Anda di halaman 1dari 3

Tentang Hidup

Oleh: Devy Mirnawaty


Waktu menunjukkan pukul 3 pagi, di mana banyak orang masih terlelap
dalam tidurnya menikmati indahnya mimpi dipagi hari. Sedangkan Anggi, Ayah,
dan Ibunya telah bersiap untuk pergi ke suatu tempat.

Hari itu adalah pertama kalinya Anggii pergi ke tempat itu. Tempat di
mana Anggi bisa merasakan mempunyai teman yang sama-sama ingin
mendapatkan haknya masing-masing.

Udara dingin menyelimuti perjalanan. Tibalah mereka dipemberhentian


pertama yaitu kota Padalarag Bandung. Selagi menunggu bus kota, Ayah Anggi
membeli tahu crispy untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan
karena belum sempat sarapan. Setelah lama menunggu, akhirnya bus kota pun
tiba.

Saat diperjalanan, kepala Anggi tidak bisa diam. Dia terus saja menoleh
ke kanan dan ke kiri melihat jalanan tol yang begitu ramai. Sesekali ia selalu
menanyakan kepada ibunya mengenai jalanan yang mereka lalui.

Setelah setengah jam kemudian merekapun tiba dipemberhentian yang


kedua yaitu kota Paster Bandung. Waktu telah menunjukkan pukul 08.30 WIB.
Lalu mereka melanjutkan perjalanannya kembali dengan menaiki angkot
jurusan gunung batu.

Setibanya dipemberhentian terakhir. Kicauan burung menyambut


kedatangan mereka. Lalu, Anggi beserta Ayah dan Ibunya turun dari angkot
tersebut.

“Ibu, apakah kita sudah sampai?” tanya Anggi

“Iya, kita sudah sampai.”

“Apakah ini benar benar tempat tujuan kita bu?” tanya Anggi kembali dengan
penuh keheranan

“Iya benar, memangnya kenapa? Apakah kamu takut?”


“Tidak bu.” Jawab Anggi dengan suara pelan

Kemudian mereka masuk kedalam tempat tersebut. Anggi terus


memegang tangan Ibunya karema sejujurnya ia takut sekali masuk ke dalam
tempat tersebut. Memang wajar Anggi merasa takut. Karena tempat yang
mereka datangi adalah sebuah “Rumah Sakit Mata Ciceno Baandung”.

Rumah sakit cicendo merupakan rujukan dari rumah sakit yang


sebelumnya. Karena saat Anggi menjalani pengobatan di rumah sakit tersebut.
Mata Anggi belum juga membaik, malah penglihatannya semakin buram. Oleh
karena itu, Ibu meminta kepada dokter agar Anggi dirujuk ke rumah sakit mata
cicendo. Karena rumah sakit itu merupakan pusat mata nasional.

Saat memasuki rumah sakit, Anggi terkejut melihat banyak sekali orang
yang sedang menunggu untuk dipanggil. Sang ibu lalu menanyakan kepada
satpam mengenai cara pendaftaran. Lalu satpam itu menunjuk ke ruangan
kaca. Dan di sana Ibu mulai mengisi formulir pendaftarannya. Anggi melihat ke
sekeliling ruangan rumah sakit. Dan Anggi berbicara pada dirinya sendiri
“Ternyata bukan aku saja yang memiliki kelainan pada mata, bahkan banyak
diantara mereka yang sudah tidak bisa lagi melihat.”

Selesai mengisi formulir pendaftaran, Ibu medapat nomer antrian A62.


Lalu, sang Ibu memanggil Anggi dan Ayah untuk duduk bersamanya menunggu
dipanggil oleh pihak rumah sakit. Setelah menunggu hampir 1 jam akhirnya
nomer antrian A62 dipanggil.

Merekapun naik ke lantai 4. Lagi lagi harus menunnggu uuntuk dipanggil


ke ruangan 1 yaitu pemeriksaan awal. Perasaan Anggi mulai tidak tenang,
jantungnya berdegup sangat kecang, tubuhnya lemas, dan badannya menggigil
saking menahan rasa takut. Sang Ibu yang mengetahui hal itu langsung
memeluk tubuh Anggi dan mengatakan “Tenang nak, ini hanya pemeriksaan
biasa, jangan takut ya! Ibu selalu di samping kamu kok.” Lalu, Anggi tersenyum.

Setelah melakukan pemeriksaan awal secara teliti di ruangan 1,


selanjutnya Anggi,Ayah dan Ibu masuk ke ruangan 2 untuk dilakuan
pemeriksaan dokter. Saat di dalam ruangan, dokter melakukan pemeriksaan
lagi terhadap mata Anggi. Dokter menjelaskan bahwa mata kanan Anggi harus
segera dilakukan tindakan operasi. Seketika air mata membasahi pipi Anggi
karena tidak kuat menahan sedih yang terpendam dalam hatinya. Lalu, dokter
memutuskan untuk diilaksanakan operasi pada tanggal 28 Desember 2016.

Anggi memulai operasi pada jam 10.30 WIB. Selama berjalannya operasi
Anggi didampingi oleh Ibunya. Sang Ibu selalu mendo’akan yang terbaik untuk
Anggi. Operasi hanya berjalan setengah jam namun Anggi tersadar pada pukul
13.00 WIB. Saat Anggi membuka mata kirinya ia melihat sosok Ibu yang berdiri
di sampingnya dengan mata yang berlinang linang.

Operasi Anggi telah selesai dilakukan. Dan ia bersyukur operasinya


berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala apapun juga. Namun Anggi
masih melakukan pemeriksaan setiap bulan, agar matanya bisa selalu
terpantau akan kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai