ABSTRAK
Baja tulangan merupakan penguat struktur beton bertulang sehingga selimut beton dapat
berfungsi sebagai pelindung baja terhadap serangan korosi oleh lingkungan penggunaan. Lingkungan
beton yang alkalis (pH=12-13) akan memberikan proteksi korosi yang sangat baik terhadap baja
tulangan dengan membentuk selaput pasif yang terdiri dari senyawa-senyawa besi-oksida (Fe3O4/-
Fe2O3) atau hidroksida (FeOOH) di permukaan baja tulangan.Penetrasi gas CO2 dan ion klorida dari
lingkungan penggunaan dapat menurunkan pH beton dan melarutkan selaput pasif secara setempat
sehingga baja akan terkorosi dan menggagalkan pasivasi Natrium fosfat yang dikenal sebagai inhibitor
pasivator untuk baja, telah diuji efektivitas inhibisinya dalam larutan Ca(OH)2 jenuh yang ditambah
NaCl dan NaHCO3, mewakili lingkungan beton terkontaminasi, menggunakan metode EIS
(Electrochemical Impedance Spectroscopy).Uji efektivitas inhibisi natrium fosfat menggunakan metode
EIS dalam larutan pori beton artifisial terkontaminasi menunjukkan bahwa penambahan sebanyak 50
ppm mampu membentuk lapisan pelindung dengan efektivitas inhibisi mencapai 94,4%.
Kata Kunci: EIS, inhibisi, korosi, natrium fosfat, natrium polifosfat
ABSTRAK
Steel strengthen concrete so that concrete shield it from corrotion attack in its environment
concrete in an alkaline medium (pH 0f 12-13)have concrete protecting effect on the steel by formation
of passive layer constituted of ferrous oxides (Fe3O4/ -Fe2O3) or its hydroxide on its surface. Carbon
dioxide ang chloride ion from environment penetrate and lower pH of the concrete so that dissolving
passive layer locally and steel corrode sequentl.Sodium phosphate is an inhibition passivating agent
that its effectiveness has been tested in saturated Ca(OH)2 solution added by NaCl and NaHCO3 that
simulated concrete’s contaminated environment, by ELS methode (electrochemical impedance
speet).ELS evaluation of the usage of sodium phosphate as an inhibitor in an artificial contaminated
concrete show that the addition of 50 ppm sodium phosphate constructs shielding layer with inhibition
effectivity of 94.4%
Key Word: EIS, inhibition, corrotion, sodium phosphate, sodium phosphate
ke dalam beton akan merubah pH beton menjadi lebih murah. Di samping keunggulan yang
lebih kecil dari 8. Penurunan pH ini diakibatkan dimilikinya, terdapat juga beberapa kelemahan,
oleh reaksi gas CO2 dengan ion Ca2+ membentuk di antaranya adalah tidak dapat diganti jika
CaCO3 yang mengendap menurut reaksi berikut ditemukan tidak bekerja secara efektif dan dapat
(Brian, et.al., 1986): merubah sifat-sifat fisik dan mekanik beton
(Zulhan, 2000).
CO2 + H2O + Ca(OH)2 CaCO3 (S) + 2 H2O (I-
1) Jenis inhibitor yang dipilih dalam penelitian ini
adalah natrium fosfat (Na3PO4). Adapun alasan
Proses pembentukan CaCO3 ini dikenal dengan
dipilihnya inhibitor ini antara lain merupakan
proses karbonasi. Laju karbonasi bergantung
inhibitor anodik yang lebih efisien daripada
pada konsentrasi gas CO2 di atmosfir,
inhibitor katodik. Inhibitor katodik ada
permeabilitas, kelembaban relatif dan tingkat
kecenderungan tidak efisien walaupun tidak
kerusakan beton. Pada pH<8, korosi baja
berbahaya pada logam, tapi jelas kurang
tulangan beton menghasilkan produk korosi
memperbaiki ketahanan terhadap korosi. Di
yang volumenya dapat mencapai 2 hingga 10
samping itu natrium fosfat relatif murah dan
kali volume baja sebelum terkorosi,
mudah didapat.
mengakibatkan terbentuknya tegangan ekspansi
setempat sehingga terjadi peretakan dan Sebelum penambahan inhibitor ke dalam
pengelupasan selimut beton serta penurunan lingkungan beton, efektivitas inhibitor dipelajari
kemampuan mekanik beton sebagai struktur. lebih dahulu dalam larutan pori beton artifisial.
