Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN TUGAS CBL

BLOK DERMATOMUSKULOSKELETAL

“Suspect Tinea Pedis Pada Komunitas Petani Selada di Desa Jati


Mulyo Lampung Selatan”

Kelompok Tutorial 10
Joko Widodo 1518011001 Ni Sayu Putu Desya 1718011030

Refi Fandana 1518011176 Arief Ristia Pangestu 1718011008

Raisha Rahmani Rizal 1718011097 C. Byli Pandu 1758011010

Siti Amalya Ilmyasri 1718011121 Selin Hosana Siagian 1718011116

Nirvana Sabila Nuban 1718011117 Made Michael 1718011161

Shoafa Marwah 1718011094

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITS LAMPUNG
2019
ABSTRAK

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan alat tubuh terberat dan terluas
ukurannya, yaitu kira-kira 15 % dari berat tubuh dan luas kulit orang dewasa 1,5
𝑚2 . Kelainan-kelainan kulit dapat terjadi akibat adanya patogen seperti jamur,
bakteri, parasit, ataupun virus yang dapat menyerang semua orang dan segala usia.
Infeksi kulit sering dijumpai di Negara beriklim tropis hal ini disebabkan karena
Negara beriklim tropis mempunyai udara yang panas dan lembab yang dapat
menyebabkan berkembangnya patogen seperti jamur khususnya. Penyakit infeksi
jamur pada kulit merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang dapat mengenai
masyarakat yang bekerja di sektor pertanian, pekebunan, maupun persawahan.
Masyarakat yang mempunyai faktor risiko cukup tinggi untuk terkena penyakit
kulit akibat kerja adalah masyarakat yang pekerjaannya sebagai petani. Hal ini
dapat disebabkan karena para petani akan lebih sering terpapar sinar matahari
secara langsung selain itu hal ini dapat juga disebabkan karena para petani
berkontak langsung dengan berbagai faktor yang dapat menyababkan penyakit
pada kulit seperti faktor biologis, fisik, dan kimiawi.
BAB I

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia (Djuanda, 2007). Kulit merupakan alat tubuh terberat
dan terluas ukurannya, yaitu kira-kira 15 % dari berat tubuh dan luas kulit orang
dewasa 1,5 𝑚2 . kulit sangat kompleks, elastis, dan sensitif serta sangat bervariasi
pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh serta
memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya, Fungsi utama kulit adalah
pembatas yang berperan untuk melindungi organ internal tubuh dari gangguan
berbagai faktor lingkungan di luar tubuh. Selain itu, kulit juga berguna dalam
menjaga homeostasis tubuh. Fungsi tersebut dibedakan menjadi fungsi proteksi,
absorpsi, ekskresi, persepsi, termoregulasi, dan pembentukan vitamin D. Kulit
juga sebagai barier infeksi dan memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan (Harien, 2010).

Menurut Graham dan Robin (2005) jika dihubungkan dengan jenis pekerjaan,
penyakit kulit dapat terjadi pada semua pekerjaan yang tidak dilengkapi dengan
penggunaan alat pelindung diri, salah satu pekerjaan yang mempunyai risiko
terjadi penyakit kulit adalah petani. Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) pada
sektor pertanian disebabkan oleh bahan kimia, bakteri, dan jamur yang dapat
menimbulkan gambaran eksim dan dermatitis. Dermatitis merupakan penyakit
kulit yang berupa peradangan pada kulit akibat pengaruh faktor eksogen dan
endogen. Dermatitis terbagi menjadi 2, yaitu dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergi.

Dermatitis kontak alergi adalah peradangan kulit yang terjadi setelah terpajan
bahan alergen melalui proses hipersensitivitas tipe lambat. Terjadinya dermatitis
kontak alergi tergantung dari kemampuan suatu bahan untuk mensensitisasi,
tingkat paparan, dan kemampuan masuknya bahan tersebut ke dalam kulit.
Sedangkan, dermatitis kontak iritan dapat terjadi akibat kerusakan yang
disebabkan oleh bahan iritan kimiawi, fisik, maupun biologi melalui
pekerjaannya. Oleh karena itu, petani memiliki faktor risiko untuk menderita
penyakit tersebut karena sering kontak dengan bahan iritan apalagi jika tidak
menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan pekerjaan. Selain itu, petani
juga dapat menderita penyakit infeksi jamur salah satunya adalah tinea pedis.
Petani cenderung tidak menggunakan alat pelindung diri ketika musim penghujan
datang karena mereka merasa APD dapat membatasi pekerjaan mereka. Hal
tersebut yang menyebabkan petani mudah terinfeksi jamur saat musim hujan
dimana pada musim tersebut jamur berkembang dengan baik akibat perubahan
suhu dan kelembaban.
Tugas Community Based Learning (CBL) ini dilaksanakan pada hari Kamis dan
Jumat, 21 dan 22 Februari 2019 dan berlokasi pada Jl. Desa Jati Mulyo,
Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Kami mengambil
sampel pemeriksaan terhadap lima orang petani sayur yang bekerja di daerah
tersebut, dengan melakukan pemeriksaan berupa anamnesis dan pemeriksaan
fisik.

Berdasarkan survei yang telah kami lakukan terhadap petani tersebut, di peroleh
kelainan kulit yang dialami oleh beberapa petani yang bekerja di daerah tersebut.
Kelainan kulit yang terjadi berupa kulit yang mengelupas atau pecah-pecah, kulit
kering, menebal, mengeras, kasar, terdapat onimikosis, gatal saat memberi pupuk
organik meski menggunakan alat pelindung diri, gatal di telapak maupan di sela-
sela jari kaki, tidak eritem, dan pada lesi yang terlihat terasa gatal juga perih.
Selain itu, terdapat kelainan kulit yang dirasakan petani akibat terkena angin, juga
setelah memakan telur dan ayam potong. Petani juga merasakan kelainan kulit
akibat terpajan bahan iritan seperti semen.

Kelima petani mengakui mengalami keluhan tersebut selama melakukan


pekerjaan pada musim hujan tanpa menggunakan alat pelindung diri berupa
sepatu bot, sarung tangan, masker, topi, dan sebagainya dikarenakan petani
merasa alat pelindung diri membatasi pekerjaan mereka pada musim hujan
tersebut. Namun, keluhan tersebut dirasakan mereda pada musim kemarau
meskipun mereka tetap tidak menggunakan alat pelindung diri. Kelima petani
yang kami jadikan sebagai sampel pemeriksaan tersebut hanya menggunakan obat
yang dibeli di warung sekitar untuk meringankan keluhan yang mereka rasakan.
Salah seorang petani yang kami anamnesis mengatakan beliau hanya
menggunakan zoraline dan salep 88, beliau merasakan keluhan kambuh lagi
dalam satu atau dua bulan.

Dari seluruh sampel pemeriksaan berdasarkan lima orang petani yang telah
diwawancarai, kami memutuskan untuk, mengambil satu sampel pemeriksaan
untuk dibahas dalam laporan kasus ini.
BAB II
HASIL LAPORAN KASUS
 Identitas Pasien
Nama : Sudardi

Umur : 41 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Petani

Alamat : Jl.Desa Jati Mulyo, Kecamatan Jati Agung, Lampung


Selatan

Status : Menikah

Tanggal Periksa : 21 Februari 2019

 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Gatal di kedua ruas-ruas jari kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : 1 bulan yang lalu
Lokasi : Ruas-ruas jari kaki
Kronologi : Pasien dengan keluhan adanya rasa gatal di
ruas-ruas jari kaki dan perih, biasanya
semakin terasa perih dan gatal saat malam
hari, keluhan dirasakan sejak satu bulan
yang lalu. Pasien mengaku belum
mengunjungi dokter, tetapi telah
menggunakan salep dari warung, yaitu salep
88, pasien merasa sembuh setelah
menggunakan salep tersebut, tetapi keluhan
kembali lagi ketika sudah tidak
menggunakan salep tersebut. Pasien jarang
menggunakan alat pelindung diri ketika
bekerja sehingga saat musim hujan, keluhan
akan timbul kembali.
Kualitas : Pasien merasa gatal dan perih sekali
sehingga mengganggu aktifitas
Kuantitas : Keluhan gatal dirasakan setiap hari
Faktor Memperberat : Saat musim hujan
Faktor Memperingan : Obat salep dari warung
Gejala penyerta :-

