Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah utama bagi penduduk di Indonesia,

sebagian besar penduduk Indonesia adalah masyarakat miskin dimana mereka

sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka baik itu dalam kebutuhan

sandang maupun pangan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada 2015

mencapai 27,76 juta orang. Kemiskinan juga merupakan salah satu masalah utama

di Provinsi Jambi dimana berdasarkan data dari BPS jumlah penduduk miskin di

Provinsi Jambi pada tahun 2015 sebesar 300,710 ribu jiwa.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di Kabupaten / Kota

Provinsi Jambi 2015

No Nama Kabupaten Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin


(Ribu Jiwa) (Dalam Persen)
1 Kerinci 19,15 8,16
2 Merangin 35,77 9,60
3 Sarolangun 28,50 10,29
4 Batang Hari 28,50 10,69
5 Muaro Jambi 18,39 4,63
6 Tanjab Timur 30,18 14,71
7 Tanjab Barat 39,10 12,31
8 Tebo 23,57 7,12
9 Bungo 19,52 5,70
10 Kota Jambi 55,51 9,67
11 Sungai Penuh 2,91 3,43
Jumlah 300,71 8,86
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2015

Dari sebelas Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi, Kabupaten Tanjung

Jabung Timur merupakan kabupaten dengan persentase jumlah penduduk miskin

tertinggi dimana persentasenya adalah sebesar 14,71%. Kabupaten Tanjung

Jabung Timur merupakan salah satu kabupaten dengan penduduk miskinnya yang

cukup tinggi dimana dari tahun 2011-2015 persentase penduduk miskin di

kabupaten tersebut terus meningkat begitu juga dengan garis kemiskinannya:

1
2

Gambar 1 . Presentase Penduduk Miskin di Kabupaten Tanjung Jabung Timur


2011-2015

Presentase Penduduk Miskin di Kabupaten Tanjung Jabung Timur


2011-2015

persentase penduduk miskin

13.40% 13.55% 14.71%


11.60% 12.50%

2011 2012 2013 2014 2015


Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2015

Salah satu faktor yang diperlukan untuk menghasilkan manusia yang

berkualitas adalah gizi yang baik, masalah gizi di Indonesia tidak hanya dialami

oleh balita tapi juga orang dewasa. Permasalahan gizi salah terus menghambat

potensi Indonesia, dimana lebih dari sepertiga balita di Indonesia berbadan

pendek (stunting), namun pada saat yang sama, terjadi peningkatan jumlah orang

dewasa yang mengalami kelebihan berat badan atau Obesitas (Dinas Ketahanan

Pangan, Kementrian dan WFP 2015).

Menurut WNPG tahun 2012, Indonesia memiliki sumber daya yang cukup

untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduknya karena terdapat banyak

sumber bahan pangan non beras (umbi-umbian, pisang, kacang-kacangan, dan

lain-lainnya) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, ketahanan

pangan nasional yang baik belum menjamin semua penduduknya dapat

memenuhi kebutuhan pangan dengan cukup baik dalam jumlah maupun mutu

(aman dan bergizi). Berdasarkan Global Hunger Index tahun 2014, Indonesia

telah berhasil mengurangi tingkat kelaparan dari GHI 20,5% menjadi GHI 10,3%.
3

Meski demikian Indonesia masih termasuk negara dengan kriteria tingkat

kelaparan serius.

Provinsi Jambi sebagai daerah otonom memiliki kewajiban dalam

menyelenggarakan urusan ketahanan pangan. Tingkat konsumsi pangan penduduk

Jambi masih dibawah standar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan.

Berdasarkan data Pola Pangan Harapan Aktual tahun 2015 (Lampiran 1), kondisi

pangan masih di dominasi oleh padi-padian namun kekurangan umbi-umbian dan

pangan hewani, padahal sumber karbohidrat juga berasal dari umbi-umbian.

Konsumsi umbi-umbian masyarakat yaitu 1,8% dari AKE bila

dibandingkan dengan standarasisasi PPH sebesar 6% dari AKE. Konsumsi energi

masyarakat Tanjung Jabung Timur sebesar 1.764 kkal/kap/hr atau 88.2% dari

yang dianjurkan yakni sebesar 2.000 kkal/kap/hr. Kontribusi energi terbesar dari

kelompok padi-padian sebesar 1.024 kkal/kap/hr (54,80%). Padahal sesuai Pola

Pangan Harapan (PPH) (Lampiran 2) kontribusi dari padi-padian sebesar 1.000

kkal/kap/hari atau 50% dari total energi sebesar 2.000 kkal/kap/hari. (Badan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2015).

Banyak masyarakat di Provinsi Jambi yang berprofesi sebagai petani

khususnya tanaman padi. Tinggi rendahnya pendapatan petani padi tergantung

kepada tinggi rendahnya jumlah produksi padi tersebut, selain itu harga gabah

juga berperan dalam menentukan pendapatan petani padi tersebut yang akan

mempengaruhi kualitas hidup mereka. Pendapatan akan menentukan daya beli

terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain

lain) yang dapat mempengaruhi status gizi (Hardiansyah, 1978). Perkembangan

tanaman pangan di Indonesia tersebar secara luas diberbagai daerah sesuai dengan
4

potensi wilayah tersebut. Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang berada di

Wilayah Provinsi Jambi adalah salah satu daerah yang memiliki potensi besar

dalam pengembangan tanaman pangan dan daerah tersebut telah menjadi lumbung

padi terbesar kedua di Provinsi Jambi setelah Kerinci.

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi Di


Provinsi Jambi Tahun 2015.
Luas Panen Produksi Produktivitas
No Kabupaten/Kota
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)

1 Kerinci 26.142 138.631 5,3

2 Merangin 8.482 41.189 4,8

3 Sarolangun 6.749 27.751 4,1

4 Batang Hari 4.985 21.761 4,3

5 Muaro Jambi 6.368 26.614 4,1

6 Tanjab Timur 18.322 75.109 4,1

7 Tanjab Barat 9.152 41.244 4,5

8 Tebo 4.751 22.397 4,7

9 Bungo 7.001 33.905 4,8

10 Kota Jambi 392 1.837 4,7

11 Sungai Penuh 9.863 55.515 5,6


Jumlah/Total 102.207 485.989 4,7
Sumber: Badan Pusat Statistik Tajung Jabung Timur , 2015

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Timur

memproduksi padi sebanyak 75.109 ton dan menjadi produsen padi terbesar

kedua di Provinsi jambi, tanaman padi tersebar hampir di setiap kecamatan di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Berikut adalah tabel yang menyajikan luas

panen, produksi dan produtivitas tanaman padi pada tahun 2015.


5

Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Tanjung


Jabung Timur Tahun 2015

No Kecamatan Luas Panen(Ha) Produksi(ton) Produktivitas(ton/Ha)


1 Mendahara - - -
2 Mendahara Ulu - - -
3 Geragai 247 988 4,0
4 Dendang 2.784 11.136 4,1
5 Muara Sabak Barat 266 1.064 4,1
6 Muara Sabak Timur 3.126 12.504 4,2
7 Kuala Jambi - - -
8 Rantau Rasau 2.731 10.924 4,0
9 Nipah Panjang 3.812 16.217 4,0
10 Brebak 4.967 20.720 4,1
11 Sadu 389 1.556 4,0
Jumlah 18.322 75.109 4.1

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2015

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sentra tanaman padi terbesar

kedua adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur setelah Kabupaten Kerinci tetapi

menurut data dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi, 2015 Kabupaten

Tanjung Jabung Timur memiliki presentase terbesar dalam jumlah desa yang

rawan terhadap pangan, sekitar 75,26% desa di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

merupakan daerah rawan pangan atau sekitar 70 desa dari 93 desa merupakan

desa yang rawan pangan (Lampiran 3).

Serta berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan Tanjung Jabung

Timur, 2015 Kecamatan Muara Sabak Timur merupakan kecamatan yang rawan

terhadap pangan, 10 dari 12 desa di Kecamatan Muara Sabak Timur termasuk

desa yang rawan pangan (Lampiran 4). Kerawanan pangan terjadi ketika rumah

tangga petani, masyarakat atau daerah tersebut mengalami ketidak cukupan

pangan untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan


6

kesehatan para individunya. Ada tiga indikator yang menyebabkan suatu daerah

rawan pangan yaitu: 1) kemampuan penyediaan pangan kepada individu yang

susah, 2) kemampuan individu/rumah tangga untuk mendapatkan pangan yang

rendah, 3) proses distrubusi pangan yang tersedia dari sumber ke rumah tangga

yang sulit. Apabila salah satu dari ketiga indikator tersebut dihubungkan dengan

tingkat pendapatan petani yang rendah maka akan mempengaruhi pola konsumsi

pangan di rumah tangga petani tersebut dan akan berdampak kepada buruk atau

baiknya status gizi rumah tangga petani tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Pendapatan Terhadap Status Gizi Rumah

Tangga Petani Padi Di Desa Rawan Pangan Kecamatan Muara Sabak Timur

Kabupaten Tanjung Jabung Timur”

1.2. Rumusan Masalah

Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan permasalahan yang akan terus

dihadapi oleh bangsa Indonesia karena pertambahan jumlah penduduk terus

meningkat setiap tahunnya, Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai sentra

penghasil tanaman padi terbesar kedua di Provinsi Jambi pun tak luput dari

kekurangan pangan sehingga 80 persen desa di kabupaten tersebut termasuk

dalam status rawan pangan. Kecamatan Muara Sabak Timur merupakan salah satu

daerah yang mayoritas penduduknya adalah petani dan juga merupakan sentra

penghasil padi ketiga terbanyak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagai

salah satu sentra penghasil beras di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sudah

seharusnya Kecamatan Muara Sabak Timur tidak akan memiliki kendala dalam

memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya.


7

Namun berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan terdapat 10 dari 12

desa di Muara Sabak Timur terindikasi rawan pangan. Berdasarkan uraian diatas,

maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana

hubungan pendapatan petani padi pada pola konsumsi pangan yang nantinya akan

berhubungan juga terhadap status gizi rumah tangga petani padi di desa rawan

pangan di Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Melihat kondisi tersebut maka perumusan masalah dalam penelitin ini adalah:

1. Berapakah jumlah pendapatan rumah tangga di Kecamatan Muara Sabak

Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

2. Bagaimana pola konsumsi pangan dan gizi rumah tangga petani padi di

Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

3. Bagaimana hubungan antara pendapatan dengan status gizi rumah tangga

petani di Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya jumlah pendapatan rumah tangga di Kecamatan

Muara Sabak Timur Kabupaen Tanjung Jabung Timur.

2. Mengetahui pola konsumsi pangan dan gizi rumah tangga petani padi

Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaen Tanjung Jabung Timur.

3. Melihat apakah ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi petani

rumah tangga petani padi di Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaen

Tanjung Jabung Timur.


8

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah :

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan

teori yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai pengeluaran konsumsi

untuk meneliti pengeluaran konsumsi lebih dalam.

Anda mungkin juga menyukai