi yang sama menyebabkan
edema serebral dan perdarahan yang tidak teratur. Ketidakteraturan menyebabkan sakit kepala,
hiperrefleksi, adanya klonus pada mata kaki dan kadang-kadang perubahan tersebut dapat
berefek (perubahan-perubahan emosi, perasaan dan perubahan kesadaran adalah gejala yang
ganjil dari edema serebral). Edema paru disebabkan oleh preeklampsi adalah kategorikan
dengan edema general yang menyeluruh. Pemberian curah infus lewat intravena yang atrogenik
menyebabkan terjadinya kelebihan cairan. Lemah nadi cepat, peningkatan laju respirasi,
penurunan tekanan darah dan rales pada paru menunjukkan kerusakan pembuluh darah dan
rales pada paru menunjukkan kerusakan pada sirkulasi darah. Cepatnya digitalisasi dan
pemberian deuresis dengan furosemide mungkin dianjurkan. Edema paru dan gagal jantung
kongestive pada hakekatnya hanya diterima sebagai indikasi untuk pemberian terapi diuretik
meningkatkan reduksi aliran darah intervillous yang akan menyebabkan kesakitan pada janin
dan kematian pada janin yang diakibatkan oleh hipertensi. Resiko paling besar diedema paru
terjadi 15 jam setelah janin lahir. (Bobak, 2000)
2.5 Komplikasi
1) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim. Pada penderita preeklamsi ini
terjadi karena adanya vasospasme pada pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke
plasenta terganggu. Sehingga nutrisi menuju ke janin atau plasenta berkurang kemudian
terjadi sianosis yang menyebabkan plasenta lepas dari dinding rahim.
2) Hemolisis
Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis periportal hati pada penderita pre-
eklampsia.
3) Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi. Perdarahan pada retina
dapat ditemukan dan merupakan tanda gawat yang menunjukkan adanya apopleksia serebri.
4) Edema paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena bronkopneumonia
sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru-paru.
5) Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriol umum. Diketahui
dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama dengan enzim.
6) Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet).
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati, hepatoseluler
(peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT], gejala subjektif [cepat lelah, mual, muntah, nyeri
epigastrium]), hemolisis akibat kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas asam lemak
jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit di dinding
vaskuler), kerusakan tromboksan (vasokonstriktor kuat), lisosom.
7) Prematuritas
Kelainan ginjal: Berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Bisa juga terjadi anuria atau gagal
ginjal.
8) DIC (Disseminated Intravascular Coagulation):
DIC adalah gangguan serius yang terjadi pada mekanisme pembekuan darah pada tubuh.
Pada penderita preeklamsi terjadi proteinuria yaitu protein yang keluar bersama urin akibat
dari kerusakan ginjal. Sedangkan dalam mekanisme pembekuan darah di perlukan
fibrinogen yang merupakan protein. Sehingga pada penderita preeklamsi karena terjadi
kekurangan protein dalam darah menyebabkan mekanisme pembekuan darah terganggu
kemudian terjadinya DIC.
Saat ini belum ada pemeriksaan penyaring yang terpercaya dan efektif untuk preeklampsia.
Dulu, kadar asam urat digunakan sebagai indikator preeklampsia, namun ternyata tidak sensitif
dan spesifik sebagai alat diagnostik. Namun, peningkatan kadar asam urat serum pada wanita
yang menderita hipertensi kronik menandakan peningkatan resiko terjadinya preeklampsia
superimpose.
1) Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium dasar harus dilakukan di awal kehamilan pada wanita
dengan faktor resiko menderita preeklampsia, yang terdiri dari pemeriksaan kadar
enzim hati, hitung trombosit, kadar kreatinin serum, dan protein total pada urin 24 jam.
Pada wanita yang telah didiagnosis preeklampsia, harus dilakukan juga pemeriksaan
kadar albumin serum, LDH, apus darah tepi, serta waktu perdarahan dan pembekuan.
Semua pemeriksaan ini harus dilakukan sesering mungkin untuk memantau
progresifitas penyakitprotein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun,
BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
2) USG : untuk mengetahui keadaan janin
3) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
2.7 Penatalaksanaan
A. Pencegahan
a) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-
tanda sedini mungkin ( pre-eklampsia ringan ) lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat
b) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pere-eklampsia kalau
ada faktor – faktor peredisposisi
c) Berikan penerangan tentang mamfaat istirahat dan tidur, ketenangan, 13 serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
B. Penanganan
Tanggal : Jam :
Oleh : Tempat :
2.8.1 Pengkajian Data
1. Subjektif
1. Biodata / Identitas
- Nama klien dan suami : Untuk dapat mengenal atau memanggil ibu dan untuk
mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama. Selain itu agar lebih akrab.