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat menderita keluhan yang sama : Ya
Riwayat hipertensi :-
Riwayat diabetes :-
Riwayat penyakit jantung :-
Riwayat alergi :-

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat menderita keluhan yang sama : -
Riwayat hipertensi :-
Riwayat diabetes :-
Riwayat penyakit jantung :-
Riwayat alergi : tidak diketahui

 Hasil Pemeriksaan Umum


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respiration rate : 20x/menit
Suhu : 36 0C
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 79 kg
IMT : 29,04 kg/m2 = obesitas derajat 2

Kepala
Kepala : Simetris, mesochepal, venektasi temporal (-/-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung: Discharge (-), deviasi septum (-)
Mulut : Lidah sianosis (-), atrofi papil lidah (-)
Telinga: Kelainan bentuk (-), discharge (-)
Leher : Deviasi trakhea (-)

Thorax
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Paru : SN vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Tidak dilakukan
Palpasi : Tidak dilakukan

Ekstremitas :
Tidak dilakukan Pemeriksaan
Status Dermatologikus

Lokasi : Plantar pedis dex et sin dan interdigitalis pedis dex


Distribusi : Sirkumskrip
Susunan : Polisiklik
Bentuk : Tidak teratur
Batas : Tegas
Ukuran : Miliar
Efloresensi : polimorfik, tepi lebih aktif, sisik halus putih kecoklatan

 Identitas Pasien
Nama : Reza Setyawan

Umur : 17 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Petani

Alamat : Jl.Desa jati mulyo, kecamatan jati agung, lampung selatan

Status : Belum Menikah

Tanggal Periksa : 22 Februari 2019


 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Gatal di kedua ruas-ruas jari kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : 5 tahun yang lalu

Lokasi : Paha dan seluruh badan

Kronologi : Pasien dengan keluhan gatal dan ruam merah,


biasanya pada malam hari dan suhu dingin

Kualitas : Pasien merasa gatal dan perih sekali sehingga


mengganggu aktifitas

Kuantitas : Keluhan gatal dirasakan hampir setiap hari


pada malam hari

Faktor Memperberat : Suhu yang dingin

Faktor Memperingan : Obat dari bidan

Gejala penyerta :-

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat menderita keluhan yang sama : Ya

Riwayat hipertensi :-

Riwayat diabetes :-

Riwayat penyakit jantung :-

Riwayat alergi : alergi suhu dingin

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat menderita keluhan yang sama : -

Riwayat hipertensi :-

Riwayat diabetes :-
Riwayat penyakit jantung :-

Riwayat alergi : tidak diketahui

 Hasil Pemeriksaan Umum


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respiration rate : 20x/menit
Suhu : 36 0C
Tinggi badan : 171 cm
Berat badan : 70 kg
IMT : 23,97 kg/m2 = overweigth

Kepala
Kepala : Simetris, mesochepal, venektasi temporal (-/-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung: Discharge (-), deviasi septum (-)
Mulut : Lidah sianosis (-), atrofi papil lidah (-)
Telinga: Kelainan bentuk (-), discharge (-)
Leher : Deviasi trakhea (-)

Thorax
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Paru : SN vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Tidak dilakukan
Palpasi : Tidak dilakukan

Ekstremitas :
Tidak dilakukan Pemeriksaan

Status Dermatologikus

Lokasi : femur dex et sin


Distribusi : Simetrik
Susunan : Polisiklik
Bentuk : Tidak teratur
Batas : Tidak tegas
Ukuran : Miliar
Efloresensi : makula eritem, papula

 Identitas Pasien
Nama : Sumarni

Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Petani

Pekerjaan : Petani

Alamat : Jl.Desa jati mulyo, kecamatan jati agung, lampung selatan

Status : Menikah

Tanggal Periksa : 22 Februari 2019

 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Gatal di seluruh badan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : 4 bulan yang lalu

Lokasi : Seluruh badan

Kronologi : Pasien dengan keluhan gatal kemerahan


diseluruh tubuh, biasanya ketika mengkonsumsi
ayam kampung dan telur. Sudah pernah kedokter
dan diberikan obat amoksisilin. Dan keluhann
hilang setelah mengkonsumsi obat tersebut.
Tetapi ketika makan ayam kampung dan telur
lagi, keluhan akan kembali lagi

Kualitas : Pasien merasa gatal dan perih sekali sehingga


mengganggu aktifitas

Kuantitas : Keluhan gatal dirasakan setiap makan ayam


dan telur

Faktor Memperberat : Ayam kampung dan telur

Faktor Memperingan : Amoksisilin

Gejala penyerta :-

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat menderita keluhan yang sama : Ya
Riwayat hipertensi :-

Riwayat diabetes :-

Riwayat penyakit jantung :-

Riwayat alergi : Makan ayam kampung dan telur

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat menderita keluhan yang sama : -

Riwayat hipertensi :-

Riwayat diabetes :-

Riwayat penyakit jantung :-

Riwayat alergi : tidak diketahui

 Hasil Pemeriksaan Umum


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respiration rate : 20x/menit
Suhu : 36 0C
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 59 kg
IMT : 23 kg/m2 = normal

Kepala
Kepala : Simetris, mesochepal, venektasi temporal (-/-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung: Discharge (-), deviasi septum (-)
Mulut : Lidah sianosis (-), atrofi papil lidah (-)
Telinga: Kelainan bentuk (-), discharge (-)
Leher : Deviasi trakhea (-)

Thorax
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Paru : SN vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Tidak dilakukan
Palpasi : Tidak dilakukan

Ekstremitas :
Tidak dilakukan Pemeriksaan

 Identitas Pasien
Nama : Sutaryo

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Petani

Alamat : Jl.Desa jati mulyo, kecamatan jati agung, lampung selatan


Status : Menikah

Tanggal Periksa : 22 Februari 2019

 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Gatal di kedua ruas-ruas jari kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : 2 bulan yang lalu

Lokasi : Ruas-ruas jari kaki

Kronologi : Pasien dengan keluhan adanya rasa gatal di


ruas-ruas jari kaki dan perih, biasanya semakin
terasa perih dan gatal saat malam hari, keluhan
dirasakan sejak satu bulan yang lalu. Pasien
mengaku belum mengunjungi dokter, tetapi telah
menggunakan salep dari warung, yaitu salep 88,
pasien merasa sembuh setelah menggunakan
salep tersebut, tetapi keluhan kembali lagi ketika
sudah tidak menggunakan salep tersebut. Pasien
jarang menggunakan alat pelindung diri ketika
bekerja sehingga saat musim hujan, keluhan
akan timbul kembali.

Kualitas : Pasien merasa gatal dan perih sekali sehingga


mengganggu aktifitas

Kuantitas : Keluhan gatal dirasakan setiap hari

Faktor Memperberat : Saat musim hujan

Faktor Memperingan : Obat salep dari warung

Gejala penyerta :-

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat menderita keluhan yang sama : Ya

Riwayat hipertensi :-
Riwayat diabetes :-

Riwayat penyakit jantung :-

Riwayat alergi :-

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat menderita keluhan yang sama : -

Riwayat hipertensi :-

Riwayat diabetes :-

Riwayat penyakit jantung :-

Riwayat alergi : tidak diketahui

 Hasil Pemeriksaan Umum


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital
Tekanan Darah : 105/75 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respiration rate : 20x/menit
Suhu : 36 0C
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 46 kg
IMT : 16,9 kg/m2 = kurang

Kepala
Kepala : Simetris, mesochepal, venektasi temporal (-/-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung: Discharge (-), deviasi septum (-)
Mulut : Lidah sianosis (-), atrofi papil lidah (-)
Telinga: Kelainan bentuk (-), discharge (-)
Leher : Deviasi trakhea (-)

Thorax
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Paru : SN vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Tidak dilakukan
Palpasi : Tidak dilakukan

Ekstremitas :
Tidak dilakukan Pemeriksaan

Status Dermatologikus

Lokasi : Plantar pedis dex et sin dan interdigitalis pedis dex


Distribusi : Sirkumskrip
Susunan : Polisiklik
Bentuk : Tidak teratur
Batas : Tegas
Ukuran : Miliar
Efloresensi : polimorfik, tepi lebih aktif, sisik halus putih kecoklatan
 Identitas Pasien
Nama : Sugino

Umur : 55 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Petani

Alamat : Jl.Desa jati mulyo, kecamatan jati agung, lampung selatan

Status : Menikah

Tanggal Periksa : 22 Februari 2019

 Anamnesis
5. Keluhan Utama : Gatal di kedua ruas-ruas jari kaki
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : 2 bulan yang lalu
Lokasi : Ruas-ruas jari kaki
Kronologi : Pasien dengan keluhan adanya rasa gatal di
ruas-ruas jari kaki dan perih, biasanya
semakin terasa perih dan gatal saat malam
hari, keluhan dirasakan sejak satu bulan
yang lalu. Pasien mengaku belum
mengunjungi dokter, tetapi telah
menggunakan salep dari warung, yaitu salep
88, pasien merasa sembuh setelah
menggunakan salep tersebut, tetapi keluhan
kembali lagi ketika sudah tidak
menggunakan salep tersebut. Pasien jarang
menggunakan alat pelindung diri ketika
bekerja sehingga saat musim hujan, keluhan
akan timbul kembali.
Kualitas : Pasien merasa gatal dan perih sekali
sehingga mengganggu aktifitas
Kuantitas : Keluhan gatal dirasakan setiap hari
Faktor Memperberat : Saat musim hujan
Faktor Memperingan : Obat salep dari warung
Gejala penyerta :-

7. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat menderita keluhan yang sama : Ya
Riwayat hipertensi :-
Riwayat diabetes :-
Riwayat penyakit jantung :-
Riwayat alergi :-

8. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat menderita keluhan yang sama : -
Riwayat hipertensi :-
Riwayat diabetes :-
Riwayat penyakit jantung :-
Riwayat alergi : tidak diketahui

 Hasil Pemeriksaan Umum


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respiration rate : 20x/menit
Suhu : 36 0C
Tinggi badan : 140 cm
Berat badan : 46 kg
IMT : 23,4 kg/m2 = overweight

Kepala
Kepala : Simetris, mesochepal, venektasi temporal (-/-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung: Discharge (-), deviasi septum (-)
Mulut : Lidah sianosis (-), atrofi papil lidah (-)
Telinga: Kelainan bentuk (-), discharge (-)
Leher : Deviasi trakhea (-)

Thorax
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Paru : SN vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Tidak dilakukan
Palpasi : Tidak dilakukan

Ekstremitas :
Tidak dilakukan Pemeriksaan
Status Dermatologikus

Lokasi : Plantar pedis dex et sin dan interdigitalis pedis dex


Distribusi : Sirkumskrip
Susunan : Polisiklik
Bentuk : Tidak teratur
Batas : Tegas
Ukuran : Miliar
Efloresensi : polimorfik, tepi lebih aktif, sisik halus putih kecoklatan

 Diagnosis Banding
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan ruam yang
diderita pasien. Dari gambaran klinis didapatkan lesi di telapak kaki dan tungkai.
Infeksi dapat terjadi setelah kontak dengan orang terinfeksi serta hewan ataupun
obyek yang baru terinfeksi. Pasien mengalami gatal-gatal, nyeri atau bahkan
sensasi terbakar.

Beberapa kasus membutuhkan pemeriksaan dengan lampu wood yang


mengeluarkan sinar UV dengan gelombang 3650 Å yang jika didekatkan pada
lesi akan timbul warna kehijauan. Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH
10-20% bila positif memperlihatkan elemen jamur berupa hifa panjang dan
artrospora. Pemeriksaan dengan biakan diperlukan untuk menyokong
pemeriksaan langsung sediaan basah untuk menentukan spesies jamur.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan.
Yang dianggap baik pada pemeriksaan ini adalah medium agar dekstrosa
Sabouruad. Biakan memberikan hasil yang lebih lengkap, akan tetapi lebih sulit
dikerjakan, biayanya lebih mahal, hasil yang diperoleh dalam waktu lebih lama
dan sensitivitasnya kutrang (± 60%) bila dibandingkan dengan cara pemeriksaan
sediaan langsung.

Ada 3 bentuk Tinea pedis

1. Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-
celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan
kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih
subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila
terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-
gejala umum.

2. Bentuk hyperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik
terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila
hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura-fisura yang dalam pada
bagian lateral telapak kaki.

3. Bentuk vesikuler subakut


Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari,
kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada
vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan
gatal yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan
skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan
memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas.
Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea
manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya
ialah : T .rubrum, .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum.
Tinea pedis harus dibedakan dengan :

1. Dermatitis kontak akut alergis


2. Kandidiasis
3. Pomfolix
4. Psoriasis

a. Responden 1 (Tinea Pedis)


Dari hasil tersebut kami mensuspect bahwa diagnosis Bapak adalah Tinea
captitis, dengan diagnosis bandingnya Kandidiasis, dan Dermatitis Kontak. Dari
diagnosis bading diatas dapat disingkirkan Kandidiasis karena tidak terdapat
skuama dan lesi-lesi satelit setelah dilaukan pemeriksaan identifikasi kulit dengan
seksama. Sedangkan untuk Dermatitis kontak dapat disingkirkan pula,
dikarenakan dari hasil identifikasi lebih lanjut tidak didapatkan paparan zat
iritan/allergen pada Bapak.
1. Diagnosis Kerja : Tinea Pedis
2. Diagnosis Banding
a. Dermatitis Kontak Alergika
Tinea pedis harus dibedakan dengan dermatitis, yang
biasanya batasnya tidak jelas, bagian tepi tidak lebih aktif daripada
bagian tengah. Predileksinya pada bagian yang kontak dengan
dengan sepatu, kaos kaki, bedak kaki dan sebagainya. Adanya
riwayat pengunaan sepatu baru. Tidak ditemukan jamur pada
kultur tetapi hanya tanda-tanda peradangan. Dermatitis kontak
akan memberikan tes tempel positif, sedangkan pada tinea pedis
hasilnya negatif. (Szepietowski, 2006)
a. Kandidiasis (Erosio Interdigitalis Blastomisetika)
Tinea Pedis murni agak sulit dibedakan dengan kandidiasis
ini. Pemeriksaan sediaan langsung dengan larutan KOH dan
pembiakan dapat membantu. Infeksi sekunder dengan spesies
Candida atau bakteri lain sering menyertai tinea pedis. Biasanya
pada kandidiasis, terdapat skuama yang berwarna putih pada sela
jari ke-4-5, dan ada lesi-lesi satelit. (Siregar, 2005)

b. Pomfolix
Pomfolix umumnya terjadi pada dorsum jari-jari kaki pada
anak-anak, agak kronik, sering pada musim dingin, sangat gatal
dan ada riwayat keluarga yang atopi. Kulit di dorsum pedis tidak
ditemukan jamur. (Szepietowski, 2006)

Gambar 4. Pomfolik

c. Psoriasis
Mengenai telapak kaki; jarang terdapat pustul, menebal,
lesi yang batas jelas; psoriasis dapat ditemukan pada bagian tubuh
yang lain dan pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin,
Auspitz dan Kobner. Tidak didapatkan jamur pada pemeriksaan
kulit. (Szepietowski, 2006)

Gambar 5. Psoriasis
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Manifestasi Klinis

 Sudardi
-Gejala subjektif : Gatal dan nyeri

-Gejala objektif : pada Plantar pedis dex et sin dan interdigitalis pedis dex
terdapat gambaran polimorfik dengan batas tegas tepi lebih aktif berukuran miliar
dengan susunan polisiklik penyebaran sirkumskrip

 Reza Setyawan
-Gejala subjektif : gatal di kedua ruas kaki

-Gejala objektif : pada femur dex et sin terdapat gambaran macula eritem
dan papul dengan batas tidak tegas berukuran miliar dengan susunan polisiklik
penyebaran simetrik

 Sumarni
-Gejala subjektif : gatal seluruh badan setelah makan telor dan ayam

-Gejala objektif :-

 Sutaryo
-Gejala subjektif : gatal dikedua ruas kaki

-Gejala objektif : pada plantar pedis dex et sin dan interdigitalis pedis dex
terdapat gambaran polimorfik dengan batas tegas berukuran miliar dengan
susunan polisiklik penyebaran sirkumskrip

 Sugiono
-Gejala subjektif : gatal dikedua ruas kaki

-Gejala objektif : pada plantar pedis dex et sin dan interdigitalis pedis dex
terdapat gambaran polimorfik dengan batas tidak tegas tepi lebih aktif berukuran
miliar dengan susunan polisiklik penyebaran sirkumskrip
3.2 Pemeriksaan Penunjang:

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan


diagnosis Tinea Pedis adalah

1. Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH)


2. Kultur jamur
3. Pemeriksaan histopatologi
4. Pemeriksaan Lampu Wood
Namun karna keterbatasan kelompok kami, pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.

3.3 Diagnosis Kerja:

Diagnosis Kerja: Suspect Tinea Pedis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis khas.

Diagnosis PAK (penyakit akibat kerja:

Step 1: Diagnosis klinis

Suspect Tinea Pedis

Step 2: Menentukan pajanan yang dialami dalam pekerjaan

Faktor fisik: lingkungan kerja lembab

Faktor kimia: pestisida dan pupuk

Faktor biologi: serangga

Step 3: Hubungan antara pajanan dengan penyakit

Tinea pedis dapat terjadi karena infeksi jamur jamur dapat lebih berkembang biak
dalam lingkungan yang lembab dan kotor

Step 4: apakah pajanan yang dialami cukup besar?

Hampir setiap musim hujan akan menimbulkan gejala yang sama


Step 5: Peranan faktor individu sendiri?

Jarang menggunakan alat pelindung diri terutama saat musim hujan dan kondisi
tanah yang becek.

Step 6: faktor lain?

Tidak ada

Step 7:

Suspect tinea pedis akibat kurang memakai APD dengan baik

3.4 Penatalaksanaan

Pada komunitas tersebut utamanya menderita Tinea Pedis yang disebabkan oleh
jamur golongan dermatophyta atau biasa disebut Mikosis Superficial.
Dermatophyta adalah golongan jamur yang menginvasi lapisan tanduk dan
bekerja dengan cara keratolisis, memakan lapisan keratin yang ada di kulit (FKUI,
2013). Hal inilah yang menjadi dasar berbagai macam mekanisme kerja golongan
antifungal terhadap jamur dermatophyta khususnya penyebab Tinea Pedis. Lama
pengobatan pada antifungal dermatophyta juga berbeda-beda disebabkan oleh
ketebalan lapisan keratin di seluruh tubuh yang berbeda. Pada kasus jamur tangan
(Tinea Manus) dan jamur kaki (Tinea Pedis) memakan waktu lama pada
pengobatannya dibandingkan pada jamur di bagian tubuh dengan lapisan keratin
yang lebih tipis (R. S. Siregar, 2016). Beberapa golongan antifungal untuk
pengobatan Tinea Pedis digolongkan sebagai berikut.

3.4.1 Golongan Azole

Azol adalah senyawa sintetik yang dapat diklasifikasikan sebagai imidazol atau
triazol sesuai dengan jumlah atom nitrogen di cincin azol beranggotakan lima.
Triazol mencakup itrakonazol, flukonazol, vorikonazol, dan posakonazol.
Aktivitas antijamur obat azol terjadi karena reduksi sintesis ergosterol oleh
inhibisi enzim-enzim sitokrom P450 jamur. Toksisitas selektif obat azol
disebabkan oleh afinitas mereka yang lebih besar terhadap enzim sitokrom P450
jamur daripada manusia. Imidazol memperlihatkan selektivitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan triazol sehingga insidens interaksi obat dan efek samping
mereka lebih tinggi (Katzung, 2012).
3.4.1.1. Ketoconazole

Ketokonazole adalah azol oral pertama yang diperkenalkan ke dalam dunia


kedokteran. Obat ini dibedakan dari triazol oleh kecenderungannya yang lebih
besar untuk menghambat enzim sitokrom P450 mamalia; yaitu, obat ini kurang
selektif untuk P450 jamur dibandingkan dengan azol yang lebih baru. Obat ini
telah dilarang di USA oleh FDA (Food Drugs Association) karna efek
toksisitasnya terhadap hati yang tinggi namun masih bannyak beredar di
Indoneisa karna harganya yang tergolong murah (Katzung, 2012). Ketokonazole
tersedia dalam sediaan tablet 200 mg dan krim 2%. (PIONAS, BPOM RI)

Ketoconazole memiliki kemampuan rendah untuk larut dalam air. Penyerapan ke


dalam darah sangat bervariasi bergantung pada kadar keasaman (semakin asam
semakin baik penyerapannya dalam darah) sehingga penyerapan akan lebih baik
bersamaan dengan makan. Rata-rata konsentrasi ketoconazole dalam darah 3.5
ug/mL dalam waktu 1 hingga 2 jam. Rasio konsentrasi antara CSF (Cerebro
Spinal Fluid) dibanding serum kurang dari 0,1. Ketoconazole dapat
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh melalui ikatan albumin, namun rendah
dalam CSF. Metabolisme ketoconazole terjadi di liver menjadi bentuk metabolit
inaktifnya. Beberapa penelitian mengemukakan adanya keterlibatan pada
sitokrom isoenzim P450 dan beberapa transporter seperti CYP3A4, CYP2C9,
CYP2C19, P-gp, UGT1A1, dan UGT2B7. Ketoconazole adalah salah satu zat
yang menghambat kerja CYP3A4 (Yodium, 2008)

Ketoconazole dieliminasi di hepar dengan melakukan oksidasi, dealkilasi dan


hidroksilasi aromatik pada cincin imidazole dan piperazine dengan menggunakan
enzim microsomal dari hepar. Ketoconazole memiliki waktu paruh (t ½) 7 hingga
10 jam (Katzung, 2009). Secara oral, ketoconazole akan mencapai dosisi
maksimum di serum sekitar 4.2- 6.2 µg/mL pada dewasa dalam keadaan sehat.
Secara topikal, ketoconazole akan mencapai kadar sekitar 0 – 20.7 ng/mL.
(Katzung, 2009). Rata-rata, 13% dari dosis yang diminum akan dieksresikan ke
urin. (Yodium, 2008) Sedangkan eksresi terbesar adalah melalui cairan empedu
yang dialirkan ke intestinal lalu sebanyak 57% dibuang ke feses. Sisa dari
ketoconazole di dalam tubuh tidak mengalami perubahan dan tetap di dalam
tubuh.(Katzung, 2012)

DOSIS:
DEWASA 200 mg/hari bersama makanan, biasanya untuk 14 hari; jika setelah 14
hari respons tidak memadai, lanjutkan hingga setidaknya 1 minggu setelah gejala
hilang dan kultur menjadi negatif; maksimum 400 mg/hari.
ANAK, 3 mg/kg bb/hari dosis tunggal atau dalam dosis terbagi.
KRIM ketokonazole dioleskan sebanyak 1-2 kali sehari sampai lesi sembuh.

INDIKASI: mukosa sistemik, kandidiasis mukokutan resisten yang kronis,


mukosa saluran cerna resisten serius, kandidiasis vaginal resisten yang kronis,
infeksi dermatofita pada kulit atau kuku tangan (tidak pada kuku kaki); profilaksis
mikosa pada pasien imunosupresan; kandidiasis mukokutan kronis yang tidak
responsif terhadap nistatin dan obat-obat lain; infeksi mikosis sistemik
(kandidiasis, paraksidioidomikasis, cocci dioidomycosis, hiptoplasmosis).

KONTRAINDIKASI: gangguan hati; kehamilan (teratogenesitas pada hewan,


pada kemasan cantumkan peringatan kehamilan) dan menyusui; pemberian
bersamaan dengan terfenadin atau astemizol.