Teknik-teknik elektrokimia dapat digunakan
Untuk memperpanjang umur layanan struktur
untuk mempelajari mekanisme proteksi atau
beton, beberapa cara telah dilakukan untuk
untuk mengamati korosi baja tulangan di dalam
menanggulangi korosi baja tulangan yang
beton, di antaranya melalui pengukuran
meliputi perawatan atau pencegahan korosi
potensial korosi dan pengukuran laju korosi
dengan cara memberikan lapisan pelindung pada
dengan cara polarisasi. Pengukuran potensial
baja tulangan beton (galvanisasi), pelapisan baja
korosi tidak memberikan informasi laju korosi,
tulangan dengan epoksi, proteksi katodik atau
melainkan hanya memberikan gambaran apakah
pemberian inhibitor korosi ke dalam beton.
baja tulangan tersebut berada di daerah pasif,
Penggunaan inhibitor untuk menanggulangi terkorosi sedikit ataupun berada di daerah aktif.
korosi baja telah banyak disarankan akhir-akhir
Pengukuran polarisasi katodik-anodik
ini dan pengembangan penggunaan inhibitor
(potensiodinamik) merupakan metode yang
korosi untuk struktur beton bertulang masih
umum digunakan untuk mempelajari mekanisme
terus dilakukan. Beberapa peneliti telah
inhibisi inhibitor, akan tetapi pengujiannya
menggunakan beberapa jenis inhibitor dan
bersifat merusak dan membutuhkan benda uji
memberikan indikasi cukup efektif untuk
relatif banyak serta waktu yang cukup lama.
menurunkan laju atau mencegah korosi baja
Electrochemical impedance spectroscopy (EIS)
tulangan beton. Inhibitor korosi secara umum
telah digunakan untuk mempelajari mekanisme
akan membentuk lapisan tipis protektif yang
korosi baja dalam larutan pori beton artifisial
mencegah terjadinya kontak antara larutan
sebagai fungsi waktu. Pengukuran dengan
korosif dengan baja. Keunggulan dari
metoda EIS dapat menginterpretasikan
penambahan inhibitor korosi ini adalah tidak
terjadinya proses korosi elektrokimia baja dalam
membutuhkan biaya perawatan, dapat
larutan pori beton artifisial sebagai rangkaian
ditambahkan ke dalam lingkungan beton jika
kemampuan untuk menginhibisi menurun dan
CPEi
CPEdl Rs
CPEi CPEdl
Rs CPEdl Rs
R1
Rp
Rp Z
Ri Rp
1
Z1 Z2 Z1 Z2
Rp Ri Rp
CPEw Rp CPEw
CPEw
Z1 Z1
Z2
Z2 Z1
Z2
HASIL DAN PEMBAHASAN pasif. Lajukorosi baja dalam keadaan pasif tetap
1. Baja Tulangan dalam larutan Ca(OH)2 terkendali oleh perindahan massa.
jenuh (larutan pori beton artifisial).
