Anda di halaman 1dari 13

Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

HUBUNGAN SELF CARE DENGAN KUALITAS


HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS
Reny Chaidir 1*, Ade Sry Wahyuni2, Deni Wahyu Furkhani3
Program Studi Ilmu Keperawatan,Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi
Email: renychaidir@yahoo.co.id*

Submitted :29-10-2016, Reviewed:01-11-2016, Accepted:12-01-2017


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1357

ABSTRAK
Indonesia merupakan daerah terbanyak nomor dua penderita diabets melitus di kawasan Asia
Tenggara dengan angka kejadian sebesar 9,116.03 kasus. Puskesmas Tigo Baleh angka kunjungan
penderita diabetes melitus pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebesar 408 kunjungan.
Pasien diabetes melitus rentan mengalami komplikasi yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula
darah. Peningkatan kadar gula darah dapat dicegah dengan melakukan self care terdiri dari
pengaturan diet, olah raga, terapi obat, perawatan kaki, dan pemantauan gula darah. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan self care dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yang dilakukan terhadap
89 orang responden dengan menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner The Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) dan kuesioner The
Diabetes Quality of Life Brief Clinical Inventory. Hasil penelitian ini menggunakan uji product
moment (pearson correlation), diperoleh nilai r = 0.432. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
terdapat hubungan antara self care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Tigo Baleh yang berbanding lurus dan memiliki tingkat korelasi yang sedang. Terdapat
faktor yang mempengaruhi korelasi dengan kualitas hidup. Diharapkan agar pasien diabetes melitus
dapat meningkatkan aktivitas self care sehingga dapat menjalankan kehidupan secara normal.

Kata kunci : Diabetes mellitus; kualitas hidup; self care

ABSTRACT
Indonesia is the second largest area diabets mellitus patients in Southeast Asia with the incidence of
9,116.03 case. Puskesmas Tigo Baleh visiting number of diabetes mellitus in 2015 experienced an
increase in the amount of 408 visits. The patient is susceptible to diabetes mellitus complications
caused by increased levels of blood sugar. The increase in blood sugar levels can be prevented by
doing self-care consists of settings of diet, exercise, drug therapy, foot care, and monitoring of the
blood sugar. The purpose of this research is to know the existence of the relationship of self-care and
the quality of life of patients with diabetes mellitus . This research using cross sectional conducted on
89 respondents using simple random sampling technique. Data collection using the questionnaire The
Summary of Diabetes self-care Activities (SDSCA) and questionnaire The Diabetes Quality of Life the
Brief Clinical Inventory. The results of this research to use test product moment (Pearson correlation),
obtained a value of r = 0.432. The conclusion from this study is there is a relationship between self-
care and the quality of life of patients with diabetes mellitus in working area of Community Health
Center Tigo Baleh that is proportional and has the level of correlation. There are factors that affect
the correlation with quality of life. It is expected that the patients of diabetes mellitus can increase the
activity of self-care so that life can run normally.

Keywords : Diabetes mellitus, self care, and quality of life

Kopertis Wilayah X 132


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

PENDAHULUAN banyak terjadi pada usia 55-59 tahun.


Menurut American Diabetes Puskesmas Tigo Baleh memiliki 8
Association (ADA) 2010, diabetes wilayah kerja dimana, 5 diantaranya
melitus (DM) merupakan suatu kelompok merupakan wilayah kerja yang memiliki
penyakit metabolik dengan karakteristik jumlah kunjungan pasien diabetes melitus
hiperglikemia yang terjadi karena terbanyak yaitu 244 kunjungan dengan
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau jumlah pasien baru yang pergi berobat
kedua-duanya. Gejala umum dari diabetes adalah 156 kasus.
melitus adalah poliuria, polifagia,
polidipsia. Klasifikasi dari diabetes Pasien diabetes melitus yang tidak
mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1, dikelola dengan baik akan meningkatkan
Diabetes Mellitus Tipe 2, Diabetes resiko terjadinya komplikasi, karena
Mellitus Tipe Gestasional, dan Diabetes pasien diabetes melitus rentan mengalami
Mellitus Tipe Lainnya. Jenis diabetes komplikasi yang diakibatkan karena
mellitus yang paling banyak diderita terjadi defisiensi insulin atau kerja insulin
adalah Diabetes Mellitus Tipe 2, dimana yang tidak adekuat (Smeltzer et all, 2009).
sekitar 90- 95% orang mengidap penyakit Komplikasi yang ditimbulkan bersifat
ini (Black & Hawks; ADA, 2010). akut maupun kronik. Komplikasi akut
terjadi berkaitan dengan peningkatan
Menurut Internatonal Diabetes kadar gula darah secara tiba-tiba,
Federatiaon (IDF) (2014), kawasan Asia sedangkan komplikasi kronik sering
Pasifik merupakan kawasan terbanyak terjadi akibat peningkatan gula darah
yang menderita diabetes melitus, dengan dalam waktu lama (Yudianto, 2008).
angka kejadianya 138 juta kasus (8.5%). Ketika penderita diabetes melitus
IDF memperkirakan pada tahun 2035 mengalami komplikasi, maka akan
jumlah insiden DM akan mengalami berdampak pada menurunnya Umur
peningkatan menjadi 205 juta kasus di Harapan Hidup (UHP), penurunan
antara usia penderita DM 40-59 tahun kualitas hidup, serta meningkatnya angka
(IDF, 2014). Indonesia berada di posisi kesakitan (Nwankwo et all, 2010).
kedua terbanyak di kawasan Asia
Tenggara. Menurut IDF (2014) angka Menurut Yudianto (2008) kualitas
kejadian diabetes melitus di Indonesia hidup merupakan perasaan puas dan
sebesar 9,116.03 kasus. bahagia sehingga pasien diabetes melitus
dapat menjalankan kehidupan sehari-hari
Menurut data Riskesda Sumbar dengan semestinya. Terdapat beberapa
(2013), kejadian diabetes melitus aspek yang dapat mempengaruhi kualitas
merupakan kejadian yang mengalami hidup, aspek tersebut adalah adanya
peningkatan, hal ini dapat dilihat pada kebutuhan khusus yang terus- menerus
tahun 2007 persentase angka kejadian berkelanjutan dalam perawatan DM,
diabetes melitus sebesar 1.2% dan gejala apa saja yang kemungkinan
meningkat ditahun 2013 menjadi 1.8% muncul ketika kadar gula darah tidak
(Riskesda Sumbar, 2013). Menurut data stabil, komplikasi yang dapat timbul
yang peneliti peroleh di Puskesmas Tigo akibat dari penyakit diabetes dan
Baleh Kota Bukitinggi kejadian diabetes disfungsi seksual (Yudianto, 2008).
melitus merupakan kasus yang terbanyak. Aspek tersebut dapat dicegah apabila
Angka kejadian diabetes melitus pada pasien tersebut dapat melakukan
tahun 2014 adalah 323 kunjungan. Data pengontrolan yang baik dan teratur
tersebut mengalami peningkatan ditahun melalui perubahan gaya hidup yang
2015 menjadi 408 kunjungan dan menurut teratur, tepat dan permanen. Sehingga
kategori umur kejadian diabetes melitus tidak terjadi komplikasi yang dapat