- Umur klien dan suami : preeklamsia berat sering terjadi pada usia remaja <16
tahun dan wanita yang berusia di atas 35 tahun (Sarwono, 2006).
- Pendidikan : Faktor resiko meningkat pada masyarakat dengan status ekonomi
rendah dan pendidikan yang rendah (Cunningham, 2003)
- Pekerjaan : Pekerjaan yang terlalu berat akan meningkatkan stress, oedema
yang menyebabkan preeklamsia
2. Alasan Kunjunagan
Rujukan atau datang sendiri
3. Keluhan utama
Pada preeklamsia berat didapatkan sakit kepala didaerah frontal, penglihatan kabur,
nyeri pada ulu hati, mual, muntah, oedema pada wajah dan tangan (Sarwono, 2006)
4. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui umur kehamilan berdasarkan HPHT
5. Riwayat Obstetri
Pada ibu dengan primipara (wanita yang melahirkan bayi hidup pertama kali)
kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his
(power), jalan lahir (passage) dan kondisi janin (passager) karena pengalaman
melahirkan belum pernah dan informasi yang kurang tentang persalinan dapat pula
mempengaruhi proses pesalinan. Wanita nulipara (belum pernah melahirkan bayi
hidup) mempunyai peningkatan risiko sebesar 5,6 kali untuk persalinan dengan bantuan
ekstraksi vakum dibandingkan dengan wanita multipara dan juga peningkatan risiko
sebesar 2,2 kali untuk terjadinya robekan perineum (Rode, 2005). Pada penderita
preeklampsia berat, persalinan bantuan dengan vakum maupun forceps dilakukan untuk
mempercepat proses persalianan. Adanya riwayat penyulit preeklamsia pada hamil,
persalinan dan nifas lalu. Pada preeklamsia berat lebih sering terjadi pada primigravida
dibanding multigravida terutama gravida muda karena pembentukan antibodi
penghambat belum sempurna sehingga meningkatkan resiko pre eklamsia. Pre eklamsi
juga terjadi dengan makin tuanya umur kehamilan dan gejala penyakit berkurang
dengan adanya kematian janin. (Sarwono, 2006),
6. Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui umur kehamilan, berapa kali ANC sebagai deteksi dini pre eklamsia,
gerak janin yang dirasakan, imunisasi TT yang sudah dirasakan, keluhan yang pernah
dialami, penyuluhan yang sudah didapat. Ibu dengan riwayat persalinan pervaginam
dengan tindakan operatif cenderung akan mengulang kembali persalinan dengan
tindakan pada persalinan berikutnya. Terapi pada ibu dengan PEB diberikan aspilet
aspirin dosis rendah dan kalk. Apabila ibu dirujuk ke RS sebelumnya ibu sudah
mendapatkan terapi SM 4gr IV pelan di tempat BPS/ fakes tingkat pertama.
7. Riwayat Kesehatan Klien yang Sedang Diderita dan yang Pernah Diderita.
Hipertensi kronik, Diabetes Mellitus, penyakit ginjal merupakan faktor predisposisi
terjadinya pre eklamsia (Sarwono, 2006). Kapan ibu mulai naik tekanan darahnya untuk
membedakan jenis hipertensi ibu. Jika pada usia kehamilan > 20 minggu dan disertai
protein urine (+) maka termasuk dalam PEB. Vakum ekstraksi digunakan untuk
mempercepat kala II pada ibu dengan penyakit jantung kompensata, penyakit paru
fibrotic (Saifuddin, 2010), preeklampsia berat, infeksi intrapartum, keadaan neurologis
tertentu (Cunningham, 2013).
8. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita hipertensi, Diabetes Mellitus, hamil ganda,
preeklamsia dan eklamsia mempunyai kecenderungan mewariskan. Preeklamsia lebih
sering terjadi pada hamil kembar. (Hadi, 2010)
9. Riwayat KB
Ibu yang sebelumnya mengikuti metode kontrasepsi hormonal dan mengalami efek
samping berupa hipertensi. Juga berpotensi mengalami kenaikan tekanan darah pada
kehamiilan yang bisa berkembang menjadi preeklampsia.
10. Riwayat Perkawinan
Pernikahan ke dua cenderung Preeklamsia/eklamsia, resiko Preeklamsia sering timbul
pada wanita multipara dengan suami baru.