EFEK SAMPING: mual, muntah, nyeri perut; sakit kepala; ruam, urtikaria,
pruritus; jarang trombositopenia, parestesia, fotofobia, pusing, alopesia,
ginaekomastia dan oligospermia; kerusakan hati fatal. Peringatan: risiko
terbentuknya hepatitis lebih besar jika diberikan lebih dari 14 hari.
(PIONAS, BPOM RI)

3.4.1.2 Itraconazole

Itrakonazol tersedia dalam bentuk oral kapsul 100mg dan intravena serta krim 1%.
Penyerapannya bertambah baik oleh makanan dan oleh pH lambung yang rendah.
Seperti azol larut-lemak lainnya, obat ini berinter-aksi dengan enzim-enzim
mikrosom hati, meskipun dengan tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan
ketokonazol. Suatu interaksi obat penting adalah berkurangnya ketersediaan-
hayati itrakonazol jika digunakan bersama dengan rifamisin (rifampin, rifabutin,
rifapentin). Obat ini tidak memengaruhi sintesis steroid mamalia, dan efeknya
pada metabolisme obat lain yang dibersihkan oleh hati jauh lebih kecil daripada
efek ketokonazol. Meskipun memperlihatkan aktivitas antijamur yang kuat,
efektivitas itrakonazol dapat berkurang oleh terbatasnya ketersediaan-hayati.
Seperti ketokonazol, itrakonazol kurang dapat menembus cairan serebrospinal.
(Katzung, 2012)

DOSIS:
DEWASA Tinea manus dan pedis, 100 mg/hari selama 30 hari.
ANAK dan LANSIA, tidak dianjurkan.
KRIM 1% dioleskan sebanyak 1-2 kali sehari sampai lesi sembuh.

INDIKASI: kandidiasis orofarings dan vulvo vaginal; ptyriasis versicolor, infeksi


dermatofita lainnya; onychomycosis; histo-plasmosis; terapi alternatif bila
antijamur lain tidak cocok atau tidak efektif pada infeksi sistemik (aspergilosis,
kriptokokosis, kandidiasis termasuk meningitis), terapi pemeliharaan pada pasien
AIDS, profilaksis infeksi jamur pada neutropenia bila terapi standar tidak cocok.

KONTRAINDIKASI: Riwayat gangguan fungsi hati, ibu menyusui, kehamilan.

EFEK SAMPING: mual, sakit perut, dispepsia, konstipasi, sakit kepala, pusing,
kenaikan enzim hati, gangguan haid, reaksi alergi (pruritus, ruam, urtikaria,
angioudem), hepatitis dan ikterus kolestatik (terutama bila pengobatan melebihi
satu bulan); neuropati perifer (hentikan obat), pernah dilaporkan sindrom Stevens-
Johnson; hipokalemia pada penggunaan jangka panjang, udem dan rambut rontok.
(PIONAS, BPOM RI)
3.4.2 GRISEOFULVIN

Griseofulvin adalah obat fungistatik yang sangat tidak larut dan berasal dari suatu
spesies penisilium. Satu-satunya pemakaiannya adalah dalam terapi sistemik
dermatofitosis Obat ini diberikan dalam bentuk mikrokristal dengan dosis 1
g/hari. Penyerapan meningkat jika obat ini diberikan bersama dengan makanan
berlemak.Mekanisme kerja griseofulvin di tingkat sel masih belum jelas, tetapi
obat ini mengendap di kulit yang baru terbentuk tempat ia berikatan dengan
keratin, melindungi kulit dari infeksi baru. Karena efeknya adalah mencegah
infeksi di struktur kulit yang baru ini, griseofulvin harus diberikan selama 2-6
minggu untuk infeksi kulit dan rambut agar keratin yang terinfeksi dapat diganti
oleh struktur yang resisten (Katzung, 2012).

DOSIS:
Dewasa dan lansia, 500 mg satu kali sehari dosis tunggal atau terbagi.
Anak-anak, dosis harian 10 mg/kg BB satu kali sehari dosis tunggal atau terbagi.

INDIKASI: Infeksi jamur pada kulit, rambut, dan kuku bila terapi topikal gagal.

KONTRAINDIKASI: Porfiria, kegagalan hepatoselular atau lupus eritematosus,


kehamilan.

EFEK SAMPING: Reaksi urtikaria, ruam kulit, sakit kepala, tidak nyaman pada
lambung, pusing, kelelahan, granulositopenia, leukopenia, fotosensitivitas pada
pasien, SLE, eritema multiform, nekrolisis epidermal toksis, neuropati peripheral,
kebingungan dengan gangguan koordinasi, kandidiasis oral, kolestasis,
peningkatan enzim hati, hepatitis.
(PIONAS, BPOM RI)

3.4.3 TERBINAFIN

Terbinafin adalah suatu alilamin sintetik yang tersedia dalam bentuk oral. Obat ini
digunakan untuk terapi dermatofitosis, Seperti griseofulvin, terbinafin adalah
suatu obat keratofilik, tetapi tidak seperti griseofulvin, terbinafin bersifat
fungisidal. Seperti obat azol, obat ini mengganggu biosintesis ergosterol, tetapi
terbinafin tidak berinteraksi dengan sistem P450, juga menghambat enzim skualen
epoksida jamur Hal ini menyebabkan akumulasi skualen sterol, yang toksik bagi
organisme. Satu tablet sehari yang diberikan selama 12 minggu mencapai angka
kesembuhan hingga 90% untuk onikomikosis dan lebih efektif daripada
griseofulvin atau itrakonazol. Terbinafin tampaknya tidak memengaruhi sistem
P450 dan sampai saat ini terbukti tidak memperlihatkan interaksi obat yang
signifikan. (Katzung, 2012). Sediannya adalah krim 1% dan tablet 250mg.

DOSIS:
DEWASA 250 mg per hari biasanya selama 2-6 minggu untuk tinea pedis,
ANAK (tidak dianjurkan) biasanya selama 2 minggu, tinea kapitis, pada anak
berusia di atas 1 tahun, berat badan 10-20 kg, 62,5 mg sekali sehari; berat badan
20-40 kg, 125 mg sekali sehari; berat badan lebih dari 40 kg, 250 mg sekali
sehari.
KRIM 1% dioleskan 1-2 kali sehari dibagian yang terinfeksi sampai lesi sembuh.

INDIKASI: infeksi dermatofita pada kuku; infeksi kurap (termasuk tinea pedis,
tinea kruris dan tinea korporis), dimana terapi oral diperlukan (disebabkan tempat,
keparahan, atau luas).

KONTRAINDIKASI: gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, kehamilan,


menyusui, psoriasis (beresiko bertambah buruk); penyakit gangguan kekebalan
tubuh (resiko efek serupa Lupus erithematosus).

EFEK SAMPING: ketidaknyamanan pada perut, anoreksia, mual, diare; sakit


kepala; ruam kulit dan urtikaria kadang dengan artralgia atau mialgia; gangguan
pengecapan (kadang-kadang); hentikan pengobatan jika terjadi toksisitas liver
(jarang) (termasuk jaundice, kolestasis, dan hepatitis), angiodema, pusing, rasa
badan tidak enak, paraesthesia, hipoasthesia, fotosensitivitas, reaksi kulit serius
termasuk sindrom Steven-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik (hentikan
pengobatan jika terjadi ruam kulit yang progresif); gangguan psikiatri (jarang),
kelainan darah (termasuk leukopenia dan trombositopenia), efek menyerupai
lupus eritematosus, dan psoriasis yang memburuk.
(PIONAS, BPOM RI)

3.5 Komplikasi
Tinea pedis yang tidak diobati atau diobati dengan tidak benar akan
menyebabkan berbagai komplikasi seperti selulitis, tinea unguium serta
dermatofid.

Selulitis
Infeksi tinea pedis, terutama tipe interdigital dapat mengakibatkan selulitis.
Selulitis dapat terjadi pada daerah ektermitas bawah. Selulitis merupakan infeksi
bakteri pada daerah subkutaneus sebagai akibat dari infeksi sekunder pada luka.
Faktor predisposisi selulitis adalah trauma, ulserasi dan penyakit pembuluh darah
perifer. Pada keadaan lembab, kulit akan mudah terjadi maserasi dan fisura,
akibatnya pertahanan kulit menjadi menurun dan menjadi tempat masuknya
bakteri patogen seperti β-hemolytic streptococci (grup A, B C, F, dan G),
Staphylcoccus aureus, Streptococcus pneumoniae, dan basil gram negative.
Apabila terjadi selulitis maka diindikasikan pemberian antibiotik. Jika terjadi
gejala yang sifatnya sistemik seperti demam dan menggigil, maka digunakan
antibiotik intravena. Antibiotik yang dapat digunakan ampisillin, golongan beta
laktam ataupun golongan kuinolon.

Tinea Unguium
Tinea unguium merupakan infeksi jamur yang menyerang kuku dan
biasanya dihubungkan dengan tinea pedis. Seperti infeksi pada tinea pedis, T.
rubrum merupakan jamur penyebab tinea unguium. Kuku biasanya tampak
menebal, pecah-pecah, dan tidak berwarna.

Dermatofid
Dermatofid merupakan suatu penyakit imunologik sekunder tinea pedis
dan juga penyakit tinea lainnya. Hal ini dapat menyebabkan vesikel atau erupsi
pustular di daerah infeksi sekitar palmaris dan jari-jari tangan. Reaksi dermatofid
bisa saja timbul asimptomatis dari infeksi tinea pedis. Reaksi ini akan berkurang
setelah penggunaan terapi antifungal. Komplikasi ini biasanya terkena pada pasien
dengan edema kronik, imunosupresi, hemiplegia dan paraplegia, dan diabetes.
Tanpa perawatan profilaksis penyakit ini dapat kambuh kembali.

3.6 Pencegahan dan Edukasi

Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan


tubuh yang bersih meminimalkan risiko seseorang terhadap kemungkinan
terjangkitnya suatu penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan
kebersihan diri yang tidak baik. Pada keadaan personal hygiene yang tidak baik
akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit,
penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna (Listautin,2012)

Jamur penyebab tinea pedis menyukai bagian kulit yang lembap dan basah.
Pemakaian sepatu yang sangat tertutup dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan keringat berlebih sehingga menambah kelembapan di daerah sekitar
kaki. Pemakaian kaus kaki berbahan tidak menyerap keringat juga dapat
menambah kelembapan kulit kaki.
Menjaga kaki agar tetap kering dan bersih merupakan metode terbaik untuk
pencegahan. Metode lain yang cukup baik adalah menggunakan sepatu dengan
aliran udara yang baik dan tidak ketat. Penggunaan bedak antiseptik di kaki
terutama sela – sela jari sangatlah dianjurkan untuk mencegah terjadinya tinea
pedis. Bedak Tolnaftate (Tinactin) atau bedak Zeasorb, tepung beras, tepung
maizena dapat diberikan di kaki, kaos kaki, dan sepatu untuk menjaga agar kaki
tetap kering (William et al., 2016).

Edukasi yang diberikan pada penderita tinea pedis dimulai dengan menjelaskan
deskripsi tinea pedis dan menyampaikan kepada pasien bahwa tinea pedis ini
memiliki prognosis bonam apabila pasien patuh pada perawatan dan pengobatan
yang dianjurkan. Misalnya, tetap menjaga kebersihan terutama pada sekitar lesi,
tidak menggaruk area yang gatal dengan kukunya sendiri atau benda lain yang
dapat memperparah lesi. Tetap mengonsumsi makanan sesuai pedoman gizi
seimbang dengan memperhatikan keanekaragaman makanan dan minuman dan
juga memperhatikan dari segi keamanannya yang berarti makanan dan minuman
itu harus bebas dari kuman penyakit atau bahan berbahaya. Cara menerapkan
pesan ini adalah dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap hari atau
setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok,
lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari satu
jenis untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan
buah-buahan) setiap kali makan akan lebih baik. Serta melakukan aktifitas fisik
yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Edukasi yang harus disampaikan berikutnya adalah bagaimana cara konsumsi


obat, waktu konsumsi obat, lama konsumsi obat, dan efek samping yang
kemungkinan timbul setelah mengonsumsi obat. Misalnya pada itrakonazol.
Itrakonazol tablet 100 mg dikonsumsi satu kali sehari selama 30 hari. Efek
samping yang mungkin terjadi berupa mual, sakit kepala, sakit perut, sakit perut
dan reaksi alergi (ruam, urtikaria, gatal-gatal dan lain-lain). Pasien dianjurkan
untuk kontrol kembali kepada dokternya untuk melihat perkembangan pasiennya.
BAB IV

KESIMPULAN

Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada petani
selada desa karang anyar dan sesuai dengan teori klinis pada para petani.
Diketahui jika hamper semua petani menderita Tinea Pedis yang diakibatkan
karena jarangnya penggunaan alat pelindung diri saat melakukan pekerjaannya
pada musim hujan. Kaki yang lembab menyebabkan jamur dermatofita cepat
tumbuh di ruas-ruas jari kaki penderitanya.

Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki biasanya mengenai


sela jari dan telapak kaki. Penyakit ini biasanya dijumpai pada laki-laki usia
dewasa dan jarang terjadi pada perempuan dan anak-anak. Keadaan lembab pada
sela jari kaki dan disertai berada di daerah tropis yang lembab mengakibatkan

pertumbuhan jamur makin subur dan cepat. Jamur penyebab tinea pedis
yang paling umum ialah Trichophyton rubrum (palingsering), T. interdigitale, T.
tonsurans (sering pada anak) dan Epidermophyton floccosum.

Gambaran klinis berdasarkan tipe interdigitalis, moccasion foot,


lesivesikobulosa, dan tipe ulseratif. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan adalah pemeriksaan KOH dan pemeriksaan lampu Wood dan
ditemukan adanya hifa double counture,dikotomi dan bersepta. Diagnosis banding
dapat berupa dermatitis kontak allergen, kandidiasis dan psoriasis pada kaki.
Penatalaksanaan disesuaikan berdasarkan tipe tinea pedis. Pengobatan dapat
berupa antifungal topikal maupun oral dan apabila ditemukan infeksi sekunder
maka indikasi penggunaan antibiotik. Untuk pencegahan terhadap reinfeksi tinea
pedis yaitu dengan menjaga agar kaki tetap dalam keadaan kering dan bersih,
hindari lingkungan yang lembab dan pemakaian alat pelindung diri seperti sepatu
boots saat melakukan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis


kontak akibat kerja pada karyawan binatu [Skripsi]. Semarang : Universitas
Diponegoro.

Azhar dan Handanto. 2011. Hubungan proses kerja dengan kejadian dermatitis
kontak iritan pada petani rumput laut di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan.
Sulawesi Selatan : Jurnal Ekologi Kesehatan.

Barankin Banjamin, Freiman Anatoli. Derm Notes. 2003. Clinical Dermatology


Pocket Guide. Tinea pedis. Philadelphia; Davis Company.

Bolognia JL, Jorizzo L, Rapini RP. Dermatology. 2012. Tinea Pedis. Edisi ke-3.
British Library.

Chamlin L Sarah, Lawley P Leslie. 2013. Fitzpatrick’s Atlas. Tinea Pedis. Edisi
ke-7. New York; McGraw-Hill.

Djuanda, dkk. 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta :
Universitas Indonesia.

Juanda Adhi et al. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Katzung B G. et al. 2009.Basic and Clinical Pharmacology. Edisi ke-11. Lange.

Katzung B G et al. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi ke-12. McHill:
Lange.

Siregar, R.S., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC.

Sterry W, Paus R, Burgdorf W. 2006 Dermatology. Tinea Pedis. Thieme Clinical


Companionsn: 109-10.

Szepietowski, J.C., Reich A., Garlowska E., et al. 2006. Factors influencing
coexistence of toenail onychomycosis with tinea pedis and other dermatomycoses.
Arch Dermatol 142: 1279-84.

Tainwala, Ram dan YK Sharma. 2011. Pathogenesis of Dermatophytoses. Indian


J Dermatol.; 56(3): 259-61.

Youdim, et al. 2008. Application of CYP3A4 in vitro data to predict clinical drug-
drug interaction; predictions of compounds as objects of interaction. Br J Clin
Pharmacol.
Lampiran 1. Pertanyaan kepada Responden

Nama: Sudardi

 Personal Hygiene

Berapa kali bapak/ibu mandi dalam sehari?

2 kali

Apakah bapak/ibu mandi dengan menggunakan sabun mandi

Iya menggunakan merek lifeboy

Apakah bapak/ibu mandi dengan menggunakan air mengalir?

Iya menggunakan air mengalir

Apakah sabun mandi untuk bapak/ibu mandi digunakan bersama dalam satu
keluarga?

Tidak

Apakah bapak/ibu mengganti pakaian minimal 1 kali dalam sehari?

Iya menganti

Apakah bapak/ibu menjemur pakaian yang telah dicuci dibawah terik matahari?

Iya

Apakah bapak/ibu menggunakan handuk dan pakaian pribadi sendiri atau bersama
dalam keluarga?

Iya
 Kebersihan tangan dan kuku

Apakah bapak/ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan minum?

Iya mencuci tapi tidak menggunakan sabun

Apakah bapak/ibu mencuci tangan setelah makan?

Iya mencuci

Apakah bapak/ibu rajin memotong kuku?

Iya

Apakah bapak/ibu membersihkan kuku yang kotor dengan menggunkan sabun


saat selesai bekerja pada saat mandi?

Iya

 Kebersihan Handuk

Bagaimana kebiasaan bapak/ibu memakai handuk

Setelah dipakai dijemur

Bagaimana bapak/ibu meletakkan handuk setelah dipakai mandi

Dijemur

Bagaimana keadaan handuk bapak/ibu ketika di gunakan pada saat mandi?

Kering

 Kebersihan kamar tempat tidur

Apakah didalam kamar bapak/ibu masih memungkinkan untuk membaca buku


bacaan?
Iya masih dapat

Apakah kamar bapak/ibu memiliki jendela?

Iya memiliki

Berapa kali bapak/ibu menganti sprei?

1 kali

Apakah sprei yang digunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?

Sudah

Berapa kali bapak/ibu menjemur kasur dan bantal dalam satu minggu?

1 kali

 Kebersihan rambut

Apakah bapak/ibu mencuci rambut secara teratur (2 kali seminggu)?

Ya

Apakah bapak/ibu menggunakan sampo saat mencuci rambut?

Kadang-kadang

 Keluhan penyakit kulit

Apakah dalam 1 bulan terakhir ini bapak/ibu pernah mengalami

Kulit di sela-sela jari kaki terasa gatal terutama pada malam hari

Apakah ada bercak kemerahan atau luka di bagian kaki?


Iya ada dan terasa gatal dan perih terutama pada saat malam hari dan juga sering
timbul pada saat musim hujan

Apakah bapak bekerja dengan menggunakan alat per]lindung diri seperti sepatu
sarung tangan dan masker

Iya terkadang tapi pada saat musim hujan dan konsisi tanah yang becek saya
jarang menggunakan sepatu karena susah

Apakah sepatu yang bapak gunakan sering di cuci atau dijemur dibawah sinar
matahari setelah digunakan?

Jarang sekali

Apakah sepatu yang bapak gunakan dalam keadaan pas dikaki bapak?

Agak sempit sepatunya

Apakah sepatu yang bapak gunakan sering dipakai dalam keadaan lembab?

Iya sering
Nama: sutaryo

 Personal Hygiene

Berapa kali bapak/ibu mandi dalam sehari?

1 kali

Apakah bapak/ibu mandi dengan menggunakan sabun mandi

Iya menggunakan merek GIV

Apakah bapak/ibu mandi dengan menggunakan air mengalir?

Iya menggunakan air mengalir

Apakah sabun mandi untuk bapak/ibu mandi digunakan bersama dalam satu
keluarga?

Tidak

Apakah bapak/ibu mengganti pakaian minimal 1 kali dalam sehari?

Iya menganti

Apakah bapak/ibu menjemur pakaian yang telah dicuci dibawah terik matahari?

Kadang-kadang

Apakah bapak/ibu menggunakan handuk dan pakaian pribadi sendiri atau bersama
dalam keluarga?

Iya pribadi

 Kebersihan tangan dan kuku

Apakah bapak/ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan minum
Iya mencuci tapi tidak menggunakan sabun

Apakah bapak/ibu mencuci tangan setelah makan?

Iya mencuci

Apakah bapak/ibu rajin memotong kuku?

Iya

Apakah bapak/ibu membersihkan kuku yang kotor dengan menggunkan sabun


saat selesai bekerja pada saat mandi?

tidak

 Kebersihan Handuk

Bagaimana kebiasaan bapak/ibu memakai handuk

Setelah dipakai diletakkan saja

Bagaimana bapak/ibu meletakkan handuk setelah dipakai mandi

Diletakan saja

Bagaimana keadaan handuk bapak/ibu ketika di gunakan pada saat mandi?

Agak lembab

 Kebersihan kamar tempat tidur

Apakah didalam kamar bapak/ibu masih memungkinkan untuk membaca buku


bacaan?

Tidak karena kamar saya dulunya bekas kandang sapi


Apakah kamar bapak/ibu memiliki jendela?

Tidak memiliki

Berapa kali bapak/ibu menganti sprei?

Tidak menggunakan spei

Apakah sprei yang digunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?

tidak

Berapa kali bapak/ibu menjemur kasur dan bantal dalam satu minggu?

Tidak pernah

 Kebersihan rambut

Apakah bapak/ibu mencuci rambut secara teratur (2 kali seminggu)?

Ya

Apakah bapak/ibu menggunakan sampo saat mencuci rambut?

Kadang-kadang

 Keluhan penyakit kulit

Apakah dalam 1 bulan terakhir ini bapak/ibu pernah mengalami

Kulit di sela-sela jari kaki terasa gatal terutama pada malam hari, dulunya juga
saya kena banyak panu tapi sekarang sudah sembuh

Apakah ada bercak kemerahan atau luka di bagian kaki?


Iya ada dan terasa gatal dan perih terutama pada saat malam hari dan juga sering
timbul pada saat musim hujan

Apakah bapak bekerja dengan menggunakan alat perllindung diri seperti sepatu
sarung tangan dan masker

Tidak pernah

Apakah sepatu yang bapak gunakan sering di cuci atau dijemur dibawah sinar
matahari setelah digunakan?

Jarang pakai sepatu

Apakah sepatu yang bapak gunakan dalam keadaan pas dikaki bapak?

Jarang pakai sepatu

Apakah sepatu yang bapak gunakan sering dipakai dalam keadaan lembab?

Jarang pakai sepatu


Nama: Reza setiawan

 Personal Hygiene

Berapa kali bapak/ibu mandi dalam sehari?

2 kali

Apakah bapak/ibu mandi dengan menggunakan sabun mandi

Iya menggunakan merek lifeboy

Apakah bapak/ibu mandi dengan menggunakan air mengalir?

Iya menggunakan air mengalir

Apakah sabun mandi untuk bapak/ibu mandi digunakan bersama dalam satu
keluarga?

Tidak

Apakah bapak/ibu mengganti pakaian minimal 1 kali dalam sehari?

Iya menganti

Apakah bapak/ibu menjemur pakaian yang telah dicuci dibawah terik matahari?

Iya

Apakah bapak/ibu menggunakan handuk dan pakaian pribadi sendiri atau bersama
dalam keluarga?

Iya

 Kebersihan tangan dan kuku

Apakah bapak/ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan minum
Iya mencuci tapi tidak menggunakan sabun

Apakah bapak/ibu mencuci tangan setelah makan?

Iya mencuci

Apakah bapak/ibu rajin memotong kuku?

Iya

Apakah bapak/ibu membersihkan kuku yang kotor dengan menggunkan sabun


saat selesai bekerja pada saat mandi?