Kopertis Wilayah X 133


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

menurunkan kualitas hidup pasien Perawatan kaki bertujuan untuk


diabetes melitus dan dapat menjalankan mencegah terjadinya kakidiabetik.
kehidupan sehari-hari dengan semestinya Latihan fisik bertujuan untuk
(Utami et all, 2014). meningkatkan kadar sensitivitas reseptor
Namun kenyataanya penurunan insulin sehingga dapat beraktivitas
kualitas hidup pada pasien diabetes dengan baik. Aktivitas yang dilakukan
melitus sering diikuti dengan ketidak oleh pasien Diabetes Melitus lebih
sanggupan pasien tersebut dalam mengutamakan pengotrolan gula darah
melakukan perawatan diri secara mandiri dan pencegahan komplikasi sehingga self
yang biasanya disebut dengan self care. care sangat penting bagi pasien diabetes
Ketidaksanggupan pasien diabetes melitus, baik Diabetes Melitus tipe 1
melitus dalam melakukan self care dapat maupun Diabetes tipe 2.
mempengaruhi kualitas hidup dari segi
kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, Teori self care merupakan teori
hubungan sosial, dan hubungan dengan yang dikemukakan oleh Dorothea Orem
lingkungan (Kusniawati, 2011). Self care (1959). Menurut Orem self care dapat
yang dilakukan pada penderita diabetes meningkatkan Peningkatan fungsi-fungsi
melitus lebih dititik beratkan pada manusia dan perkembangan dalam
pencegahan komplikasi dan pengontrolan kelompok sosial yang sejalan dengan
gula darah. Apabila self cere dilakukan potensi manusia, tahu keterbatasan
dengan baik maka secara tidak langsung manusia, dan keinginan manusia untuk
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien menjadi normal. Penyimpangan pada self
diabetes melitus sehingga dapat care biasanya dapat terlihat pada saat
menjalankan aktifitas sehari-hari dengan terjadinya penyakit. Penyakit tersebut
normal. dapat mempengaruhi struktur tubuh
tertentu dan fisiologisnya atau mekanisme
Self care merupakan gambaran psikologis tapi juga mempengaruhi fungsi
prilaku seorang individu yang dilakukan sebagai manusia (Munawaroh, 2011).
dengan sadar, bersivat universal, dan Jadi apabila self care yang dilakukan
terbatas pada diri sendiri (Weiler & dengan baik maka akan meningkatkan
Janice, 2007 dalam Kusniawati, 2011). kualitas hidup pasien tesebut. Sebaliknya,
Menurut Sigurdardottir (2005); Xu Yin et self care yang dilakukan dengan kurang
all (2008); dan didalam The Summary of baik maka akan memberikan dampak
Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) negatif bagi kulitas hidup pasien diabetes
oleh Toobert, D.J et all (2009), self care melitus. Self care yang dilakukan dengan
yang dilakukan pada pasien diabetes sungguh-sungguh, dapat berdampak baik
melitus meliputi pengaturan pola makan bagi pengingkatan kualitas hidup.
(diet), pemantauan kadar gula darah,
terapi obat, perawatan kaki, dan latihan Menurut Sulistria (2013) dalam
fisik (olah raga). jurnalnya yang berjudul “Tingkat Self
Care Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus
Pengaturan pola makan bertujuan tipe 2 di Puskesmas Kalirungut
untuk mengotrol metabolik sehingga Surabaya”, menjelaskan bahwa tingkat
kadar gula darah dapat dipertahankan self care pasien yang dirawat jalan di
dengan normal. Pemantauan kadar gula Puskesmas Kalirungut Surabaya belum
darah bertujuan untuk mengetahui sepenuhnya dilakukan. Aktivitas seperti
aktivitas yang dilakukan sudah efektif pengaturan pola makan, aktifitas fisik, dan
atau belum. Terapi obat bertujuan untuk terapi sudah baik. Sedangkan pada
mengendalikan kadar gula darah sehingga aktivitas perawatan kaki dan pengotrolan
dapat mencegah terjadinya komplikasi. gula darah self care pasien masih rendah

Kopertis Wilayah X 134


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

(Sulistria, 2013). cara pengendalian gula darah dalam batas


normal karena penyakit ini bersifat
Penelitian lain dilakukan oleh seumur hidup sehingga dapat
Kusniawati (2011) yang berjudul mempengaruhi kualitas hidup. Hasil uji
“Analisis Faktor yang Berkontribusi yang didapatkan pada penelitian ini
Terhadap Self Care Pasien Diabetes pada memperoleh hasil bahwa gambaran
Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah kualitas hidup pasien diabetes melitus
Sakit Umum Tangerang” menyebutkan baik. Sedangkan dilihat dari dimensi
bahwa self care masih belum bisa kualitas hidup sebagian responden merasa
dilakukan secara optimal oleh pasien puas terhadap kesehatan fisiknya,
Diabetes Melitus tipe 2. Aktivitas yang psikologisnya, hubungan sosialnya, dan
seperti pengaturan diet, latihan fisik, dan hubungan dengan lingkungannya. Maka
terapi minum obat sudah dilakukan dari jurnal tersebut dapat disimpulkan
secara penuh. Aktivitas lain seperti bahwa kualitas hidup pasien diabetes
perawatan kaki dan pengecekan gula melitus dapat diketahui berdasarkan
darah belum dilakukan secara optimal. peniliannya terhadap penyakit yang
Perawatan kaki rata- rata responden dideritanya.
melakukannya 3-4 hari, hal ini
diakibatkan karena kurangnya Survey awal yang peneliti lakukan
penegetahuan reponden terhadap pada pasien diabetes melitus yang berobat
pentingnya merawat kaki. Pengecekan di Poli Penyakit Dalam Puskesmas Tigo
gula darah rata-rata responden hanya Baleh kota Bukittinggi. Data yang
melakukannya pada saat melakukan diperoleh dari 10 responden yang
kotrol di rumah sakit. menunjukan masih kurang optimal self
care yang mereka lakukan. Hasil yang
Menurut jurnal yang berjudul didapat, 6 dari 10 responden yang berobat
“Hubungan Self Care Diabetes Dengan mengatakan bahwa aktivitas self care
Kualitas Hidup Pasien Dm Tipe 2 Di yang dapat dilakukan adalah diet, aktifitas
Poliklinik Interna Rumah Sakit Umum fisik, minum obat. Sedangkan pengecekan
Daerah Badung” yang dikemukakan oleh gula darah diasanya dilakukan saat
Inge Ruth S et all (2012). Penelitian ini berobat ke puskesmas. Aktivitas self cere
yang dilakukan di Poliklinik Interna perawatan kaki dari 10 responden hanya
RSUD bandung dengan jumlah sample ada 3 responden yang dapat
85 orang responden. Didapatkan melakukannya. Disamping itu, dari 10
kesimpulan dengan hasil terdapat orang pasien diabetes melitus yang
hubungan yang signifikan antara self care berobat di Poli Penyakit Dalam
dengan kualitas hidup pada pasien Puskesmas Tigo Baleh 7 diantaranya
Diabetes Melitus tipe 2. Hal ini mengalami penurunan kualitas hidup.
menunjukan bahawa apabila self care Menurut pasien yang berobat di
dilakukan dengan baik maka secara tidak Puskesmas Tigo Baleh penyakit
langsung akan meningkatkan kualitas Diabetesnya ini hidup mereka berubah
hidup pasien diabetes melitus. dan mereka merasakan hidupnya dibatasi
oleh penyakitnya tersebut. Berdasarkan
Sedangkan penelitian yang latar belakang diatas, peneliti tertarik
dilakukan oleh Yudianto (2008) tentang melakukan penelitian mengenai
“Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus huihubungan self care dengan Kulitas
di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur” hidup pasien diabetes melitus di wilayah
yang dilakukan pada 50 responden. Beliau kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota
mengatakan bahwa penyakit Diabetes Bukittinggi tahun 2016.
Melitus tidak dapat disembuhkan dengan