11. Pola Fungsi Fesehatan
Nutrisi : Peningkatan berat badan dan asupan protein yang rendah merupakan
faktor predisposisi dari preeklampsia berat. Pada penderita preeklampsia
dianjurkan diet tinggi protein rendah karbohidrat dan lemak dan membatasi
konsumsi air minum serta tinggi antioksidan buah sayur.
Eliminasi : Pada preeklampsia berat terjadi oligouria < 500 cc urine / 24 jam
Aktivitas : Aktivitas berat dan stessor yang tinggi meningkatkan terjadinya
preeklampsia berat.
Kebiasaan : Merokok atau radikal bebas dianggap toksin yang menyebabkan
iskemia plasenta sehingga terjadi preeklampsia berat
Psikososial : Keadaan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan, stress berat
pada ibu hamil dapat meningkatkan tekanan darah. Dukungan suami dan
keluarga dalam proses persalinan dan penerimaan bayi akan memengaruhi
psikososial ibu.
2. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 22 November 2018 Oleh: Made Ayu Cintya
Tanggal MKB : 22 November 2018 Tempat:VK RS Haji Surabaya
Pukul : 08.00 WIB
No Regristasi : 850xxx
3.1 Data Subjektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. “R” Nama Suami : Tn. “D”
Umur : 43 thn Umur : 45 thn
Suku : Papua Suku : Papua
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kolabre, Kupang NTT
2. Keluhan utama
Kenceng kenceng sejak jam 20.00 tadi malam.
3. Riwayat Menstruasi
HPHT : 15-02-2018
HPL : 22-11-2018
Siklus : 30 hari
Fluor albus : tidak pernah mengalami keputihan yang gatal, berbau, dan berwarna
kuning sampai kehijauan.
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
Suami Kehamilan Persalinan Anak Nifas
ke Hamil KB
UK Penolong Jenis Penyulit JK Umur Keadaan ASI
ke-
1 1 38 mgg Bidan SptB - L 11th Sehat 2th -
1 2 38 mgg Bidan SptB - P Sehat 2th Suntik
7th
3bln
2 3 HAMIL INI
TM 1 periksa hamil di bidam sebanyak 4x. Tidak ada keluhan selama TM 1.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kehamilan dan laboratorium. Pada
bulan Februari dilakukan cek Hb: 13,8, PITC: NR, Alb (-), Reduksi (-), Goldar: O,
Rapid (-). Selama hamil TM 1 diberikan vitamin dan dkonsumsi dengan teratur oleh
ibu.
TM 2 periksa hamil sebanyak 4 kali di bidan . Selama TM 2 mengeluhkan tangannya
terkadang kram. Pada bulan Juli 2018 dilakukan pemeriksaan Protein Urine (-), ROT
: 20, MAP : 93, AU: 4,6, GD: 100. Setiap bulan diberikan vitamin dan teratur
dikonsumsi ibu tiap bulan.
TM 3 periksa hamil ke dokter spesialis kandungan sebanyak 4 kali dan tidak ada
keluhan. Ibu diberikan vitamin dan mengkonsumsi vitamin secara teratur. Ibu
diberikan vitamin dan diinum secara teratur.
5. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Klien
Tidak pernah menderita penyakit hipertensi dan diabetes mellitus, asma, hepatitis,HIV
serta tidak memiliki kelainan gynekologi seperti myoma, PMS, Polip serviks,
endometriotis ataupun infertilitas.
6. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Keluarga
Eluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi dan diabetes mellitus, asma,
hepatitis,HIV serta tidak memiliki kelainan gynekologi seperti myoma, PMS, Polip
serviks, endometriotis ataupun infertilitas
7. Riwayat Psikososial
Ini merupakan pernikahan kedua bagi ibu, usia saat nikah pertama kali 18 tahun, lalu
ibu bercerai dengan suami pertama setelah 6 tahun, menikah dengan suami kedua sudah
2 tahun. Ibu dan suami merencanakan kehamilan ini.
8. Riwayat Biososial
Tidak ada kebiasaan pijat perut, minum jamu-jamuan atau obat-obatan maupun minum
minuman beralkohol serta tidak merokok selama kehamilan ini.
9. Pola Fungsional
1) Nutrisi
3x sehari dengan porsi nasi,lauk dan sayur, minum air putih sekitar 2 liter setiap hari.
2) Eliminasi
BAB 1 kali sehari dengan konsistensi pada. Terakhir BAB pukul 22.00 WIB
(21/11/18) dan BAK > 5 kali sehari berwana kuning jernih terakhir pukul 05.30
(22/11/18)
3) Istirahat
Tidur siang 1-2 jam/hari. Tidur malam biasanya 7 jam/hari, tidur terakhir pukul
21.00 WIB
4) Aktivitas
Sehari-hari melakukan aktivitas rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci
dan memasak.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Muka/ Wajah
Tidak tampak oedema, tidak pucat, konjungtiva merah muda, sclera putih, bibir tidak
pucat, mukosa bibir tidak kering.