Iya

 Kebersihan Handuk

Bagaimana kebiasaan bapak/ibu memakai handuk

Setalh diapakai dijemur

Bagaimana bapak/ibu meletakkan handuk setelah dipakai mandi

Dijemur

Bagaimana keadaan handuk bapak/ibu ketika di gunakan pada saat mandi?

Kering

 Kebersihan kamar tempat tidur

Apakah didalam kamar bapak/ibu masih memungkinkan untuk membaca buku


bacaan?

Iya masih dapat


Apakah kamar bapak/ibu memiliki jendela?

Iya memiliki

Berapa kali bapak/ibu menganti sprei?

1 kali

Apakah sprei yang digunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?

Sudah

Berapa kali bapak/ibu menjemur kasur dan bantal dalam satu minggu?

1 kali

 Kebersihan rambut

Apakah bapak/ibu mencuci rambut secara teratur (2 kali seminggu)?

Ya

Apakah bapak/ibu menggunakan sampo saat mencuci rambut?

Kadang-kadang

 Keluhan penyakit kulit

Apakah dalam 1 bulan terakhir ini bapak/ibu pernah mengalami

Kalau malam merah-merah dan terasa gatal tapi masih bisa ditahan

Apakah ada bercak kemerahan atau luka di bagian kaki?

tidak

Apakah bapak bekerja dengan menggunakan alat perllindung diri seperti sepatu
sarung tangan dan masker
Kadang-kadang

Apakah sepatu yang bapak gunakan sering di cuci atau dijemur dibawah sinar
matahari setelah digunakan?

Iya sering

Apakah sepatu yang bapak gunakan dalam keadaan pas dikaki bapak?

Pas ukurannya

Apakah sepatu yang bapak gunakan sering dipakai dalam keadaan lembab?

jarang
Nama: Sugino

 Personal Hygiene

Berapa kali bapak/ibu mandi dalam sehari?

2 kali

Apakah bapak/ibu mandi dengan menggunakan sabun mandi

Iya menggunakan merek lifeboy

Apakah bapak/ibu mandi dengan menggunakan air mengalir?

Iya menggunakan air mengalir

Apakah sabun mandi untuk bapak/ibu mandi digunakan bersama dalam satu
keluarga?

Tidak

Apakah bapak/ibu mengganti pakaian minimal 1 kali dalam sehari?

Iya menganti

Apakah bapak/ibu menjemur pakaian yang telah dicuci dibawah terik matahari?

Iya

Apakah bapak/ibu menggunakan handuk dan pakaian pribadi sendiri atau bersama
dalam keluarga?

Iya

 Kebersihan tangan dan kuku

Apakah bapak/ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan minum
Iya mencuci tapi tidak menggunakan sabun

Apakah bapak/ibu mencuci tangan setelah makan?

Iya mencuci

Apakah bapak/ibu rajin memotong kuku?

Iya

Apakah bapak/ibu membersihkan kuku yang kotor dengan menggunkan sabun


saat selesai bekerja pada saat mandi?

Iya

 Kebersihan Handuk

Bagaimana kebiasaan bapak/ibu memakai handuk

Setelah dipakai dijemur

Bagaimana bapak/ibu meletakkan handuk setelah dipakai mandi

Dijemur

Bagaimana keadaan handuk bapak/ibu ketika di gunakan pada saat mandi?

Kering

 Kebersihan kamar tempat tidur

Apakah didalam kamar bapak/ibu masih memungkinkan untuk membaca buku


bacaan?

Iya masih dapat


Apakah kamar bapak/ibu memiliki jendela?

Iya memiliki

Berapa kali bapak/ibu menganti sprei?

1 kali

Apakah sprei yang digunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?

Sudah

Berapa kali bapak/ibu menjemur kasur dan bantal dalam satu minggu?

1 kali

 Kebersihan rambut

Apakah bapak/ibu mencuci rambut secara teratur (2 kali seminggu)?

Ya

Apakah bapak/ibu menggunakan sampo saat mencuci rambut?

Kadang-kadang

 Keluhan penyakit kulit

Apakah dalam 1 bulan terakhir ini bapak/ibu pernah mengalami

Iya kulit saya kemarin setelah selesai mengaduk semen jadi bentol-bentol dan
berisi cairan jernih kalau dipecahkan, ini terjadi seseluruh tangan dan kaki setiap
selesai mengaduk semen, setiap kayak gini saya pasti ke mentri dan dikasih salep
dan sabun khusus

Apakah ada bercak kemerahan atau luka di bagian kaki?


Kalau sekarang ga ada tapi kemarin pada saat selesai ngaduk semen jadi bentol-
bentol dan berisi cairan jernih

Apakah bapak bekerja dengan menggunakan alat perlindung diri seperti sepatu
sarung tangan dan masker

Kadang kadang

Apakah sepatu yang bapak gunakan sering di cuci atau dijemur dibawah sinar
matahari setelah digunakan?

Jarang sekali

Apakah sepatu yang bapak gunakan dalam keadaan pas dikaki bapak?

Agak sempit sepatunya

Apakah sepatu yang bapak gunakan sering dipakai dalam keadaan lembab?

Iya sering
Nama: Sumarni

 Personal Hygiene

Berapa kali bapak/ibu mandi dalam sehari?

2 kali

Apakah bapak/ibu mandi dengan menggunakan sabun mandi

Iya menggunakan merek lifeboy

Apakah bapak/ibu mandi dengan menggunakan air mengalir?

Iya menggunakan air mengalir

Apakah sabun mandi untuk bapak/ibu mandi digunakan bersama dalam satu
keluarga?

Tidak

Apakah bapak/ibu mengganti pakaian minimal 1 kali dalam sehari?

Iya menganti

Apakah bapak/ibu menjemur pakaian yang telah dicuci dibawah terik matahari?

Iya

Apakah bapak/ibu menggunakan handuk dan pakaian pribadi sendiri atau bersama
dalam keluarga?

Iya

 Kebersihan tangan dan kuku

Apakah bapak/ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan minum
Iya mencuci tapi tidak menggunakan sabun

Apakah bapak/ibu mencuci tangan setelah makan?

Iya mencuci

Apakah bapak/ibu rajin memotong kuku?

Iya

Apakah bapak/ibu membersihkan kuku yang kotor dengan menggunkan sabun


saat selesai bekerja pada saat mandi?

Iya

 Kebersihan Handuk

Bagaimana kebiasaan bapak/ibu memakai handuk

Setalh diapakai dijemur

Bagaimana bapak/ibu meletakkan handuk setelah dipakai mandi

Dijemur

Bagaimana keadaan handuk bapak/ibu ketika di gunakan pada saat mandi?

Kering

 Kebersihan kamar tempat tidur

Apakah didalam kamar bapak/ibu masih memungkinkan untuk membaca buku


bacaan?

Iya masih dapat


Apakah kamar bapak/ibu memiliki jendela?

Iya memiliki

Berapa kali bapak/ibu menganti sprei?

1 kali

Apakah sprei yang digunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?

Sudah

Berapa kali bapak/ibu menjemur kasur dan bantal dalam satu minggu?

1 kali

 Kebersihan rambut

Apakah bapak/ibu mencuci rambut secara teratur (2 kali seminggu)?

Ya

Apakah bapak/ibu menggunakan sampo saat mencuci rambut?

Kadang-kadang

 Keluhan penyakit kulit

Apakah dalam 1 bulan terakhir ini bapak/ibu pernah mengalami

Kulit di sela-sela jari kaki terasa gatal terutama pada malam hari

Apakah ada bercak kemerahan atau luka di bagian kaki?

Iya ada dan terasa gatal dan perih terutama pada saat malam hari dan juga sering
timbul pada saat musim hujan
Apakah ibu bekerja dengan menggunakan alat perllindung diri seperti sepatu
sarung tangan dan masker

Iya terkadang

Apakah sepatu yang bapak gunakan sering di cuci atau dijemur dibawah sinar
matahari setelah digunakan?

Kadang-kadang

Apakah sepatu yang bapak gunakan dalam keadaan pas dikaki bapak?

Pas dikaki

Apakah sepatu yang bapak gunakan sering dipakai dalam keadaan lembab?

Iya sering
Lampiran 2. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai