Nefron merupakan struktur halus ginjal yang terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan –
satuan fungsional ginjal, diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. Beberapa fungsi
ginjal antara lain adalah :
1. Mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh (sisa metabolisme dan obat
– obatan).
2. Mengontrol sekresi hormon – hormon aldosteron da ADH dalam mengatur jumlah cairan
tubuh.
3. Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D.
4. Menghasilkan beberapa hormon antara lain : eritropoetin dan renin.
5. Mempertahankan keseimbangan garam – garam dan zat – zat lain dalam tubuh.
6. Mempertahankan keseimbangan kadar asam da basa dari cairan tubuh.
Proses pembentukan urine (air kemih). Glomerolus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada simpai
bowman berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerolus. Pada tubulus ginjal akan
terjadi penyerapan kembali dari zat – zat yang sudah disaring pada glomerolus, sisa cairan akan
diteruskan ke ginjal terus berlanjut ke ureter. Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis
masuk kedalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma
darah. Ada
3 tahap pembentukan urine :
1. Filtrasi. Pada proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen
maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah,
cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman, diteruskan ketubulus ginjal.
2. Reabsorpsi. Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan
obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah
terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion bikarbonat, bila diperlukan akan diserap kembali
kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.
3. Sekresi. Sisanya penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala
ginjal selanjutnya diteruskan keluar.
Autoregulasi Ginjal.
- Perubahan arteri menyebabkan perubahan jelas dalam pengeluaran urin, tekanan ini dapat
berubah dari sekecil 75 mmHg sampai setinggi 160 mmHg.
- Hal ini menyebabkan perubahan yang sangat kecil atas laju filtrasi glomerolus. Karena nefron
memerlukan laju filtrasi glomerolusyang optimum jika ia melakukan fungsinya. Laju filtrasi
glomerolus lebih besar / kecil 5 % dapat menyebabkan pengaruh yang besar yaitu kehilangan
cairan yang berlebihan kedalam urin. Ekskresi produk – produk sisa yang diperlukan terlalu
kecil.
- Mekanisme umpan balik vasodilator arteriol aferen.
- Mekanisme umpan balik vasokontriktor arteriol aferen.
- Mekanisme autoregulasi laju filtrasi glomerolus – umpan balik tubuloglomerolus mungkin
timbul seluruhnya atau hampir seluruhnya pada kompleks justaglomerolus yang mempunyai sifat
laju filtrasi glomerolus yang rendah memungkinkan reabsorpsi klorida yang berlebihan didalam
tubulus sehingga menurunkan konsentrasi ion klorida, pada makula densa.
Renin adalah enzim proteolitik yang dihasilkan dan dilepaskan oleh ginjal dalam berespon
terhadap penurunan perfusi ginjal atau peningkatan rangsang sistem saraf simpatis. Renin
bekerja pada angiotensinogen untuk menghasilkan angiotensin I, yang diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten. Angiotensin II selanjutnya, menstimulasi pelepasan
aldosteron. Obat – obatan antihipertensi tertentu sebagian bertindak dengan mencegah perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II.
Pengaruh ADH.
ADH adalah hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus dan disekresi kedalam sirkulasi umum
oleh kelenjar hifofisis posterior. Hormon bekerja pada duktus koligentes ginjal untuk
meningkatkan reabsorpsi air dan memungkinkan ekskresi urine yang pekat. Faktor – faktor yang
meningkatkan pelepasan ADH :
• Peningkatan osmolalitas plasma yang dideteksi oleh osmoreseptor yang terletak didalam
hipotalamus.
• Penurunan volume sirkulasi efektif yang dideteksi oleh reseptor volume yang terletak didalam
sistem pembuluh darah pulmoner dan atrium kiri.
• Penurunan tekanan darah yang dideteksi oleh baroreseptor.
• Stres dan nyeri.
• Obat – obatan, termasuk morfin dan barbiturat.
• Pembedahan dan anastetik tertentu.
• Ventilator tekanan positif.
Faktor – faktor yang menurunkan pelepasan ADH :
• Penurunan osmolalitas plasma.
• Peningkatan volume sirkulasi efektif.
• Peningkatan tekanan darah.
• Obat – obatan, termasuk fenitoin dan etil alkohol.
ADH juga adalah vasokonstriktor arteri yang bekerja untuk meningkatkan tekanan darah dengan
meningkatkan tahanan vaskular. ADH diatur secara utama oleh perubahan pada osmolalitas
plasma dan volume sirkulasi efektif. Faktor – faktor tambahan yang mempengaruhi pelepasan
ADH adalah emosi dan obat – abatan.
Peran Aldosteron.
Aldosteron adalah hormon mineralkortikoid yang dilepaskan oleh korteks adrenal, yang bekerja
pada bagian distal dari tubulus ginjal untukmeningkatkan reabsorpsi natrium dan sekresi serta
ekskresi kalium dan hidrogen. Karena retensi natrium menimbulkan retensi air, aldosteron
bekerja sebagai pengatur volume. Faktor – faktor yang meningkatkan pelepasan aldosteron
termasuk hal berikut :
• Peningkatan kadar renin.
• Peningkatan kadar kalium plasma.
• Penurunan kadar natrium plasma.
• Peningkatan kadar ACTH.