2) Abdomen/ uterus
Tidak ada luka bekas operasi.
Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat (32 cm), bagian fundus uteri teraba lunak, dan
tidak melenting.
Leopold II : Bagian kanan ibu teraba keras, panjang seperti papan, sedangkan
bagian kiri teraba bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : Bagian terendah janin teraba keras, dan melenting.
Leopold IV: Kepala sudah masuk PAP (Divergen)
TFU Mc.Donald 32 cm:
TBBJ: 3255cm
His : 1x10’25”
DJJ : + (142 x/ menit) teratur
3) Ekstremitas
Ekstremitas atas : Tidak terdapat oedema, terpasang infus RDS drip 14tpm
Ekstremitas bawah : ada oedema kiri dan kanan, tidak ada varises.
4) Genetalia
Tidak ada varises, tidak ada oedema, tidak ada bartholinitis, tidak ada jaringan parut,
serta tidak ada kondilomalata dan kondiloma akuminata, tampak keluar sedikit
cairan darah.
5) Anus
Tidak terdapat hemorrhoid.
3. Pemeriksaan Dalam
VT 7 cm, eff 75%, preskep, H1, ket (+) jernih, presentasi kepala, kesan jalan lahir
normal.
4. Pemeriksaan penunjang
Kertas lakmus berwarna biru.
S : Ibu masih merasa mules dan lega setelah melihat banyinya lahir
Ibu merasa nyeri pada bagian kemaluannya
O:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran: Composmentis
TTV:
TD: 140/ 90mmhg N: 80 x/menit S: 36,7ºC RR: 20 x/menit
Abdomen :
TFU: 2jari dibawah pusat, Komtraksi uterus baik, kandung kemih tidak penuh
Genitalia : Inspeksi perdarahn +150 CC
Tidak terdapat laserasi jalan lahir
Keadaan bayi :
BB: 2800 gr/ PB: 49 cm/ LK: 32 cm/ LD: 34 cm/ anus (+)/Jenis kelamin : Laki laki
Bayi sudah diberikan tetes mata gentamycin, injeksi Vit.K: 1 mg, sudah mendapatkan
gelang identitas berwarna biru, sudah dilakukan perawatan tali pusat.
A : P3003 partus kala IV
Tindakan segera : Observasi 2 jam pp
P:
Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf
09.00 WIB Melihat pada bagian perineum apakah ada laserasi. Made dan
Tidak ada. bidan VK
P:
10.45 WIB 1. Mempersiapkan ibu dan bayi untuk rawat gabung Made dan
di ruan Nifas. bidan VK
2. Memberikan KIE Tentang :
- Tanda bahaya masa nifas
- Perawatan bayi baru lahir dirumah
- Tanda bahaya bayi baru lahir
- Asi ekslusif
- KB
3. Mendapat advise dokter :
- Asam Mefenamat 3 x 500 gram
- SM stop o/a RR meningkat
- Hemafort 2 x 1
- Bila RR sudah turun, tensi terkontrol boleh
pindah ruangan
- O2 4 lpm
4. Menghubungi Al Aqso lt 4 terkait ketersediaan
ruangan untuk ibu, ada ruangan
15.00 WIB 1. Mengobservasi keadaan umum dan TTV ibu, RR
menurun dan stabil, UC : Baik, fluksus sedikit
2. Melaksanakan advis dokter :
- Pro pindah ruangan
- Memberikan tx oral : asmef 3x500mg, hemafort
2x1, nifedipine 3x8mg bila TD > 150/90 N < 100
3. Mengantar ibu pindah ruangan ke al-aqso lantai 4
S:-
O : KU baik, UC keras, TFU 2 jari dibawah pusat, Fliksus sedikit, mobilisasi aktif.
A : P3003 P.spt.B hr I + PEB + U >35th
P:
Melakukan Observasi TTV, UC, TFU, Fluksus
Memberikan HE Asi ekslusif dan personal Hygiene
Memberikan terapi oral : Asmef 500mg, Hemafort 1 tab, erytromicin 500mg
Melakukan pengecekan kasa. Tidak ada kasa yang tertinggal
Melakukan perawatan payudara dan pijat oksitosin.
S : Tidak ada
O : KU baik, tidak anemis, UC keras, TFU 2 jari dibawah pusat, Fliksus sedikit, mobilisasi
baik
A : P3003 P.spt.B hr I + PEB + U >35th
P:
Melakukan Observasi TTV, UC, TFU, Fluksus,
Memberikan terapi oral
BAB 4
PEMBAHASAN
Preeklamsia berat merupakan suatu kelanjutan dari preeklamsia ringan dimana terjadinya
kenaikan tekanan darah 160/110mmHg, proteinuria 5gram atau lebih dalam 24 jam (+3 atau
+4), oliguria, nyeri epigastrium gangguan pengelihatan. Dalam keadaan preeklamsia berat, jika
tidak ditangani segera maka pasien akan mengalami kejang/ sudah dalam tahap eklamsia.
Banyak pasien yang berpotensi dalam preeklamsia berat antara lain karena factor genetik
(keturunan/ riwayat keluarga hipertensi), kehamilan ganda, obesitas, diabitus militus. Untuk
mencegah agar preeklamsia menjadi berat atau bahkan menjadi eklamsia, perlu dipantau dalam
setiap kunjungan ulang antenatal yaitu pertambahan berat badan yang terlalu besar setiap
minggu, tekanan darah tinggi serta kadar protein dalam urine.
1) Pengkajian yang didapatkan dari pasien adalah, Ibu mengatakan Ibu mengatakan
kenceng-kenceng tetapi belum teratur merasa pusing, kaki bengkak, dan tekanan
darah meningkat dan dari hasil pemeriksaan USG didapatkan hasil janin tunggal,
intrauteri, preskep, DJJ (+), gerakan (+), Ketuban +, TBJ sesuai umur kehamilan.
2) Interpretasi data dan diagnosa dalam kasus ini adalah Ny. R umur 43 tahun
G3P2A0AH2 UK 39/40 minggu dengan, hidup, intrauteri, inpartu kala 1 fase aktif +
U>35th + PEB
3) Identifikasi masalah dan diagnosa potensial pada Ny. R tidak terjadi karena
mendapatkan perawatan yang intensif.
4) Kebutuhan terhadap tindakan segera dan kolaborasi yang dilakukan adalah kolaborasi
dengan dokter spesialis kandungan tentang pemberian infus dan injek MgSO4 40%
4gr/IV dan nifedipin serta pantau tanda-tanda vital.
5) Perencanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan advice dokter spesialis kandungan.
6) Pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah dilakukan adalah Ny. R melahirkan secara
spontan pervaginam, tidak ada laserasi jalan lahir, kontraksi keras, perdarahan ±150
cc.
7) Evaluasi yang di dapatkan pada kasus ini adalah bayi lahir spontan, menangis kuat,
tanggal 22 November 2018 jam 08.45 WIB jenis kelamin laki – laki dan apgar score
7/8. Ny. R hasil KU baik, TD 130/90 mmhg Nadi: 80 x/menit Respirasi: 24 x/menit
Suhu: 36,8˚C, kontraksi keras, perdarahan ±150 cc, ibu melahirkan secara spontan
pervaginam, ibu langsung dipindah setelah 2 jam pp, dan keadaan ibu sampai 2 jam
dalam keadaan baik.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny.”R” G3P2002 usia kehamilan 39-40
minggu dengan PEB dan U > 35 tahu, tidak terdapat masalah dalam pelaksanaan asuhan.
Selama melaksanakan Asuhan Kebidanan ini ditemukan kesenjangan antara teori asuhan
sayang ibu dan praktek. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena klien dapat
melahirkan spontan, bayi dalam keadaan baik.
Asuhan Kebidanan ini berhasil oleh karena adanya beberapa faktor penunjang antara
lain :
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Petugas Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku 1: Standart Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Departemen
Kesehatan
Dinas Kesehatan. 2009.Angka kematian Ibu (AKI).Jakarta: Depkes RI Depkes RI. 2010.
Gangguan Kehamilan. Jakarta: Depkes RI
Manuaba, I.G.B., dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC
Musbir, Wastidar. 2003. Etika dan Kode Etik Kebidanan. Jakarta: Pengurus Pusat IBI
Obgynacea 2009. Nanda NIC NOC jilid 2. Diterjemahkan oleh Amin Huda. N, Hardhi
Kusuma.Yogyakarta:Media Action
Oxxorn Harry, Forte William R. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: YEM
Saifuddin. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sofyan, Mustika. 2003. 50 tahun IBI: Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: Pengurus
Pusat IBI
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
___________, 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
YBPSP
Telah diperiksa dan disetujui Laporan Asuhan Kebidanan Individu untuk memenuhi tugas
Profesi Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Mahasiswa,
Mengetahui,
Kepala Ruangan
VK RSU.Haji