Rasulullah mengumpamakan ajaran agama islam yang beliau bawa, yang mengeluarkan
manusia dari kekafiran serta mengajak manusia untuk memasuki surga dan menjauhi neraka,
seperti bangunan yang ideal. Bangunan tersebut berdiri atas fondasi yang kuat dan kokoh.
Beliau menjelaskan bahwa fondasi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Syahadat
Syahadat ialah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah. Kesaksian berarti mengakui keberadaan dan keesaan Allah. Kemudian diikuti
dengan pengakuan terhadap kenabian dan kerasulan nabi Muhammad, ini adalah rukun yang
paling dasar dari pada rukun-rukun yang lain. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, yang
artinya:
“Aku diutus untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi (bersyahadat), bahwa
tidak ada Ilah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan jika mereka telah melakukan ini maka mereka
terjaga dariku darah dan harta mereka, kecuali dengan hak Islam, dan atas Allah-lah
perhitungan mereka.” (HR. Bukhari No. 25 dan Muslim No. 36)
Hadits yang ini telah menegaskan pula kepada kita bahwa tujuan Beliau diutus adalah agar
manusia mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat, dan zakat.
Syarat-syarat syahadatain:
Konsekuensi syahadatain
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-cam yang
dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah dan beribadah kepada
Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.
2. Sholat
Rukun Islam yang paling penting setelah dua kalimah syahadah adalah shalat. Yang
dimaksud dengan sholat disini yaitu konsisten dalam mengerjakan sholat, tepat pada
waktunya dengan memenuhi syarat dan rukunnya serta dilengkapi dengan adab-adab dan
sunnah-sunnahnya. Sholat diharapkan dapat memberi dampak positif bagi jiwa seorang
muslim sehingga ia meninggalkan perbuatan dosa dan kemungkaran, Allah Subhanahu wa
ta‟ala berfirman:
“Dan dirikanlah shalat.sesungguhnya, sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar,” (Q.S Al-ankabut [29] : 45).
Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah mensifatinya sebagai tiang dari agama
Islam. Sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadits tentang wasiat beliau shallallaahu
'alaihi wa sallam kepada Mua'dz bin Jabal radhiyallaahu 'anhu yang merupakan hadits ke
dua puluh sembilan dari Hadits Arbain ini. Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam pun
meberitakan bahwa shalat merupakan perkara agama yang akan hilang. Dan perkara pertama
yang akan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat.3.
3. Zakat
Menurut bahasa, zakat berarti mengeluarkan harta dalam jumlah tertentu yang telah
mencapai nisab dengan memenuhi beberapa syarat wajib dan syarat pelaksanaan. Zakat
dikeluarkan untuk orang fakir, miskin dan lainya.
Zakat merupakan ibadah maliyah untuk menumbuhkan keadilan (kepedulian social),
ibadah zakat akan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang diantara kaum muslimin.
Macam-macam zakat:
a. Zakat Profesi/Penghasilan
Zakat Profesi/Penghasilan adalah zakat yg dikeluarkan dari hasil profesi seseorang, baik
dokter, arsitek, notaris, ulama/da‟i, artis, karyawan, guru, pegawai
swasta/negeri/bumn/bumd, pengacara, hakim, akuntan, advokat, perawat, TNI/POLRI,
LSM, wiraswasta, aktivis MLM dan lainnya.
Nishab sebesar 5 wasaq atau setara dengan 653 kg bahan pangan pokok yg (siap di
konsumsi ) seperti kurma, gandum, beras dan biji jagung. Besar zakat profesi yaitu
sebesar 2,5%. Jika standar harga beras/kg sebesar Rp5.000/kg, nilai nishab sekitar
Rp3.265.000.
b. Zakat Emas/Perak
Nisab emas 85 gram, sedangkan nisab perak 595 gram. Besar atau kadar zakatnya
sebesar 2,5%. Haul satu tahun. Ketentuan Zakat emas/perak:
Emas/perak yg dikeluarkan zakatnya adalah emas/perak yg tidak dipakai.
Emas/perak yg dipakai secara wajar dan tidak berlebihan tidak dikeluarkan
zakatnya.
Emas yg wajib dikeluarkan zakatnya = (Total emas yg dimiliki – emas yg dipakai) x
2,5% . Pembayarannya dapat dikeluarkan dengan nilai uang yg setara dengan harga emas
saat itu.
c. Zakat Tabungan
Uang simpanan yang telah mengendap selama 1 (satu) tahun dan mencapai nilai minimal
(nishab) setara 85 gr emas, asumsi harga emas 1 gr untuk saat ini sebesar Rp300.000,
wajib dikeluarkan zakatnya 2,5%, dengan perhitungan : (saldo akhir tahun + Bagi hasil
) x 2,5% = Zakat Tabungan. Apabila di bank konvensional, bunga bank tidak dihitung
sebagai harta yang dizakatkan. Sedang bagi hasil di bank syariah, juga dihitung sebagai
harta yg dizakatkan.
d. Zakat Investasi
Zakat Investasi adalah zakat yg dikenakan terhadap harta yg diperoleh dari hasil
investasi. Contoh bangunan atau kendaraan yg disewakan. Zakat investasi dikeluarkan
pada saat menghasilkan, sedangkan modal tidak dikenakan zakat. Besar zakat yg
dikeluarkan adalah 5% untuk penghasilan kotor dan 10% untuk penghasilan bersih.
e. Zakat Perniagaan
Zakat perniagaan adalah zakat yg dikenakan pada harta perniagaan. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari semua yg kami
persiapkan untuk berdagang (HR. Abu Daud)
Ketentuan :
4. Puasa
Puasa menurut bahasa ialah Saum ( مartinya menahan atau mencegah. Menurut syariat
agama Islam artinya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa
membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari, dengan syarat
tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim.
Berpuasa di bulan ramadhan, yakni tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga
menahan hawa nafsu negative untuk dilatih pada bulan ramadhan dan diterapkan pada
bulan-bulan selanjutnya hasil positive dari menahan hawa nafsu buruk yang sering kita
lakukan.
Dengan begitu pada bulan ramadhan lah kita berlatih menguasai diri, memperbaiki
diri dari dalam, serta mendisiplinkan diri dengan hal-hal yang ma‟ruf dan lebih bermanfaat
untuk akhirat.
Telah datang dalam Shahih Muslim no. 19 hadits yang mendahulukan puasa
sebelum hajji dan hajji sebelum puasa. Di jalur periwayatan yang pertama terdapat
penegasan dari Ibnu Umar radhiyallaahu 'anhumaa bahwa yang dia dengar dari Rasulullaah
shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah penyebutan puasa terlebih dahulu sebelum hajji.
Berdasarkan hal ini didahulukannya penyebutan hajji sebelum puasa di sebagian riwayat
termasuk kategori perubahan yang dilakukan rawi atau periwayatan secara makna (tidak
kontekstual ).
5. Haji
Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk
melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat
tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah,
dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari
Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Zulhijah.
Adab-adab haji :
1. Mengikhlaskan niat di dalam ibadah haji.
2. Mempelajari hukum-hukum tentang haji
3. Menghindari dari para penganggur dan orang-orang yang suka bermain-main.
4. Menghindari dari ahli bid‟ah dan khurafat
5. Hendaknya berusaha untuk ekonomis di dalam berbelanja
6. Jauhilah hal-hal yang melengahkan
7. Berusaha untuk menerapkan akhlaq yang baik dan melawan nafsu
8. Selalu berdzikir dengan dzikir pagi dan petang
9. Hendaknya dia membawa bekal lebih jika dia termasuk orang yang mampu.
10. Hendaknya dia selalu menjaga kewajiban-kewajiban syari‟ah
Kelima rukun ini disebutkan secara berurutan sesuai dengan urgensinya masing-
masing. Dimulai dengan dua kalimah syahadah yang merupakan asas bagi setiap amal yang
digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allaah Ta'ala. Kemudian shalat yang
dilakukan berulang-ulang sebanyak lima kali sehari semalam. Sehingga shalat merupakan
hubungan kuat antara seorang hamba dengan Rabbnya. Kemudian zakat yang wajib
dikeluarkan dari harta jika telah berlalu satu tahun, sebab manfaatnya bisa menyebar.
Kemudian puasa yang wajib dalam satu bulan dalam satu tahun, merupakan ibadah fisik yang
manfaatnya hanya bersifat pribadi. Kemudian Hajji yang wajib sekali dalam seumur hidup.
2. HADIS ARBA’IN KE-4
ُ صاد
ِق َّ َو ُه َو ال-سلَّ َمَ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ -َِّللاَّ سو ُل ُ َح َّدثَنَا َر:َقَال-ُع ْنه َ َُّللا
َّ ي َ ضِ َر-َّللاِ ب ِْن َم ْسعُو ٍد َّ ع ْب ِد
َ الرحْ َم ِن َ ع ْن أَبِي
َّ ع ْب ِد َ
ْضغَةً ِمث َل ُ ُ ُ َ
ْ ث َّم يَك ْون ُم، َعلقة ِمث َل ذلِك ْ ً َ َ ُ ُ ُ ً َ ْ ُ َ ُ ْ ُ ْ
َ ث َّم يَك ْون، إِن أ َح َدك ْم يُجْ َم ُع خَلقهُ فِي بَط ِن أ ِم ِه أ ْربَ ِعيْنَ يَ ْو ًما نطفة:صدُوق ُ َ َّ ُ ْ ْال َم
َ ي أ َ ْو
،ٌس ِع ْيد ٌّ ش ِق
َ َو،ع َم ِل ِهَ َو، َوأ َ َج ِل ِه،ب ِر ْزقِ ِه ِ ْ َويُؤْ َم ُر بِا َ ْربَعِ َك ِل َماتٍ؛ بِ َكت،الر ْو َح ُّ فَيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه، ُس ُل إِلَ ْي ِه ْال َملَك َ ث ُ َّم ي ُْر، ََذلِك
َ فَيَ ْسبِ ُق،ٌ إِ َّن أ َ َح َد ُك ْم لَيَ ْع َم ُل بِعَ َم ِل أ َ ْه ِل ْال َجنَّ ِة َحتَّى َما يَ ُك ْونَ بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ َها إِالَّ ذ َِراع،ُغي ُْره
علَ ْي ِه َ ََّللا الَّذِي الَ إِلَه ِ َّ فَ َو
،ٌار َحتَّى َما يَ ُك ْونَ بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ َها إِالَّ ذ َِراع ِ َّ َوإِ َّن أ َ َح َد ُك ْم لَيَ ْع َم ُل بِعَ َم ِل أ َ ْه ِل الن،ار فَيَ ْد ُخلُ َها ِ َّ فَيَ ْع َم ُل بِعَ َم ِل أ َ ْه ِل الن،َاب ُ ْال ِكت
فَيَ ْع َم ُل بِعَ َم ِل أ َ ْه ِل ْال َجنَّ ِة فَيَ ْد ُخلُ َها،َاب ُ علَ ْي ِه ْال ِكت َ فَيَ ْسبِ ُق
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda kepada kami, dan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah orang yang benar (ucapannya) dan dibenarkan,
“Sesungguhnya (materi) penciptaan salah seorang dari kalian (manusia)
dikumpulkan (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala) dalam rahim ibunya selama empat
puluh hari, berupa nuthfah (air mani laki-laki dan wanita yang telah bercampur),
kemudian nuthfah tersebut (berubah) menjadi ‘alaqah (segumpal darah beku yang
menempel pada rahim) selama empat puluh hari (berikutnya), kemudian ‘alaqah
tersebut (berubah) menjadi mudhgah (segumpal daging) selama empat puluh hari
(berikutnya), lalu diutus padanya malaikat yang kemudian meniupkan ruh padanya,
dan malaikat itu diperintahkan untuk menuliskan empat kalimat (ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala baginya, yaitu): rezeki, ajal, amal
perbuatan dan (apakah kemudian hari dia termasuk) orang yang celaka (masuk
neraka) atau orang yang berbahagia (masuk surga). Maka demi Allah yang tidak ada
sesembahan yang benar kecuali Dia, sungguh salah seorang dari kamu benar-benar
ada yang beramal dengan amalan orang-orang yang akan masuk surga, sampai-
sampai jarak yang memisahkan antara dirinya dan surga hanya (tinggal) satu hasta
(sangat dekat sekali), akan tetapi ketentuan (yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala
tetapkan baginya) mendahuluinya, maka (di akhir hidupnya) dia melakukan
perbuatan orang-orang yang akan masuk neraka (maksiat), sehingga dia pun masuk
neraka. Dan (sebaliknya) sungguh salah seorang dari kamu benar-benar ada yang
melakukan perbuatan orang-orang yang akan masuk neraka, sampai-sampai jarak
yang memisahkan antara dirinya dan neraka hanya (tinggal) satu hasta (sangat dekat
sekali), akan tetapi ketentuan (yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan
baginya) telah mendahuluinya, maka (di akhir hidupnya) dia melakukan amalan
orang-orang yang akan masuk surga, sehingga dia pun masuk surga”. (Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim)
B. Penjelasan Hadis
Dia (manusia) diciptakan dari air yang dipancarkan. [QS. Ath-Thariq: 6].
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami
letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim).[QS. Al-Mursalat: 20-21].
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna…[QS.
Al-Hajj: 5].
Dan maksud dari “…segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang
tidak sempurna…” adalah segumpal daging yang sudah terbentuk (manusia)
dan yang belum terbentuk. Dan ayat lain yang lebih jelas dalam menerangkan
tahapan-tahapan penciptaan manusia adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
dalam surat Al-Mu’minun,
طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَاْ ُّ) ث ُ َّم َخلَ ْقنَا الن١٣( ين ٍ طفَةً فِي قَ َر ٍار َم ِك ْ ُ) ث ُ َّم َج َع ْلنَاهُ ن١٢( ين ٍ ساللَ ٍة ِم ْن ِط
ُ سانَ ِم ْن َ َو َل َق ْد َخ َل ْقنَا اإل ْن
ْ
َس الخَا ِلقِينُن َ
َ َّْللاُ أح َّ َارك َ َ ً ْ ْ ْ َ ُ
َ َام لحْ ًما ث َّم أنشَأنَاهُ خَلقا آخ ََر فتب َ َ ْ َ َ َ
َ ضغَة ِعظا ًما فكَ ْ
ْ ضغَةً فَ َخلقنَا ال ُم
ْ َ ْ ْالعَلَقَةَ ُم
َ س ْونَا ال ِعظ
4. Dalam hadits ini diterangkan bahwa setelah terjadinya tiga tahapan tersebut -
yang lamanya seratus dua puluh (120) hari-, ditiupkan padanya ruh. Dengan
demikian terjadilah manusia yang hidup, yang sebelumnya ia mati. Dan dalam
Al-Qur’anul Karim dijelaskan bahwa manusia mengalami dua kehidupan dan
dua kematian. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang orang-
orang kafir,
َ قَالُوا َربَّنَا أ َ َمتَّنَا اثْ َنتَي ِْن َوأَحْ َي ْيتَنَا اثْنَتَي ِْن فَا ْعت ََر ْفنَا بِذُنُوبِنَا فَ َه ْل إِلَى ُخ ُروجٍ ِم ْن
سبِي ٍل
Mereka menjawab, “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan
telah menghidupkan kami dua kali (pula)…“.[QS. Al-Mu’min: 11].
Kematian pertama adalah sebelum janin (manusia) ditiupkan padanya ruh. Dan
kehidupan pertama dimulai dari ditiupkannya ruh hingga sampai ajal seseorang
(mati). Dan kematian kedua dimulai dari matinya seseorang (di dunia ini) hingga
terjadinya hari kebangkitan. Dan kematian ini tidak bertentangan dengan
kehidupan barzakhiyyah (di alam kubur) yang jelas telah diterangkan dalam Al-
Kitab dan As-Sunnah. Kemudian kehidupan yang kedua adalah kehidupan yang
terjadi setelah hari kebangkitan (kehidupan akhirat). Dan kehidupan ini (akhirat)
adalah kehidupan yang terus-menerus dan tidak akan pernah ada kematian lagi
setelahnya. Dan keadaan keempat tahapan dalam penciptaan manusia ini
diterangkan oleh Allah dalam firman-Nya,
َ َوه َُو الَّذِي أَحْ يَا ُك ْم ث ُ َّم ي ُِميت ُ ُك ْم ث ُ َّم يُحْ ِيي ُك ْم ِإ َّن اإل ْن
سانَ لَ َكفُور
Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu,
kemudian menghidupkan kamu (lagi). Sesungguhnya manusia itu benar-benar
sangat mengingkari nikmat. [QS. Al-Hajj: 66].
Dan firman-Nya,
َاَّللِ َو ُك ْنت ُ ْم أ َ ْم َواتًا فَأَحْ َيا ُك ْم ث ُ َّم ي ُِميت ُ ُك ْم ث ُ َّم يُحْ ِيي ُك ْم ث ُ َّم ِإلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُون
َّ ْف تَ ْكفُ ُرونَ ِب
َ َكي
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, laluAllah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?[QS. Al-Baqarah: 28].
Dan jika bayi dilahirkan dari perut ibunya dalam keadaan mati setelah ia
berumur ditiupkannya ruh (yakni; 120 hari), maka berlaku baginya hukum-
hukum melahirkan. Bayi tersebut wajib dimandikan, dishalatkan, dan ibunya
telah selesai dari masa ‘iddah, dan ia pun mengalami nifas. Adapun jika bayi
tersebut keguguran sebelum ia berumur ditiupkannya ruh (yakni; sebelum 120
hari), maka tidak berlaku baginya hukum-hukum ini.
Ketiga, orang yang permulaannya baik, namun akhirnya buruk. Seperti orang
yang tumbuh berkembang dalam ketaatan kepada Allah, kemudian sebelum mati
ia justru murtad (keluar) dari Islam, dan akhirnya pun ia mati dalam keadaan
murtadnya.
Segala puji bagi Allah Yang telah menyelamatkannya dari neraka.Dan hadits ini
dalam Shahih Al-Bukhari (1356). Dan dua keadaan yang terakhir inilah yang
ditunjukkan oleh hadits (keempat) ini.
Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah kami tidak akan
menyianyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan
yang baik.[QS. Al-Kahfi: 30].
Zhahir ayat ini menunjukkan bahwa amal shalih dari orang yang ikhlas
mengamalkannya akan diterima (oleh Allah). Dan jika (amalan seseorang)
diterima (oleh Allah) dengan janji Rabb Yang Mahamulia, ia akan aman dari su-
ul khatimah (penutupan yang buruk).
Pertama; hal itu memang dapat terjadi jika syarat-syarat diterimanya amalan dan
husnul khatimah (penutupan yang baik) terpenuhi. Namun ada kemungkinan
pula bahwa orang yang beriman dan berbuat ikhlas dalam beramal tidak akan
diakhiri kehidupannya kecuali dengan kebaikan.
Kedua; akhir (penutupan) yang buruk berlaku untuk orang yang berbuat buruk
dalam beramal. Atau amalannya tercampur dengan perbuatan riya’ (ingin dilihat
orang lain ketika beramal) atau sum’ah (ingin didengar orang lain ketika
beramal). Hal ini ditunjukkan oleh hadits lain yang berbunyi,
Maksudnya; sesuai dengan yang tampak pada manusia berupa zhahir yang baik,
namun dengan batin (sesuatu yang tidak tampak pada manusia) yang buruk dan
busuk. Wallahu A’lam“.
C. Faedah Hadis