Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR ABU DAN KADAR SARI LARUT


SIMPLISIA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.)

NIRMAYANTI
N011181307
KELOMPOK 6

SEMESTER AKHIR 2018/2019


LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULIAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang tinggi, dapat

ditemukan berbagai jenis tumbuhan yang telah dikenal sejak zaman

dahulu untuk dijadikan obat, maupun yang berpotensi untuk dijadikan

bahan obat, dan adapula yang belum tereksplorasi secara ilmiah (1).

Pada proses pembuatan sedian farmasi, sangat perlu dilakukan

pemeriksaan mutu dari bahan baku sedian farmasi yang akan

diproses.Salah satu parameter non spesifik pada pemeriksaan mutu

bahan baku sediaan farmasi adalah parameterkadar abu, yaitu sisa-sisa

simplisia/ekstrak setelah melalui pembakaran, baik berasal dari jaringan

tanaman itu sendiri ataupun dari bahan pengotor seperti tanah atau

pasir(2).

Parameter standarisasi lainnya yaitu parameter spesifik, salah

satunya adalah penetapan kadar sari larut air dan etanol. Kadar sari larut

air bertujuan untuk mengetahui kadar senyawa pada tumbuhan yang bisa

tersari dalam air, sedangkan kadar sari larut etanol bertujuan untuk

mengetahui kadar senyawa pada tumbuhan yang dapat tersari dengan

etanol (2).

Karena pentingnya penentuan kadar abu dan kadar sari larut

tersebut, maka dilakukan praktikum ini agar dapat mengetahui cara


penetapan kadar abu dan kadar sari larut air dan etanol pada simplisia

kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kembang Sepatu

II.1.1 Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae Gambar 1.Kembang Sepatu


(Hibiscs rosa-sinensis L.)
Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus rosa-sinensis L (3).

II.1.2 Nama Daerah

Sumatera: bungong raja, bunga-bunga, soma-soma, bunga raja,

bekeju; Jawa: kembang sepatu, uribang, kembang wera, wora-wari, bunga

rebhang, mandhaleka; Nusa Tenggara: pucuk, waribang; Sulawesi:

amburanga, embuhanga, kuyangga, ulango, bunga bisu, bunga cepatu;

Maluku: hua hualo, ubo-ubo, bala bunga; Irian: dioh, gerasa, kando. (4)

II.1.3 Habitat

Tanaman kembang sepatu biasa ditemukan di dataran rendah

sampai pegunungan. (4)

II.1.4 Morfologi
Perdu tegak, tinggi 1-4 m, bercabang banyak. Daun tunggal,

bertangkai dengan panjang 1-3,7 cm, letak berseling. Helaian daun

berbentuk bulat telur, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi bergerigi

kasar, tulang daun menjari, panjang 3,5-9,5 cm, lebar 2-6 cm, berwarna

hijau. Daun penumpu berbentuk garis. Bunga tunggal, keluar dari ketiak

daun, tegak atau sedikit menggantung, dengan tangkai bunga beruas, ada

yang berwarna merah, dadu, oranye, kuning, putih dan sebagainya. (4)

II.1.5 Kandungan

Bunga kembang sepatu mengandung cyaniding-diglucoside,

hibisetin, zat pahit, dan lender. (4)

II.1.6 Manfaat

Kembang sepatu banyak ditanam sebagai tanaman hias atau

tanaman pagar karena bunganya yang beraneka warna. Bunga kembang

sepatu juga sering digunakan untuk mewarnai kain, makanan (jelly, buah

kering), mascara, atau untuk menggosok sepatu agar mengilap sehingga

disebut kembang sepatu. Bunga kembang sepatu digunakan untuk

pengobatan infeksi saluran kencing, batuk berdahak, bronchitis, mimisan,

disentri, demam, datang haid tidak teratur, nyeri haid, sembelit, dan untuk

menyuburkan rambut. (5)

II.2 Kadar Abu

Penetapan kadar abu merupakan cara untuk mengetahui sisa yang tidak

menguap dari suatu simplisia pada pembakaran. Pada penetapan kadar

abu total, abu dapat berasal dari bagian jaringan tanaman sendiri atau dari
pengotoran lain misalnya pasir atau tanah. Penetapan Kadar Abu yang

tidak larut Asam ditujukan untuk mengetahui jumlah pengotoran yang

berasal dari pasir atau tanah silikat (2). Kadar abu dianalisis dengan

membakar bahan pangan atau mengabukannya dalam suhu yang sangat

tinggi. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan

mineral yang ada dalam suatu bahan, kemurnian, serta kebersihan suatu

bahan yang dihasilkan.Pengukuran kadar abu bertujuan untukmengetahui

besarnya kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan pangan.

Kadar abu merupakan ukuran dari jumlah total mineral yang terdapat

dalam bahan pangan. Kadar

abu pada suhu yang terlalu tinggi menunjukkan bahan pangan telah terce-

mar oleh berbagai macam zat seperti tanah, pasir, dan lain-lain (6).

II.3 Kadar Sari Larut


Penetapan Kadar Sari yang larut dalam air dimaksudkan untuk

mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dengan air dari suatu

simplisia. Penetapan Kadar Sari yang larut dalam etanol untuk

mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dengan etanol dari suatu

simplisia (2).
BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat-alat yang diperlukan berupa: batang pengaduk, botol coklat,

cawan porselen, corong, erlenmeyer bersumbat, gelas ukur, gunting,

handphone, kertas perkamen, kertas saring, pipet tetes, sendok tanduk

plastik, timbangan analitik, dan oven.

III.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum ini ialah air jenuh

kloroform, etanol, sampel kembang sepatu, sak obat, dan tisu.

III.2 Cara Kerja

Sampel ditimbang masing-masing 5 gramlalu dimasukkan ke dalam

erlenmeyer tertutup dan botol coklat. Pada erlenmeyer tertutup,

dituangkan etanol 100 ml dan pada botol coklat dituangkan 100 ml air

jenuh kloroform. Larutan tersebut digojok masing-masing selama 30 menit

dengan kecepatan konstan, kemudian didiamkan selama 30 menit.

Larutan yang telah didiamkan di saring dan di ambil filtratnya masing-

masing 20mL, kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah

dipanaskan pada suhu 105oC hingga berat konstan. Kedua cawan

porselen kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 oC


hingga kedua penyari baik alcohol maupun etanol benar-benar menguap,

kemudian timbang kembali dan catat beratnya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan


Berat cawan
Berat Larutan Berat cawan
porselen setelah
Sampel (dalam porselen kosong
Sampel dipanaskan dengan
(gram) 100 ml) konstan (gram)
filtrat (gram)

Kembang Air jenuh


5,0473 51,1263 -
sepatu kloroform

Kembang
5,0066 Etanol 37,7191 38,0248
sepatu

IV.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan pada sampel kembang sepatu dapat

diketahui bahwa kadar sari larut etanol pada simplisia kembang sepatu

adalah 6,106% dari 5 gram sampel awal.


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Pada praktikum ini, dilakukan uji kadar sari larut pada simplisia

kembang sepatu dan didapatkan hasil kadar sari larut etanol pada

kembang sepatu adalah 6,106% dari 5 gram bobot sampel awal.

V.2 Saran

Laboratorium seharusnya memiliki tempat penyimpanan alat-alat

praktikum yang lebih luas sehingga alat-alat praktikum yang belum

digunakan tidak ditempatkan pada meja kerja.

Praktikan yang bertugas hendaknya melakukan tugasnya dengan

baik dan tepat waktu.

Untuk asisten, sebaiknya lebih menjelaskan skema praktikum

dengan lebih detail saat asistensi dan lebih menguasai materi praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Utami, Yuri Pratiwi, Abdul Halim Umar, Reni Syahruni dan Indah
Kadullah. Standardisai Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem
(Clerodendrum minahassae Teisjm. & Binn.). Makassar: Journal of
Pharmaceutical and Medicinal Science. 2017.

2. JA Dauhan, RES Dauhan. Kajian Pemanfaatan Tanaman


Kangkung Pada Sistem Akuaponik Guna Mengurangi Amonia.
Lampung: Universitas Lampung. 2014.

3. Nailufar, Nurul Putri. Pengaruh Variasi Gelling Agent Carbomer 934


dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanolik Bunga Kembang Sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.) Terhadap Sifat Fisik Gel dan Aktivitas
Antibakteri Staphylococcus Aureus. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2013.

4. Dalimartha, Setiawan. Altas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4.


Jakarta: Puspa Swara. 2006.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Parameter Standar


Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2000.

6. Hidayati, Devi Nisa, dkk. Standarisasi Non Spesifik Ekstrak Etanol


Daun Dan Kulit Batang Berenuk (Crescentia cujete Linn).
Semarang: Universitas Wahid Hasyim Semarang. 2014.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

Kadar Sari Larut Etanol

Simplisia kembang sepatu

- Simplisia dihaluskan
- Ditimbang sebanyak 5 gram
- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer
bersumbat kaca
- Ditambahkan etanol 100 ml
- Digojog 1 jam hingga terlarut
- Didiamkan 15 menit hingga filtratnya
terpisah
-Disaring filtratnya menggunakan kertas
saring sebanyak 20 ml
-masukkan dalam oven, tunggu hingga
menguap dan kering
% Kadar yang tersisa

Kadar Sari Larut Air

Simplisia kembang sepatu

- Simplisia dihaluskan
- Ditimbang sebanyak 5 gram
- Dimasukkan kedalam botol cokelat
- Ditambahkan air jenuhkloroform 100
mL
- Digojog 1 jam hingga terlarut
- Didiamkan 15 menit hingga filtratnya
terpisah
-Disaring filtratnya menggunakan kertas
saring sebanyak 20 ml
-Masukkan dalam oven, tunggu hingga
menguap dan kering
% Kadar yang tersisa
Lampiran 2. Perhitungan

II.1 Perhitungan kadar sari larut air jenuh kloroform.

𝑐 − 𝑎 100
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥100%
𝑏 20
75,2569−75,2049 100
= × 𝑥 100%
𝑏5 20

=5, 2 %
II.2 Perhitungan kadar sari larut etanol

𝑐 − 𝑎 100
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑥100%
𝑏 20
38,0248−37,7191 100
= 𝑥100% = 30,53 %
5,0066 20
Lampiran3. Gambar Hasil Praktikum

Kadar Sari Larut Etanol

Gambar 2. Penimbangan Gambar 3. Haksel Gambar 4. Penggojokan


Haksel dimasukkan ke dalam sampel
Erlenmeyer bersumbat

Gambar 5. Penyaringan Gambar 6. Penuangan Gambar 7. Penimbangan


filtrate filtrate ke dalam cawan setelah pemanasan
porselen
Kadar Sari Larut Air

Gambar 8. Penimbangan Gambar 9. Penggojokan Gambar 10. Penyaringan


Haksel sampel filtrat

Gambar 11. Penuangan Gambar 12. Penimbangan


filtrat ke dalam cawan setelah pemanasan
porselen

Anda mungkin juga menyukai