-25000
Hasil pencocokan kurva Nyquist (Gambar 3)
-20000
menunjukkan bahwa korosi baja dalam larutan
Z imajiner (ohm.cm2)
mula-mula terkorosi aktif dengan laju terkendali Gambar 3. Perubahan bentuk kurva Nyquist
oleh perpindahan massa kemudian menjadi impedansi baja dalam larutan
Ca(OH)2 jenuh dengan waktu
perendaman
Z imajiner (ohm.cm2)
WaktuPerendaman
-800
Pada hari pertama perendaman (gambar 4),
-600
korosi baja tulangan dalam larutan pori beton
-400
artifisial terkontaminasi diinterpretasikan oleh
-200
model 1 yang menggambarkan bahwa baja
0
terkorosi aktif dengan laju terkendali oleh 0 200 400 600 800 1000
Z real (ohm.cm2)
perpindahan muatan karena lapisan pelindung
belum terbentuk pada permukaan baja. Setelah Gambar 5. Perubahan bentuk kurva Nyquist
penambahan inhibitor natrium fosfat terjadi impedansi baja dalam larutan
perubahan model menjadi model 2 di mana Ca(OH)2 jenuh + NaCl + NaHCO3 +
Na3PO4 pada hari ke-5 perendaman
lapisan pelindung telah terbentuk meskipun
-700
tidak merata pada seluruh permukaan baja Ca(OH)2 jenuh + NaCl + NaHCO3
-600 Model 4
tulangan sehingga pada bagian tertentu larutan Z imajiner (ohm.cm2) Ca(OH)2 jenuh + NaCl + NaHCO3 + Na3PO4
-500 Model 3
uji dapat mencapai permukaan baja tulangan,
mengakibatkan baja terkorosi aktif. Berdasarkan -400
-400
Gambar 6. Perubahan bentuk kurva Nyquist
-350
impedansi baja dalam larutan
-300
Ca(OH)2 jenuh + NaCl + NaHCO3 +
Z imajiner (ohm.cm2)
impedansi baja dalam larutan -50 Ca(OH)2 jenuh + NaCl + NaHCO3 + Na3PO4
model 3
Ca(OH)2 jenuh + NaCl + NaHCO3 + 0
Na3PO4 pada hari pertama 0 100 200 300 400 500 600
Z real (ohm.cm2)
perendaman
Gambar 7. Perubahan bentuk kurva Nyquist
impedansi baja dalam larutan
Ca(OH)2 jenuh + NaCl + NaHCO3 +
Na3PO4 pada hari ke-30 perendaman
Larutan Hari Model Rs Rp Ri CPEi i CPEdl dl CPEw w efisiensi
Keterangan:
A: Larutan Ca(OH)2 jenuh
B: Larutan Ca(OH)2 jenuh + NaCl
C: Larutan Ca(OH)2 jenuh + NaCl+ NaHCO3 + 50 ppm Na3PO4
Pada hari ke-5 perendaman (gambar 5), korosi efektivitas inhibisi natrium fosfat pada hari ke 5
baja tulangan dalam larutan pori beton artifisial perendaman mencapai 92,50%.
terkontaminasi diinterpretasikan oleh rangkaian
Setelah perendaman selama 15 hari (gambar 6),
listrik model 5 yang menggambarkan bahwa
korosi baja tulangan dalam larutan pori beton
lapisan pelindung yang terbentuk tidak merata
artifisial terkontaminasi dapat diinterpretasikan
pada seluruh permukaan baja tulangan sehingga
oleh model 4 yang menggambarkan kerusakan
larutan uji dapat mencapai permukaan baja
lapisan pelindung dan perubahan kondisi larutan
tulangan dan mengakibatkan baja terkorosi aktif
uji sehingga baja terkorosi aktif dengan laju
dengan laju terkendali oleh difusi. Setelah
terkendali oleh perpindahan massa. Penambahan
penambahan inhibitor natrium fosfat terjadi
inhibitor natrium fosfat menyebabkan model
perubahan model menjadi model 2 di mana
berubah menjadi model 3 di mana lapisan
lapisan pelindung yang terbentuk tidak merata
pelindung telah terbentuk secara sempurna dan
sehingga pada bagian tertentu larutan uji dapat
merata sehingga baja tulangan akan terlindung
mencapai permukaan baja tulangan dan
dari korosi. Harga tahanan polarisasi (Rp) baja
mengakibatkan baja terkorosi aktif. Harga
tulangan dalam larutan pori beton artifisial
tahanan polarisasi (Rp) baja tulangan dalam
terkontaminasi adalah 520 .cm2. Penambahan
larutan pori beton artifisial terkontaminasi
natrium fosfat meningkatkan tahanan polarisasi
adalah 300 .cm2, setelah penambahan inhibitor
(Rp) menjadi 5.500 .cm2. Dengan demikian
natrium fosfat meningkatkan harga tahanan
efektivitas inhibisi natrium fosfat pada hari ke 15
polarisasi (Rp) menjadi 4.000 .cm2 sehingga
perendaman mencapai 90,55%.
J. Kim. Sains & Apl. Vol. VII. No. 2 Agustus 2004 33
Fardhyanti: Uji Efektivitas Natrium Fosfat sebagai Inhibitor pada Korosi Baja Tulangan Beton