Kopertis Wilayah X 135


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

METODE PENELITIAN Tabel 1


Distribusi frekuensi responden
Penelitian ini merupakan penelitian non berdasarkan jenis kelamin
eksperimen dengan metode responden yang menderita diabetes
penelitian observasional (Hidayat, 2009). melitus
Rancangan penelitian ini menggunakan
pendekatan coss sectional. Cross No Jenis Kelamin Frekuensi %
sectional bertujuan untuk
1. Laki-laki 23 25,8
mengidentifikasi veriabel dependen dan
variabel independen yang dilakukan 2. Perempuan 66 74,2
secara bersamaan dengan menggunakan
koesioner. Populasi pada penelitian ini Total 89 100
adalah seluruh pasien diabetes melitus
yang berada diwilayah kerja Puskesmas Berdasarkan tabel. 1 tentang jenis
Tigo Baleh Kota Bukittinggi berjumlah kelamin responden yang menderita
156 orang. Sampel pada peneilitian ini diabetes meitus di wilayah kerja
berjumlah 89 orang yang menderita Puskesmas Tigo Baleh, dapat diketahui
diabetes mellitus usia 55-59 tahun. bahwa dari 89 orang responden sebagian
Sampel tersebut dipilih sesuai dengan besar berjenis kelamin perempuan dengan
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. persentase 74.2% (66 orang responden)
Teknik pengumpulan sampel yang 2. Lama menderita diabetes melitus
digunakan adalah random sampling responden yang menderita diabetes
dengan pendekatan simple random mellitus diwilayah kerja Puskesmas Tigo
sampling. Pengumpulan data Baleh Kota Bukittinggi
menggunakan kuesioner The Summary of Tabel. 2
Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) Distribusi frekuensi responden
untuk mengukur self care dan kuesioner berdasarkan lama menderita Diabetes
The Diabetes Quality of Life Brief Melitus responden yang menderita
Clinical Inventory untuk mengukur diabetes melitus
kualitas hidup. Pengumpulan data No Lama DM Frekuensi %
dikumpulkan dengan cara memberikan
koesioner kepada responden. Data yang 1. < 10 tahun 89 100
dikumpulkan merupakan data primer. 2. ≥ 10 tahun 0 0
Setelah data terkumpul data tersebut
dianalisis dengan menggunakan program Total 89
SPSS sehingga didapatkan analisa 100
bivariate dan analisa univariat. Analisa
univariat menggunakan uji statistik Berdasarkan tabel. 2 tentang lama
parametrik product moment. menderita diabetes melitus responden
yang menderita diabetes melitus di
wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh,
HASIL PENELITIAN diperoleh hasil yaitu dari 89 orang
Karakteristik Responden yang responden seluruhnya menderita diabetes
Menderita diabetes melitus melitus < 10 tahun dengan persentase
1. Jenis Kelamin responden yang 100% (89 orang responden).
menderita diabetes melitus di wilayah Analisa Bivariat
kerja Puskesmas Tigo Baleh kota 1. Self Care responden yang
Bukittinggi menderita diabetes melitus di wilayah
kerja Puskesmas Tigo Baleh kota
Bukittinggi

Kopertis Wilayah X 136


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

Tabel. 3 Uji Univariat


Distribusi frekuensi responden Tabel . 5
berdasarkan Self Care responden yang Besaran Korelasi Dan Tingkat
menderita diabetes melitus Signifikan Antara Self Care Dengan
Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Melitus
No Self care Frekuensi %
Kualitas
1. Rendah 37 41,6
N Self care Hidup pasien T %
2. Tinggi 52 54,8 o B %B %
DM o
ur a t
Total 89 100 1 Rendah Tinggi 29 78. i8 21.
u a
37 1
k 4 k 6 l 0
2 18 3 52
0
Berdasarkan tabel. 3 tentang self . 34. 4 65.
diperoleh hasil yaitu dari 89 orang 6 4 1
responden lebih dari separoh memiliki self 0
care yang tinggi dengan persentase 58.4% 0
(52 orang responden)
Total 47 5 4 4 8 1
2 2 7 9 0
Pearson
, , 0
2. Kualitas Hidup responden yang Correlation:
8 2
menderita diabetes melitus di wilayah ,432
kerja Puskesmas Tigo Baleh kota
Bukittinggi Hubungan keeratan antara self
care dengan kualitas hidup dapat dilihat
dari nilai koefisien korelasi. Nilai
Tabel. 4 koefisien korelasi antara self care dengan
Distribusi frekuensi responden kualitas hidup pasien diabetes melitus di
berdasarkan kualitas hidup responden wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh yaitu
yang menderita diabetes melitus sebesar 0.432 dengan nilai positif.
No Kualitas Frekuensi % Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Hidup terdapat hubungan atau korelasi yang
1. Buruk 47 52,8 berbanding lurus antara self care dengan
2. Baik 42 47,2 kualitas hidup pasien diabetes melitus di
wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh.
Total 89 100 Hasil korelasi ini menunjukkan
semakin tinggi self care, maka semakin
Berdasarkan tabel 5.4 tentang baik kualitas hidup pasien diabetes
kualitas hidup pasien diabetes melitus, melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
diperoleh hasil yaitu dari 89 orang Baleh.Tingkat korelasi antara self care
responden lebih dari separoh memiliki dengan kualitas hidup dapat dilihat dari
kualitas hidup yang buruk dengan nilai koefisien korelasi yaitu sebesar
persentase 52.8% (47 orang responden) 0.432. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
korelasi antara self care dengan kualitas
hidup pasien diabetes melitus di wilayah
kerja Puskesmas Tigo Baleh memiliki
tingkat korelasi yang sedang.

PEMBAHASAN

Kopertis Wilayah X 137


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

A. Karakteristik Responden yang


Menderita Diabetes Melitus Lama Menderita Diabetes Melitus
Jenis Kelamin responden yang responden yang menderita Diabetes
menderita diabetes melitus di wilayah Melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
kerja Puskesmas Tigo Baleh kota Baleh kota Bukittinggi. Hasil yang
Bukittinggi. Hasil yang diperoleh diperoleh dari 89 responden yang
terhadap 89 responden yang mendeita menderita Diabetes Melitus di wilayah
diabetes melitus di wilayah kerja kerja Puskesmas Tigo Baleh,
Puskesmas Tigo Baleh, menunjukkan menunjukkan bahwa seluruh responden
bahwa sebagian besar responden berjenis menderita Diabetes Melitus < 10 tahun.
kelamin perempuan (74.2%). Hasil Rata-rata lama menderita Diabetes
penelitian ini sama dengan penelitian Melitus yaitu 4.11 tahun dengan lama
yang dilakukan oleh Inge Ruth S, et all waktu menderita Diabetes Melitus yang
(2012) dimana 49 orang responden dari 85 tersingkat yaitu 1 tahun dan waktu
orang responden berjenis kelamin terpanjang yaitu 9 tahun. Hasil penelitian
perempuan. Penilitian yang dilakukan ini sama dengan penelitian yang
oleh Kusniawati (2011) juga memiliki dilakuakan oleh Issa & Baiyewu (2006)
hasil penelitian yang sama yaitu dari yang mereka lakukan terhadap pasien
100 orang responden 61 orang Diabetes Melitus tipe 2 dengan hasil yaitu,
diantaranya berjenis kelamin perempuan. pada umunya responden yang menderita
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Diabetes Melitus tersebut sudah
diabetes mellitus sering terjadi pada menderita Diabetes Melitus antara 6
perempuan dibandingkan laki-laki. sampai 8 tahun. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Xu Yin ed
Menurut Damayanti (2010) all (2008) dimana diperoleh hasil yaitu
perempuan memiliki faktor resiko yang rata-rata lama responden yang menderita
menyebabkan terjadinya diabetes melitus. Diabetes Melitus yaitu 7,8 tahun atau < 10
Faktor resiko tersebut yaitu peningkatan tahun. Lama seorang yang menderita
BMI (Body Mass Index), Sindroma siklus diabetes mellitus disebabkan oleh
bulanan (premenstrual syndrome), dan penyakit diabetes melitus merupakan
kehamilan. Perempuan secara fisik penyakit yang kronik dengan masa
memiliki peluang peningkatan BMI (Body sembuhnya yang lama (ADA,2011).
Mass Index) yang lebih besar.
Berdasarkan penelitian yang peneliti Menurut Permana (2009) penyakit
lakukan pada responden yang menderita diabetes melitus merupakan penyakit
diabetes melitus Di wilayah kerja kronis yang akan diderita oleh penderita
Puskesmas Tigo Baleh, peneliti diabetes melitus seumur hidup dan
mendapatkan data lebih banyak memiliki progresivitas yang akan terus
perempuan dibandingkan laki-laki. berjalan sehingga lama - kelamaan
Semantara itu, beberapa responden akan menimbulkan komplikasi.
perempuan tersebut memberikan Lama seseorang yang menderita diabetes
informasi bahwa sebelum menderita mellitus tergantung pada bagaimana
diabetes melitus responden tersebut seseorang tersebut dapat mengotrol kadar
memiliki badan yang gemuk. Namun, gula darahnya karena penyakit diabetes
selama menderita diabetes melitus mellitus tidak dapat
responden tersebut mengalami penurunan disembuhkan namun, hanya dapat
berat badan yang drastis. Selain itu usia dikendalikan dengan melakukan
responden yang berada diantara 55-59 perawatan seumur hidup (Tjokroprawiro,
tahun mebuat responden mudah 2006).
mengalami peningkatan kadar gula darah.

Kopertis Wilayah X 138


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

Penyakit diabetes melitus yang responden rawat jalan di Puskesmas


merupakan penyakit hanya bisa dikontrol Kalirungkut Surabaya adalah tinggi.
sehingga, untuk mencegah terjadinya Manajemen perawatan diri
komplikasi seorang penderita diabetes merupakan modal perawatan yang paling
melitus dituntut untuk bisa mengotrol tepat untuk seseorang yang menderita
kadar gula darahnya. Bentuk pengotrolan penyakit kronik seperti diabtes melitus
kadar gula darah yang dilakukan oleh (Sousa & Zauszniewski, 2005).
responden yang menderita diabetes Perawatan diri pada pasien diabetes
melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo melitus merupakan sesuatu yang sangat
Baleh yaitu membatasi mengkonsumsi penting sebab berperan sebagai
karbohidrat dan mengganti gula biasa pengontrol penyakit dan pencegah
dengan gula khusus untuk diabetes melitu. terjadinya komplikasi (Sigurdardottir,
Menurut responden tingakan yang telah 2005). Menurut Sigurdardottir (2005)
mereka lakukan itu hanya untuk pewaratan diri pada pasien DM terfokus
mengurangi keparahan penyakit yang pada empat aspek yaitu memonitoring
disebabkan oleh diabetes melitus tersebut. kada glukosa darah, variasi nutrisi yang
B. Self Care Responden yang dikonsumsi setiap hari, pengaturan
Menderita Diabetes Melitus Di insulin, serta latihan fisik secara regular.
Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh
Kota Bukittinggi Hasil penelitian yang peneliti
lakukan terhadap self care responden
Gambaran skor self care yang menderita diabetes melitus dengan
terhadap 89 responden yang menderita menggunakan koesioner The Summary of
diabetes melitus di wilayah kerja Diabetes Self Care Activity (SDSCA).
Puskesmas Tigo Baleh menggunakan Hasil yang peneliti diperoleh yaitu,
koesioner The Summary of Diabetes aktivitas self care yang mampu dilakukan
Self Care Activity (SDSCA) yaitu, rata- oleh responden setiap hari adalah
rata skor yang diperoleh adalah 54.42, perencanaan diet, pembatasan jumlah
sedangkan skor yang sering muncul kalori, mengkonsumsi sayuran,
adalah 55. Skor tertinggi yang diperoleh membersihkan kaki, dan
adalah 86, sedangkan skor terendah mengeringkan sela-sela jari kaki setelah
adalah 29. Hasil yang diperoleh dari tabel dicuci.
5.3 tentang tingkat self care pasien
diabetes melitus di wilayah kerja C. Kualitas Hidup Responden yang
Puskesmas Tigo Baleh diperoleh hasil Menderita Diabetes Melitus di Wilayah
yaitu dari 89 responden lebih dari separoh Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota
responden memiliki tingkat self care yang Bukittinggi
tinggi dengan persentase 58.4% (52 orang
responden). Gambaran skor self care
terhadap 89 responden yang menderita
Hasil penelitian ini sama dengan diabetes melitus di wilayah kerja
hasil penelitian yang dilakukan oleh Inge Puskesmas Tigo Baleh menggunakan
Ruth S, et all (2012), dimana diperoleh kuesioner The Diabetes Quality of Life
hasil yaitu dari 85 responden 77.6% (66 Brief Clinical Inventory yaitu, rata-rata
orang responden) memiliki tingkat self skor yang diperoleh adalah 54.82,
care yang tinggi dan selebihnya memiliki sedangkan nilai yang sering muncul
tingkat self care yang rendah. Setara adalah 54. Skor tertinggi yang diperoleh
dengan penelitian yang dilakukan oleh adalah 68, sedangkan skor terendah
Sulistria (2013) diperoleh hasil yaitu adalah 43. Hasil yang diperoleh dari tabel
tingkat self care yang diperoleh dari 25 5.4 tentang kualitas hidup pasien diabetes

Kopertis Wilayah X 139


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo kekhawatiran responden, pernyatan yang


Baleh diperoleh hasil yaitu lebih dari memiliki jawaban terbanyak adalah
separoh responden memiliki kualitas pernyataan tentang seberapa sering
hidup yang buruk dengan persentase responden tersebut memiliki kualitas tidur
52.8%. yang buruk.
Sama dengan penelitian yang D. Hubungan Self Care dengan
dilakukan oleh Inge Ruth S, et all (2012), Kualitas Hidup Responden yang
diperoleh hasil yaitu dari 85 orang menderita Diabetes Melitus di Wilayah
responden 67 orang responden memiliki Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota
kualitas hidup yang buruk. Menurut Inge Bukittinggi
Ruth S, et all (2012) rata-rata responden
merasa hidupnya kurang puas akibat Hasil penelitian yang dilakukan
perubahan fisik yang dialami oleh pasien antara self care dengan kualitas hidup
diabetes melitus. Perubahan fisik yang pasien diabetes melitus di wilayah kerja
dirasa seperti lelah dan gangguan saat Puskesmas Tigo Baleh memiliki dua hasil
beraktivitas yang disebabkan oleh yaitu nilai significant (2-tailed) dan nilai
peningkatan gula darah. koefisien korelasi. Nilai significant (2-
tailed) antara self care kualitas hidup
Menurut Menurut Polonsky, pasien diabetes melitus di wilayah kerja
dalam Yusra (2010) kualitas hidup Puskesmas Tigo Baleh yaitu 0.001 (<
merupakan perasaan individu mengenai 0.05). Nilai ini memiliki makna yaitu
kesehatan dan kesejahteraannya yang terdapat hubungan yang signifikan antara
meliputi fungsi fisik, fungsi psikologis self care kualitas hidup pasien diabetes
dan fungsi sosial. Kualitas hidup dapat melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
diartikan sebagai derajat seorang individu Baleh. Hasil nilai korelasi korelasi antara
dalam menikmati hidupnya yang terdiri self care dengan kualitas hidup pasien
dari kepuasan dan dampak yang dirasakan diabetes melitus di wilayah kerja
seorang individu dalam menjalankan Puskesmas Tigo Baleh yaitu sebesar
kehidupanya sehari-hari (Weissman et all, 0.432 dengan nilai positif. Hasil ini
dalam Yusra, 2010). memiliki makna yaitu terdapat hubungan
yang berbanding lurus antara self care
Hasil penelitian yang peneliti dengan kualitas hidup pasien diabetes
lakukan terhadap kualitas hidup melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
responden yang menderita Diabetes Baleh.
Melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
Baleh menggunakan di kuesioner The Hasil penelitian ini sama dengan
Diabetes Quality of Life Brief Clinical penelitian yang dilakukan oleh Inge Ruth
Inventory. Kuesioner kualitas hidup S, et all (2012), dimana diketahui nilai
tersebut terdiri dari kepuasan, dampak, signifikan (p) sebesar 0.000 yang
dan kekhawatiran. Hasil yang peneliti berarti 0.000 < 0.05 sehingga Ho ditolak
peroleh yaitu, dari pernyataan tentang dan Ha diterima. Sehingga dapat
kepuasan responden terhadap diabetes disimpulkan bahwa ada hubungan yang
melitus yang dideritanya, pernyataan signifikan antara self care dengan
yang banyak memiliki jawabanya sangat kualitas hidup pasien di Poliklinik Interna
puas adalah pernyataan tentang kepuasan Rumah Sakit Umum Daerah Badung.
terhadap perawatan diabetes saat ini dan Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi
kepuasan terhadap lama waktu yang (r) diperoleh hasil sebesar 0.601 dengan
digunakan dalam mengelola diabetes nilai positif. Hasil ini dapat disimpulkan
tersebut. Sedangkan hasil yang diperoleh bahwa terdapat hubungan atau korelasi
terhadap pernyataan dampak dan yang berbanding lurus antara self care

Kopertis Wilayah X 140


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

dengan kualitas hidup. Penelitian ini yang < 10 tahun, cenderung belum siap
memiliki tingkat korelasi yang sedang. dalam menjalankan kehidupannya
Tingkat korelasi tersebut disebabkan sebagai penderita diabetes melitus dan
karena terdapat beberapa faktor yang mengalami penurunan kulitas hidup.
mempengaruhi kualitas hidup pada Berdasrkan dari faktor-faktor inilah yang
pasien diabetes melitus yaitu usia, jenis mempengaruhi tingkat korelasi yang
kelamin, dan lama menderita diabetes diperoleh.
melitus.
SIMPULAN
Hasil penelitian yang peneliti
dapatkan adalah untuk usia peneliti Distribusi karateristik responden yang
mendapatkan usia responden yang menderita diabetes melitus di wilayah
menderita diabetes melitus berada di kerja Puskesmas Tigo Baleh diperoleh
rentang 55-59. Usia pada rentang 55-59 hasil yaitu sebagian besar responden
tahun merupakan awal seorang individu berjenis kelamin perempuan dengan
memasuki usia lansia. Diusia tersebut persentase 74.2% (66 orang responden)
tubuh sudah mulai mengalami penurunan. dan seluruh responden menderita diabetes
Penurunan yang mulai terjadi adalah melitus < 10 tahun dengan persentase
penurunan kerja hormon pangkreas dalam 100% (89 orang responden) Lebih dari
memproduksi insulin dan mengakibatkan separoh responden menderita diabetes
terjadinya peningkatan kadar gula darah. melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo
Sehingga pada usia ini seorang individu Baleh memiliki tingkat self care yang
cenderung mengalami penurunan kualitas tinggi dengan persentase 51.7% (46 orang
hidup. Jenis kelamin yang peneliti responden) Lebih dari separoh responden
dapatkan adalah sebagian besar responden menderita diabetes melitus di wilayah
berjenis kelamin perempuan. kerja Puskesmas Tigo Baleh memiliki
kualitas hidup yang buruk dengan
Hal ini disebabkan karena persentase 52.8% (47 orang responden)
perempuan memiliki faktor-faktor yang Besaran korelasi antara self care dengan
dapat menyebabkan terjadinya diabetes kualitas hidup pasien Diabetes Melitus
melitus seperti perempuan mudah yaitu sebesar 0.432, maka dapat
mengalami obesitas, perempuan memiliki disimpulkan bahwa hubungan antara self
sindroma siklus bulanan, dan perempuan care dengan kualitas hidup pasien
juga dapat terkena diabetes melitus akibat Diabetes Melitus diwilayah kerja
dari kehamilannya. Sedangkan untuk Puskesmas Tigo Baleh berbanding lurus
lama menerita diabetes melitus peneliti dan memiliki tingkat korelasi sedang.
mendapatkan hasil bahwa seluruh Diharapkan kepada petugas kesehatan
responden sudah menderita diabetes untuk dapat memberikan informasi dan
melitus selama < 10 tahun. Penderita mengajak pasien diabetes melitus agar
diabetes melitus yang mengalami diabetes dapat meningkatkan aktivitas self care
melitus < 10 tahun membutuhkan yang dilakukan dengan optimal sehingga
penyesuaian diri terhadap penyakit yang komplikasi dapat diminimalisir dan
dideritanya. meningkatkan kualitas hidup sehingga
pasien diabets melitus dapat menjalankan
Penyakit diabetes melitus yang hidup dengan normal.
merupakan penyakit menahun dan
berlangsung lama, membuat penyakit ini
membutuhkan penyesuaian diri dalam DAFTAR PUSTAKA
menjalankan aktivitas sehari-hari. Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2006).
Sehingga pada penderita diabetes melitus Nursing Theory: Utilization & Application.

Kopertis Wilayah X 141


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

Missoury: Mosby. Jackson, M. (2011). Seri Panduan Praktis


Almatsier, S. (2006). Penuntun Diet Edisi Edukasi Pasien . Jakarta: Erlangga.
Terbaru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Junianty, et all. (2012). Hubungan Tingakat
Utama. Self Care dengan Kejadian Komplikasi
American Diabetes Association. (2010). pada Pasien DM tipe 2 di Ruang Rawat
Standards of Medical Care in Diabetes. Inap RSUD. Jurnal Keperawatan Fakultas
Diabetes Care, S11-S61. Keperawatan Universitas Padjadjaran, 1-
American Diabetes Association. (2010). 15.
Diagnosis and Clasification of Diabetes Kusniawati. (2011). Analisis Faktor yang
Mellitus. Retrieved from Diabetes Care: Berkotribusi terhadap Self Care Diabetes
http://www.carediabetesjournal. Diakses 9 pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Maret 2016. Bai, Y.L, et all. (2009). Self- Rumah Sakit Umum Tanggerang . FIK. UI.
Care Behavior and Related Factors in Older Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan
Peopole with Type 2 Diabetes. Jurnal of Dasar dalam Angka Provinsi Sumatra Barat
Clinical Nursing, 3308-3315. 2013.
Burroughs, T. E., et all. (2004). Munawaroh, S. (2011). Penerapan Teori
Development and Validating of the Dorothea E. Orem dalam Pemberian
Diabetes Quality of Life Brief Clinical Asuhan Keperawatan. Jurnal
Inventory. Diabtes Spectrum, 41-49. Keperawatan, 1-13.
Damayanti, L. (2010). Diabetes dan Ndaraha, S. (2014). Diabetes Melitus Tipe
Hipertensi Wanita Lebih Beresiko: 2 dan Tatalakasana Terkini. Jurnal
http://www.herbalitas.com. Diakses Fakultas Kedokteran Universitas Krida
tanggal 25 Mei 2016. Wacana, 9-16.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Textbook of Medical Physiology Eleventh Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. Cipta.
Goud, M., et all. (2011). Relation of Nwankwo, C.H., et al. (2010). Factors
Calculate HbA1c with Fasting Plasma Influencing Diabetes Managemen Outcome
Glucose and Duration of Diabetes. Among Patients Attending Government
International Journal of Applied Biology Health Facilities in South East, Nigeria.
and Pharamaceutical Technology International Journal of Tropical
(IJABPT), 58-61. Medicine, 5(2), 28-36.
Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian Paputungan, S. R., & Sanusi, H. (2014).
dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Peranan Pemeriksaan Hemoglobin A1c
Medika. pada Pengelola Diabetes Melitus.
Inge Ruth S, Putu, et all. (2012). Hubungan Tinjauan Pustaka, 650-655.
Self Care Diabetes Dengan Kualitas Hidup Permana, H. (2009). Komplikasi Kronik
Pasien DM Tipe 2 Di Poliklinik Interna dan Penyakit Penyerta pada Diabetes:
Rumah Sakit Umum Daerah Badung. http://pustaka.unpad.ac.id. Diakses 20
Jurnal Keperawatan, 1-7. Juni 2016.
International Diabetes Federation. (2003). Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010).
Diabetes Atlas Second Edition. Retrieved Fundamental Keperawatan. Jakarta:
from Internasional Diabetes Federation: Penertbit Salemba Jakatra.
http://www.idf.org. Diakses 9 Maret 2016. Price, S. A., & Wilson, L. M. (1995).
International Diabetes Federation. (2014). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
IDF Atlas: Six Edition 2014 Update. Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Retrieved from IDF Atlas: Pulungan, A., & Herqutanto. (2009).
http://www.idf.org/site/default/files/atlas- Diabetes Melitus Tipe 1: "Penyakit Baru"
poster-2014_EN.pdf. Diakses 25 yang akan Makin Akrab dengan Kita.
Februari 2016. Majalah Kedokteran Indonesia, 455- 458.

Kopertis Wilayah X 142


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

Sari, M. R., et all. (2011). Evaluasi FIK. UI


kualitas pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
yang diterapi rawat jalan dengan anti
diabetik oral di RSUD Dr. Sardjito. Jurnal
managemen dan pelayanan farmasi, Vol.1
No.1:
http://jmpf.farmasi.ugm.ac.id. Diakses
2Agustus 2016
Shahab, A. (2006). Diagnosis dan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus .
Konsensus Pengelolaan Diabetes
Melitus di Indonesia.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002).
Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth (8 ed., Vol. 2).
Jakarta: EKG.
Sigurdardottir, A. K. (2005). Self-Care in
Diabetes: Model of Factors Affecting
Self-Care. Jurnal of Clinical Nursing,
301-314.
Sulistria, Y. M. (2013). Tingkat Self Care
Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus Tipe
2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya , 1-11.
Soegondo, S. (2006). Buku Ajar Penyakit
Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit dalam
FakultasKedokteran Universitas Indonesia.
Toobert, D. J., et all. (2000). The
Summary of Diabetes Self-Care Activities
Measure. Epidemiology/health
service/psychosocial Research, 943-950.
Utami, D. T., et all. (2014). Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus dengan Ulkus
Diabetikum. JOM PSIK, 1-7.
Xu yin, et all. (2008). Factor Influencing
Diabetes Self-Mangement in Chinese
People with Type 2 Diabetes. Risearch in
Nursing & Health, 613-325.
Yudianto, Kurniawan, et all. (2008).
Kualitas Hidup Penderita Diabetes
Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah
Cianjur. jurnal Keperawatan, 76.
Yusra, A. (2011). Hubungan Antara
Dukungan Keluarga dengan Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Jakarta:

Kopertis Wilayah X 143


R. Chaidir, dkk – Hubungan Sefl Care… Journal Endurance 2(2) June 2017 (132-144)

Kopertis Wilayah X 144

Anda mungkin juga menyukai