Anda di halaman 1dari 11

HAMBATAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN

KELUARGA PASIEN DALAM PERSPEKTIF PERAWAT


1
Dinda Piranti Arumsari, 2Etika Emaliyawati, 3Aat Sriati
1,2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email: 1dindapiranti@yahoo.co.id; 2etika@unpad.ac.id

ABSTRAK

Komunikasi merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam hubungan antar manusia. Di dalam
memberikan pelayanan keperawatan, perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
berkomunikasi yang baik sebagai awal terciptanya sebuah hubungan perawat dengan pasien dan
keluarga. perawat yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik dalam berkomunikasi akan
mudah menjalin hubungan dengan pasien maupun keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
hambatan komunikasi efektif perawat dengan keluarga pasien dalam perspektif perawat di Intensive
Care Unit Rumah Sakit Umum Al Islam Bandung. Penelitian deskriptif exploratif ini melibatkan 10
orang perawat yang diambil menggunakan accidental sampling. Data diambil dengan melakukan
wawancara dan observasi, kemudian dianalisis menggunakan content analysis. Hasil penelitian
menujukkan bahwa terdapat lima tema yang menjadi hambatan komunikasi efektif perawat dengan
keluarga pasien dalam perspektif perawat di Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Al Islam
Bandung yaitu konflik peran, faktor demografi keluarga, kesalahpahaman, lingkungan dan situasi di
ICU, dan kondisi psikologis keluarga. Dengan demikian, pelatihan terkait komunikasi perawat dengan
keluarga pasien menjadi penting untuk dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kemampuan perawat
seperti kemampuan berbahasa asing dan kesabaran dalam menghadapi situasi dan kondisi di ICU
khususnya berhubungan dengan keluarga pasien. Hal ini dikarenakan perawat adalah ujung tombak
dalam pemberian pelayanan di Rumah Sakit.

Kata Kunci : Hambatan, ICU, Keluarga pasien, Komunikasi efektif & Perawat

ABSTRACT

Communication is a very important process in human relationship. In providing nursing care, nurses
should have a good knowledge and communication skill as the beginning of a good relationship
between nurses, patients, and their families. Nurses with good communication skill had an easier
opportunity to make a good relationship with the patient and their families. This study aimed to
identify effective communication barriers among nurses in developing communication with patients’
family according to nurses’ perspective in Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Al Islam Bandung.
This descriptive explorative study involved 10 nurses were taken with accidental sampling. Data were
gathered using interview and observation. Data analyzed with the content analysis. Result showed that
there were at least five topic of effective communication barriers among nurses in developing
communication with patients’ family according to nurses’ perspective in Intensive Care Unit Rumah
Sakit Umum Al Islam Bandung; role conflict, family demographic factors, misunderstanding,
environment and situation in the ICU, and family psychological condition. So, training related to
communication between nurses and patients’ family were necessary to undertake in order to improve
the ability of nurses such as foreign language skills and patience in dealing with the situation in the
ICU especially in relation to the patient's family. This is because nurses are the spearhead of health
care service in hospital.

Keywords: Barriers, ICU, the patient’s family, effective communication, & nurse

   104    
 
Arumsari,  D.P.,  Emaliyawati,  E.,  &  Sriati,  A  

PENDAHULUAN atau berpotensial mengancam nyawa dengan


Perawat merupakan salah satu ujung melibatkan tenaga kesehatan terlatih serta
tombak dalam pemberian pelayanan kesehatan didukung dengan kelengkapan peralatan
di Rumah Sakit. Hal ini menjadi sebuah khusus yang ditujukan untuk observasi,
tuntutan peran dan juga fungsi perawat untuk perawatan, dan terapi pasien-pasien (Depkes,
memberikan sebuah pelayanan asuhan 2006; Kepmenkes, 2010).
keperawatan yang berkualitas untuk memenuhi Kondisi pasien yang tidak stabil dan
kebutuhan pasien. Di dalam memberikan umumnya mengalami penurunan kesadaran,
pelayanan keperawatan, perawat dituntut untuk menjadikan keluarga sebagai pihak penting
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pembuat keputusan yang berkaitan
berkomunikasi yang baik sebagai awal dari dengan tindakan keperawatan. Dalam kondisi
terciptanya sebuah hubungan perawat dengan seperti itu, tentunya dibutuhkan komunikasi
klien, karena komunikasi merupakan sebuah yang efektif antara perawat dan keluarga.
proses yang sangat penting dalam hubungan Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
antar manusia. Ghiyasvandian, Zakerimoghadam, dan Peyravi
Perawat yang memiliki kemampuan dan (2015) di Iran yang menyatakan bahwa
keterampilan baik dalam hal berkomunikasi perawat merupakan inti dalam komunikasi dan
akan mudah menjalin hubungan dengan pasien memainkan peranan penting dalam
maupun keluarga (Liljeroos, Snellman, & memfasilitasi komunikasi yang profesional, hal
Ekstedt, 2011). Komunikasi yang baik dan ini dikarenakan perawat merupakan jembatan
benar merupakan poin penting yang harus penghubung antara pasien dan keluarga dengan
dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan, tenaga kesehatan profesional lainnya.
khususnya perawat. Komunikasi dibutuhkan
oleh perawat dalam memberikan pelayanan METODE
asuhan keperawatan baik kepada pasien Metode penelitian yang digunakan
maupun keluarga. Kemampuan seperti ini dalam penelitian ini adalah deskriptif
penting dan harus ditumbuhkembangkan oleh eksploratif. Penelitian kualitatif berfokus dalam
perawat, sehingga menjadi suatu kebiasaan menjelaskan dan memberi pemahaman dan
dalam setiap menjalankan tugasnya dalam interpretasi tentang berbagai perilaku dan
memberikan pelayanan kesehatan di Rumah pengalaman manusia (individu) dalam
Sakit. berbagai bentuk (Afiyanti & Rachmawati,
Menurut Suryani (2014), komunikasi 2014).
berperan dalam kesembuhan klien, Peneliti menggunakan metode kualitatif
berhubungan dalam kolaborasi yang dilakukan karena masih sedikit sekali informasi
perawat dengan tenaga kesehatan lainnya, dan mengenai komunikasi efektif yang dilakukan
juga berpengaruh pada kepuasan klien dan oleh perawat. Metode ini merupakan metode
keluarga. Hal tersebut menjadikan komunikasi yang digunakan untuk mendapatkan
dibutuhkan di setiap bentuk pelayanan yang pengetahuan awal dari suatu fenomena.
ada di Rumah Sakit. Salah satu bentuk Pendekatan deskriptif kualitatif dengan
pelayanan yang ada di Rumah Sakit adalah studi eksplorasi adalah melakukan
ruangan intensive care unit (ICU) yaitu sebuah penyelidikan tentang makna dari suatu
bentuk pelayanan khusus pada pasien-pasien peristiwa hidup untuk sekelompok orang.
yang mengalami kondisi kritis. Pendekatan deskriptif eksploratif pada
Intensive care unit adalah unit penelitian ini adalah untuk mengungkap
perawatan khusus yang dikelola untuk hambatan komunikasi efektif perawat dengan
merawat pasien sakit berat dan kritis, cedera keluarga pasien dalam perspektif perawat di
dengan penyulit yang akan mengancam nyawa

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):104–114   105  


Arumsari,  D.P.,  Emaliyawati,  E.,  &  Sriati,  A  

Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum merupakan sebuah prosedur untuk
Al Islam Bandung. mengkategorikan data verbal atau perilaku,
Instrumen penelitian ini terbagi menjadi untuk tujuan klasifikasi, membuat ringkasan
empat komponen yaitu peneliti sebagai dan perhitungan. Merujuk pada Hancock
instrumen utama, pedoman wawancara, (2002), konten tersebut dapat dianalisa pada 2
pedoman observasi, dan alat perekam suara tingkat. Analisa tingkat dasar adalah
(voice recorder). Pengumpulan data dilakukan pertimbangan deskriptif mengenai data yang
dengan menggunakan wawancara semi didalamnya membahas mengenai apa yang
terstruktur (semi structured interview) selama sesungguhnya dikatakan tanpa asumsi.
30-60 menit untuk masing-masing informan. Analisis konten melibatkan coding dan
Informan pada penelitian ini diperoleh dengan pengelompokkan data. Hal ini untuk
menggunakan teknik accidental sampling, mengidentifikasi hasil dari transkrip.
yaitu metode pemilihan atau pengambilan
sampel sumber data dengan jalan mengambil HASIL DAN PEMBAHASAN
individu siapa saja yang dapat dijangkau atau Berdasarkan penelitian yang dilakukan
ditemui (Polit dan Beck, 2014; Sugiyono, kepada 10 orang perawat yang bekerja di
2014). Dalam penelitian ini informan adalah Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum
10 orang perawat yang bekerja di ICU Rumah Al Islam Bandung didapatkan hasil yaitu :
Sakit Umum Al Islam Bandung.
Analisa data menggunakan analisa
konten (content analysis). Content analysis
Tabel 1. Karakteristik responden
Informan Jenis Kelamin Usia Pendidikan Lama Bekerja di ICU
1 Laki-Laki 26 tahun D3 Keperawatan 6 tahun
2 Perempuan 37 tahun D3 Keperawatan 6 tahun
3 Perempuan 38 tahun D3 Keperawatan 5 tahun
4 Perempuan 39 tahun D3 Keperawatan 8 tahun
5 Perempuan 36 tahun D3 Keperawatan 3 tahun
6 Laki-Laki 40 tahun D3 Keperawatan 4 tahun
7 Laki-Laki 39 tahun D3 Keperawatan 5 tahun
8 Laki-Laki 29 tahun D3 Keperawatan 4 tahun
9 Laki-Laki 33 tahun D3 Keperawatan 7 tahun
10 Perempuan 32 tahun D3 Keperawatan 3 tahun

Karakteristik Responden Hambatan komunikasi efektif perawat


Setengah dari informan berjenis dengan keluarga pasien
kelamin laki-laki dan setengahnya lagi adalah Dari 10 orang informan yang
berjenis kelamin perempuan. Dengan rentang diwawancara terkait hambatan yang dialami
usia minimal adalah 26 tahun dan maksimal perawat dalam berkomunikasi dengan
usia informan adalah 40 tahun. Seluruh keluarga pasien didapatkan lima tema yaitu
informan memilikilatar belakang pendidikan konflik peran, faktor demografi keluarga,
yang sama yaitu D3 keperawatan dengan kesalahpahaman, lingkungan dan situasi di
minimal lama bekerja di ICU adalah tahun ICU, dan kondisi psikologis keluarga.
dan maksimal lama bekerja di ICU adalah 8
tahun. Konflik peran
Hal ini diungkapkan oleh seluruh
informan bahwa 10 perawat yang

106   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):104–114  


Arumsari,  D.P.,  Emaliyawati,  E.,  &  Sriati,  A  

diwawancara menyatakan tidak enak dan diungkapkan oleh 4 orang dari 10 informan
menjadi malas saat berkomunikasi dengan yang diwawancara
keluarga pasien dikarenakan keluarga pasien “……. penanggung jawab pasien tuh ya
terkadang bersikap jutek seperti yang anaknya …..” (P3)
diungkapkan oleh beberapa informan di “……. misal belum ngerti aja kita cari
bawah ini. anaknya ada kemungkinan di GC itu ada
“……. cuma ya jadi males ke kitanya anaknya” (P4)
gitu kan nggak enak kan ya ngomong sama “…… biasanya suka manggil anggota
orang tapi mukanya jutek gitu” (P2) keluarganya yang lain yang lebih paham
“……. ya jadi nggak enak aja gitu ke ……” (P5)
kitanya juga kadang suka rada males tapi ya “……. ya kita nanya lagi ke keluarga
mau gimana lagi kan da tugas perawat kan intinya ada anggota yang lain nggak yang
emang gitu jadi kalo ada yang nggak enak kira-kira lebih ngerti ……” (P8)
yaudah” (P3) Kondisi pasien yang tidak stabil
“…….. kadang ke kitanya jadi ikutan menjadikan keluarga diwajibkan untuk selalu
BT juga ……“ (P7) berjaga di ruang tunggu. Hal ini dikarenakan
Dilema komunikasi yang dirasakan oleh kondisi pasien di ICU sangatlah fluktuatif
perawat tidak hanya terkait sikap yang artinya keadaan pasien dapat tiba-tiba
ditunjukkan oleh keluarga pasien saat membaik atau malah mungkin menjadi
berhadapan dengan mereka saja melainkan juga menurun. Oleh karena itu pasien yang berada
kondisi psikologis dan fisik mereka seperti di ICU wajib ditunggui oleh keluarganya di
ketika mereka sedang lelah atau saat sedang ada ruang tunggu.
masalah pribadi terkadang perawat sering Beberapa perawat menyatakan bahwa
melupakan penampilannya saat berkomunikasi terkadang keluarga meninggalkan pasien atau
dengan keluarga pasien. Hal tersebut tentunya tidak ada ditempat sehingga hal tersebut
dapat menjadi penghambat perawat dalam menyulitkan perawat dalam memberikan
berkomunikasi dengan keluarga pasien. informasi. Hal ini seperti yang diungkapkan
Beberapa informan menyatakan adanya kondisi oleh 3 orang dari 10 informan di bawah ini
dimana terkadang mereka sering melupakan “…… karna kalo ada kejadian kita
penampilan mereka di depan keluarga pasien
suka agak marah kalo pasien udah usia lanjut
seperti yang diungkapkan oleh 4 orang dari 10
keluarganya pada pulang ……” (P6)
informan yang diwawacara
“…… kendalanya sama ya itu tadi
“Kalo lupa senyum kaya gitu da pasti
dikasih nomer kontak tapi ditelepon nggak
pernah apalagi capek-capeknya atau kaya
diangkat-angkat ……” (P8)
lagi ada masalah di rumah …..” (P2)
“…… kesulitannya disini sih jadi
“….... kitanya capek anggepan
komunikasi tuh emang nggak bisa terus-
keluarganya kok judes padahal mah nggak
terusan dimana ada peluang komunikasi eh
judes mungkin dia lagi capek ada kalanya
keluarganya lagi nggak ada …..” (P8)
kita megang dua pasien” (P8)
Kondisi pasien yang tidak sadar di ICU “…… kadang-kadang ada yang nggak
menjadikan keluarga sebagai penanggung ditunggu alesannya sibuk, ada kerja, ada
jawab pasien dalam tindakan apapun yang punya anak kecil ……” (P10)
termasuk didalamnya yaitu berkomunikasi
dengan perawat. Dalam hal ini tentunya Faktor Demografi Keluarga
dibutuhkan komunikasi yang efektif mengingat Dari hasil analisa data muncul tiga
keluarga sebagai jembatan penghubung antara sub tema terkait faktor demografi keluarga
perawat dengan pasien. Hal ini seperti yang yang berhubungan dalam komunikasi antara

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):104–114   107  


Arumsari,  D.P.,  Emaliyawati,  E.,  &  Sriati,  A  

perawat dengan keluarga pasien di ICU yaitu dijelasin nih terus masih aja nggak ngerti
usia, pendidikan, dan ekonomi. ……” (P4)

1) Usia 3) Ekonomi
Usia menjadi salah satu faktor Salah satu status sosial yang dapat
demografi keluarga yang mempengaruhi mempengaruhi komunikasi yang ada adalah
komunikasi. Hal ini dikarenakan cara kita ekonomi. Hal ini dikarenakan dibutuhkan
berkomunikasi dengan orang lain tentunya banyak pemikiran dan pertimbangan apabila
disesuaikan dengan faktor demografi orang menyangkut tentang pembiayaan mengingat
tersebut salah satunya adalah usia. hal ini merupakan sesuatu yang sensitif bagi
Dalam hal ini kita sebagai perawat keluarga pasien.
harus bisa menyesuaikan dan menempatkan Dari hasil wawancara didapatkan 4
diri dengan adanya perbedaan usia antara orang dari 10 informan menyatakan bahwa
perawat dengan keluarga pasien baik itu ekonomi mempengaruhi komunikasi antara
kepada yang lebih muda, sebaya, maupun mereka dengan keluarga pasien, seperti yang
kepada yang lebih tua. Hal tersebut diungkapkan oleh informan di bawah ini
diungkapkan oleh 7 orang dari 10 informan “……. kalo pemeriksaannya mahal ya
yang diwawancara dengan beberapa kutipan wajar kan ya namanya juga berhubungan
informan di bawah ini sama duit” (P2)
“……. udah sepuh kan ya pasti rada “……. masalah biaya sih ujung-
sulit sih kan harus ngejelasinnya pelan-pelan ujungnya …….” (P3)
…….” (P4)
“……. harus dengan menggunakan Kesalahpahaman
bahasa sederhana pokoknya yang mudah Keragaman budaya dan bahasa sering
dimengerti sama mereka ……” (P5) kali menjadi hambatan seseorang dalam
“…….. harus pelan-pelan banget, berkomunikasi. Hal ini dikarenakan setiap
diulang-ulang karna seringnya nggak paham daerah memiliki perbedaan budaya dan
…….” (P6) bahasa yang tentunya akan berpengaruh
dalam komunikasi antar individu.
2) Pendidikan Dari hasil analisa data muncul dua sub
Selain usia, status pendidikan juga tema terkait kesalahpahaman komunikasi
sangat mempengaruhi komunikasi yang ada. yang sering dialami oleh perawat dalam
Adanya perbedaan tingkat pendidikan berkomunikasi dengan keluarga pasien di
seseorang menjadikan setiap individu ICU yaitu budaya dan bahasa.
memiliki pemahaman yang berbeda dalam
mencerna informasi yang diberikan. Hal ini 1) Budaya
seperti yang diungkapkan oleh 9 orang dari Budaya setiap orang berbeda
10 informan bahwa mereka mengalami tergantung daerahnya masing-masing. Setiap
kesulitan saat berkomunikasi dengan keluarga daerah memiliki karakteristiknya masing-
pasien yang memiliki status pendidikan masing yang dapat mempengaruhi
menengah ke bawah. Berikut adalah beberapa komunikasi yang ada antar individu. Adanya
kutipan yang diungkapkan oleh informan perbedaan budaya yang dirasakan oleh
“……. gitu lah yang pendidikannya separuh dari informan dapat menimbulkan
rendah gitu kan keliatan juga kan ya pas kesalahpahaman saat mereka berkomunikasi
ngobrol susah nyambung ……” (P2) dengan keluarga pasien.
“……. kalo yang latar belakang Dari 10 informan yang diwawancara 5
pendidikannya rendah gitu ya seringnya udah diantaranya menyatakan bahwa perbedaan

108   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):104–114  


Arumsari,  D.P.,  Emaliyawati,  E.,  &  Sriati,  A  

intonasi sering menimbulkan perbedaan kemampuan dalam berkomunikasi dengan


persepsi dan kesalahpahaman. Hal ini seperti keluarga pasien.
yang diungkapkan oleh beberapa informan di Dalam hal ini softskill yang dibutuhkan
bawah ini adalah kesabaran. Kesabaran sangatlah
“……. nah ngomongnya kan kenceng diperlukan mengingat perawat berhubungan
kan kadang-kadang keluarga jadi salah langsung dengan keluarga pasien. Hal ini
persepsi dikira marah-marah” (P4) seperti yang diungkapkan oleh 3 orang dari
“…….. dari segi intonasi pasti ada lah 10 informan yang diwawancara
kaya emosi kita keangkat sedikit kalo kaya “……. ngejelasinnya juga harus sabar
yang sama yang di luar Sunda …….” (P7) ……” (P3)
“…….. kan ngomongnya kenceng kan “……. ya gitu sih harus lebih sabar
ya disangkanya paling nyentak-nyentak” (P8) kalo sama yang tua mah …..” (P6)
“…….. suka jadi ada pikiran ko dia “……. ya harus sabar kitanya ……”
marah-marah sih atau dia galak, padahal (P10)
mah nggak” (P10) Profesi perawat merupakan salah satu
profesi yang membutuhkan kesabaran yang
2) Bahasa tinggi. Hal ini dikarenakan perawat tidak
Setiap daerah bahkan setiap negara hanya berhadapan dengan pasien tetapi juga
memiliki bahasanya masing-masing. Adanya keluarga pasien.
perbedaan bahasa dapat mempengaruhi Sebagai seorang perawat kita dituntut
komunikasi yang ada. Beberapa informan untuk selalu sabar dalam kondisi apapun
menyatakan bahwa mereka mengalami termasuk apabila menghadapi complain baik
kesulitan dalam berkomunikasi dengan itu dari pasien maupun keluarga. Di ICU tak
keluarga pasien khususnya yang sedikit keluarga yang complain kepada
menggunakan bahasa asing seperti bahasa perawat. Umumnya mereka complain
Inggris. mengenai jam besuk seperti yang
Dari 10 informan yang diwawancara 3 diungkapkan oleh 3 orang dari 10 informan di
diantaranya mengungkapkan bahwa mereka bawah ini
mengalami hal tersebut sebagaimana “…… minta pengen bolak-balik liat
diungkapkan di bawah ini pasien” (P1)
“……. ya gitu weh rada susah kan “…… jam besuk dibatasi itu sih yang
bahasanya juga beda kan mereka ngertinya paling sering jadi complain da aturannya
bahasa Inggris sedangkan perawat ya nggak udah seperti itu keluarga boleh masuk hanya
semua lancar ngomong bahasa Inggris” (P1)
pas jam besuk saja atau pas kondisi-kondisi
“…….. da kalo kitanya disuruh
tertentu” (P2)
ngomong bahasa Inggris mah kan gitu neng
“……. rata-rata sih complain jam
susah di kitanya” (P2)
kunjungan” (P9)
“…….. ada aja sih yang pasien dari
Selain mengenai jam kunjungan
luar, ya pake bahasa isyarat ……” (P3)
keluarga juga sering complain terkait perawat
“Ya kumaha deui kalo pake bahasa
dengan membandingkan perawat satu dengan
Inggris mah da susah” (P3)
perawat lainnya. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh informan sebagai berikut
Lingkungan dan Situasi di ICU
Keluarga pasien mempunyai “……. ngebandingin kenapa perawat
karakteristik yang beragam baik itu usia, yang ini gini kenapa perawat yang itu gitu”
status pendidikan, maupun kultur budaya dan (P8)
bahasa. Sebagai perawat tentunya dibutuhkan

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):104–114   109  


Arumsari,  D.P.,  Emaliyawati,  E.,  &  Sriati,  A  

“…… kenapa kalo kata perawat yang Konflik Peran


itu mah gitu kata perawat yang ini mah gini Keadaan tidak menyenangkan yang
……” (P8) dialami oleh perawat dapat menimbulkan
stres bagi perawat yang nantinya akan
Kondisi Psikologis Keluarga berujung pada terjadinya kejenuhan kerja
Kesulitan terkait pemberian informasi (burnout). Ketidaknyamanan yang dialami
klinis yang dialami oleh perawat umumnya perawat akan berdampak pada pelayanan
adalah karena keluarga masih denial atau yang diberikan mengingat perawat sebagai
belum bisa menerima mengenai penurunan ujung tombak pelayanan kesehatan.
kondisi pasien. Hal tersebut sesuai dengan Padahal komunikasi nonverbal seperti
hasil wawancara dimana 7 orang dari 10 senyuman dan juga ekspresi wajah sangatlah
informan menyatakan kesulitan saat penting dalam menciptakan komunikasi yang
menghadapi keluarga pasien yang masih efektif antara perawat dengan pasien dan
belum dapat menerima penurunan kondisi keluarga (Xu, Staples, & Shen, 2012).
pasien, seperti yang diungkapkan oleh Informan juga menyebutkan bahwa
beberapa informan di bawah ini. mereka mengalami konflik peran terkait
“……. ya agak susah kalo merekanya kondisi psikologis dan fisik yang mereka
sambil nangis atau bahkan sampe ada yang alami dengan penampilan mereka dalam
pingsan gitu aja sih ……” (P5) menyampaikan informasi kepada keluarga
“……. paling agak susah kalo pasien. Hasil penelitian menyatakan 4 orang
keluarganya yang masih belum bisa informan mengalami dilema komunikasi
menerima gitu sih ……” (P6) terkait hal tersebut.
“……. ada kesulitan kalo sama Hal ini disebabkan oleh kelelahan yang
keluarga yang masih kurang bisa menerima” mereka alami dan masalah pribadi yang
(P9) mereka hadapi sehingga berdampak pada
“……. ya paling kalo yang keluarganya penampilan mereka seperti menjadi jarang
belum bisa menerima sih” (P10) senyum saat menyampaikan informasi kepada
Dalam hal ini untuk menyikapi hal keluarga pasien.
tersebut, beberapa informan menyatakan Hal ini sesuai dengan penelitian yang
bahwa mereka biasanya akan mengalihkannya dilakukan oleh Loghmani et al (2014) yang
kepada dokter jaga atau DPJPnya langsung. menyebutkan bahwa masalah pribadi yang
Dari hasil wawancara, 3 orang dari 10 terjadi dapat mengganggu interaksi antara
informan mengungkapkan bahwa mereka perawat dengan keluarga pasien selain hal itu
mengalihkan keluarga pasien yang masih kekurangan staf ditambah dengan beban kerja
belum bisa menerima kepada dokter jaga yang tinggi menyebabkan perawat tidak
sebagaimana kutipan di bawah ini mempunyai waktu yang cukup untuk keluarga
“…….. ya terus apabila keluarga pasien sehingga terjadilah interaksi negatif
pasien nggak nerima terus agak ribet juga antara perawat dengan keluarga (Loghmani,
kita panggil aja dokter jaga suruh Borhani, & Abbaszadeh, 2014).
menjelaskan karna lebih leluasa dan lebih Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
banyak wewenangnya” (P1) penelitian lain di Iran yang menyebutkan
“…….. biasanya kita minta bantuan ke tekanan pekerjaan berlebih sebagai salah satu
dokter jaga untuk menjelaskan gitu atau yang menjadi hambatan dalam komunikasi
DPJPnya langsung atau ditelepon” (P2) selain penurunan motivasi perawat, dan
“…….. ya kita libatkan dokter jaga gitu ketidakpercayaan terhadap kompetensi
sih ya untuk ngasih penjelasaan” (P9) perawat yang berhubungan dengan perbedaan
budaya, perawat yang kurang tanggap, dan

110   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):104–114  


Arumsari,  D.P.,  Emaliyawati,  E.,  &  Sriati,  A  

sikap apatis perawat terhadap pasien Hasil penelitian ini pun menunjukkan
(Shafipour, Mohammad, & Ahmadi, 2014). bahwa yang menjadi hambatan dalam
Idealnya perawatan di ruang intensif memiliki komunikasi efektif antara perawat dengan
perbandingan 1:1 dimana satu orang perawat keluarga pasien adalah faktor demografi
menangani satu orang pasien. Akan tetapi, keluarga seperti usia, latar belakang
kenyataan dilapangan menyebutkan bahwa pendidikan, dan juga status ekonomi. Ketiga
terkadang mereka memegang dua orang hal tersebut dapat mempengaruhi pola
pasien dalam sekali shift sehingga hal tersebut komunikasi yang ada.
membuat mereka kelelahan.
Ketidaksesuaian jumlah perawat Faktor Demografi Keluarga
dengan jumlah pasien yang harus mereka Berdasarkan hasil penelitian, 7 orang
rawat membuat perawat harus dapat informan menyatakan bahwa mereka
beradaptasi dengan keadaan tersebut. mengalami kesulitan dalam hal usia terlebih
Adaptasi yang terjadi bersifat buruk apabila berkomunikasi dengan keluarga
dikarenakan perawat akan terbiasa dengan hal pasien yang usianya lebih tua. Penelitian yang
itu sehingga perawat akan lupa untuk dilakukan oleh Callinan dan Brandt (2015)
berkomunikasi dengan keluarga pasien menyebutkan bahwa hambatan perawat dalam
sekalipun mereka sedang tidak sibuk. berkomunikasi dengan orang lanjut usia
Hal tersebut bertambah sulit ketika dikarenakan adanya gangguan kognitif.
perawat sebagai ujung tombak pelayanan Oleh karena itu dibutuhkan teknik
kesehatan harus berhubungan langsung berkomunikasi yang sesuai dengan keadaan
dengan keluarga pasien yang berperan mereka seperti menggunakan bahasa yang
sebagai jembatan komunikasi antara perawat sederhana dan berbicara dengan perlahan-
dengan pasien. Oleh karena itu perawat lahan. Selain hal itu, 9 orang informan
dituntut untuk selalu dapat bersikap menyatakan bahwa mereka mengalami
profesional dalam berkomunikasi baik itu kesulitan yang berhubungan dengan latar
secara verbal maupun nonverbal. belakang pendidikan keluarga pasien.
Berdasarkan hasil penelitian, 4 orang Latar belakang pendidikan keluarga
informan menyebutkan bahwa pasien yang pasien mempengaruhi pemahaman mereka
dirawat di ICU umumnya berada dalam dalam mencerna informasi yang diberikan
kondisi tidak sadar sehingga keluarga yang oleh perawat. Hal ini seperti yang dijelaskan
menjadi penanggung jawab pasien baik itu dalam penelitian Astutik dan Widodo (2011)
suami, istri, atau anaknya. Tentunya dalam bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
hal ini kelurga wajib menunggui pasien maka semakin mudah ia dalam menerima
mengingat kondisi pasien di ICU yang dapat informasi yang diberikan petugas kesehatan
berubah sewaktu-waktu. begitupun sebaliknya.
Akan tetapi pada kenyataannya sering Selain hal itu hasil penelitian
kali keluarga tidak ada ditempat untuk menyebutkan bahwa 4 orang informan
menunggui pasien dengan alasan sibuk, mengalami kesulitan yang berhubungan
mempunyai anak kecil, dan sebagainya dengan status ekonomi keluarga pasien.
sehingga menyulitkan perawat dalam Status ekonomi dapat mempengaruhi
memberikan informasi. Dari hasil penelitian komunikasi yang ada dikarenakan diperlukan
didapatkan 3 orang informan menyatakan banyak pertimbangan sehingga keluarga
bahwa mereka mengalami kesulitan dalam hal membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
komunikasi dikarenakan keluarga pasien tidak mengambil suatu keputusan, sedangkan hal
ada di tempat. tersebut dapat mempengaruhi dan menunda

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):104–114   111  


Arumsari,  D.P.,  Emaliyawati,  E.,  &  Sriati,  A  

pemberian tindakan yang bersifat segera Lingkungan dan Situasi di ICU


untuk pasien. Tugas seorang perawat amatlah tidak
Hal ini sesuasi dengan penelitian yang mudah dikarenakan perawat berhubungan
dilakukan oleh Loghmani, et al (2014) yang dengan banyak pihak baik itu pasien maupun
menyatakan bahwa status ekonomi dapat keluarganya. Tentunya dalam hal ini
mempengaruhi interaksi hubungan antara dibutuhkan tidak hanya keterampilan tetapi
perawat dengan keluarga pasien dikarenakan juga kesabaran yang tinggi dalam
terkadang keluarga pasien menolak tindakan menghadapi segala macam situasi dan
yang disarankan karena masalah keuangan. kondisi.
Lingkungan dan situasi di ICU tentunya
Kesalahpahaman sangatlah berbeda dengan ruangan perawatan
Selain faktor demografi keluarga, biasa. Hasil penelitian menyebutkan bahwa 3
kesalahpahaman yang sering terjadi antara orang informan menyatakan bahwa kesabaran
perawat dengan keluarga pasien juga menjadi sangat diperlukan dalam komunikasi antara
hambatan perawat dalam berkomunikasi perawat dengan keluarga pasien mengingat
dengan keluarga pasien. Kesalahpahaman perawat berhubungan langsung dengan
rentan terjadi pada profesi perawat yang mereka. Penelitian yang dilakukan oleh
berhubungan langsung baik itu dengan pasien Loghmani, et al (2014) menyebutkan bahwa
maupun keluarga pasien. pekerjaan perawat tidaklah mudah karena kita
Kesalahpahaman yang terjadi dalam harus bisa mengontrol amarah sekalipun
komunikasi antara perawat dengan keluarga keluarga pasien berteriak kepada kita.
pasien dikarenakan adanya perbedaan kultur Sebagai seorang perawat kita dituntut
budaya dan bahasa. Hasil penelitian untuk selalu dapat bersikap profesional saat
menyebutkan bahwa terdapat 5 orang bertugas. Hal ini ditunjukkan dalam situasi
informan yang menyatakan bahwa mereka dan kondisi apapun termasuk di dalamnya
sering mengalami perbedaan persepsi dan adalah saat menghadapi complain baik itu
kesalahpahaman yang disebabkan oleh oleh pasien maupun keluarganya.
adanya perbedaan intonasi dalam berbicara, Hasil penelitian menyebutkan bahwa 3
sedangkan 3 orang informan menyatakan orang informan menyatakan bahwa mereka
bahwa mereka mengalami kesulitan seringkali menghadapi complain keluarga
berbahasa asing sehingga adanya perbedaan khususnya masalah jam kunjungan,
bahasa menghambat mereka dalam sedangkan 2 orang informan menyatakan
berkomunikasi dengan keluarga pasien. bahwa mereka menghadapi complain
Perawat mengalami kesulitan saat keluarga yang membandingkan perawat satu
berbicara dengan seseorang yang mempunyai dengan perawat lainnya.
latar belakang budaya dan bahasa dengan Ketidaktaatan keluarga dan kerabat
kita. Penelitian lain yang dilakukan oleh pasien dalam waktu kunjungan
Chittem dan Butow (2015) menyatakan mengakibatkan interaksi negatif antara
bahwa adanya perbedaan bahasa dapat perawat dan anggota keluarga pasien
menyebabkan timbulnya kesalahpahaman (Loghmani, Borhani, & Abbaszadeh, 2014).
dalam menfasirkan informasi yang diberikan. Keluraga masih merasakan kurangnya waktu
Oleh karena itu dalam hubungan mengunjungi pasien (Emaliyawati, 2011).
perawat-keluarga diperlukan sikap saling Perawat mengeluh bahwa kunjungan yang
menghargai untuk dapat meminimalisir dilakukan oleh anggota keluarga di luar jam
terjadinya kesalahpahaman karena adanya berkunjung yang telah ditetapkan
perbedaan kultur budaya dan bahasa. mengganggu pekerjaan mereka, pasien lain
dan mengancam privasi mereka.

112   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):104–114  


Arumsari,  D.P.,  Emaliyawati,  E.,  &  Sriati,  A  

untuk mengadakan pelatihan-pelatihan terkait


Kondisi Psikologis Keluarga komunikasi perawat untuk meningkatkan
Menyampaikan informasi kepada kemampuan perawat seperti kemampuan
keluarga pasien dirasakan semakin sulit berbahasa asing dan kesabaran dalam
terlebih pada saat perawat harus menghadapi menghadapi situasi dan kondisi di ICU
keluarga pasien yang denial. Dari hasil khususnya berhubungan dengan keluarga
penelitian yang didapat 7 orang informan pasien.
menyatakan bahwa mereka mengalami
kesulitan saat menghadapi keluarga pasien DAFTAR PUSTAKA
yang denial atau belum dapat menerima Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. (2014).
keadaan pasien yang umumnya mengalami Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam
penurunan kondisi. Hal ini sesuai dengan Riset Keperawatan. Jakarta: PT. Raja
penelitian yang dilakukan oleh Griffiths, et al Grafindo Persada.
(2015) yang menyatakan bahwa tidak mudah Chittem, M., & Butow, P. (2015). Responding
menyampaikan berita buruk kepada pasien To Family Request For Nondisclosure :
atau keluarga terlebih kadang mereka The Impact Of Oncologists'cultural
memasuki fase dimana mereka belum dapat Background. Journal of Cancer
menerima keadaan yang ada. Research and Therapeutics Vol. 1.
Kesulitan dalam menghadapi keluarga Depkes. (2006). Standar Pelayanan
pasien yang masih belum dapat menerima Keperawatan di ICU. Retrieved Januari
penurunan kondisi yang dialami pasien Jumat, 2016, from Perpustakaan
menjadikan perawat kemudian melimpahkan DEPKES:
tugas dalam menyampaikan informasi kepada https://www.perpustakaan.depkes.go.id
dokter jaga atau DPJPnya langsung. Hal ini Emaliyawati, E. (2011). Interaksi Pasien,
diungkapkan oleh 3 orang informan bahwa Keluarga, Dan Petugas Kesehatan Dalam
mereka akan memanggil dokter jaga atau Perawatan Hidup Pasien Terminal .
meminta bantuan kepada DPJPnya apabila ResearchGate.
keluarga pasien masih belum bisa menerima Kepmenkes. (2010). Keputusan Menteri
apa yang disampaikan oleh perawat. Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
SIMPULAN Intensive Care Unit (Icu) Di Rumah
Berdasarkan hasil penelitian yang Sakit. Retrieved Januari Jumat, 2016,
telah dilakukan pada 10 orang responden from http://badanmutu.or.id
yaitu perawat yang bekerja di ICU didapatkan Liljeroos, M., Snellman, I. M., & Ekstedt, M.
hasil yaitu terdapat lima tema yang menjadi H. (2011). A Qualitative Study on The
hambatan perawat dalam berkomunikasi Role of Patient-Nurse Communication in
dengan keluarga pasien yaitu konflik peran, Acute Cardiac Care. Journal of Nursing
faktor demografi keluarga, kesalahpahaman, Education and Practice Vol.1, No. 1.
lingkungan dan situasi di ICU, dan kondisi Loghmani, L., Borhani, F., & Abbaszadeh, A.
psikologis keluarga. Hasil penelitian ini (2014). Factors Affecting The Nurse-
menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor Patient's Family Communication In
yang menjadi hambatan perawat dalam Intensive Care Unit Of Kerman :
berkomunikasi dengan keluarga pasien di Qualitative Study. Journal of Caring
ICU seperti konflik peran, faktor demografi Sciences, 67-82.
keluarga, kesalahpahaman, lingkungan dan Polit, D. F., & Beck, C. T. (2014). Essentials
situasi di ICU, dan kondisi psikologis Nursing Research : Appraising Evidence
keluarga. Oleh karena itu menjadi penting For Nursing Practice. Philadelphia:

Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):104–114   113  


Arumsari,  D.P.,  Emaliyawati,  E.,  &  Sriati,  A  

Wolters Kluwer Health : Lippincott Williams Suryani. (2014). Komunikasi Terapeutik :


& Wilkins. Teori & Praktik, Ed. 2. Jakarta: Penerbit
Shafipour, V., Mohammad, E., & Ahmadi, F. Buku Kedokteran EGC.
(2014). Barriers to Nurse-Patient Xu, Y., Staples, S., & Shen, J. J. (2012).
Communication in Cardiac Surgery Nonverbal Communication Behaviors of
Wards : A Qualitative Study. Global Internationally Educated Nurses and
Journal of Health Science, Vol. 6, No. 6. Patient Care. Research and Theory for
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Nursing Practice : An International
Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Journal, Vol. 26, No. 4  
Bandung: Alfabeta.  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

114   Jurnal  Pendidikan  Keperawatan  Indonesia.  2016;2(2):104–114  

Anda mungkin juga menyukai