BAB IV
A. Hasil Penelitian
diabetes melitus, pasien lama maupun baru ± sebanyak 996 pasien dan
Mei 2016 sekitar 322 orang yang terdeteksi, dengan rincian 157 pasien
yang terdaftar menjadi anggota prolanis dan hanya sekitar 70 pasien yang
sebanyak 165 pasien yang terdiri dari pasien umum yang tidak mengikuti
2. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
terdistribusi merata atau dikatakan bahwa data karakteristik pada tabel di atas
perempuan dengan tingkat pendidikan SMP, tidak bekerja (ibu rumah tangga
pada kelompok intervensi dan kontrol memiliki nilai IMT kategori normal.
edukasi diet.
yang tidak baik sebanyak 27 (67,5%) responden, dan perilaku yang tidak baik
edukasi diet.
Kelompok (n = 40)
Variabel Intervensi Kontrol Total p value
(%) (%) (%) (CI 95 %)
Pengetahuan
Baik 16 (80) 5 (25) 21 (52,5) 0,463
Kurang 4 (20) 15 (75) 19 (47,5) (1,36 – 1,69)
Sikap
Baik 14 (70) 10 (50) 24 (60) 0,65
Tidak Baik 6 (30) 10 (50) 16 (40) (1,44 – 1,76)
Perilaku
Baik 13 (65) 9 (45) 22 (55) 0,257
Tidak Baik 7 (35) 11 (55) 18 (45) (1,39 – 1,71)
responden, sikap yang baik sebanyak 24 (60%) responden, dan perilaku yang
90% 80%
80%
70% 65%
70%
60%
50%
Sebelum
40%
Sesudah
30%
30% 20%
20%
10%
10%
0%
Pengetahuan Sikap Perilaku
pengetahuan, sikap dan perilaku sebelum dan sesudah dilakukan edukasi diet
mengalami peningkatan sebesar 70%, sikap yang baik meningkat 40% dan
60%
50%
50% 45%
40%
35% 30%
30% 25% Sebelum
20% Sesudah
20%
10%
0%
Pengetahuan Sikap Perilaku
dengan kategori baik mengalami peningkatan sebesar 5%, sikap yang baik
2. Analisis Bivariat
berdistribusi normal, maka uji statistik yang digunakan adalah uji non
parametrik (hasil uji statistik terlampir). Uji statistik yang digunakan untuk
Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Skor Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pengaturan Makan
pada Penderita DM Tipe 2 Sebelum dan Sesudah dilakukan Edukasi Diet
pada Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kendal 02 (n=20)
Sebelum Sesudah
Variabel Z-Test p value CI 95%
Mean±SD Mean±SD
Pengetahuan 5,00±2,052 8,70±1,174 -3,742 0,000* 6,05 – 7,65
Sikap 26,50±4,718 31,65±5,77 -2,828 0,005* 27,21 – 30,94
Perilaku 1,70±0,801 2,45±0,826 -3,00 0,003* 1,79 – 2,36
*) p-value < 0,05 based on wilcoxon signed ranks test n = jumlah responden
Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji beda antara pengetahuan, sikap dan
dan sesudah edukasi diet menjadi 8,70 dengan p-value 0,000 pada tingkat
kepercayaan 95% antara 6,05 sampai 7,65. Untuk variabel sikap terdapat
perbedaan skor sikap sebelum dan sesudah edukasi diet adalah 26,50 dan
31,65 dengan p-value 0,005 pada tingkat kepercayaan 95% antara 27,21
sampai 30,94 dan pada variabel perilaku juga terdapat perbedaan skor
95
perilaku sebelum dan sesudah edukasi diet 1,70 dan 2,45 dengan p-value
Tabel 4.5 Hasil Uji Beda Skor Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pengaturan Makan
pada Penderita DM Tipe 2 Sebelum dan Sesudah dilakukan Edukasi Diet
pada Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Kendal 02 (n=20)
Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji beda antara pengetahuan, sikap dan
intervensi yaitu 5,95 dengan p-value 0,024 pada tingkat kepercayaan 95%
antara 5,37 sampai 6,53. Untuk variabel sikap terdapat perbedaan skor sikap
sebelum dan sesudah edukasi diet adalah 26,0 dan 27,50 dengan p-value
0,083 pada tingkat kepercayaan 95% antara 25,09 sampai 28,41 dan pada
variabel perilaku tidak terdapat perbedaan skor perilaku sebelum dan sesudah
edukasi diet yaitu 2,05 dengan p-value 0,083 pada tingkat kepercayaan 95%
Tabel 4.6 Perbandingan Skor Rata-rata Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pengaturan
Makan pada Penderita DM tipe 2 Sesudah dilakukan Edukasi Diet antara
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas
Kendal 02 (n1=20) (n2=20)
Kelompok
Z-Test p value CI 95%
Variabel Intervensi Kontrol
Mean±SD Mean±SD
Pengetahuan 8,70±1,17 5,95±1,84 -2,115 0,034* 5,91 – 6,89
Sikap 31,65±5,76 27,50±5,27 -0,668 0,504 26,67 – 29,16
Perilaku 2,45±0,82 2,05±0,945 -0,454 0,650 1,86 – 2,26
*) p-value < 0,05 based on mann-whitney test n = jumlah responden
adalah 8,70 dan 5,95. Tingkat kepercayaan 95% skor perbedaan pengetahuan
edukasi diet antara 5,91 sampai 6,89. Pada variabel sikap, terdapat perbedaan
skor sikap antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah edukasi
diet adalah 31,65 dan 27,50 dengan tingkat kepercayaan 95% skor perbedaan
sikap antara 26,67 sampai 29,16. Pada variabel perilaku terdapat perbedaan
edukasi diet adalah 2,45 dan 2,05 pada tingkat kepercayaan antara 1,86
sampai 2,26.
tidak terdapat perbedaan signifikan dengan p-value sikap (0,504) dan p-value
perilaku (0,650).
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Usia
pada aspek fisik dan psikologis (mental) seseorang yang nantinya dapat
usia-usia yang cukup dewasa pola pikir seseorang akan meningkat. Pada
usia ini akan lebih dapat mengetahui informasi yang sedang berkembang
b. Jenis Kelamin
dan struktur aktivitas antara pria dan wanita. Pada penelitian ini,
lebih memperhatikan dan peduli pada kesehatan mereka dan lebih sering
c. Pendidikan
yang lebih sehat dan layanan kesehatan yang bersifat pencegahan dan
gizi.
d. Pekerjaan
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
102
responden yang bekerja. Hal ini juga dikaitkan dengan aktivitas yang
e. Penghasilan
yang kurang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rantung (2013) yang
f. Lama menderita DM
g. Edukasi sebelumnya
(Notoatmodjo, 2007; Potter & Perry, 2009; Smeltzer & Bare, 2008).
dari rumah sakit ke rumah (Falvo, 2004; Potter & Perry, 2009). Peran
pencegahan.
jumlah, jenis dan jadwal makan atau dikenal dengan istilah 3J. Hasil
akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental), dalam
melitus.
diet dan aktivitas fisik dinilai lebih baik pada pendekatan kelompok.
kelompok biayanya lebih murah, kepuasan pasien lebih besar, dan sedikit
lebih efektif untuk perubahan perilaku dan gaya hidup seperti diet dan
dan jelas sehingga lebih banyak hal yang bisa diulas tentang informasi
sama dari Mubarti, dkk (2013) yang menyatakan bahwa edukasi gizi
memerlukan waktu yang lama (Irmayanti, 2007). Faktor lain yang dapat
daripada ibu yang masih bekerja secara aktif. Faktor umur yang sebagian
umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis
informasi tentang diet yang diperoleh antara satu orang dengan yang
pengetahuan.
merupakan pencapaian pada status gizi yang baik dan sangat penting
individu memiliki pola makan yang mengandung zat gizi yang dapat
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
badan, jenis kelamin, umur, dan aktivitas fisik penderita diabetes melitus
berat badan ideal. Jika modifikasi diet diaplikasikan secara benar, dapat
sebesar 40% sesudah dilakukan edukasi diet, sedangkan pada diagram 4.4
edukasi diet pada penderita diabetes melitus tipe 2, hal ini berarti bahwa
edukasi diet dapat meningkatkan sikap yang baik pada penderita diabetes
melitus tipe 2.
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya, media massa atau media
faktor emosional.
baik pada responden setelah diberikan edukasi diet. Hasil penelitian ini
sikap pada penderita dibetes melitus tipe 2 dengan nilai (p-value = 0,000)
dan tidak ada pengaruh edukasi terhadap pengontrolan kadar gula darah
kadar gula darah terkontrol setelah edukasi gizi. Dari penelitian ini dapat
tidak terdapat peningkatan sikap setelah edukasi gizi pada responden, hal
2013).
penderita diabetes melitus tipe 2, dan intervensi edukasi diet ini sebaiknya
dilakukan lebih dari satu kali serta dengan menggunakan bantuan leaflet,
sebesar 45% sesudah dilakukan edukasi diet, sedangkan pada diagram 4.4
penguatan praktik dan pengalaman tertentu (Potter & Perry, 2009). Data
dari tidak baik menjadi baik, salah satunya dapat dilakukan dengan
diabetes melitus.
Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup
(Perkeni, 2011).
Hal ini terkait dengan penelitian tentang perilaku dari Rogers yang
2004).
whitney test bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan skor rata-
penelitian ini menggunakan form Food Recall 1x24 yang mana memiliki
yang sebagian besar adalah SMP 90% dan Perguruan Tinggi 10%,
ekonomi yang baik yaitu diatas UMR (>Rp. 1.400.000), dimana dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan pendapatan yang lebih baik
121
sikap dan perilaku petugas kesehatan, tokoh masyarakat yang baik juga
Hasil dari penelitian ini masih terdapat perilaku tidak baik pada
yang belum bisa mematuhi jadwal makan sesuai anjuran dari petugas
kesehatan, hal ini dibuktikan dengan jawaban responden masih ada yang
makan pagi diatas jam 10, jarak antara makan besar dengan makanan
selingan kurang dari atau lebih dari 3 jam, makan besar hanya 2 kali
diabetes dan obat-obatan dalam keadaan khusus secara aman dan teratur,
(Sukardji, 2009).
gula darah, dan menurunkan kadar gula darah pasien DM tipe 2 yang
C. Keterbatasan Penelitian
menjadi bias.
cenderung baik.